Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarahnya epidemiologi dikembangkan dengan menggunakan


epidemic penyakit menular sebagai suatu model studi. Landasan epidemiologi
masih berpegang pada model penyakit, metode, dan pendekatanya. Dewasa ini,
epidemiologi sudah terbukti efektif dalam mengembangkan hubungan sebab-
akibatpada kondisi-kondisi non infeksius seperti penyalahgunaan obat, bunuh
diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zatkimia, kanker, dan penyakit jantung.
Epidemiologi digunakan untuk menetukan kebutuhan akan program-
progam pengendalian penyakit, mengembangkan program pencegahan dan
kegiatan layanan kesehatan, serta menetapkan pola penyakit endemis, epidemis,
dan pandemic.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi
Secara harfiah epidemiologi berasal dari kata epi (permukaan, diatas,
menimpa), demo (orang,populasi,manusia), dan ologi ( ilmu tentang. Dengan
demikian istilah epidemiologi jika diartikan kata per kata memilii arti ilmu yang
mempelajari tentang suatu yang menimpa manusia, Epidemiologi telah
didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu definisinya adalah ilmu yang
mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan factor-faktor yang
mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit, kecacatan, atau kematian dalam
populasi manusia.
Epidemiologi juga meliputi pemberian cirri pada distribusi status
kesehatan, penyakit, atau maslah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan
usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan,perilaku, waktu,
tempat,orang dan sebagainya. Karakteristik ini dilakukan guna menjelaskan
distribusi suatu penyakit atau masalah yang terkait dengan kesehatan jika
dihubungkan dengan factor penyebab. Selain berfokus pada tipe dan keluasaan
cedera, kondisi, atau penyakit yang menimpa suatu kelompok atau populasi,
epidemiologi juga menangani factor risiko yang dapat memberikan dampak,
pengaruh, pemicu, serta efek pada distribusu penyakit, cacat (defek),
ketidakmampuan, dan kematian (T.C. Timmreck,2005).
Dalam sejarahnya epidemiologi dikembangkan dengan menggunakan
epidemic penyakit menular sebagai suatu model studi. Landasan epidemiologi
masih berpegang pada model penyakit, metode, dan pendekatanya. Dewasa ini,
epidemiologi sudah terbukti efektif dalam mengembangkan hubungan sebab-
akibatpada kondisi-kondisi non infeksius seperti penyalahgunaan obat, bunuh
diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zatkimia, kanker, dan penyakit jantung.

2
Epidemiologi digunakan untuk menetukan kebutuhan akan program-
progam pengendalian penyakit, mengembangkan program pencegahan dan
kegiatan layanan kesehatan, serta menetapkan pola penyakit endemis, epidemis,
dan pandemic.
Tujuan Epidemiologi
Epidemiologi mempunyai beberapa tujuan antara lain :
Menggambarkan status kesehatan populasi
Menentukan sebab masalah kesehatan
Menentukan riwayat alamiah suatu penyakit
Mengevaluasi suatu intervensi kesehatan
Meramalkan terjadinya masalah kesehatan dalam populasi
Menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi dengan
tindakan pencegahan atau pengobatan

Kegunaaan epidemiologi
Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai
penyakit tetapi mengenai masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak
hanya digunakan untuk klinik kedokteran yang umimnya bersifat
individual, tetapi juga bersifat populasi keadaan kesehatan. Epidemiologi
juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program program pelayanan
kesehatan, selain perannya yang tradisional yaitu mencari atau
menentukan etiologi penyakit. Dinyatakan oleh Last ( 1987) bahwa
epidemiologi berguna dalam beberapa hal yakni :
Penelitian sejarah apakah kesehatan masyarakat membaik
atau menjadi lebih buruk ?
Diagnosis komunitas masalah kesehatan yang aktual dan yang
potensial ?
Melengkapi gambaran klinik penampilan penyakit yang berbeda,
mencari penyebab : studi kasus kontrol dan studi kohort, mengevaluasi

3
simptoms dan tanda tanda, analisa keputusan klinis, resiko individual dan
peluang aktuarial risks, penilaina bahaya kesehatan dan kerjanya
pelayanan kesehatan: Efficacy, Efectiveness, Efisiency.

