Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma aspirasi mekonium adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh


terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernapasan bayi. Sindroma aspirasi
mekonium terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan
ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah
dilahirkan.1,2
Kejadian sindrom aspirasi mekonium merupakan masalah yang paling sering
dihadapi spesialis anak dan spesialis kebidanan. Di Amerika Serikat diperkirakan
520.000 dipersulit dengan adanya pewarnaan air ketuban keruh bercampur mekonium
dan 35% diantaranya akan berkembang menjadi sindrom aspirasi mekonium, Sekitar
30% neonatus dengan sindrom aspirasi mekonium akan membutuhkan ventilasi
mekanik, 10% berkembang menjadi pneumotoraks, dan 4% meninggal. Insidensi
pasase mekonium jarang terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu dan akan meningkat
sampai usia kehamilan 37 minggu dan lebih meningkat lagi sesudah 37 minggu.
Keadaan yang menjadi faktor risiko yang mempermudah terjadinya sindrom aspirasi
mekonium antara lain: hamil lebih bulan, ibu hamil yang menderita ekslamsia atau
preekslamsia, hipertensi, menderita penyakit diabetes militus, bayi kecil, dan perilaku
ibu semasa kehamilan.1,3
Mekonium yang kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan
napas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam
pertama setelah kelahiran dengan gejala takipneu, retraksi, stridor, dan sianosis pada
bayi dengan kasus berat. Neonatus dengan aspirasi mekonium yang membutuhkan
resusitasi sering kali juga mengalami kelainan metabolik, seperti hipoksia, asidosis,
hipoglikemia, dan hipokalsemia.1
Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas yang
lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan aspirasi mekonium
biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Prognosis
bergantung pada luasnya jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-
masalah terkait seperi adanya sirkulasi janin.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sindroma aspirasi mekonium didefinisikan sebagai adanya gangguan
pernafasan dan hipoksemia yang terkait dengan adanya mekonium selama atau
sesaat sebelum persalinan. Sindroma aspirasi mekonium adalah kumpulan bebagai
gejala klinis yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran
pernapasan bayi. Sindroma aspirasi mekonium terjadi jika janin menghirup
mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada
di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. Mekonium adalah hasil
pengeluaran saluran cerna (isi usus) janin yang pertama merupakan bahan yang
kental, lengket dan berwarna hijau tua, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34
minggu.1, 2, 3,4
B. Epidemiologi
Kejadian sindrom aspirasi mekonium merupakan masalah yang paling sering
dihadapi spesialis anak dan spesialis kebidanan. Di Amerika Serikat diperkirakan
520.000 (12% dari kelahiran hidup) dipersulit dengan adanya pewarnaan air ketuban
keruh bercampur mekonium dan 35% diantaranya akan berkembang menjadi sindrom
aspirasi mekonium (sekitar 4% dari kelahiran hidup). Sekitar 30% neonatus dengan
sindrom aspirasi mekonium akan membutuhkan ventilasi mekanik, 10%
berkembang menjadi pneumotoraks dan 4% meninggal. Enam puluh enam persen
dari seluruh kasus hipertensi pulmonal persisten berkaitan dengan sindrom aspirasi
mekonium.1
Sekitar 1,3% populasi bayi lahir hidup mengalami air ketuban berampur
mekonium dan 5% bayi baru lahir dengan air ketuban bercampur mekonium
berkembang menjadi sindrom aspirasi mekonium. Di Amerika Serikat, kejadian
sindrom aspirasi mekonium menurun hampir empat kali lipat dari 5,8% sampai

3
1,5% pada tahun 1990-1992 dan 1997-1998 hal ini menyebabkan penurunan
sebanyak 33% insiden kematian pada bayi dengan umur kehamilan 41 minggu.1,2
Insidensi pasase mekonium jarang terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu dan
akan meningkat sampai usia kehamilan 37 minggu dan lebih meningkat lagi
sesudah 37 minggu.1
C. Etiologi
Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amonion
yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar
(intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin. Mekoium yang terhirup bisa
menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernapasan,
sehingga terjadi gangguan pernapasan dan gangguan pertuaran udara di paru-paru.
Selain itu, mekonium juga beraibat pada iritasi dan peradangan pada saluran udara
menyebabkan pneumonia kimiawi.2
D. Faktor resiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya sindrom aspirasi
mekonium antara lain: 3
a. Faktor ibu antara lain: adanya penyakit kronik preeclampsi, eklampsi,
hipertensi, diabetes mellitus (DM), merokok, penyakit paru kronik, penyakit
kardiovaskuler kronik, minum jamu dan oligohidramnion.
b. Faktor janin antara lain: adanya gawat janin/hipoksia akut intrauterin, Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR), aterm dan post-term.
c. Faktor penolong dipengaruhi oleh ketersediaan alat suction dan keterampilan
dari penolong sendiri. Teraspirasinya mekonium yang ada di dalam air ketuban
tergantung dari lamanya hipoksia intra-uterin yang mengakibatkan terjadi
pernapasan dalam dan gasping, aspirasi post-partum serta tindakan resusitasi
yang diberikan.
E. Patofisiologi
Keluarnya mekonium intrauterine terjadi akibat dari stimulasi saraf saluran
pencernaan yang sudah matur dan biasanya akibat dari stres hipoksia pada fetus.

