Você está na página 1de 99

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG TERATAI V
SELATAN RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FALLAH ADI WIJAYANTI, S.Kep


0806457035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG TERATAI V
SELATAN RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners

FALLAH ADI WIJAYANTI, S.Kep


0806457035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


ii

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,


karena atas rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa praktik sampai pada penyusunan Karya Ilmiah Akhir
ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., M.N selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir;
2) Ibu Ns. Aat Djanatunisah, S.Kep selaku pembimbing praktik di RSUP
Fatmawati yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya selama praktik di RSUP Fatmawati
3) Sivitas Akademika FIK UI yang telah memberikan dorongan secara moril
kepada saya dalam menjalankan Karya Ilmiah Akhir;
4) Seluruh pihak RSUP Fatmawati, khususnya perawat di Teratai V Selatan yang
telah membantu dan membimbing selama perjalanan praktik;
5) Pasien kelolaan dan keluarga di ruang Teratai V Selatan RSUP Fatmawati
yang telah kooperatif dalam menjalankan asuhan keperawatan;
6) Keluarga saya yang selalu setia memberikan bantuan luar biasa baik secara
moril terlebih dalam hal materil yaitu Papa, Mama, Dini, Ida, Hani, dan Nisa;
7) Teman-teman satu pembimbing saya Eny, KD, Melati, Ponsinah, Agnes,
Heni, Indida, yang telah bekerja sama dalam penyelesaian Karya Ilmiah
Akhir.
8) Sahabat saya Rizki, Asty, Dara, Nanda, Priska, Lisa, Fiza, Andreas, Adit,
Ghunarsa, dan Andi yang telah banyak saya repotkan, sahabat yang selalu
memberikan semangat dan membantu saat proses mengerjakan Karya Ilmiah
Akhir;
iv

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


9) Teman-teman FIK UI khususnya FIK UI 2008 teman seperjuangan, teman
berbagi semangat, dan teman senasib yang selalu menyemangati setiap proses
dalam mengerjakan Karya Ilmiah Akhir ini;
10) Segenap keluarga besar EKSPRESIF yang telah memberi bantuan dan
semangat saat saya menghadapi kesulitan dan kebosanan; dan
11) Seluruh pihak yang telah membantu saya dari awal sampai akhir penyelesaian
Karya Ilmiah Akhir ini sehingga semua proses dapat saya jalani.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan kedepannya.
Depok, 08 Juli 2013
Penulis

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


vi

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Fallah Adi Wijayanti, S.Kep


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan Diabetes
Melitus di Ruang Teratai V Selatan RSUP Fatmawati

Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien


dengan masalah diabetes melitus (DM) melalui pendekatan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) dalam seting Keperawatan Medikal
Bedah (KMB). DM merupakan keadaan dimana kadar gula darah tinggi karena
gangguan produksi atau penggunaan insulin. DM tipe 2 pada masyarakat
perkotaan disebabkan gaya hidup yang tidak sehat meliputi pola makan yang tidak
sehat, stres, dan aktifitas fisik yang kurang. Pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih parah dari
masalah DM. Komplikasi ulkus kaki diabetik merupakan salah satu dampak dari
ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan DM. Penatalaksanaan holistik
kaki diabetes yang dilakukan meliputi kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol
vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi. Asuhan keperawatan
secara kontinu dilakukan pada pasien DM. Praktikan merekomendasikan
dilakukannya edukasi kesehatan seperti perawatan kaki dan perawatan luka
kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kata kunci :
Diabetes melitus, edukasi, gaya hidup, Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan, stres, ulkus kaki diabetik

vii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name :Fallah Adi Wijayanti,S.Kep


Study program : Nursing Science
Title : Analysis of Clinical Practice Public Health Nursing in
Urban on Patient Diabetes Melitus in Teratai V Selatan
RSUP Fatmawati.

The aim of this paper was to analyze the nursing care in patient with diabetes
mellitus (DM) problems through Public Health Nursing in Urban approach in
Medical surgical Nursing setting. DM is a condition in which high blood sugar
levels due to impaired production or use of insulin. DM type 2 in urban
community is caused unhealthy lifestyle including unhealthy diet, stress, and lack
of physical activity. Promotive, preventive, curative, and rehabilitative approach
was necessary to prevent more severe impact of the DM problem. Complications
of diabetic foot ulcers is one of the impacts of patient noncompliance to diabetes
management. Holistic management of diabetic foot including mechanical control,
metabolic control, vascular control, wound control, infection control, and
education control. Nursing care is given to the DM patient continuously.
Practitioner recommends that health education such as foot care and wound care
for patient and family should be addressed to improve patients quality of life.

Key words:
Diabetes melitus, diabetic foot ulcer, education, life style, public health nursing in
urban, stress

viii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... . iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN . xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... 4
1.2.1 Tujuan umum ............................................................... 4
1.2.2 Tujuan khusus .............................................................. 5
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Pelayanan kesehatan .................................................... 5
1.3.2 Pendidikan.................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 6
2.1.1 Konsep Urban (Perkotaan) ........................................... 6
2.1.2 Konsep Epidemiologi ................................................... 7
2.1.3 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .......... 8
2.2 Konsep Diabetes Melitus ............................................................ 10
2.2.1 Definisi diabetes melitus .............................................. 10
2.2.2 Klasifikasi diabetes melitus ......................................... 11
2.2.3 Etiologi dan faktor risiko diabetes melitus .................. 11
2.2.4 Patofisiologi diabetes melitus ...................................... 13
2.2.5 Tanda dan gejala diabetes melitus ............................... 13
2.2.6 Komplikasi diabetes melitus ........................................ 14
2.2.7 Pemeriksaan diagnosis diabetes melitus ...................... 16
2.2.8 Penatalaksanaan diabetes melitus ................................ 17
2.3 Konsep Ulkus Kaki Diabetik ...................................................... 20
2.3.1 Pengkajian ulkus kaki diabetik .................................... 20
2.3.2 Penatalaksanaan ulkus kaki diabetik ............................ 22

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA


3.1 Pengkajian ................................................................................... 26
3.2 Analisis Data ............................................................................... 38
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 40

ix Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................... 41
3.5 Implementasi dan Evaluasi ......................................................... 43

BAB 4 ANALISIS SITUASI


4.1 Profil lahan praktek ..................................................................... 56
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep kasus terkait ................................................................... 56
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
..................................................................................................... 62
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan .............................. 66

BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................... 68
5.2 Saran ......................................................................................... 69
5.2.1 Perawat ............................................................................ 69
5.2.2 Pasien .............................................................................. 70
5.2.3 Pelayanan Kesehatan ...................................................... 70
5.2.4 Institusi Pendidikan ......................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ...... .. 71

x Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Insulin berdasarkan Lama Kerja ..................................... 19


Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik dari Etiologi Ulkus Kaki Diabetik .... 20
Tabel 3.1 Obat Ny. F selama dirawat di RSUP Fatmawati ...................... 34
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. F ................................... 36
Tabel 3.3 Analisis Data ............................................................................ 38
Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. F .............................. 41
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Ny. F ............... 43

xi Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Ulkus Pedis Sinistra Plantar pada Ny. F................................... 32


Gambar 3.2 Gangren Pedis Sinistra Dorsal Digiti II pada Ny. F ................. 32
Gambar 3.3 Hasil Rontgen Thorax Ny. F .................................................... 37
Gambar 3.4 Hasil Rontgen Pedis Ny. F ....................................................... 37

xii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Diabetes Melitus


Lampiran 2 : Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Perawatan Kaki
Lampiran 3 : Biodata Penulis

xiii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk Indonesia berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk tahun 2011 adalah
sebesar 241.182.182 jiwa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia/ KEMENKES
RI, 2012). Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak tidak diiringi dengan
penyebaran yang merata disetiap wilayah. Perpindahan masyarakat dari desa ke kota
terus mengalami peningkatan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Di Indonesia,
berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan mencapai 68%
pada tahun 2025. Proyeksi urbanisasi tahun 2025 di provinsi Jawa dan Bali masih
merupakan yang tertinggi yaitu diatas 80%. Urbanisasi yang terjadi seiring dengan
makin menariknya kehidupan di kota (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS, 2013).