B. Metode epidemiologi
Sebelum menuju kedalam pembahasan metode epidemiologi, ada
baiknya untuk mengetahui 3 hal pokok dalam epidemiologi. 3 hal pokok itu
antara lain:
1. Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi yang dimaksud disini adalah besarnya masalah kesehatan
yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk mengetahui frekuensi suatu
masalah kesehatan dengan tepat, ada dua hal pokok yang harus dilakukan
yakni menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang
ditemukan tersebut.
2. Penyebaran masalah kesehatan (Distribusi)
Distribusi menunjuk kepada pegelompokan masalah kesehatan
menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksud banyak
macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni
menurut ciri-ciri manusia (man), tempat (place). Dan waktu (time)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi (Determinan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi disini menunjuk kepada faktor
penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik ang menerangkan frekuensi,
penyebaran, dan ataupun menerangkan penyebab munculnya masalah
kesehatan itu sendiri. Tiga langkah lazim yang dilakukan:
a. Merumuskan hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan

4
Di dalam epidemiologi, ada 2 tipe pendekatan atau metode yaitu:

1. Epidemiologi deskriptif
Disebut epidemiologi deskriptif apabila hanya mempelajari tentang
frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang
perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi, penyebaran, dan atau munculnya msalah kesehatan tesebut. Hasil
dari pekerjaan epidemiologi deskriptif ini hanya menjawab pertanyaan siapa
(who), dimana (where), dan kapan (when) dari timbulnya suatu masalah
kesehatan, tetapi tidak menjawab pertanyaan mengapa (why) timbulnya
masalah kesehatan masyarakat tersebut.
Contoh :
a. Ingin mengetahui frekuensi penderita TBC paru di suatu daerah.
Untuk ini di kumpulkan data tentang penyakit TBC paru di daerah
tersebut.
b. Ingin mengetahui penyebaran penyakit TBC paru menurut susunan,
umur, dan jenis kelamin di suatu daerah. Sama halnya dengan
frekuensi disini juga di lakukan pengumpulan data tentang penyakit
TBC paru didaerah tersebut ujntuk kemudian untuk di sajikan
menurut kelompok susunan umur dan jenis kelamin.
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi
penyakit berubah menurut perubahan variabel epidemiogi, yang terdiri dari:
a. Orang (person)
Ciri-ciri manusia yang dapat mempengaruhi penyebaran penyakit
antara lain dilihat dari umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan,
penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, dan
paritas (keadaan wanita berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan)

5
b. Tempat (place)
Pengertian mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi (penyebab suatu penyakit tertentu)
penyakit. Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari
etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada
penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan
mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan
atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih
dahulu di tiap-tiap daerah (tempat):
Susunan umur
Susunan kelamin
Kualitas data
Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.

Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan


lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor
sebagai berikut:

1) Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang


berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2) Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda,
bervariasi seperti karakteristik demografi.
3) Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga,
praktek higiene perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit
atau sehat.
4) Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti
tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program higiene
(sanitasi) dan lain-lain.

6
c. Waktu (time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan
penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor
etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka
kesakitan, maka dibedakan: fluktuasi jangka pendek (perubahan angka
kesakitan selama beberapa jam, hari, dll); perubahan secara siklus di
mana perubahan angka kesakitan berulang-ulang dengan antara beberapa
hari, bulan, dll; dan perubahan-perubahan angka kesakitan dalam periode
waktu yang panjang. , bertahun-tahun, yang disebut secular trends

2. Epidemiologi analitik
Disebut epidemiologi analitik bila telah mencakup pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu
masalah kesehatan. Disini diupayakan tersedianya jawaban terhadap faktor-
faktor penyebab yang dimaksud. Karena itu studi ini dipergunakan untuk
menguji data dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi
deskriptif. Ada 3 studi tentang epidemiologi ini, yaitu:

a. Studi riwayat kasus (case study history)


Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang,
kelompok orang yang terkena penyakit dan kelompok orang tidak
terkena. Contoh : Ada hipotesis yang menyatakan bahwa penyebab
utama kanker paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini
diambil sekelompok orang penderita kanker paru-paru. Kepada
penderita ini ditanyakan tentang kebiasaan merokok. Dari jawaban
pertanyaan tersebut akan terdapat 2 kelompok, yakni penderita yang
mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang tidak merokok.
Kemudian kedua kelompok ini diuji dengan uji statistik, apakah ada
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut.

