Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
Disusun oleh:
SKRIPSI
DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP
ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA PERUBAHAN STATUS
GIZI BALITA DI KABUPATEN KULON PROGO
Disusun oleh :
Ketua
Anggota
Anggota
Mengetahui:
An. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Tunai terhadap Asupan Energi dan Protein serta Perubahan Status Gizi
2. Prof. dr. Hamam Hadi, MS, Sc.D. selaku Ketua Program Studi S1 Gizi
Pembimbing Utama.
5. Also that I cant forget: my mom, my beloved wife: Imelda Telisa, and
Rabbani) who gives all that I need: loves, spirits and pray.
Thank U guys, berkat kalian aku gak usah susah-susah cari data.
BAB I PENDAHULUAN
D. Hipotesis ............................................................................. 24
A. Simpulan ............................................................................. 47
B. Saran .................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel 4 Hasil uji beda program BLT terhadap asupan energi ............ 38
Tabel 5 Hasil uji beda program BLT terhadap asupan protein .......... 38
Tabel 6 Hasil uji beda program BLT terhadap perubahan status gizi.. 41
Tabel 8 Hasil uji beda rerata delta nilai z-score ........ ........................ 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditandai oleh depresiasi nilai rupiah yang tajam, harga barang (pangan
dan bukan pangan) menjadi mahal dan sekaligus tingkat inflasi yang
bentuk penurunan riil dan daya beli masyarakat. Selain itu juga
2001)
40% dari jumlah penduduk Indonesia atau kurang lebih setara dengan
terdapat 14% atau 600.000 dari 4,6 juta bayi yang dilahirkan menderita
kekurangan gizi. Angka ini meningkat menjadi 35% pada usia anak
mencapai satu tahun. Dalam keadaan krisis ekonomi saat itu 50-70%
(Aritonang, 2000).
jumlah total subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp. 21,0 trilyun tetapi
Rp. 113,7 trilyun. Apabila harga BBM disesuaikan maka subsidi BBM
dapat dikurangi menjadi Rp. 89,2 trilyun dan defisit akan turun menjadi
I yang dimulai pada bulan Oktober 2005, jumlah sasaran gakin pada
waktu itu sebesar 15,5 juta keluarga. Selanjutnya pada tahap II yang
2006)
anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
gizi
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
diteliti oleh Hadi (2005) pada sampel balita gizi kurang dan gizi
anak balita usia 0-5 tahun dan lokasi penelitian, sedangkan yang
dan protein), penyakit (batuk, pilek, panas dan diare), faktor anak
lokasi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009. Target tersebut akan
BBM). BLT merupakan salah satu program dari PKPS BBM (Program
diterima masyarakat itu bisa saja digunakan apa saja yang bukan
dan bahkan tidak ada larangan dana tersebut digunakan untuk berjudi
dan membeli minuman keras. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya
juga tidak jelas, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjangnya
1998).
anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan
yang kaya sudah tentu akan lebih kurang dari jumlah itu. Bagian untuk
jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi didorong
dipertanyakan:
1994)
dari tabel mengenai jumlah yang dianjurkan (tabel RDA) bagi semua
gizi energi rata-rata yang dianjurkan untuk umur 0-6 bln 550 kkal, 7-12
bln 650 kkal, 1-3 tahun 1000 kkal dan 4-6 tahun 1550 kkal (LIPI, 2004)
lah tinggi pada bayi oleh sebab pertumbuhannya yang cepat sekali,
amino esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap
gizi protein rata-rata yang dianjurkan untuk umur 0-6 bl 10 gr, 7-12 bln
16 gr, 1-3 tahun 25 gr dan untuk anak umur 4-6 tahun adalah 39 gr
(LIPI, 2004).
4. Status Gizi
status gizi, yaitu (a) proses dari organisme dalam menggunakan bahan
nutriture dapat dilihat pada variabel tertentu, hal ini disebut status gizi
tehadap tanda dan gejala ke arah sana termasuk pula kelainan yang
infeksi, yang berdampak pada penurunan status gizi anak dari bergizi
baik atau normal menjadi bergizi kurang atau buruk. Dengan demikian
untuk mengetahui ada tidaknya kurang energi protein pada anak perlu
mengukur berat badan (BB) atau tinggi badan (TB) sesuai dengan
sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Namun
oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator tinggi badan
Indikator BB/U dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi setelah
berat atau sangat berat sering disebut sebagai status gizi buruk.
umum
waktu pendek
pembengkakan
PB/U)
lalunya tidak baik. Berbeda dengan BBR yang diukur dengan BB/U
growth.
terlihat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator
lampau
usia balita
ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya, mereka yang BB/TB
menilai status gizi saat kini, terutama bila data umur yang akurat
gizi yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi (Depkes RI,
2005).
