Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Itulah ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar
dan tiadalah Allh berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya. [Ali Imrn/3:108]
Allah Azza wa Jalla menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Alam ini merupakan
sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas pokok mereka yang merupakan tujuan
diciptakan jin dan manusia. Alam adalah tempat beribadah hanya kepada Allh semata.
Ibnu Katsr rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, Zaid bin Rfi berkata, Telah
nampak kerusakan, maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik
dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.
Pengertian Islam Menurut Bahasa dan Istilah Dalam Al Quran
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan
rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam Menurut BahasaPengertian Islam secara harfiyah artinya damai,
selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M
(mim) yang bermakna dasar selamat (Salama)
Pengertian Islam Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari
kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari salm (
)yang berarti damai.
Dalam al-Quran Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Kata salm dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang
senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mumin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada
perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung
tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika
mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Quran Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa
dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang
ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT,
dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita
kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan
demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutmainah).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan
juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap
dinul Islam), Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan
juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang
lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-
ayat Al-Quran. Diantara poin-poinnya adalah:
A. Islam sebagai wahyu ilahi
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 : Dan tiadalah yang diucapkannya itu
(Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya).
Allah berfirman (QS. 6 : 153) Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa.
1. Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi
daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang bersumber kepada al-Quran As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan
tabiin.
2. Syariat : Bawa syariat, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah,
merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti
oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad
sebagai Rosul-Nya.
3. Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-ketentuan umum yang
terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab
hadits, dan berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Quran dan
Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa
yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.
Karakter dan tantangannya, Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu mewujudkan
kemaslahatan manusia. dan kemajuan umuat melalui proses siyasah syariyyah, dengan
produk qanun atau perundang-undangan.
Dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya menurut ilmu
hukum, artinya fiqh. tidak ada pemisahan antara hukum Islam atau fiqh yang merupakan
hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah. Karena norma-norma dasar yang terdapat
di dalam al-Quran itu masih bersifat umum, perlu dirinci lebih lanjut ke dalam kaidah-
kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek.
Setelah kita tahu perbedaan antara Fiqh, Syariat, dan Hukum Islam. Kita juga harus tahu
bahwa diantara ketiganya ada satu persamaan yang mengaitkan antara ketiganya.
Fiqh adalah aturan yang baru diterapkan pada zaman nabi Muhammad dan setelahnya,
dan sebelumnya belum pernah ada istilah fiqh di masa nabi-nabi sebelumnya. Syariat adalah
aturan Allah yang telah diterapkan sejak nabi terdahulu Adam, As. Hingga sekarang dan
berlaku sangat umum. Sedangkan Hukum Islam adalah istilah dalam bahasa Indonesia dari
Syariat dan Fiqh. Hukum Islam lebih ditekankan kepada analisis suatu peristiwa pada dasar
hukum al-Quran dan as-Sunnah.
dapat kita simpulkan bahwa Fiqh, Syariat, dan Hukum Islam dan manfaatnya bagi
kebutuhan manusia, adalah satu pengertian yang sama. Hanya ada sedikit perbedaan pada
penerapan dan pembagiannya. Ketiganya juga memiliki peran masing-masing dalam
penerapannya di kehidupan manusia.
Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yang
diterapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Quran As-
Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabiin.
Syariat sendiri adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, merupakan dasar-dasar hukum
yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam dasar-dasar
hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya.
Fiqh artinya faham atau pengertian, dapat juga diartikan sebagai ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang
terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab
hadits.
Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia.
dan kemajuan umuat melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundang-
undangan ;
Dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya
menurut ilmu hukum, artinya fiqh. tidak ada pemisahan antara hokum Islam atau fiqh yang
merupakan hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah. Karena norma-norma dasar yang
terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat umum, perlu dirinci lebih lanjut ke dalam
kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek.
Mengapa setiap amal ibadah harus didasarkan niat iklhas dan pendapat
soal amal yang didasarkan dengan riya
Menurut Imam Baidlawi, niat adalah ibarat sebuah gejolak hati untuk mengerjakan
sesuatu yang sesuai dengan tujuan, baik dalam rangka ingin mencapai suatu manfaat atau
menghindari suatu mudharat pada masa sekarang atau yang akan datang. Adapun menurut
syara, niat bisa diartikan sebagai sebuah keinginan untuk melakukan sesuatu dan mendapat
ridha Allah.