7
b. Studi Kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan suatu penyebab
penyakit. Kemudian diambil sekelompok orang lagi mempunyai ciri-
ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan
atau dikenakan penyebab penyakit (Kelompok kedua ini disebut
kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua
kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua
kelompok tersebut, bermakna atau tidak. Contoh : Untuk
membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama penyebab
kanker paru-paru, diambil 2 kelompok orang, kelompok satu terdiri
dari orang-orang yang tidak merokok kemudian diperiksa apakah ada
perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok dan
kelompok non perokok.

3. Epidemiologi eksperimen
Studi ini diadakan dengan mengadakan eksperimen kepada kelompok
seubjek kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak
dikenakan percobaan). ). Contoh : untuk menguji keampuhan suatu vaksin,
dapat diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut.
Sementara itu diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya
diberikan placebo. Setelah beberapa tahun kemudian dilihat kemungkinan-
kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok percobaan dan kelompok
kontrol.

8
C. Penyakit yang timbul sesuai musim
Dalam perkembangannya, khususny dalam zaman modern ini
epidemiologi telah membantu mengungkapkan riwyat alamiah penyakit, factor-
factor resiko penyakit tertentu dan berkontribusi menentukan strategi
pembasmian / pemberantasan penyakit-penyakit tersebut. Di bawah ini di sajikn
bahan-bahan yang di terjemahkan (sebagian) dari buku Basic Epidemiology,
karangan R. Beaglehole, R. Bonita dan T. Kjellstrom, WHO, 1993 (halaman 4
10).
a. Cacar
Dalam tahun 1790-an telah dibuktikan bahwa infeksi karena
Cowpox dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit cacar atau
smallpox, tetapi baru 200 tahun kemudian prinsip ini di terima dan di
terapkan di seluruh dunia sehingga penyakit cacar dapat dibasmi dari
seluruh duniaa tahun 1978 sudah tidak ada kasus cacar lagi. Di
bawah koordinasi WHO yang di mulai dari tahun 1967 suatu
program pembasmian 10 tahun. Epidemiologi terutama berperan
dalam hal : menentukan distribusi kasus, dan model mekanisme dan
derajat penyebaran, dengan jalan pemetaan meletupnya penyakit
tersebut, dan melakukan evaluasi program penanggulangan.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pembasmian cacar
adalah kemauan politik, tujuan yang jelas, jadwal yang tepat, staf
yang terlatih, dan strategi yang luwes, di samping itu juga
terdapatnya vaksin dan tahan panas dan efektif.
b. Methylmercury
Mercury atau air raksa adalah yang meracun dan telah di kenal
sejak abad pertengahan. Sekrang dia merupakn symbol tentang
bahaya populasi lingkungan. Dalam tahun 1950-an di ketahui bahwa
air raksa di buang dalam limbah pabrik di Minamata, Jepang, ke
teluk kecil yang mengakibatkan bertumpuk methylmercury dalam
ikan, yang kemudian mengakibatkan keracunan yang hebat pada

9
penduduk yang memakannya. Epidemiologi berperan dalam
penyebab dlam penanggulangan suatu epidemic yang di sebabkan
oleh polusi lingkungan.
c. Rheuamatic Fever dan Rheumatic Heart Disease
Rheumatic Fever dan Rheumatic Heart Disease berhubungan
dengan kemiskinan, khususnya dengan perumahan yang buruk dan
overcrowding yang memudahkan penyebaran streptococcus yang
menimbulkan infeksi pada jalan nafas bagian atas. Di Negara maju
penyakit ini sudah hampir tidak ada, tetapi di sebagian Negara
berkembang Rheumatic Fever disease merupakan penyakit jntung
yang umum.
Epidemiologi mambantu pemahaman tentang sebab rheumatic
fever dan rheumatic heart disease. Epidemiologi juga
mengungkapkan tentang peran factor-faktor social dan ekonomi dan
timbulnya kejadian luar biasa (KLB) rheumatic fever dan penyebaran
infeksi tenggorokan . jelas bahwa penyebab penyakit ini lebih
kompleks bila di bandingkan dengan keracunan methylmercury, yang
mempunyai suautu penyebab.
d. Iodine deficiency diseases
Defisiensi yodium yang umum terdapat pada daerah
pegunungan tertentu, yang menyebabkan hilangnya energy jasmani
adan mental di hubungkan dengan tidak cukupnya produksi hormone
tiroid yang mengandung yodium. Goitre dan cretinism telah di
gambarkan secara rinci kira-kira sejak 400 tahun yang lalu, tetapi
baru di abad ke 20 diperoleh pengetahuan yang cukup untuk usaha-
usaha pencegahn dan pemberantasannya. Dalam tahun 1915
epidemic goitre di sebut sebagai penyakit yang paling mudah
dicegah, dan di usulkan untuk menggunakan garam yang beryodium
untuk pemberantasannya. Tidak lama setelah itu di lakukan uji coba
pertama yang berskala besar diakrone, Ohio, USA. Uji coba ini