Urbanisasi merupakan isu yang sangat kompleks dan meliputi banyak sektor
(Soetomo, 2009). Urbanisasi merupakan suatu proses adanya perubahan persebaran
penduduk di suatu wilayah (BAPPENAS, 2013). Urbanisasi dapat memberikan
dampak terhadap masalah-masalah kesehatan. Perubahan gaya hidup, kondisi penuh
stresor, dan perubahan kondisi lingkungan membuat munculnya berbagai masalah
kesehatan di masyarakat perkotaan. Masalah kesehatan yang dipengaruhi karena gaya
hidup dan stresor salah satunya adalah diabetes melitus (PERKENI, 2011).

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan peningkatan gula darah diatas normal
karena gangguan dalam produksi atau penggunaan insulin (ADA, 2013). DM dapat
terjadi karena beberapa faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat, kurang aktifitas,
dan stres. World Health Organization (WHO) memproyeksikan akan adanya
kenaikan jumlah penduduk yang terkena diabetes melitus pada tahun 2030. Indonesia
merupakan jumlah penderita diabetes terbanyak ke 4 setelah India, Cina, dan USA.
Pertumbuhan diabetes melitus di Indonesia sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang
pada tahun 2.000 menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030 (PERKENI, 2011).

1 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


2

World Health Organization (WHO) memproyeksikan pada tahun 2030, diabetes


melitus sebagai urutan ke tujuh penyebab kematian di dunia (WHO, 2013). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, pada daerah perkotaan
proporsi DM menyebabkan kematian sebesar 14,7%. Prevalensi DM di daerah urban
pada usia diatas 15 tahun sebanyak 5,7%. Data morbiditas pasien rawat inap RS di
seluruh Indonesia pada tahun 2009, diabetes tertinggi pada kelompok usia 45-65
tahun (KEMENKES RI, 2012). Jumlah penderita DM yang meningkat juga dapat
menyebabkan peningkatan komplikasi diabetes diantaranya luka pada bagian kaki.
Kasus ulkus dan gangren diabetik menjadi kasus DM terbanyak yang membuat
pasien dirawat di rumah sakit. Angka kematian akibat ulkus dan gangren sekitar 17-
23% (PERKENI, 2011).

Penduduk sebagai determinan pembangunan kesehatan harus mendapat perhatian


yang serius, termasuk dalam pembangunan kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam
pembangunan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
(KEMENKES RI, 2012). KEMENKES RI juga memperhatikan DM yang terjadi di
Indonesia dengan membuat program pengendalian DM. Pengendalian DM dilakukan
agar terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko penyakit DM (PERKENI, 2011). Program pengendalian
diabetes melitus dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh antara pemerintah,
masyarakat, profesi, dan perguruan tinggi (KEMENKES RI, 2012).

Fakultas Ilmu Keperawatan ikut serta dalam mengembangkan program pengendalian


masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan salah satunya melalui praktik
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). KKMP merupakan mata
ajar yang menjadi unggulan Fakultas Ilmu Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sering terjadi pada masyarakat perkotaan. KKMP menekankan
pada permasalahan kesehatan perkotaan dan faktor yang mempengaruhi masalah
individu, kelompok, dan masyarakat yang utama pada perkotaan. Praktik KKMP juga

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


3

dapat masuk pada seting pelayanan kesehatan salah satunya Keperawatan Medikal
Bedah (KMB).

Mahasiswa program profesi Fakultas Ilmu Keperawatan menjalani praktik KKMP


peminatan KMB di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati). RSUP
Fatmawati merupakan rumah sakit pendidikan kelas A yang memiliki pelayanan
spesialis dan subspesialis penyakit dalam. Pelayanan rawat inap penyakit dalam salah
satunya terdapat di teratai lantai V selatan. Ruangan di lantai V selatan dibagi
berdasarkan subspesialisasi penyakit dalam, salah satunya ruangan endokrin. Hasil
rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat inap di ruang penyakit dalam lantai V selatan
selama April-Mei 2013 didapatkan diabetes melitus sebagai kasus terbanyak kedua di
ruangan setelah gagal ginjal yaitu sebanyak 35 kasus. Pasien diabetes melitus yang
datang ke RSUP Fatmawati dan harus dirawat inap biasanya merupakan pasien
dengan diabetes melitus beserta komplikasi.

Praktikan saat praktik di RSUP Fatmawati mengelola 5 orang pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 beserta komplikasi. Praktikan melakukan asuhan keperawatan melaui
pendekatan KKMP dalam seting KMB. Pasien yang dikelola merupakan pasien yang
sudah lama terdiagnosa DM. Pasien dirawat karena gaya hidup yang tidak sehat
seperti kurang memperdulikan makanan, stres karena tuntutan kehidupan, dan kurang
olahraga. Keadaan tersebut merupakan penyebab dan faktor risiko yang terjadi
didalam masyarakat perkotaan. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan dan
terapi juga merupakan menyebabkan timbulnya komplikasi pasien dirawat, salah
satunya luka ulkus. Komplikasi lebih lanjut dapat dicegah dengan perawatan yang
tepat dan efektif.

Penatalaksanaan holistik harus dilakukan pada pasien ulkus kaki diabetik.


Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol
vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi (PERKENI, 2011). Kunci
untuk mengatasi pasien dengan ulkus diabetik menurut Wound International (2013)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


4

adalah melalui kontrol diabetes yang optimal, perawatan luka dan kontrol infeksi,
strategi mengurangi beban tekanan, dan meningkatkan aliran pulsasi. Pengontrolan
diabetes yang optimal dapat dilakukan dengan melakukan empat pilar
penatalaksanaan diabetes melitus yaitu: edukasi; nutrisi; aktivitas; dan pengobatan
(PERKENI, 2011). Konsep penatalaksanaan luka menurut The Eroupean Wound
Management Association (EWMA) tahun 2004 dengan debridemen jaringan, kontrol
inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi. Pemilihan balutan
yang mempertimbangkan lokasi luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe
eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan trauma juga dapat mempengaruhi
proses penyembuhan luka. Kerjasama antara pasien dengan tim kesehatan profesional
dalam merawat pasien DM sangat berperan mempercepat masa perawatan.

Masyarakat urban yang mengalami perubahan gaya hidup dan kondisi stresor
merupakan bagian dari faktor risiko terjadinya DM. Kesadaran yang rendah dan
ketidakpatuhan masyarakat terhadap dampak negatif penyakit DM membuat angka
kejadian diabetes menjadi meningkat dikalangan masyarakat perkotaan.
Penatalaksanaan DM termasuk komplikasi yang terjadi merupakan hal penting yang
perlu diperhatikan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat DM dan
komplikasinya. DM juga merupakan penyakit kedua terbanyak di lantai V selatan
RSUP Fatmawati. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus di ruang penyakit dalam lantai V selatan
RSUP Fatmawati dan menganalisis masalah terkait konsep KKMP dalam seting
KMB.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.2.1 Tujuan umum
Menggambarkan analisis praktik asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
diabetes melitus melalui pendekatan KKMP dalam seting KMB.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


5

1.2.2 Tujuan khusus


1.2.2.1 Menggambarkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus.
1.2.2.2 Menggambarkan analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP
dan konsep kasus terkait diabetes melitus
1.2.2.3 Menggambarkan analisis salah satu intervensi pada pasien diabetes melitus
dengan konsep dan penelitian terkait

1.3 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.3.1 Pelayanan kesehatan
Penulisan ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada pelayanan
kesehatan terkait asuhan keperawatan pada pasien dengan pendekatan KKMP pada
berbagai seting pelayanan kesehatan seperti KMB.
1.3.2 Pendidikan
Penulisan ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan yang ada terkait
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus. Penulisan karya ilmiah ini
juga dapat bermanfaat sebagai bahan acuan ilmiah berdasarkan pengalaman dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan diabetes melitus secara
langsung berdasarkan pendekatan KKMP.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)


2.1.1 Konsep Urban (Perkotaan)
Perkotaan menurut BAPPENAS (2005) merupakan wilayah yang memiliki
karakteristik kepadatan penduduk mencapai atau lebih 50 jiwa per ha, dimana
mayoritas penduduknya berusaha bekerja pada wilayah industri, perdagangan, dan
jasa. Bintarto melihat kota sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan penduduk yang padat dan karakteristik sosial ekonomi yang beranekaragam
(Sumardjito, 2000). Perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemerintahan
dan pusat perekonomian. Perpindahan masyarakat dari desa ke kota terus mengalami
peningkatan.