4
Fetus yang mencapai masa matur, saluran gastrointestinalnya juga matur, sehingga
stimulasi vagal dari kepala atau penekanan pusat menyebabkan peristalsis dan
relaksasi sfingter ani, sehingga menyebabkan keluarnya mekonium. Mekonium
secara langsung mengubah cairan amniotik, menurunkan aktivitas anti-bakterial
dan setelah itu meningkatkan resiko infeksi bakteri perinatal. Selain itu, mekonium
dapat mengiritasi kulit fetus, kemudian meningkatkan insiden eritema toksikum.
Bagaimanapun, komplikasi yang paling berat dari keluarnya mekonium dalam
uterus adalah aspirasi cairan amnion yang tercemar mekonium sebelum, selama,
maupun setelah kelahiran.3
Aspirasi cairan amnion mekonial ini akan menyebabkan hipoksia melalui 4
efek utama pada paru, yaitu: obstruksi jalan nafas (total maupun parsial),disfungsi
surfaktan, pneumonitis kimia dan hipertensi pulmonal.1,3

5
Pengeluaran mekonium secara Keterlibatan faktor janinn (hipoksia,
fisiologis terutama bayi lebih bulan kompresi tali pusat, dll) pengeluaran
mekonium

Spasme tali pusar


Air ketuban keruh bercampur
mekonium

Lanjutan proses
Aspirasi pasca Gasping intra
lahir uterin

Aspirasi mekonium

Obstruksi Obstruksi Aktivasi sitokin Inaktifasi


sauran napas saluran napas surfaktan
perifer proksimal

Pneumonitis
Total parsia Penurunan
l complai paru

atelektasis Efek bola


katup Perubahan
Asidosis
hipoksemia pembuluh darah
Ketidak hiperkapnea pulmonar
seimbangan Perangkap Mediator (muscular
ventilasi udara vasoaktif hiperplasi

Kebocoran
Hipertensi
udara
pulmonal
persisiten

Gambar 1. Patofisiologi sindroma aspirasi mekonium1

Stres hipoksia janin dapat merangsang aktivitas kolon, menghasilkan


perjalanan mekonium dan juga merangsang fetal gasping yang menghasilkan
aspirasi mekonium..2,3

6
a. Fetal gasping
Sebagian besar kasus sindrom aspirasi mekonium, fetal gasping terjadi di dalam
kandungan sesaat sebelum lahir karena hipoksia akut dan hiperkarbia intra-
uterin. Bukti menunjukkan bahwa adanya mekonium di distal saluran napas
khususnya alveoli pada bayi yang lahir mati dan meninggal beberapa jam
setelah persalinan, menunjukkan bahwa sindrom aspirasi mekonium juga dapat
terjadi karena manajemen jalan napas yang tidak normal.3
b. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi total jalan napas oleh mekonium menebabkan atelektasis. Obstruksi
parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi aleoli biasanya
termasuk efek fenomena ball-valve. Hiperdistensi alveoli menyebabkan
ekspansi jalan napas selama inhalasi dan kolaps jalan napas disekitar mekonium
yang terinspirasi dijalan napas, menyebabkan peningkatan resistensi selama
ekshalasi. Udara yang terperangkap (hiperinflasi paru) dapat menyebabkan
ruptur pleura (pneumotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), dan
perikardium (pneumoperikardium). 1,3
c. Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang dapat
mengiritasi jalan nafas dan parenkim, mengakibatkan pelepasan sitokin
(termasuk tumor necrosis factor (TNF)-, interleukin (IL)-1, I-L6, IL-8, IL-13)
dan menyebabkan pneumonitis luas yang dimulai dalam beberapa jam setelah
aspirasi. Semua efek pulmonal ini dapat menimbulkan gross ventilation-
perfusion (V/Q) mismatch.3
d. Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis surfaktan.
Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti asam palmitat,
asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih tinggi dari pada
surfaktan dan melepaskannya dari permukaan alveolar, menyebabkan
atelektasis yang luas.5