10
melibatkan 500 bgadis berusia 11-18 tahun. Efek profilaktik dan
teuraptiknya sangat mengesankan dan pada tahun 1954 pemberian
garam yang beryodium dilakukan pada komunitas-komunitas tertentu
di banyak Negara.
Epidemiologi membantu mengidentifikasi dan memecahkan
masalah defisiensi yoidum, mendemonstrasikan, efektifnya usaha-
usaha pencegahan yang dapat di gunakan pad skala luas., dan cara-
cara memantau program pemberian yodium. Namun demikian, masih
terjadi keterlambatan pelaksnaan di Negara-negara sedang
berkembang di mana berjuta-juta orang menderita defisiensi yodium
dan kekurangan yodium endemik.
e. Tekanan Darah Tinggi ( High bloodpressure )
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah masalah kesehatan
yang penting dinegara maju maupun Negara berkembang. Masalah
ini mencapai 20% dari penduduk berumur 35-64 tahun. Di Amerika
Serikat hingga daerah tertentu di Republik Rakyat Cina.
Epidemiologi menjelaskan besarnya masalah, menetapkan riwayat
alamiah penyakit, dan akibatnya bila hipertensi tidak diobati,
menunjukkan kegunaan pengobatan, dan membantu menentukan
pada tekanan berapa pengobatan itu harus dimulai dan mengevaluasi
berbagai strategi pencegahan. Di Amerika Serikat bila digunakan
batas diatas 140/90 maka aka ada 53% penduduk kulit putih berumur
64-74 tahun yang harus diobati, padahal bila digunakan ketentuan
yang lebih konservatif yaitu diatas 170/95 angka ini akan sama
dengan 17%.
f. Merokok, Asbestosis, dan Kanker Paru
Kanker Paru biasanya jarang tetapi sejak tahun 1930-an terjadi
kenaikan yang mencolok, terutama di Negara-negara industri.
Penelitian epidemiologi yang pertama yang mengkaitkan kanker paru
dengan merokok dipublikasikan pada tahun 1950. Hasil-hasil yang

11
kemudian menyusul menunjang kaitan ini dan ini terjadi dipopulasi
yang berbeda-beda. Sekarang ini sudah jelas bahwa rokok dapat
menyebabkan kanker paru, tetapi ,masih banyak bahan lain yang
dapat juga menyebabkan kanker paru seperti debu asbestos dan
polusi udara di daerah perkotaan. Rokok dan asbestos berinteraksi
sehingga mereka yang merokok dan juga exposed terhadap asbestos
mempunyai risiko yang lebih tinggi dari pada jika terpapar sendiri-
sendiri. Penelitian epidemiologi dapat mengukur secara kuantitatif
sumbangan berbagai factor lingkungan sebagai penyebab penyakit
tertentu.
g. Hip Fracture
Injuries yang berkaitan dengan jatuh, khususnya fraktur dari
leher femur pada orang tua, telah banyak menarik perhatian karena
implikasinya pada kebutuhan akan pelayanan kesehatan untuk
populasi yang menua. Dari semua injuries, patah tuang paha
merupakan bagian terbesar dari jumlah hari dirawat di rumah sakit.
Penggunaan estrogen pada pasca menoupose dapat mencegah
terjadinyapatah tulang paha. Dengan semakn besarnya penduduk tua,
maka dapat diharapkan bahwa insidens patah tulang pun akan
meningkat. Epidemiologi berperan dalam meneliti factor-faktor
dalam rangka mengurangi beban akibat kejadian patah tulang
tersebut.
h. AIDS
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome )
diindentifikasikan untuk pertama kali pada tahun 1981 di Amerika
Serikat. Virus AIDS terdapat di cairan tubuh terutama di darah,
seminal, dan cairan uterovaginal, penularan melalui hubungan seks,
atau memakai jarum suntik bersama. Virus ini juga ditularkan
melalui transfuse darah atau produk darah yang tercemar, dan dari
seseorang terinfeksi ke janin dalam kandungannya. Belum ada obat

12
untuk mengobati AIDS, terdapat obat yang memperlambat perjalanan
penyakit antara lain Zidovudine (AZT). Epidemiologi
mengindentifikasi epidemic AIDS, pola penularan, identifikasi
factor-faktor risiko, dan evaluasi program intervensi yang bertujuan
untuk mencegah, mengobati, dan memberantas penyakit ini. Belum
ada obat yang efektif maupun vaksin yang mencegahnya. Yang bisa
dilakukan adalah melakukan screening terhadap darah yang
disumbangkan, menganjurkan beperilaku seks yang aman dan jangan
menggunakan jarum suntik bersama.