Urbanisasi merupakan persentase dari jumlah penduduk di kota (BAPPENAS, 2013).


Urbanisasi merupakan proses perubahan yang diinginkan manusia untuk
mempertahankan hidup dan menuju perbaikan nasib (Soetomo, 2009). Urbanisasi
terjadi karena adanya pertumbuhan alami penduduk kota, perpindahan penduduk dari
desa ke kota, dan reklasifikasi desa menjadi kota (BAPPENAS, 2013). Jadi,
urbanisasi merupakan proses terbentuknya kehidupan perkotaan.

Urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik di daerah seperti terdapatnya pusat
pemerintahan, pusat pertumbuhan sosial, dan ekonomi (BAPPENAS, 2013). Faktor
yang menjadi daya tarik terjadinya urbanisasi adalah kehidupan kota yang lebih
modern, sarana dan prasarana yang lebih lengkap, dan ketersedian lapangan
pekerjaan (Soetomo, 2009). Kondisi yang terjadi adalah mayoritas populasi dunia
tinggal di kota-kota yang dulunya merupakan daerah rural dan akhirnya telah mampu
berkembang untuk menjadi sebuah kota (Allender, Rector, & Warner, 2010).
Urbanisasi yang terjadi juga dapat menimbulkan berbagai dampak baik terhadap
kesehatan, lingkungan kota, masyarakat, maupun keadaan sekitar. Urbanisasi akan
menimbulkan masalah seperti penyakit menular dan tidak menular, semakin

6 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


7

sedikitnya lahan kosong diperkotaan, dan meningkatnya polusi udara (Soetomo,


2009).

2.1.2 Konsep Epidemiologi


Epidemiologi merupakan ilmu tentang distribusi dan faktor yang menentukan
kesehatan di suatu negara berhubungan dengan peristiwa dalam populasi tertentu dan
aplikasi ilmu untuk meningkatkan kesehatan. Segitiga epidemiologi merupakan
pandangan tentang kesehatan dan perkembangan dari penyakit yang terdapat di
masyarakat (Anderson & McFarlane, 2011):
2.1.2.1 Pejamu (Host)
Pejamu merupakan populasi yang berisiko untuk berkembangnya penyakit. Pejamu
merupakan faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit (Anderson & McFarlane, 2011). Faktor-faktor tersebut seperti
umur, jenis kelamin, ras, genetik, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat istiadat,
gaya hidup, dan kondisi psikologis.

2.1.2.2 Bibit penyakit (Agent)


Bibit penyakit merupakan organisme yang memungkinkan terjadinya penyakit.
A. Penyebab primer
1. Agen biologis : virus, bakteri, jamur, protozoa, mikroba.
2. Agen nutrient : protein, lemak, karbohidrat.
3. Agen kimiawi : bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia, uremia dan
eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu.
4. Agen Fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan
5. Agen Mekanis : Gesekan, benturan, dan pukulan.
6. Agen Psikis : kehidupan sosial yang bersifat penyebab proses kejadian penyakit
maupun gangguan kejiwaan.
B. Penyebab sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur penambah dalam proses terjadinya penyakit.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


8

2.1.2.3 Lingkungan (Environment)


Lingkungan merupakan kombinasi faktor fisik, biologi, dan sosial yang
mempengaruhi agent dan host (Anderson & McFarlane, 2011). Secara umum
lingkungan dibagi atas:
A. Lingkungan fisik bersifat abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, panas,
dan radiasi. Lingkungan yang penuh polusi baik air, udara, dan suara sering
menimbulkan penyakit yang umum dialami masyarakat kota seperti asma,
serangan jantung, hipertensi, gangguan pendengaran, ISPA, dan penyakit-
penyakit lainnya (Galea & Vlahov, 2005). Perubahan iklim secara langsung dan
tidak langsung mempengaruhi kesehatan individu (Haines, Kovarts, Campbell-
Lendrum, & Corvalan, 2006). Perubahan iklim dapat mempengaruhi pola iklim
regional dan lokal. Di daerah perkotaan, temperatur yang tinggi dapat
meningkatkan efek kesehatan yang terkait polusi udara (Anderson & McFarlane,
2011).
B. Lingkungan biologis bersifat biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit .
C. Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama,
sikap, nilai dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, dan organisasi
sosial politik. Lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat kota lebih cenderung
ke arah individualis walaupun sebenarnya penduduk yang ada cenderung
beragam. Sifat individualis masyakat kota akhirnya berdampak pada kesenjangan
terutama masalah ekonomi antara orang yang kaya dan orang yang miskin (Galea
& Vlahov, 2005).

2.1.3 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Keperawatan masyarakat menurut Allender dan Spradley (2011) merupakan lahan
keperawatan, kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik, berfokus
pada populasi, menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan diri, meningkatkan tanggung jawab klien
terhadap perawatan diri, menggunakan penilaian dan analisa, menggunakan prinsip

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


9

teori organisasi, dan melibatkan kolaborasi antar profesi. Perawat kesehatan


masyarakat harus dapat memahami faktor yang mempengaruhi promosi, pengelolaan
kesehatan, kecendrungan dan bentuk pengaruh kejadian penyakit, faktor lingkungan
yang terkait dengan kesehatan dan penyakit, dan proses politik yang digunakan untuk
mempengaruhi peraturan masyarakat (Potter & Perry, 2009).

Fokus pada keperawatan kesehatan masyarakat membutuhkan pemahaman akan


kebutuhan perkumpulan individu yang memiliki satu atau lebih karakteristik atau
lingkungan (Stanhope& Lancaster, 2006). Delapan prinsip dari keperawatan
kesehatan masyarakat menurut American Nurses Association (ANA) tahun 2007:
A. Klien merupakan populasi keperawatan yang unik
B. Kewajiban utama adalah untuk mencapai kebaikan terbesar untuk sejumlah orang
dan populasi secara keseluruhan
C. Proses keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan klien sebagai
partner yang sama
D. Pencegahan primer adalah prioritas yang dipilih untuk aktifitas yang sesuai
E. Pemilihan strategi untuk menciptakan kesehatan lingkungan, sosial, kondisi
ekonomi mungkin berkembang menjadi fokus dalam populasi
F. Kewajiban yang ada harus secara aktif menjangkau semua orang yang mungkin
mendapat manfaat dari kegiatan atau pelayanan yang spesifik
G. Penggunaan yang optimal dari sumber daya yang tersedia untuk menjamin
peningkatan terbaik dalam kesehatan penduduk merupakan elemen kunci dari
praktik
H. Kolaborasi dengan profesi, organisasi, atau lembaga lainnya yang efektif untuk
meningkatkan dan menjaga kesehatan sesorang.