7
e. Persistent Pulmonary Hypertension Of The Newborn (PPHN)
PPHN sering terjadi pada sindrom aspirasi mekonium, menyebabkan mortalitas
dan morbiditas yang tinggi. Terjadinya vasokonstriksi arteri pulmonalis dapat
disebabkan karena hipoksia. Hipoksia kronik oleh berbagai faktor juga
menyebabkan terjadinya PPHN melalui perkembangan abnormal muskularisasi
arteri pulmonalis.1,3
F. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis sindrom aspirasi mekonium bervariasi dan bergantung
pada derajat hipoksia, jumlah serta konsistensi mekonium yang teraspirasi.5
a. Bayi dengan sindrom aspirasi mekonium sering menunjukkan tanda
postmaturitas, yaitu kecil masa kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, dan
pewarnaan kuning-hijau pada kulit.
b. Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium bervariasi.
Walaupun sindrom aspirasi mekonium dapat terjadi pada mekonium yang
hanya sedikit, sebagian memiliki riwayat mekonium kental seperti lumpur.
c. Obstruksi jalan napas. Sindrom aspirasi mekonium dini akan bermanifestasi
sebagai obstruksi saluran napas. Gasping, apnu, dan sianosis dapat terjadi
akibat mekonium kental yang menyumbat saluran napas.
d. Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran napas distal
tetapi tidak menyebabkan obstruksi total akan bermanifestasi sebagai distres
pernapasan, berupa takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal,
peningkatan diameter anteroposterior dada dan sianosis.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis sindroma aspirasi mekonium didasarkan pada kriteria berikut:5,6
a. Adanya mekonium pada cairan ketuban, dapat terjadi pada mekonium yang
sedikit tetapi sebagian besar bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki
riwayat mekonium yang kental seperti lumpur.

8
b. Distres pernapasan saat lahir atau sesaat setelah lahir, berupa takipnu, napas
cuping hidung, retraksi interkostal, peningkatan diameter anteroposterior dada
dan sianosis.
c. Gambaran radiologi yang positif.
1. Anamnesis
Adanya umur gestsasi aterm atau posterm dan terdapat mekonium pada
air ketuban berwarna kehijauan dan kental.3
2. Pemeriksaan fisik
a. Obstruksi jalan napas ditandai dengan apneu, gapsing, sianosis dan
didapatkan staining di kuku, kulit maupun umbilikalis. Selain itu didapatkan
distres pernapasan, takipneu, napas cuping hidung, retraksi interkostal,
peningkatan diameter dada dan sianosis.3,5
b. Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bradikardia (denyut
jantung yang lambat)
c. Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
d. Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki
kasar).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah perifer lengkap dan septic work-up untuk menyingkirkan infeksi
b. Analisis gas darah menunjukan menunjukkan kadar pH yang rendah,
penurunan pO2 dan peningkatan pCO2. Hiperventilasi mengakibatkan
alkalosis repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan
mengakibatkan asidosis respiratorik.
c. Radiologi
Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru 6

9
Gambar 2. Radiologi dada pada sindrom aspirasi mekonium A) Infiltrat linear
sedang, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah kecil. B) Infiltrat
linear bilateral dan tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam
jumlah sedang. C) Infiltrasi menyeluruh pada lapang paru yang tersebar tidak
merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar.
D) Atelektasis sebagian lobus kiri atas dengan hiperaerasi paru kanan,
menandakan aspirasi mekonium partikel besar dan kental. Bayi sering
mengalami kegagalan perkembangan pernapasan dan membutuhkan terapi
pernapasan yang luas.6
d. Ekokardiografi dierlukan bila diduga terjadi persistent pulmonary hypertension
of the newborn (PPHN) 6
H. Diagnosis banding
a) Respiratory distress syndrome
b) Hernia kongenital diafragmatik
c) Hipertensi pulmonal, idiopatik
d) Hipertensi pulmonal
e) persisten-neonatus
f) Sepsis