D. Pengukuran Epidemiologi
Untuk mengetahui kejadian dan pola suatu penyakit atau permasalahan
yang terjadi di masyarakat digunakan alat atau metode yang dapat dipakai
sebagai tolak ukur atau indikator. Alat ukur sering dipakai dalam rasio (ratio)
dan rate. Rasio atau proporsi digunakan untuk membandingkan afrekuensi suatu
penyakit atau masalah pada dua kelompok individu atau lebih, misalnya
frekuensi penyakit demam berdarah pda kelompok A dan B, sedangkan rate
dipakai untuk menyatakan frekuensi distribusi suatu penyakit atau peristiwa
yang terjadi di masyarakat, misalnya jumlah kematian penduduk di kota
Surabaya karena demam berdarah adalah 20 orang per 100 penduduk.
Rate adalah pernyataan numeric yang menggunakan sebuah rumus untuk
menghitung frekuensi suatu kejadian yang berasal dari pembagian jumlah kasus
(pembilang) dengan jumlaj populasi totalyang mengalamikejadian tersebut
(penyebut atau populasi berisiko), kemudian hasilnya dikalikan 100,
1000,10.000 (suatu konstanta) untuk mengetahui jumlah kasus yang terjadi pada
unit populasi tersebut

Jumlah Kasus
Rate = X 1.000
Populasi di area dalam periode waktu tertentu

13
Rasio adalah hubungan dalam angka, tingkatan, atau penjumlahan yang
terbentuk antara dua hal ; hubungan yang kuat dalam hal jumlahatau tingkatan di
antara dua hal serupa, misalnya 25 laki-laki terhadap 30 perempuan. Karena
sifatnya yang lebih umum, rasio merupakn angka relative yang menunjukan
tingkatan suatu kejadian yang berkaitan dengan kejadian lein. Semua rate dapt
dianggap rasio,tetapi rasio belumtentu rate. Dalam epidemiologi, rasio kurang
bermanfaat dibandingkan rate karena waktunya dihilangkan sehingga hasilnya
lebih umum (G.D. Freidman,2000).

Proporsi adalah suatu bentuk persentase, sementara persentase


merupakan tipe khusus proporsi. Dalam epidemiologi, jumlah orang yang saat
itu mengalami penyakit atau kondisi dibandingkan dengan keseluruhan jumlah
orang yang pernah mengalami penyakit atau kondisi itu disebut proporsi. Jika
dinyatakan dalam perbandingannya dengan populasi secara keseluruhan, hal itu
disebut rate. Dalam epidemiologi salah satu rasio yang digunakan adalah rasio
kematian bayi, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kematian bayi
dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup. Total jumlah angka kematian
akibat penyebab tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu proporsi dari semua
kematian, tetapi tidak untuk semua kelahiran.

1. Pengukuran Angka Penyakit (Morbiditas)


Pengukuran frekuensi penyakit dititikberatkan pada angka kesakitan
dan angka kematian yang terjadi pada masyarakat. Pengukuran angka
kesakitan relative lebih sulit dibandingkan dengan angka kematian.

Incidence rate

Incidence rate dari suatu penyakit merupakan jumlah kasus baru


yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.

14
Rumus yang digunakan:

Jumlah kasus suatu penyakit selama periode


Incidence rate = terhenti X 1.000
Populasi yang mempunyai risiko tertular penyakit
yang sama

Attack rate
Bila penyakit terjadi secara mendadak dan orang yang menderita dalam
jumlah besar seperti keracunan makanan, maka formula yang dipakai untuk
menghitung adalah attack rate.Rumus yang digunakan:

Jumlah orang yang sakit


Attack rate = X 1.000
Populasi yang mempunyai risiko

Prevalence rate
Prevalence rate merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang
terjadi pada suatu masyarakat pada periode tertentu. Bila
prevalenceditententukan pada suatu periode, misalnya pada bulan juli 2006,
maka disebut sebgai point prevalence rate. Tetapi jika ditentukan dalam periode
tertentu misalnya 1 tahun (1 januari 2007 sampai desember 2007) maka disebut
sebagai prevalence rate. Rumus yang digunakan :

