Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DEFINISI DERMOSKOPI
Dermoskopi, disebut juga dermatoskopi, epiluminescence dermoscopy,
incidence light dermoscopy, dan surface microscopy, adalah teknik non
invasif yang menggunakan alat genggam dengan cahaya dan pembesaran
(umumnya pembesaran 10 kali) untuk melihat lesi kulit yang dalam. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi struktur dan detail dibawah epidermis yang
tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Setelah dokter melakukan
pemeriksaan pada lesi yang dicugai dengan mata telanjang, kemudian
digunakan dermatoskop untuk melihat lebih dekat dan detail. (fitzpatrick,
rooks, andrea).
Dermoskopi terbagi atas tiga jenis yaitu.
Oil immersion devices, memerlukan kontak dengan kulit dan
menggunakan medium perantara untuk mengurangi penyebaran
permukaan cahaya.
Cross-polarised devices, menggunakan cahaya terpolarisasi silang untuk
mengurangi penyebaran permukaan cahaya.
Hybrid devices, memiliki pilihan untuk menggunakan dengan cahaya
terpolarisasi silang atau minyak immersi untuk mengurangi penyebaran
permukaan cahaya. (jonathan bowling).
Gambar 5. Pola garis pada tampakan dermoskopi yaitu retikular, bercabang, paralel,
radial dan melengkung (dari kiri ke kanan, atas ke bawah) (marghoob dan cliff)
Gambar 6. Pola dasar pada tampakan dermoskopi (marghoob)
b. ABCD rule
Gambaran konvensional asimetris, atau yang lebih dikenal ABCD
pada melanoma, yaitu asimetris, tepi ireguler, warna bervariasi, diameter
lebih dari 6 mm. (marghoob
c. 7 point checklist
7 point checklist berdasarkan pada deteksi 7 bentuk dermoskopik
yang umumnya berhubungan dengan melanoma yaitu.
Atypical pigment network
Blue whitish veil
Atypical vascular pattern
Irregular streaks
Irregular dots atau globules
Irregular blotches
Regression structure (dalia hossam)
d. Metode Menzies
Klasifikasi ini mengidentifikasi 2 aspek negatif dan 9 aspek positif.
Untuk mendiagnosis sebagai melanoma, kedua aspek negatif tidak boleh
ditemukan pada lesi, yaitu satu warna atau poin, dan pigmentasi simetris
axial. Sebagai tambahan, sekurang-kurangnya 1 atau 2 aspek positif
harus ditemukan pada lesi, yaitu blue-white veil, bintik coklat multipel,
pseudopoda, radial streaming, depigmentasi seperti skar, globulus atau
bintik dengan tepi berwarna hitam, banyak warna (5 atau 6), bintik biru
atau abu-abu yang multipel atau broadened network. (dalia hossam dan
medscape)
e. 3 point checklist
3 point checklist merupakan metode yang sederhana untuk
dipelajari dan digunakan, dan memiliki sensitifitas tertinggi untuk
mengidentifikasi melanoma. Metode ini merupakan algoritme skrining
untuk mendekteksi kanker kulit (melanoma dan karsinoma sel basal
berpigmen) dan diaplikasikan hanya pada lesi berpigmen. Satu poin
diberikan pada tiap kriteria yang tampak pada lesi sebagai berikut.
(marghoob)
Asimetris: distribusi warna asimetris pada 1 atau 2 sumbu tegak
lurus (perpendicular axes). Bentuk atau bayangan lesi bukan
merupakan faktor untuk menentukan apakah lesi simetris atau tidak.
Jaringan atipik: jaringan pigmen ireguler atau atipik terdiri atas garis
tebal dan lubang ireguler.
Blue-white veil atau depigmentasi seperti skar berwarna putih
dan/atau granula seperti serbuk biru. (dalia hossam dan moarghoob).
Gambar 14. Contoh lesi pada 3 point checklist. Skor total 2 atau 3 mengindikasikan
positif, dan lesi harus di lakukan biopsi untuk pemeriksaan lanjut. A: pola asimetris dan
jaringan pigmen atipik. B: pola asimetris dan struktur biru-putih (total 2 poin; diagnosis
melanoma in situ). C dan D: pola asimetris dan struktur biru-putih (total 2 poin, diagnosis
karsinoma sel basal). Lesi C memiliki tampakan klinis oval, tetapi secara dermoskopik
terlihat asimetris karena distribusi warna dan struktur yang tidak merata pada lesi.
(marghoob)
Gambar 15. Algoritma chaos and clues. Pengecualian: perubahan lesi pada orang
dewasa, tampakan dermatoskopik abu-abu pada kepala atau leher, lesi nodular berpigmen,
pola mengerut paralel (telapak tangan atau kaki) (cliff)
H. KETERBATASAN DERMOSKOPI
Keterbatasan dalam pemeriksaan dermoskopi adalah sebagai berikut.
a. Menghasilkan bias (terlalu bergantung pada satu jenis informasi) dan
kepuasan pengamatan (mendasari diagnosis pada informasi yang tidak
lengkap dan mengakhiri pengamatan).
b. Menghasilkan akurasi diagnostik yang lemah jika dokter tidak mengenali
atau menginterpretasikan struktur yang signifikan dengan tepat.
c. Tidak dapat mendeteksi melanoma secara dini, yang belum
memperlihatkan kriteria dermoskopik spesifik.
d. Melemahkan akurasi diaknostik ketika lesi di diagnosa menggunakan
dermoskopi saja, tanpa memperhatikan kondisi klinisnya. (marghoob)