Status Gizi
Kemiskinan Ekonomi
kurang meningkat
Perbaikan gizi,
Peningkatan Investasi Sektor sosial
tumbuh kembang,
produktivitas fisik dan mental (Gizi, kes, pendidikan)
anak
Peningkatan
kualitas SDM
Kebiasaan makan
Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan
C. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
3. Perubahan status gizi kelompok balita yan menerima BLT lebih baik
METODE PENELITIAN
besarnya asupan energi dan protein serta status gizi pada kelompok
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita gizi buruk dan gizi
balita yang diidentifikasi berstatus gizi buruk dan gizi kurang yang
1. Lembar kuesioner
E. Variabel Penelitian
Skala : nominal
2. Asupan Energi
3. Asupan Protein
Parameter :
tahun 2005. Data diambil dari Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas
balita tidak termasuk balita berstatus gizi buruk atau kurang, dan 3
program BLT (Tabel 1) dapat dilihat bahwa ada sebanyak 66 dari 194
dari 225 (33,78%) yang menerima BLT. Hasil uji statistik diperoleh nilai
homogen.
2. Menurut Umur
berusia kurang dari 24 bulan menerima BLT dan ada sebanyak 79 dari
BLT. Sedangkan diantara subyek yang berusia lebih dari 48 bulan ada
B. Analisis Univariat
1. Asupan Energi
balita.
tidak adekuat.
Gbr 4. Persentase asupan energi berdasarkan penerimaan BLT
90
80
68.3
% Asupan Energi
70
58.5
60
50 41.5
40
31.7
30
20
10
0
Adekuat Tidak adekuat
Asupan energi
energi balita adalah 727,87 kkal (95% CI: 664,63 - 791,11) dengan
840
820
Asupan Energi (kkal)
821.5
800
780
760
740
720 727.87
700
680
Menerima BLT Tidak menerima BLT
Program BLT
2. Asupan Protein
balita.
adekuat.
Gbr 6. Persentase asupan protein berdasarkan penerimaan BLT
90
80
% Asupan protein
70
56.7 56.3
60
43.7 43.3
50
40
30
20
10
0
Adekuat Tidak adekuat
Asupan protein
189,00 gr.
28
Asupan protein (gram)
27.5 27.5696
27
26.5
26
25.5
25
24.5
24.4675
24
23.5
23
22.5
Menerima BLT Tidak menerima BLT
Program BLT
BLT.
yang mengalami peningkatan status gizi yaitu dari status gizi buruk
menjadi status gizi kurang sebanyak 10 balita, dari status gizi buruk
menjadi gizi baik sebanyak 3 balita dan dari status gizi kurang menjadi
status gizi gizi buruk menjadi status gizi buruk sebanyak 16 balita, dari
status gizi kurang menjadi status gizi kurang sebanyak 72 balita dan
sisanya dari status gizi kurang menjadi status gizi buruk sebanyak 14
balita.
status gizi buruk menjadi status gizi kurang sebanyak 22 balita, dari
status gizi buruk menjadi gizi baik sebanyak 4 balita dan dari status gizi
yaitu dari status gizi gizi buruk menjadi status gizi buruk sebanyak 35
balita, dari status gizi kurang menjadi status gizi kurang sebanyak 147
balita dan sisanya dari status gizi kurang menjadi status gizi buruk
sebanyak 22 balita.
antara kelompok balita yang menerima dan yang tidak menerima BLT.
Gbr 8. Persentase perubahan status gizi berdasarkan penerimaan BLT
90
80 73.65
% perubahan starus gizi
71.83
70
60
50
40
28.17 26.35
30
20
10
0
Meningkat Tidak meningkat
C. Analisis Bivariat
dengan balita yang tidak menerima BLT (Tabel 4). Dimana rata-rata
asupan energi pada kelompok balita yang menerima BLT adalah
727,87 kkal dan rata-rata asupan energi untuk kelompok balita yang
p value p value
Program BLT n Mean SD SE
(2-tailed) (1-tailed)
Menerima BLT 142 727,87 381,199 31,989 0,010 0,005
Tidak menerima BLT 277 821,50 401,290 24,095
protein didapatkan hasil nilai p = 0,003. Karena nilai p < 0,05 maka Ho
ditolak. Dari hasil uji statistik ini dapat diambil kesimpulan bahwa
menerima BLT dengan balita yang tidak menerima BLT (Tabel 5).