Jumlah orang yang menderita penyakit pada periode


Prevalence rate = tertentu X 1.000
Jumlah penduduk
seluruhnya

15
2. Pengukuran Angka Kematian (Mortalitas)
Pengukuran angka kematian jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan
pengukuran angka kesakitan, karena terjadinya sudah pasti dan lebih mudah
untuk mendapatkan datanya dari sumber-sumber yang pasti. Angka kematian
yang sering digunakan adalah angka kematian kasar, angka kematian bayi,
angka kematian ibu, angka kasus fatal, dan angka kematian neonatal.

Angka Kematian Kasar

Angka Kematian kasar (AKK) merupakan jumlah seluruh kematian


selama tahun berjalan bagi jumlah penduduk pertengahan tahun.Rumus yang
digunakan:

Jumlah seluruh kematian


AKK = X 1.000
Pertengahan Tahun

Angka kematian bayi

Angka kematian bayi (AKB) dalah angka kematin annk berumur kurang
dari satu tahun. AKB merupakan indikator peting dalam menilai status
kesehatan masyarakat yang meliputi keadaan tingkat
ekonomi,sanitasi,gizi,pendidikan, dan fasilitas kesehatan yang terdapat di suatu
Negara. Rumus yang digunakan:

Jumlah kematian bayi < 1 tahun


AKB = X 1.000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

16
Angka kematian ibu
Angka kematian ibu (AKI) pada proses kehamilan merupakan indikator
penting pelayanan obstetrik dan keberhasilan program keluarga Berencana.
Selain itu juga bisa dipakai sebagai tolak ukur pengembangan status sosial
ekonomi masyarakat. Rumus yang digunakan:

Jumlah kematian ibu pada proses kehamilan, kelahiran, dan nifas


AKI = X 1.000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Angka Kasus Fatal

Angka Kasus fatal (AKF) merupakan persentase angka kematian karena


penyakit tertentu yang dipakai untuk menentukan derajat keganasan atau
kegawatan penyakit tersebut. Rumus yang digunakan :

Jumlah kematian akibat suatu penyakit


AKF= X 1.000
Jumlah seluruh kasus penyakit yang sama

Angka kematian Neonatal

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah kematian bayi berumur


kurang dari empat minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup. Rumus yang
digunakan :

Jumlah kematian bayi < 28 hari


AKN = X 1.000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

17
Angka Kematian Pascaneonatal

Angka Kematian Pascaneonatal (AKP) diperlukan untuk menelusuri


kematian di Negara belum berkembang, terutama pada wilayah tempat
meninggal bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi,
dan penyakit infeksi.

AKP = Jumlah kematian bayi berusia 28 hari- 1 tahun X 1.000


Jumlah kelahiran hidup di tahun yang sama

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara harfiah epidemiologi berasal dari kata epi (permukaan, diatas, menimpa),
demo (orang,populasi,manusia), dan ologi ( ilmu tentang. Dengan demikian istilah
epidemiologi jika diartikan kata per kata memilii arti ilmu yang mempelajari tentang
suatu yang menimpa manusia, Epidemiologi telah didefinisikan dengan berbagai cara.
Salah satu definisinya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,
pengendalian, dan factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit,
kecacatan, atau kematian dalam populasi manusia.

Tujuan Epidemiologi
Epidemiologi mempunyai beberapa tujuan antara lain :
Menggambarkan status kesehatan populasi
Menentukan sebab masalah kesehatan
Menentukan riwayat alamiah suatu penyakit
Mengevaluasi suatu intervensi kesehatan
Meramalkan terjadinya masalah kesehatan dalam populasi
Menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi dengan
tindakan pencegahan atau pengobatan

19
Kegunaaan epidemiologi

Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai penyakit tetapi


mengenai masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk klinik
kedokteran yang umimnya bersifat individual, tetapi juga bersifat populasi keadaan
kesehatan. Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program program
pelayanan kesehatan, selain perannya yang tradisional yaitu mencari atau menentukan
etiologi penyakit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip- prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Rineka Cipta.
Effendi, Ferry Makhfudli. 2009. Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika.
Saepudin,Malik. 2003. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Pontianak. STAIN Pontianak Press.

21

Você também pode gostar