10
I. Penatalaksanaan
1. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang
persalinan 5
1) Nilai konsistensi mekonium.
2) Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung dan
orofaring bayi sebelum bahu dan dadanya keluar hal ini tidak dianjurkan
lagi. Jika ditemukan mekonium pada cairan ketuban, bayi harus segera
diserahkan kepada dokter anak untuk dibersihkan.
3) Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur
mekonium, dokter anak harus menentukan apakah bayi bugar atau tidak.
Bayi dikatakan bugar bila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit,
bernapas spontan dan tonus baik (bergerak spontan atau fleksi ekstremitas).
a) Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi
mekonium.
b) Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan
pengisapan intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
4) Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20-
30% akan mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini, intubasi
menggunakan laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha napas
dimulai. Setelah intubasi, pipa endotrakeal dihubungkan dengan mesin
pengisap. Prosedur ini diulangi sampai trakea bersih atau bila resusitasi
harus dimulai. Visualisasi pita suara tanpa melakukan pengisapan tidak
dianjurkan karena mekonium masih mungkin berada di bawah pita suara.
Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari sampai pengisapan trakea
selesai. Kondisi umum bayi tidak boleh diabaikan selama melakukan
pengisapan trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan
ventilasi harus segera dimulai sebelum terjadi bradikardi.

11
2. Tata laksana bayi dengan sindrom aspirasi mekonium
Pengobatan aspirasi mekonium meliputi perawatan yang mendukung
dan ventilasi yang teruji. Bayi dengan presentasi seperti PPHN harus dirawat
di PPHN. Jika hipoksia berat tidak mereda dengan ventilasi frekuensi tinggi
atau konvensional, terapi surfaktan, dan oksida nitrat inhalasi,
Extracorporated Membrane Oxygenation (ECMO) dapat bermanfaat.7
Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami
distres intrapartum masih berisiko mengalami sindrom aspirasi mekonium
dan harus dipantau secara ketat.6
1) Perawatan rutin
Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik seperti hipoksia,
asidosis, hipoglikemia dan hipokalsemia. Koreksi abnormalitas metabolik
bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri
dan paru. 5
2) Pemantauan saturasi oksigen
Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan awal untuk mendeteksi
PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada lengan kanan
dengan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah. 5
3) Obstruksi jalan napas
Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi
mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflamasi
yang terus berjalan serta terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan
memperburuk mismatch ventilasi-perfusi dan mengakibatkan hipoksemia
berat. 1,5
4) Hipoksemia
Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen
inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi harus
mendapat oksigen yang adekuat karena hipoksia berulang mengakibatkan
vasokonstriksi paru dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN.5

12
5) Ventilasi
Penggunaan ventilasi Usahakan mengoptimalkan oksigenasi
sambil meminimalkan perangkap udara, penggunaan mode konvensional
dianjurkan untuk menggunakan waktu ekspirasi yang lebih lama
memungkinkan pembuangan gas dari paru-paru, tekanan ekspirasi positif
yang positif harus digunakan dengan hati-hati, ambang batas rendah
untuk memulai sedasi dan relaksasi otot memiliki peran dalam
pengelolaan hipertensi pulmonal persisten dan mengurangi kejadian udara
perangkap dan pneumotoraks, chest x-ray (CXR) biasa mungkin
diperlukan untuk pasien yang membutuhkan ventilasi mekanis.8
Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO2>60 mmHg atau terdapat
hipoksemia persisten (PaO2<50 mmHg). Pada kasus berat, seringkali
dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus
sindrom gawat napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk
mencegah air trapping akibat obstruksi parsial saluran napas. Bayi
dengan sindrom aspirasi mekonium berat yang tidak berespons dengan
ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome mungkin
membutuhkan high frequency oscillatory ventilator.5
6) Medikamentosa
a) Antibiotik
Meskipun mekonium adalah zat steril, sumbatan mekanis pada
saluran udara distal menjadi predisposisi infeksi, gunakan antibiotik
rutin pada bayi ini kecuali jika diindikasikan lain.7 Seringkali sulit
untuk membedakan antara pneumonia bakterial dan sindrom aspirasi
mekonium hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks. Walaupun
beberapa bayi dengan sindrom aspirasi mekonium juga mengalami
infeksi, penggunaan antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada
kasus dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah harus dilakukan

13
untuk mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan terapi
antibiotik.5,8
b) Surfaktan.
Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen, terapi
surfaktan dapat meningkatkanoksigenasi, menurunkan komplikasi
pulmonal dan menurunkan kebutuhan Extracorporeal Membrane
Oxygenation (ECMO). Surfaktan tidak rutin diberikan untuk kasus
sindrom aspirasi mekonium, tetapi dapat dipertimbangkan untuk kasus
yang berat dan tidak berespons terhadap terapi standar.
c) Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada sindrom aspirasi
mekonium tidak dianjurkan.
J. Komplikasi
1) Air leak. Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien
dengan sindrom aspirasi mekonium. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang
mendapat ventilasi mekanik. Bila terjadi pneumotoraks, maka harus ditata
laksana segera.4
2) Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan sindrom
aspirasi mekonium. Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat
keterlibatan pirau kanan ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi
penyakit jantung bawaan. Pada kasus sindrom aspirasi mekonium disertai
PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi nitrit oksida atau vasodilator
sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik untuk mencegah
hipotensi.5
K. Prognosis
Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas
yang lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan aspirasi
mekonium biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna.
Sisa masalah pada paru jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk bergejala, mengi,
dan hiperinflasi persisten selama 5-10 tahun. Prognosis akhir bergantung pada