Pelayanaan kesehatan masyarakat dapat dilakukan berdasarkan kerangka kerja


menurut Association of State and Territorial Directors of Nursing tahun 2000
(Anderson & McFarlane, 2011):
A. Monitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


10

B. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan bahaya yang ada di komunitas


C. Informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat tentang isu kesehatan
D. Kerjasama untuk identifikasi dan mengatasi masalah kesehatan
E. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan yang dapat mendukung individu dan
usaha kesehatan komunitas
F. Menegakkan hukum dan kebijakan untuk melindungi kesehatan
G. Menjaring orang-orang untuk kebutuhan kesehatan diri dan memastikan
ketentuan perawatan kesehatan saat jalan yang lain tidak tersedia
H. Memastikan tenaga kerja kesehatan yang kompeten
I. Mengevaluasi keefektifan, aksebilitas, dan kualitas individu dan populasi dalam
pelayanan kesehatan
J. Meneliti wawasan baru dan inovasi yang dapat menjadi solusi masalah kesehatan.

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat (Potter & Perry, 2009; DeLaune &
Ladner, 2002):
A. Promotif yaitu upaya meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
B. Preventif yaitu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
C. Kuratif yaitu upaya untuk merawat dan mengobati masalah kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat
D. Rehabilitatif yaitu upaya pemulihan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
E. Resosialitatif yaitu upaya mengembalikan atau memfungsikan kembali individu,
keluarga, dan kelompok ke masyarakat.

2.2 Konsep Diabetes Melitus (DM)


2.2.1 Definisi Diabetes Melitus (DM)
Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2013
adalah keadaan kadar glukosa darah tinggi karena terjadinya gangguan dalam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


11

menghasilkan dan menggunakan insulin. DM merupakan sekelompok kelainan


heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer & Bare, 2002). DM adalah penyakit metabolik kronik dimana tubuh tidak
dapat memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena gangguan,
ketidakefektifan penggunaan insulin (Doenges, 2010). DM merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Sudoyo, 2006). DM
menurut Lilly (2005) merupakan gangguan insulin yang membuat glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel, sehingga kadar gula darah meningkat. Jadi, DM merupakan
penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat
adanya gangguan dalam penggunaan atau produksi insulin.

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)


Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah (ADA, 2013; PERKENI, 2011;
Smeltzer & Bare, 2002):
A. DM tipe 1 yang merupakan DM dengan ketiadaan insulin.
B. DM tipe 2 yang merupakan DM karena ketidakadekuatan insulin atau resistensi
insulin
C. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, misalnya
karena malnutrisi
D. DM gestasional yang terjadi saat kehamilan, biasanya pada minggu ke 24.

2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus (DM)


Faktori Risiko terjadianya DM :
A. Usia: usia diatas 40 tahun (Lilly, 2005) dan 45 tahun (ADA, 2013; PERKENI,
2011)
B. Jenis kelamin: jenis kelamin wanita lebih berisiko mengalami diabetes (Lilly,
2005)
C. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus (ADA, 2013; Lilly, 2005; PERKENI,
2011; Smeltzer & Bare, 2002)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


12

D. Ras/Etnik tertentu seperti Afrika Amerika, Hispanik Amerika,


Penduduk asli Amerika, Asia Amerika, Kepulauan Pasifik (ADA, 2013; Lilly,
2005; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002)
E. Tekanan darah yang tinggi, diatas 140/90 mmHg (ADA, 2013)
F. Aktifitas fisik yang kurang atau jarang berolahraga dapat menurunkan sensitivitas
insulin, penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa (Smeltzer &
Bare, 2002).
G. IMT 27 terjadi Obesitas (Hardiman, 2013; Lilly, 2005)
H. Kadar kolesterol HDL 35 mg/dL atau trigliserida 250 mg / dL
I. Riwayat diabetes gestational (Lilly, 2005)
J. Pernah memiliki bayi yang memiliki berat lebih dari 4 kilogram (Lilly, 2005)
K. Stres yang dapat merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi
adenocorticoroid hormone (ACTH) terutama kortisol yang akan merangsang
glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan gula darah (Smeltzer & Bare, 2002;
Wetherill, 2001).
L. Pola makan atau gaya hidup tidak sehat (ADA, 2013; Hardiman, 2013; Lilly,
2005; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002)

Etiologi dan faktor risiko berdasarkan tipe diabetes (Doenges, 2010; PERKENI,
2011).
A. DM tipe 1 terjadi karena defisiensi insulin akut dikarenakan destruksi sel beta
yang disebabkan faktor genetik, faktor imunologi yang berupa respon autoimun,
dan faktor lingkungan seperti virus atau toksin tertentu yang memicu proses
terjadinya autoimun
B. DM tipe 2 terjadi ketika hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya karena gangguan produksi insulin, resistensi terhadap insulin,
atau berkurangnya sensitivitas sel dan jaringan tubuh terhadap insulin. Resistensi
ini sering terjadi karena faktor obesitas, gaya hidup, riwayat keluarga, usia > 30
tahun, dan kelompok etnis tertentu (ADA, 2013; PERKENI, 2011).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


13

2.2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus (DM)


DM tipe 1 terjadi ketika tidak adanya insulin yang menyebabkan sel- sel tidak
mendapatkan glukosa. Insulin yang tidak ada menyebabkan glukosa yang dibutuhkan
untuk menghasilkan energi tidak dapat disimpan di sel. Sel untuk menghasilkan
energi akhirnya memecah protein dan lemak. Pembentukan energi yang berasal dari
asam lemak dapat menyebabkan produksi benda keton. Keton bersifat asam sehingga
pH plasma turun dan terjadi ketoasidosis (ADA, 2013; PERKENI, 2011; Smeltzer &
Bare, 2002).

DM tipe 2 dimana insulin masih diproduksi oleh sel-sel pulau Langerhans, tetapi
produksi insulin tersebut tidaklah adekuat atau tidak sensitif dalam memenuhi
aktivitasnya. Resistensi insulin yang terjadi, membuat glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke sel. Tingginya glukosa darah memicu kelebihan sekresi insulin oleh
pankreas. Lama-lama terjadi kerusakan sel-sel pulau Langerhans dan dapat terjadi
defisiensi insulin. Defisiensi insulin yang terjadi membuat glukosa darah semakin
tidak dapat dimasukkan ke dalam jaringan sehingga terjadilah hiperglikemia (ADA,
2013; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Gejala klinis yang terjadi pada pasien DM (ADA, 2013; Doenges, 2010; PERKENI,
2011; Smeltzer & Bare, 2002):
A. Poliuria
Glukosa sangat mempengaruhi tekanan osmotik cairan ekstraselular. Konsentrasi
glukosa yang melebihi ambang batas ginjal membuat glukosa tidak direabsorpsi
kembali. Konsentrasi glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan keadaan
hiperosmotik yang dapat menyebabkan air keluar bersama glukosa dalam urin.
Kondisi tersebut membuat diuresis osmotik oleh ginjal yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


14

B. Polidipsi
Polidipsi atau banyak minum terjadi karena respon tubuh yang timbul akibat
peningkatan pengeluaran urin.
C. Polifagia
Polifagia terjadi akibat kehilangan kalori. Ketiadaan atau resistensi insulin membuat
glukosa yang terdapat pada darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan tidak dapat
diubah menjadi kalori. Selain itu, glukosa juga hilang bersama urine, maka pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang.

Gejala tambahan yang dapat muncul pada penderita DM yaitu luka yang sukar
sembuh (Lilly, 2005; PERKENI 2011), penglihatan berkurang atau menjadi buram
(PERKENI, 2011), kesemutan atau kebas (PERKENI, 2011), dan kelelahan (Lilly,
2005; PERKENI, 2011).