Dari pengertian di atas, dapat diambil contoh, saat seseorang melangkah pergi ke masjid
untuk shalat dan memang dalam hatinya ingin melakukan shalat, maka pada saat itulah orang
tersebut bisa dikatakan sudah berniat shalat.
Niat sesungguhnya adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan lisan. Karenanya, yang tahu
persis niat seseorang hanyalah dirinya sendiri dan Allah. Niat tidak bisa diukur dari ucapan
lisan. Ucapan dalam bentuk kata-kata hanyalah sekadar sebagai ikrar, tidak lebih dari itu.
Begitu pula niat tidak bisa diukur dari bentuk formalitas suatu pekerjaan.
Niat terletak dalam kehendak hati, bukan dalam wujud tindakan nyata. Niat tersembunyi
di dalam qalbu, bukan terletak pada yang nampak mata. Jadi, niat termasuk sesuatu yang
rahasia dimana hanya Allah dan pemilik niat itu sendiri yang mengetahuinya.
Dalam perspektif ilmu fikih, niat sangat berpengaruh dalam menentukan status amal
perbuatan. Pengaruh niat terhadap status amal perbuatan setidaknya terlihat pada beberapa
hal berikut ini :
a. Niat menjadi Syarat Mutlak Ibadah
Firman Allah swt. dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
Dan mereka tidak diperintah melainkan agar beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. Al-Bayyinah:5)
Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. Az-
Zumar:2)
Berdasarkan pada kedua ayat tersebut, jumhur ulama menetapkan bahwa setiap amal
ibadah harus didasari dengan niat ikhlas hanya untuk mencari keridhaan Allah. Ibadah tidak
akan diterima Allah jika tidak dilandasi dengan niat ikhlas tersebut.
Hal ini semakin diperjelas dengan hadits berikut yang artinya :
Sesungguhnya setiap amal itu harus dengan niat dan sesungguhnya masing-masing orang
tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (berniat) karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrah tersebut (dicatat) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
(berniat) karena dunia yang akan diperoleh atau karena seorang perempuan yang akan
dinikahinya, maka hijrahnya akan (mendapat) apa yang dia kerjakan. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa niat adalah wajib menjadi landasan dari setiap
amal, dan amal tak akan sah jika tidak ada niatnya. Dalam ibadah mahdhah, misalnya shalat
atau puasa, niat menjadi rukun ibadah. Karena menjadi rukun, maka ibadah tidak akan sah
dan dianggap batal jika rukun tersebut tidak terpenuhi. Dari sini, maka niat sesungguhnya
menjadi penentu sebuah ibadah. Diterima atau ditolaknya ibadah tergantung apakah dalam
ibadah tersebut ada niat atau tidak.
Jadi, semua hal atau perbuatan yang diharamkan oleh Allah tidak bisa dilakukan dengan
alasan niat ibadah. Jadi bohong ceritanya jika meminum khamr atau mengonsumsi narkoba
diniati agar tubuh menjadi vit sehingga bisa melakukan ibadah dengan giat. Demikian juga
dengan memberi uang kepada seseorang dengan niat untuk sedekah, padahal uang yang
diberikan itu didapatkan dengan cara yang haram.
Kita bisa menjadikan sebuah perbuatan dalam bentuk apapun sebagai ibadah dengan
syarat perbuatan itu bukan termasuk hal yang diharamkan oleh Allah. Jika perbuatan tersebut
nyata-nyata dilarang agama, seberapapun murninya niat tersebut tetap saja tidak akan
berubah status haramnya menjadi halal atau sarana ibadah.
Riya digolongkan sebagai syirik kecil dan dapat merosakkan amal ibadah. Ini terjadi
apabila riya itu berlangsung daripada awal sehingga akhir perbuatan. Apabila riya itu
muncul selepas melakukan sesuatu amal ibadah, maka ulama berbeza pendapat dalam perkara
ini. Jika ibadah itu didasari oleh riya tetapi ketika hendak melakukannya dia menyesalinya,
maka sebahagian ulama mengatakan dia wajib mengulangi ibadahnya. Pendapat ini disokong
oleh Imam al-Ghazali.