Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sistem peradilan pidana Indonesisa dalam KUHAP sebagai hukum acara pidana yang
berlaku di Indonesia. Terkait dengan hukum cara pidana, Enschede, menyatakan bahwa
hukum acara pidana adalah hukum yang riskan sebagai instrumen penegak hukum yang
pelaksanaannya dengan pengawasan yang rumit. Apabila ditelaah lebih jauh mengenai isi
dari ketentuan KUHAP sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1981, maka Criminal Justice System atau sistem peradilan pidana di
Indonesia terdiri dari komponen-komponen kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga
masyarakat dan pengacara atau advokat sebagai penegak hukum. Kelima aparat penegak
hukum tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain, yang kesemuanya itu akan
saling terkait dan diharapkan adanya suatu kerjasama yang terintegrasi. Sebaliknya, jika
terdapat kelemahan pada salah satu sistem kerja komponen sistem peradilan pidana, akan
memengaruhi komponen lainnya dalam sistem yang terintegrasi.
A. Kepolisian
B. Kejaksaan
Lembaga kejaksaan mempunyai tugas pokok yakni untuk menyaring kasus yang layak
diajukan ke pengadilan, mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Tgas dan wewenang
Kejaksaan Negara Republik Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
subsistem atau komponen penegak hukum sistem peradilan pidana Indonesia tercantum
dalam KUHAP, Undang-Undang No. 5 Tahun 1991 Jo. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Negara Republik Indonesia.
Pasal 13 KUHAP menyatakan bahwa Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 angka 1 Undang-Undang No. 16 Tahun
2004 menyatakan bahwa Kejaksaan Negara Republik Indonesia adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan
lain berdasarkan undang-undang. Di samping itu, berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 1
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Negara Republik Indonesia
menyatakan bahwa jaksa diberikan wewenang sebagai pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan undang-undang. Hal tersebut tertuang
tegas dalam definisi jaksa, yaitu pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
C. Pengadilan
Pengadilan adalah salah satu proses dalam sistem peradilan pidana yang tidak dapat
berjalan tanpa adanya proses-proses lainnya yang mendahului, yaitu penyidikan dan
penuntutan, karena dalam tahap ini suatu perkara akan dinilai hasil yang dikumpulkan pada
tahap penyidikan dan penuntutan, apakah perkara tersebut melanggar hukum atau tidak dan
apakah pelaku perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara pidana atau tidak.
Pengadilan berkewajiban untuk menegakkan hukum dan keadilan, melindungi hak
terdakwa, saksi dan korban dalam proses pengadilan pidana, melakukan pemeriksaan kasus-
kasus secara efisien dan efektif, memberikan putusan yang adil dan berdasarkan hukum yang
berlaku dan menyiapkan arena publik untuk persidangan sehingga publik dapat berpartisipasi
dan melakukan penilaian terhadap proses pengadilan di tingkat ini.
Pasal 1 butir (8) KUHAP menyatakan bahwa Hakim adalah pejabat peradilan negara
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Selanjutnya, dalam pasal 1
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, memberikanmdefinisi
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi
terselenggarakannya Ngeara Hukum Republik Indonesia. Penyelenggaraan Kekuasaan
Kehakiman menurut pasal 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dilakuka oleh Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh Mahkamah
Konstitusi.
D. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga ini memiliki fungsi yang penting dalam sistem peradilan pidana, karena
keberadaannya menentukan tujuan yang dibangun oleh sistem peradilan pidana, khususnya
proses pembinaan bagi narapidana, agar nantinya narapidana tersebut setelah menjalani
pidana dan keluar dari lembaga pemasyarakatan dapat diterima kembali oleh masyarakat luas.