2.2.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi yang terjadi pada pasien DM yaitu komplikasi akut dan komplikasi
menahun (ADA, 2013; Doenges, 2010; Hardiman, 2013; PERKENI, 2011; Smeltzer
& Bare, 2002)
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan keadaan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Hipoglikemki dapat disebabkan karena penggunaan insuli atau obat oral yang
berlebihan, konsumsi makan yang sedikit, dan aktivitas yang berat. Gejala-gejala
hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik dan sistem saraf pusat. Gejala adrenergik
seperti berkeringat, gemetar, berdebar,dan rasa lapar. Gejala sistem saraf pusat seperti
pusing, gelisah, penurunan kesadaran sampai koma.
2) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD terjadi ketika kadar glukosa tinggi (300-600 mg/dL), asidosis metabolik,
osmolalitas plasma meningkat (300-320 mOsm/ mL), peningkatan anion gap, dan
ketonemia atau ketonuria.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


15

3) Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)


HHNK merupakan kondisi peningkatan glukosa darah (600-1200 mg/dL),
Osmolaritas plasma meningkat (330-380 mOsm/mL), plasma keton (+/-), dan anion
gap normal atau sedikit meningkat.

b. Komplikasi menahun
Komplikasi menahun atau jangka panjang yang dapat dialami oleh pasien DM (ADA,
2013; PERKENI, 2011; Smeltzer & Bare, 2002):
1) Makroangiopati
a) Penyakit arteri koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah arteri koroner yang dapat
menyebabkan peningkatan insiden infark miokard.
b) Vaskular perifer
Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio
intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Gangguan vaskuler perifer
lama kelamaan dapat menyebabkan gangren.
c) Serebrovaskular
Penderita diabetes berisiko dua kali lipat untuk terkena penyakit serebrovaskuler
seperti TIA (Transient Ischemic Attack) dan stroke.

2) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetik
Retinopati terjadi karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada
retinaRetinopati diabetik dapat menyebabkan penglihatan kabur yang diakibatkan
oleh perubahan mendadak glukosa darah. Penyebab terjadinya retinopati pada
penderita diabetes ialah hipoksia kronik pada retina.
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik disebabkan oleh hipertensi dan kadar glukosa plasma yang tinggi,
sehingga terjadi kerusakan kapiler glomerulus dan penebalan membran, serta
pembesaran glomerulus.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


16

c) Neuropati diabetik
Neuropati terjadi karena hilangnya sensasi pada bagian terjauh. Risiko tinggi
terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Neuropati terjadi karena ada penebalan membran
basalis kapiler dan demielinisasi saraf karena hiperglikemi sehingga hantaran saraf
terganggu.

2.2.7 Pemeriksaan Diagnosis Diabetes Melitus (DM)


Diagnosis DM dapat ditegakan melalui tiga cara (ADA, 2013; PERKENI 2011):
a. Keluhan klasik dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL
b. Keluhan klasik dan kadar glukosa plasma 126 mg/dL (saat 8 jam terakhir tidak
ada kalori yang masuk)
c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dL (saat 2 jam setelah pemberian glukosa pada
OGTT/Oral Glucose Tolerance Test)
ADA pada tahun 2011 menambahkan HbA1c sebagai pemeriksaan diagnostik untuk
DM dimana HbA1c 6,5% (PERKENI, 2011).

Pemeriksaan penunjang DM (Doenges, 2010):


a. Gula darah : standar untuk diagnosa diabetes adalah peningkatan level gula darah
setelah puasa. Nilai diatas 140 mg/dl sedikitnya dua kali pemerikasaan. Level
gula darah puasa normal 70- 110 mg/dl.
b. asam lemak : peningkatan asam lemak karena adanya pemecahan asam lemak
yang digunakan untuk menghasilkan energi
c. Osmalaritas serum : mengukur konsentrasi dari partikel yang ditemukan didalam
bagian cairan dari darah untuk mengevaluasi keseimbangan cairan. Nilai normal
280 - 303 mOsm/K.
d. Hemoglobin A1c (HbA1c) : Melihat kualitas pengontrolan gula darah dalam 3
bulan terkahir. level yang dianjurkan 7%
e. Insulin serum: hormon peptida yang memungkinkan tubuh memetabolisme
penggunaan glukosa
f. Elektrolit:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


17

1) Na: mungkin normal, meningkat atau menurun


2) K : normal atau peningkatan semu(perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun
3) F : lebih sering menurun
4) AGD: biasanya menunjukan penurunan pH dan HCO3- (asidosis metabolik)
5) Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
6) kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan, dan infeksi luka

2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas pasien DM. Target yang
dilakukan dalam penatalaksanaan DM meliputi pengendalian gula darah,
pengendalian penyakit penyerta, dan pengelolaan komplikasi (PERKENI, 2011;
Sutedjo, 2013). Penatalaksanaan DM edukasi, nutrisi, latihan, pengobatan, dan
monitoring (Smeltzer & Bare, 2002). Penatalaksanan terpadu pada DM meliputi 4
pilar yaitu edukasi, nutrisi, latihan fisik, dan pengobatan (PERKENI, 2011; Sutedjo,
2013).
A. Edukasi DM
Edukasi dilakukan untuk mendukung perubahan perilaku pasien (PERKENI, 2011).
Edukasi pada pasien diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit DM,
perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, komplikasi DM
dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes (Sutedjo, 2013). Studi yang
dilakukan Allaida S.R.SpRM edukasi yang diberikan terus menerus meningkatkan
pengetahuan dan perilaku penderita kaki diabetes (PERKENI, 2011).

B. Nutrsi
Pola makan sehat dan seimbang sesuai dengan jadwal, jam, dan jumlah (3J) dalam
pemberian nutrisi pasien (Lilly, 2005; PERKENI, 2011). Makanan sehari-hari
hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


18

sedangkan natrium dan gula secukupnya. Komposisi yang dainjurkan dalam


penyusunan menu yaitu karbohidrat yang dianjurkan 45-65%, lemak 20-25%, protein
10-20% (PERKENI, 2011). Jumlah kalori dihitung berdasarkan kebutuhan basal
individu ditambah atau dikurangi bergantung dengan faktor lain seperti jenis kelamin,
umur, aktivitas, berat badan, dan kondisi stres (PERKENI, 2011).

C. Latihan
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit (Sutedjo, 2013). Latihan dilakukan untuk menjaga stamina,
menurunkan berat badan, dan meningkatkan kepekaan insulin. Latihan jasmani yang
dianjurkan (Lilly, 2005; PERKENI, 2011) . Latihan jasmani yang bersifat aerobi
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang (Sutedjo, 2013).
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak (ADA, 2013; PERKENI, 2011).

D. Pengobatan
Pasien yang mengalami diabetes melitus juga memerlukan tambahan pengobatan
berupa obat hipoglikemi oral ataupun insulin sesuai dengan keadaan pasien (Lilly,
2005; PERKENI, 2011)
1) Obat hipoglikemi oral
Obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerja (Lilly, 2005; PERKENI, 2011):
a) Golongan insulin sekretorik yang merupakan pemicu sekresi insulin. Jenis obat
yaitu sulfonilurea dan glinid.
b) Golongan biguanid yang meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Jenis obat
yaitu metformin. Obat ini kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit
fungsi ginjal dan hati. Metformin sebaiknya diberikan setelah makan karena obat
akan memberikan efek samping mual.
c) Penghambat glukoneogenesis seperti metformin
d) Penghambat absorpsi glukosa

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


19

e) Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor yang akan menghambat pelepasan


glukagon sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin, menurunkan
pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa.

2) Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di dalam pankreas dan
digunakan untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Sekresi insulin dibagi menjadi dua yaitu insulin basal dan insulin prandial. Insulin
basal atau insulin saat puasa atau sebelum makan merupakan jumlah insulin
eksogen per unit waktu yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia puasa
akibat glukoneogenesis dan mencegah ketosis yang tidak terdeteksi. Insulin
prandial atau insulin setelah makan merupakan insulin yang dibutuhkan untuk
mengkonversi bahan makanan kedalam bentuk energi cadangan sehingga tidak
terjadi hiperglikemi postprandial. Insulin dapat dibedakan berdasarkan lama
kerjanya akan dijabarkan pada tabel 2.1 (PERKENI, 2011):

Tabel. 2.1 Jenis Insulin berdasarkan Lama Kerja


Sedian Insulin Awitan Puncak Durasi
Insulin Short acting
Reguler - 1 jam - 1 jam 3-5 jam
(Actrapid, Humulin R)
Insulin Analog Rapid Acting
Insulin Lispro (Humalog) 5-15 menit - 1 jam 3-5 jam
Insulin Gluisine (Apidra) 5-15 menit - 1 jam 3-5 jam
Insulin Aspart (Novorapid) 5-15 menit - 1 jam 3-5 jam
Insulin Intermediate Acting
NPH (Insultard, Humuli N) 2-4 jam 4-10 jam 10-16 jam
Insulin Long Acting
Insulin Glargine (Lantus) 2-4 jam No peak 18-26 jam
Insulin Detemir (Levemir) 2-4 jam No peak 22-24 jam
Insulin Campuran

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


20

70% NPH 30% Reguler - 1 jam Dual 10-16 jam


(Mixtard, humulin 30/70)
70% Insulin Aspart Protamin 10-20 menit Dual 15-18 jam
30% Insulin Aspart (Novomix 30)
75% Insulin Lispro Protamin 5- 15 menit Dual 16-18 jam
30% Insulin Lispro (Humalog Mix)

2.3 Konsep Ulkus Kaki Diabetik


2.3.1 Pengkajian Ulkus Kaki Diabetik
Ulkus kaki diabetik menurut International Working Group on the Diabetic Foot
(2011) dapat disebabkan disebabkan karena neuropati perifer dan penyakit arteri
perifer. Neuropati perifer yang menyebabkan ulkus pada kaki merupakan dampak
dari gangguan saraf sensorik, motorik, dan otonom. Saraf sensorik mengalami
kehilangan sensasi terhadap perlindungan cedera. Kehilangan sensasi ini membuat
individu menjadi rentan terhadap bahaya fisik, kimia, dan termal. Neuropati motorik
menyebabkan terjadinya deformitas pada kaki. Neuropati otonomik berhubungan
dengan kulit yang kering yang dapat menyebabkan fisura ataupun kalus. Penyakit
arteri perifer ditandai dengan ketiadaan suplai arteri dan menurunya perfusi pada kaki
diabetik.

Ulkus kaki diabetik menurut International Working Group on the Diabetic Foot
(2011) diklasifikasikan menjadi neuropati, iskemi, atau neuroiskemi. Perbedaan
klasifikasi akan dijabarkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik dari Etiologi Ulkus Kaki Diabetik


Karakteristik Neuropati Iskemi Neuroiskemi
Sensasi Kehilangan sensorik Nyeri Penurunan sensorik
Kalus/ Nekrosis Kalus ada dan tipis Terjadi nekrosis Minimal kalus dan
Nekrosis
Luka Pink dan granulasi, Pucat dan granulasi Granulasi buruk
diikuti kalus yang buruk

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


21

Suhu kaki dan pulsasi Hangat dan pulsasi Dingin dan tidak ada Dingin dan tidak ada
terbatas pulsasi pulsasi
Lokasi Area penekanan kaki Jari, kuku, antara jari, Penyatuan kaki dan
seperti tumit dan dan batas samping jari
telapak kaki kaki

Pasien dengan ulkus kaki diabetik membutuhkan pengkajian yang holistik untuk
mengkaji faktor yang menyebabkan terjadinya ulkus. Pengkajian ulkus kaki
merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan keputusan dalam terapi
(Asep, 2009). Pengkajian meliputi riwayat pasien yang lengkap meliputi riwayat
medikasi, komorbiditas, dan status diabetes (Mulder, Amstrong, & Seaman, 2003).
Pengkajian yang juga perlu dilakukan terhadap riwayat luka, ulkus kaki diabetik
sebelumnya, amputasi, dan gejala yang menunjukan neuropati atau penyakit arteri
perifer (Boulton, Armstrong, & Albert, 2008). Pengkajian keadaan ulkus kuki, tes
untuk sensasi dengan menggunakan monofilament, tes untuk vaskularisasi dengan
pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI), Identifikasi infeksi dengan melakukan
pengkajian tanda infeksi dan kultur pus luka, Inspeksi kaki terhadap deformitas, dan
klasifikasi ulkus kaki diabetik yang dapat menggunakan sistem klasifikasi Wagner,
University of Texas, PEDIS, atau SINBAD (Wound International, 2013).

Klasifikasi ulkus diabetik menurut Lipsky (2012) berdasarkan PEDIS yaitu mengkaji
Perfusion, Extent (size), Depth (tissue loss), Infection and Sensation (neuropathy).
Klasifikasi derajat lesi kaki diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan menurut
Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat gangren (PERKENI,
2011):
a. Derajat 0:Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki.
b. Derajat I :Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


22

e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

2.3.2 Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetik


Penatalaksanaan holistik kaki diabetik (PERKENI, 2011): Kontrol mekanik, kontrol
metabolik, kontrol vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi.
Kontrol mekanik dengan mengistirahatkan kaki, mengurangi tekanan pada kaki, dan
menggunakan bantalan pada kaki. Kontrol metabolik seperti pengendalian kadar gula
darah, pengandalian penyakit penyerta, dan perencanaan asupan nutrisi yang adekuat.
Kontrol vaskular meliputi pemeriksaan ABI, trans cutaneous oxygen tension, toe
pressure, atau angiografi. Kontrol luka dengan debridemen dan balutan luka yang
lembab. Kontrol infeksi dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan keadaan
pasien. Kontrol edukasi meliputi edukasi pasien dan keluarga mengenai kondisi,
rencana terapi, dan perkembangan selanjutnya (Salim, 2013).

Komponen penting dalam manajemen luka adalah mengatasi penyakit yang terjadi,
memastikan aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol infeksi, dan
pengurangan tekanan (Wound International, 2013). Penyakit yang dialami harus
diatasi seperti melakukan penatalaksanaan diabetes atau pengontrolan faktor risiko.
Aliran darah harus adekuat, jika tidak lakukan revaskularisasi (Apelqvist, 2012).
Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol
inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).
Beban tekanan dikurangi dengan menggunakan alat bantu yang dapat mengurangi
penekanan pada area kaki (Cavanagh & Bus, 2010).

Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol


inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).
Debridemen jaringan dapat dilakukan dengan berbagai metode bedah, larval,
autolitik, dan hydrosurgery. Debridemen dilakukan dengan membuang jaringan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


23

nekrotik untuk mempercepat terjadinya granulasi. Kontrol inflamasi dan infeksi


dilakukan dengan menggunakan antibiotik yang sesuai dengan keadaan pasien.
Keseimbangan dalam kelembaban dapat dilakukan dengan memilih balutan yang
optimal (Wound International, 2013).

Balutan yang dipilih dapat memberikan hasil tergantung dengan keadaan ulkus
diabetik. Pemilihan balutan mempertimbangkan (Wound International, 2013): lokasi
luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah
nyeri dan trauma. Hal yang perlu dipertimbangkan praktikan dalam pemilihan balutan
yaitu kenyamanan, cocok untuk mempercepat durasi penyembuhan, mudah
dilepaskan, mudah diterapkan, dan harga efektif (World Union of Wound Healing
Societies, 2013). Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan
lingkungan yang lembab pada luka. Kelembaban luka merupakan hal yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka (Ismail, 2009). Gitarja (2008), luka harus
dengan suasana lembab karena mempercepat fibrinolisis, mempercepat angiogenesis,
menurunkan risiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan
mempercepat pembentukan sel aktif.

