Você está na página 1de 5

ANALISA JURNAL

Therapeutic Hypothermia Versus Normothermia In Adult Patients With Traumatic Brain


Injury: A Meta-Analysis

Hipotermia Terapeutik Vs Normothermia Pada Pasien Dewasa Dengan Cedera Otak Traumatis:
Meta-Analisis

*Youfeng Zhu1 , Haiyan Yin1 , Rui Zhang1 , Xiaoling Ye1 and Jianrui Wei2*

Pendahuluan

Hipotermia terapeutik (TH), di mana suhu tubuh dipertahankan pada suhu 32-35 C,
memberikan neuroproteksi yang signifikan dan mengurangi hipertensi intrakranial sekunder
setelah cedera otak traumatis (TBI). Pada tahun 2015, dua percobaan terkontrol multi-center
yang dirancang dengan baik dipublikasikan yang tidak menunjukkan hasil yang menguntungkan
dengan penggunaan TH pada pasien dewasa dengan TBI dibandingkan dengan pengobatan
normothermia (NT). Oleh karena itu, kami melakukan meta-analisis yang diperbarui untuk
menilai efek TH pada pasien dewasa dengan TBI.

Intervensi

Intervensi dalam penelitian ini adalah uji coba terkontrol secara acak yang membandingkan TH
dan NT pada pasien dewasa dengan TBI. Sebanyak 2177 pasien TBI termasuk dalam meta-
analisis saat ini. Dari kasus ini, 1122 pasien secara acak ditugaskan ke kelompok TH, dan 1055
pasien ditugaskan ke kelompok NT. Dua reviewer menilai kualitas setiap penelitian dan
mengumpulkan data secara independen. Kami melakukan meta-analisis menggunakan perangkat
lunak Cochrane Collaboration's RevMan 5.3.

Hasil

Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa TH tidak dapat menurunkan angka kematian pada
3 bulan pasca-TBI (RR 0,95; 95% CI 0,59, 1,55; z = 0,19, P = 0,85) atau 6 bulan pasca-TBI (RR
0,96; 95% CI 0,76, 1,23; z = 0,29 , P = 0,77). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil
klinis yang tidak menguntungkan ketika TH dibandingkan dengan NT pada 3 bulan pasca-TBI
(RR 0,79; 95% CI 0,56, 1,12; z = 1,31, P = 0,19) atau 6 bulan pasca-TBI (RR 0,80; 95% CI 0,63,
1,00; z = 1,92, P = 0,05). TH dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan Pneumonia (RR
1,51; 95% CI 1,12, 2,03; z = 2,72, P = 0,006) dan komplikasi kardiovaskular (RR 1,75; 95% CI
1,14, 2,70; z = 2,54, P = 0,01).
ANALISIS PICO

No. Kriteria Inti Jurnal


1. P a. Dalam jurnal ini populasi dan problem yang ditemukan yaitu
pasien yang dirawat inap dirumah sakit dengan TBI.

2. I a. Intervensi yang diberikan yaitu uji coba kontrol secara acak yang
melibatkan 2177 pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit dengan
TBI. Dimana peneliti melakukan peninjauan studi atau uji coba
yang sudah ada seperti Pubmed, EMbase, Cichare Central Register
of Controlled Trial, China National Knowlage Infrastrukture dan
database Wanfang. Dan untuk menghindari uji coba yang tidak
ada peneliti juga mencari referensi dari artikel yang relevan.
b. Hipotermia terapeutik untuk cedera otak akut adalah penurunan
suhu tubuh yang disengaja, dengan tujuan mengurangi kerusakan
jaringan pada sistem saraf pusat. Penggunaan hipotetik terapeutik
modern sebagai strategi neuroprotektif dimulai pada tahun 1940an
dengan karya Fay. Teknik untuk menginduksi dan
mempertahankan hipotermia dapat dibagi menjadi dua jenis:
metode pendinginan eksternal dan internal. Jenis pertama
mencakup penggunaan selimut pendingin, bungkus es, pemandian
alkohol, perendaman air dingin, lavage lambung garam dingin,
dan pendinginan lokal menggunakan perangkat helm. Namun,
terlepas dari sifat non-invasifnya, metode ini memiliki beberapa
kelemahan, seperti penerapan yang kompleks, terutama pada
pasien obesitas, persyaratan keperawatan tinggi, vasokonstriksi
kulit yang intens - menggigil, onset lambat pada suhu yang
diinginkan dan suhu perawatan yang tidak menentu. (Zweifler
,et.all ,2003)

3. C Hasil metode perbandingan dalam hypothermia therapeutic adalah:


Terjadi pemulihan neurologis secara signifikan lebih baik pada 3 bulan
dan pada 6 bulan di antara pasien dengan skor GCS 5-7 pada saat
masuk ke rumah sakit.

Bedasarkan penelitian lain pada tahun 2015 tentang Hypothermia for


Intracranial Hypertension after Traumatic Brain Injury menyatakan
bahwa Pada pasien dengan cedera otak traumatis, hipotermia terapeutik
ditambah perawatan standar berhasil mengurangi tekanan intrakranial.
Intervensi ini, bagaimanapun, tidak memperbaiki pemulihan fungsional
dibandingkan dengan perawatan standar.

Selain itu, Tukomi, dkk (2003) penggunaan hipotermia menunjukkan


manfaat untuk mengobati IH, kopling optimal antara aliran darah dan
metabolisme otak pada suhu 35C, tanpa kompromi tekanan perfusi.
Penulis yang sama menerbitkan percobaan lain, menggunakan 35C
dan membandingkan hasilnya dengan pasien yang sebelumnya diobati
pada suhu 33C; Analisis post hoc menunjukkan kontrol tekanan
perfusi otak yang lebih baik pada suhu 35C tanpa perbedaan tingkat
ICP, komplikasi, mortalitas atau hasil neurologis.

4. O a. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa :


1) TH tidak dapat menurunkan angka kematian pada 3 bulan
pasca-TBI (RR 0,95; 95% CI 0,59, 1,55; z = 0,19, P = 0,85)
atau 6 bulan pasca-TBI (RR 0,96; 95% CI 0,76, 1,23; z =
0,29 , P = 0,77).
2) Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil klinis yang
tidak menguntungkan ketika TH dibandingkan dengan NT
pada 3 bulan pasca-TBI (RR 0,79; 95% CI 0,56, 1,12; z =
1,31, P = 0,19) atau 6 bulan pasca-TBI (RR 0,80; 95% CI
0,63, 1,00; z = 1,92, P = 0,05).
3) TH dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan
Pneumonia (RR 1,51; 95% CI 1,12, 2,03; z = 2,72, P =
0,006) dan komplikasi kardiovaskular (RR 1,75; 95% CI
1,14, 2,70; z = 2,54, P = 0,01).
.

Você também pode gostar