14
luasnya jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah
terkait seperti adanya sirkulasi janin.1,6
L. Pencegahan
Pencegahan sindrom aspirasi mekonium melibatkan pemantauan in utero
secara hati-hati untuk mencegah asfiksia. Bila cairan bernoda mekonium diamati,
dokter kandungan harus menyedot orofaring bayi sebelum mengantarkan sisa
tubuh bayi. Jika bayi mengalami depresi dengan nada rendah, usaha pernapasan
minimal, dan sianosis, orofaring bayi harus disedot, pita suara divisualisasikan,
dan area di bawah pita suara disedot untuk mengeluarkan mekonium dari trakea.
Pemberian amnioinfusi intrauterin selama persalinan dapat mengurangi kejadian
aspirasi dan pneumonia. 7
1. Identifikasi kehamilan risiko tinggi yang dapat menyebabkan insufisiensi
uteraplasenta dan hipoksia janin, yaitu ibu dengan preeklamsia atau hipertensi,
ibu dengan penyakit respiratorik atau kardivaskular kronik, ibu yang memiliki
janin dengan pertumbuhan terlambat, kelahiran post-matur, dan perokok
berat.5
2. Pemantauan janin
Selama kelahiran, observasi dan pemantauan janin yang seksama perlu
dilakukan. Tanda kegawatan janin apapun (misal: adanya cairan mekonial dan
ruptur membran, takikardi fetus, atau pola deselerasi) mengharuskan penilaian
kesejahteraan janin dengan cermat, meliputi detak jantung fetus dan pH kulit
kepala fetus. Jika penilaian menunjukkan adanya fetal kompromi, tindakan
korektif diperlukan atau fetus harus dilahirkan tepat pada waktunya.9
3. Amnioinfusion
Pada ibu-ibu dengan cairan amnion mekonial yang sangat kental maupun cukup
kental, amnioinfusi efektif dalam menurunkan angka kejadian deselerasi
kecepatan denyut jantung fetus yang bervariasi dengan melepaskan kompresi
pada korda umbilikalis selama persalinan. Akan tetapi, efisiensinya dalam

15
menurunkan resiko dan tingkat keparahan aspirasi mekonium belum dapat
dibuktikan. 10

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim, M.S. Infeksi Neonatal Akibat Air Ketuban Keruh. Semarang : Sari Pediatri. 2009:
diunduh dari: https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/595
2. Kamala S. Soraisham S.A, Sivanandan. Advances in the Management of
Meconium Aspiration Syndrome. International Journal Pediatrics. Volume 2012.
Diunduh dari : https://www.hindawi.com/journals/ijpedi/2012/359571
3. Hendarwati, C. Asosiasi Tingkat Kekentalan, Adanya Sterkobilin dan Bilirubin
pada Air Ketuban Keruh dengan Terjadinya Sindroma Aspirasi Mekonium. 2010.
Availabel from : https://core.ac.uk/download/pdf/11728296.pdf diakses 18
September 2017.
4. Asad.A, Bhat. R. Pharmacotherapi for Meconium Aspiration. Jurnal of
Perinatology. Division of Neonatologi. Departement of Pediatrics. University of
Illinois at Medical Center, Chicago.2008. available from : www.nature.com/jp
5. Pudjiadi, A.H. Pedoman Pelayanan Medis IDAI Edisi II. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2011
6. Yeh, TF. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome: Pathogenesis and
Current Management. American Association of Pediatrics. Available from :
http://neoreviews.aap publications.org. 2010. diakses 18 September 2017.
7. Karen J, Robert M. Nelson Essentials of pediatrics. Nephrotic syndrome and
proteinuria. Edisi 7. 2015.page 214-215
8. Cath Smith, Kavi Aucharaz. Management of Meconium Aspiration. Yorkshire
and Humber Neonatal ODN (South) Clinical Guideline. 2011.
9. Xu. H, Wei. S, Fraser. WD. Obstetric appoaches to the prevention of meconium
aspiration syndrome. Departement of Pediatrics. University of Illinois at Medical
Center, Chicago.2008. available from : www.nature.com/jp
10. Allan D Jackson. Management of meconium aspiration syndrome. Symposium
neonatalogy. 2008.

17
18

Você também pode gostar