BLT adalah 24,47 gram dan rata-rata asupan protein untuk kelompok
p value p value
Program BLT n Mean SD SE
(2-tailed) (1-tailed)
Menerima BLT 142 24,4675 23,67984 1,98717 0,006 0,003
Tidak menerima BLT 277 27,5696 20,05831 1,20519
adekuat (41,5%).
(Gambar 6). Pada kelompok balita yang menerima BLT, hanya ada
kesejahteraan.
Seperti yang diutarakan oleh Muhtadi (2005), BLT sebagai
dana kompensasi BBM yang diterima oleh rumah tangga miskin itu
bisa digunakan untuk apa saja yang bukan keperluan produktif seperti
minuman keras. Jadi tidak ada sama sekali sangkut pautnya dengan
peningkatan kesejahteraan.
Hal ini jelas tidak sejalan dengan pernyataan Berg (1986) yang
pada kelompok balita yang tidak menerima BLT, namun paling tidak
Tabel 6. Hasil uji beda program BLT terhadap perubahan status gizi
Perubahan Status Gizi
Tidak Total p value p value
Program BLT Meningkat
meningkat (2 tailed) (1 tailed)
n % n % n %
Menerima BLT 40 28,2 102 71,8 142 100 0,692 0,346
Tidak menerima
73 26,4 204 73,6 277 100
BLT
Jumlah 113 27,0 306 73,0 419
BLT sama dengan kelompok balita balita yang tidak menerima BLT.
mempengaruhi status gizi balita selain infeksi (lihat Gbr. 1). Meski dari
balita yang menerima BLT lebih rendah (727,87 kkal) dari yang tidak
menerima BLT (821,50 kkal) dan asupan protein kelompok yang
menerima BLT juga lebih rendah (24,47 gram) dari kelompok balita
status gizi pada kelompok balita yang menerima BLT dan yang tidak
Dari hasil uji beda terhadap rerata z-score skrining I dan z-score
BLT dimana nilai z-score pada skrining I lebih rendah dari nilai z-score
kelompok balita yang tidak menerima BLT dimana nilai z-score pada
bisa terlihat dari tidak adanya perbedaan rerata nilai z-score antara
kelompok balita yang menerima BLT dan kelompok balita yang tidak
menerima BLT baik pada skrining I maupun skrining II. Dari tabel 7,
balita yang menerima BLT dan kelompok balita yang tidak menerima
yang sama juga didapat pada skrining II, dimana dari hasil uji beda
BLT dan kelompok balita yang tidak menerima BLT menghasilkan nilai
p = 0,734 yang berarti bahwa rerata nilai z-score pada kelompok balita
yang menerima BLT dan kelompok balita yang tidak menerima BLT
adalah sama.
kelompok balita yang menerima BLT dan kelompok balita yang tidak
menerima BLT.
antara kelompok balita yang menerima BLT dan kelompok balita yang
Dari hasil uji beda rerata terhadap delta nilai z-score (Tabel 8)
pada tingkat yang sama dengan kelompok balita yang tidak menerima
BLT. Bahkan bila dilihat dari selisih rerata delta nilai z-score bisa
dikatakan bahwa kelompok balita yang menerima BLT 0,01 lebih baik
salah satu cara untuk meningkatkan status gizi balita tapi bukan satu-
tidaknya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh akan menentukan tingkat
seseorang pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu faktor gizi
eksternal dan faktor gizi internal. Yang dimaksud dengan faktor gizi
yang dimaksud dengan faktor gizi eksternal adalah daya beli keluarga,
dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat
masalah gizi antara lain diare, tuberkulosis, campak dan batuk rejan
A. Simpulan
B. Saran
sebagai berikut:
realistis pada saat ini sehingga perlu ditinjau kembali dan dicarikan
2. Keluarga miskin yang mempunyai balita gizi buruk dan kurang perlu
Arisman (2004), Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Penerbit
EGC, Jakarta.