Balutan banyak yang diciptakan untuk memberikan kelembaban bagi lingkungan luka
untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Asep, 2009). Pramana (2012), Nacl
0,9% merupakan cairan yang aman untuk merawat luka. Nacl 0,9% merupakan cairan
yang bersifat fisiologis, non toksik, dan tidak mahal. Nacl dalam setiap liternya
mempunyai komposisi natrium klorida 0,9 gram dengan osmolalitas 308 mOsm/l
sehingga aman digunakan. Nacl 0,9% memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik
daripada pasien lain. Cairan normal salin/ Nacl 0,9% sangat direkomendasikan
sebagai cairan pembersih dalam semua jenis luka. Cairan ini bersifat isotonis, tidak
toksik terhadap jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan, dan tidak
menyebabkan alergi (Huda, 2010). Penelitian Ismail (2009), penggunaan balutan
konvensional dengan menggunakan Nacl 0,9% dapat dilakukan dan sebaiknya
ditetapkan prosedur perawatan luka diabetes dengan mengganti balutan 2 kali sehari

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


24

Penelitian Situmorang (2009), balutan madu memberikan perubahan yang baik dalam
penyembuhan luka. Penelitian Suranto (2007), madu memiliki kandungan yang dapat
menyembuhkan infeksi kaki diabetikum. Madu yang memiliki kandungan air kurang
dari 18% yang dapat menarik nanah di daerah yang diolesi madu. Enzim katalase
pada madu juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Madu memiliki manfaat
mengangkat jaringan mati, antibakteri. Penelitian Pramana (2012), penggunaan madu
alami dengan kandungan air <18 % dan Nacl lebih efektif dibanding dengan yang
hanya menggunakan Nacl.

Penelitian yang dilakukan oleh Robson, Dodd, dan Thomas (2008) dengan judul
Standardized antibacterial honey (Medihoney) with standard therpay in wound care:
randomized clinical trial memberikan hasil penyembuhan luka dengan madu lebih
cepat dalam waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan perawatan luka yang
dilakukan secara konvensional. Madu memiliki manfaat klinis dalam penyembuhan
luka. Hal tersebut diyakini karena madu merupakan pencegah inflamasi,
pembengkakan pada luka, menurunkan rasa nyeri dan bau, meningkatkan granulasi
dan epitelisasi, dan meminimalkan terjadinya jaringan parut. Gethin dan Cowman
(2008) melakukan penelitian dengan judul Manuka honey vs hydrogel- a prospective,
open label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy
and healing outcomes in venous ulcers. Penelitian yang dilakukan memberikan hasil
penggunaan madu lebih berkhasiat dan mempunyai kadar infeksi yang lebih rendah
dibandingkan dengan hidrogel.

Penyembuhan luka juga dipengaruhi beberapa faktor (Bryant & Nix, 2007):
1. Perfusi jaringan dan oksigenasi
Oksigen memiliki peranan penting dalam penyembuhan luka. Oksigen sangat
dibutuhkan terutama dalam fase inflamasi. Perpindahan leukosit dan makan bakteri
membutuhkan oksigen lebih dari 30 mmHg (Whitney, 2003).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


25

2. Nutrisi
Nutrisi memberikan unsur bagi aktivitas sel dalam proses penyembuhan luka
(MacKay & Miller, 2003; Williams & Barbul, 2003). Nutrisi yang adekuat penting
untuk sistem imun dan mencegah infeksi. Pasien memerlukan diet kaya protein,
karbohidrat, vitamin C, vitamin A, dan mineral seperti Fe dan Zn dibutuhkan dalam
membantu sintesis kolagen.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan luka. Infeksi dapat memperpanjang fase
inflamasi, menghambat sintesis kolagen, dan mencegah epitelisasi.
4. Diabetes
Pasien diabetes memiliki risiko tinggi terhadap penyakit mikrovaskular. Hambatan
terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah yang dapat
menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.
5. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko gangguan penyembuhan luka. Obesitas menyebabkan
jaringan adiposa memiliki vaskularisasi yang buruk.
6. Pengobatan
Pengobatan yang dijalani ada yang menyebabkan efek negatif dalam penyembuhan
luka.
7. Usia
Penuan menyebabkan penurunan respon inflamasi, penurunan produksi cytokines
atau growth factor, dan mengurangi reseptor cytokines.
8. Stres
Stres dapat meningkatkan level kortikosteroid yang berdampak pada fungsi sistem
imun yang menyebabkan vasokontriksi pada aliran darah.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2013. Pasien bernama Ny. F 49 tahun,
lahir di Tegal pada tanggal 12 Juni 1963. Ny. F tinggal di Jalan Peninggaran RT
010 RW 02, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Ny. F masuk ke rumah sakit
pada tanggal 03 Mei 2013 dengan diagnosa mdis DM tipe 2 dan ulkus pedis
sinistra. Ny. F masuk ke rumah sakit karena luka pada bagian jari telunjuk kaki
kiri yang mengeluarkan nanah sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit,
merasa mual, dan badan lemas. Ny. F mengatakan luka awalnya hanya berbentuk
lentingan kemudian pecah dan mengeluarkan nanah.

Ny. F memiliki riwayat penyakit diabetes melitus yang diketahui sejak 2 tahun
yang lalu saat periksa di klinik dekat rumah. Ny. F mengalami penurunan
penglihatan sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Ny. F pernah mengalami
luka juga pada bagian ibu jari kaki kiri 6 bulan sebelum masuk rumah sakit dan
luka dibersihkan menggunakan rivanol dan sembuh sendiri. Ny. F mengatakan
berobat rutin ke klinik dekat rumah dan diberikan obat metformin 2x sehari,
namun 1 bulan sebelum masuk rumah sakit sibuk dengan acara keluarga sehingga
sering lupa minum obat. Ny. F saat 3 minggu sebelum masuk rumah sakit berhenti
minum obat karena diberikan obat herbal oleh tetangganya dan dianjurkan jalan di
krikil yang panas. Ny. F saat berjalan diatas kerikil tidak merasakan sakit, tapi
tiba-tiba timbul lepuhan pada kakinya. Kedua orang tua Ny. F tidak ada yang
menderita sakit diabetes melitus, jantung, ataupun hipertensi.

3.1.1 Hasil Pengkajian


3.1.1.1 Aktivitas/Istirahat
A. Gejala/subjektif
Pasien sebelumnya merupakan pedagang soto mie, pasien bekerja dari pagi
sampai sore hari. Aktivitas berdagang membuat istirahatnya kurang dan mudah
terasa lelah. Pasien juga jarang berolahraga karena padatnya aktivitas berdagang.

26 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


27

Pasien biasanya saat berdagang dan udara yang panas membuat sering minum es
teh manis. Pasien mengatakan saat mengalami penyakit diabetes melitus tubuhnya
sering terasa lemas, sehingga kegiatan berdagang mulai ditinggalkan dan
dilakukan oleh anaknya. Pasien sehari-hari saat sakit hanya beristirahat sambil
menonton tv di rumah. Pasien sering merasa bosan dengan aktivitas sehari-hari
yang dilakukan karena keterbatasan kondisi fisik yang dialami.

Pasien tidur tidak teratur, tidur hanya sekitar 6 jam saat malam hari dan tidak
pernah tidur siang. Pasien sering mengalami insomnia karena rasa sakit pada luka
di kaki yang dialami. Pasien juga memiliki kebiasaan sebelum tidur harus dipijat
terlebih dahulu. Pasien saat bangun tidur terkadang tidak merasa segar dan masih
lemas. Pasien selama dirawat dirumah sakit sering merasa lemas namun kesulitan
untuk tidur karena kepikiran penyakitnya.