Pudjiadi, Solihin (2003), Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Edisi 4, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Tanggal wawancara
Pewawancara
(.)
VI. RECALL KONSUMSI 24 JAM
No Waktu Menu/makanan Bahan Makanan URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
LAMPIRAN 3
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis kelamin
419 100.0% 0 .0% 419 100.0%
* Program BLT
Count
Program BLT
Tidak
Menerima menerima
BLT BLT Total
Jenis kelamin Laki-laki 66 128 194
Perempuan 76 149 225
Total 142 277 419
Chi-Square Tests
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
UMUR_3 * Program BLT 419 100.0% 0 .0% 419 100.0%
Count
Program BLT
Tidak
Menerima menerima
BLT BLT Total
UMUR_3 <24 48 90 138
24 - 48 79 155 234
>48 15 32 47
Total 142 277 419
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square .133a 2 .936
Likelihood Ratio .133 2 .936
Linear-by-Linear
.126 1 .723
Association
N of Valid Cases 419
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 15.93.
3. Hasil uji normalitas data asupan energi
Cases
Valid Missing Total
Program BLT N Percent N Percent N Percent
Asupan energi Menerima BLT 142 100.0% 0 .0% 142 100.0%
Tidak menerima BLT 277 100.0% 0 .0% 277 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Program BLT Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan energi Menerima BLT .090 142 .007 .932 142 .000
Tidak menerima BLT .079 277 .000 .950 277 .000
a. Lilliefors Significance Correction
4. Hasil uji normalitas data asupan protein
Cases
Valid Missing Total
Program BLT N Percent N Percent N Percent
Asupan protein Menerima BLT 142 100.0% 0 .0% 142 100.0%
Tidak menerima BLT 277 100.0% 0 .0% 277 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Program BLT Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan protein Menerima BLT .203 142 .000 .628 142 .000
Tidak menerima BLT .138 277 .000 .793 277 .000
a. Lilliefors Significance Correction
5. Hasi uji program BLT terhadap asupan energi
Ranks
Test Statistics a
Asupan
energi
Mann-Whitney U 16631.000
Wilcoxon W 26784.000
Z -2.588
Asymp. Sig. (2-tailed) .010
a. Grouping Variable: Program BLT
Ranks
Test Statistics a
Asupan
protein
Mann-Whitney U 16456.000
Wilcoxon W 26609.000
Z -2.737
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Grouping Variable: Program BLT
7. Hasil uji program BLT terhadap perubahan status gizi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Program BLT *
419 100.0% 0 .0% 419 100.0%
Perubahan status gizi
Chi-Square Tests
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Nilai Zscore1 -2.724350 142 .6788746 .0569699
1 Nilai Zscore2 -2.542280 142 .7526700 .0631627
N Correlation Sig.
Pair Nilai Zscore1 &
142 .526 .000
1 Nilai Zscore2
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Zscore1 -
-.182070 .7000765 .0587491 -.298213 -.065927 -3.099 141 .002
1 Nilai Zscore2
9. Hasil uji beda mean z-score skrining I dan skrining II pada non BLT
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Nilai Zscore1 -2.687006 277 .4820571 .0289640
1 Nilai Zscore2 -2.517220 277 .6932153 .0416513
N Correlation Sig.
Pair Nilai Zscore1 &
277 .410 .000
1 Nilai Zscore2
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Nilai Zscore1 -
-.169786 .6622745 .0397922 -.248121 -.091451 -4.267 276 .000
1 Nilai Zscore2
10. Uji beda mean z-score skrining I antara BLT dan Non BLT
Group Statistics
Std. Error
Program BLT N Mean Std. Deviation Mean
Nilai Zscore1 Menerima BLT 142 -2.724350 .6788746 .0569699
Tidak menerima BLT 277 -2.687006 .4820571 .0289640
11. Uji beda mean z-score skrining II antara BLT dan Non BLT
Group Statistics
Std. Error
Program BLT N Mean Std. Deviation Mean
Nilai Zscore2 Menerima BLT 142 -2.542280 .7526700 .0631627
Tidak menerima BLT 277 -2.517220 .6932153 .0416513
Group Statistics
Std. Error
Program BLT N Mean Std. Deviation Mean
DELTA Menerima BLT 142 .1821 .70008 .05875
Tidak menerima BLT 277 .1698 .66227 .03979