B. Tanda/objektif
Respon terhadap aktivitas yang teramati: tekanan darah: 130/70 mmmHg, nadi:
88x/menit, frekuensi nafas: 18x/menit. Status mental: compus mentis. Pengkajian
neuromuskular, tonus otot lemas, postur tegap, rentang gerak aktif kecuali pada
area kaki kiri terbatas, tremor pada ekstremitas atas, dan kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

3.1.1.2 Sirkulasi
A. Gejala (Subjektif)
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, masalah jantung, demam
rematik, dan edema mata kaki/ kaki, klaudikasi, dan flebitis. Pasien mengalami
penyembuhan lambat pada luka di bagian kaki kiri. Pasien sering merngalami
kesemutan dan kebas pada ekstremitas atas dan bawah. Pasien mengalami
peningkatan frekuensi dalam berkemih terutama dimalam hari bisa lebih dari 6
kali.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


28

B. Tanda (Objektif)
Tekanan darah saat berbaring 130/70 mmHg, Nadi radialis 88x/menit, JVP 5-
2cmH20, getaran tidak ada, dorongan tidak ada. BJ I/II (N), gallop (-), murmur (-),
suara napas vesikuler (+), ronkhi -/-, whezing -/-, distensi vena jugularis (-).
Ekstremitas hangat, warna pucat, CRT < 3 detik. Bagian ekstremitas tidak ada
tanda homans, varises, dan abnormalitas kuku. Penyebaran rambut normal dan
merata. Warna membran mukosa pucat, bibir pucat, konjungtiva anemis, sklera
non ikterik, dan diaforesis positif. Pemeriksaan ABI sinistra 1 dan ABI dextra 1.

3.1.1.3 Integritas Ego


A. Gejala (Subjektif)
Faktor stres yang dialami pasien karena tuntutan ekonomi yang tinggi namun
penghasilan yang kurang dan penyakit yang dialami. Sakit yang dialami sering
membuat pasien merasa bosan karena keterbatasan aktivitas dan mudah lelah.
Pasien merasa sedih karena tidak dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan
finansial keluarga karena keterbatasan kondisi saat ini. Faktor-faktor budaya yang
dimiliki adalah Jawa. Agama yang dianut adalah Islam dengan melakukan
kegiatan sholat lima waktu. Pasien dalam mengatasi masalah hanya bisa diam dan
terkadang menangis. Ketidakberdayaan dirasakan karena kondisi fisik yang lemas
dan terdapat luka pada kaki.

B. Tanda (Obyektif)
Pasien tampak banyak berdiam diri dan berbaring ditempat tidur. Pasien saat
menceritakan masalahnya sambil menangis. Pasien terlihat cemas terhadap
keadaan penyakit yang dialami. Pasien mengalami kecemasan tingkat sedang
dimana pasien memikirkan keadaannya namun tidak mengalami penyempitan
fokus.

3.1.1.4 Eliminasi
A. Gejala (Subjektif)
Pola BAB teratur 1 x sehari tanpa menggunakan laksatif. Karakter feses lunak,
BAB terakhir 8 Mei 2013. Pasien tidak memiliki riwayat hemoroid maupun

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


29

perdarahan. Pasien tidak mengalami konstipasi dan diare. Pasien mengalami


peningkatan BAK terutama dimalam hari terbangun > 6x. Pasien tidak mengalami
inkontinensia dan retensi urine. BAK berwarna kuning dan jernih. Nyeri dan
kesulitan BAK tidak ada. Pasien juga tidak menggunakan diuretik.

B. Tanda (Objektif)
Nyeri tekan abdomen pada bagian kuadran atas terutama tengah dan kiri.
Abdomen lunak, masa tidak ada, bising usus positif 3x/menit, hemoroid tidak ada,
perubahan kandung kemih tidak ada, dan BAK dari tampung urin 24 jam pada
tanggal 08 Mei sampai 09 Mei 2013 yaitu 1800 ml.

3.1.1.5 Makanan/ Cairan


A. Gejala (Subjektif)
Pasien saat dirumah makan tidak teratur dan makan semaunya. Pasien senang
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis. Makanan yang disajikan
sehari-hari juga sering menggunakan gula merah. Pasien senang makan gorengan.
Pasien selama di RS mendapatkan diet DM 1700 kal, 60 gr Protein, 40 gr lemak.
Pola diet selama di rumah sakit makanan porsi besar 3x dan porsi kecil 2-3x,
rendah karbohidrat dan tinggi protein. Pasien makan 3x sehari, namun tidak
pernah habis. Pasien makan siang terakhir hanya habis porsi dari 510 kalori.
Pasien mengatakan merasa kurang selera makan. Pasien sering terasa mual,
muntah, dan nyeri ulu hati. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan. Pasien tidak mengalami masalah mengunyah dan menelan. Gigi graham
bawah kiri bolong dan terdapat karies pada bagian gigi seri bawah. Pasien
mengatakan terdapat perubahan berat badan selama sakit, turun dari 55 kg
menjadi 43 kg dalam waktu 6 bulan. Asupan cairan oral 900 ml, parenteral 1400
ml total intake cairan 2300. Output cairan BAK 1800 ml dan IWL 500 ml. Pasien
tidak menggunakan diuretik.

B. Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang 43 kg, tinggi badan 153 cm, IMT 18,3, dan bentuk tubuh
kurus. Edema ekstremitas dan asites tidak ada. Pasien tidak mengalami distensi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


30

vena jugularis, pembesaran tiroid. Kondisi gigi/gusi terdapat gigi berlubang pada
bagian graham bawah dan terdapat karies gigi seri bawah. Penampilan lidah
bersih. Membran mukosa kering. Bising usus positif. Pasien tampak mual dan
muntah 2x.

3.1.1.6 Higine
A. Gejala (Subjektif)
Aktivitas kebersihan diri seperti mandi, menggosok gigi, dan mengganti pakaian
selama di RS dibantu oleh keluarga ataupun perawat. Pasien mengalami hambatan
mobilitas karena luka pada bagian kaki kiri dan harus menggunakan infus.

B. Tanda/objektif
Penampilan umum pasien bersih dan cara berpakaian sesuai. Kebiasaan pasien
mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, cuci rambut 3 hari sekali. Pasien kulit
kepala bersih dan tidak ada bau badan.

3.1.1.7 Neurosensori
A. Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan sering merasakan ingin pingsan dan pusing. Pasien sering
mengalami kesemutan/kebas/kelemahan pada bagian ekstremitas. Pasien tidak
pernah mengalami stroke ataupun kejang. Penglihatan pasien berkurang dan
terlihat buram sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Telinga tidak mengalami
kekurangan pendengaran.

B. Tanda objektif
Status mental pasien tenang, kesadaran compus mentis, dan GCS 15. Pasien
terorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Memori saat ini dan masa lalu
baik. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata atau
lensa kontak. Pasien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Pupil
bereaksi terhadap cahaya, facial drop tidak ada, kemampuan menelan baik. Pasien
dapat melakukan lepas dan genggam tangan dengan baik. Postur tubuh tegap,
refleks tendon dalam +/+, paralisis tidak terjadi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


31

3.1.1.8 Nyeri/ Ketidaknyamanan


A. Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan terasa terasa nyeri pada pedis sinistra digiti II, skala 4,
intensitas sering, kualitas sedang, nyeri seperti tertusuk, durasi 5-10 menit, nyeri
terasa saat bergerak dan tertekan. Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian ulu
hati. Pasien biasanya istirahat dan minum obat pengurang rasa nyeri .

B. Tanda (Objektif)
Pasien tampak mengerutkan muka dan menjaga area yang sakit. Pasien menarik
kaki jika disentuh.

3.1.1.9 Pernapasan
A. Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan kadang batuk namun tidak mengalami sesak nafas. Pasien
tidak memiliki riwayat bronkitis, asma, tuberkulosis, emfisema, dan pneumonia
kambuhan. Pasien sewaktu berdagang sering terpajan dengan polusi udara dari
asap kendaraan dan asap rokok dari pedagang lainnya. Pasien tidak menggunakan
alat bantu pernapasan

B. Tanda (Objektif)
Pasien bernafas 18x/ menit, irama teratur, kedalaman normal, simetris, tidak ada
nafas cuping hidung, tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Pasien tidak
mengalami sesak. Bunyi nafas vesikuler, bronkial, dan bronkovesikuler positif.
Bunyi nafas abnormal whezing dan ronkhi tidak ada. Pasien tidak mengalami
sainosis, jari tubuh normal. Fungsi mental baik. Hasil rontgen torax tanggal 04
Mei 2013 kesan: CTR < 50%, infiltrat tidak ada

3.1.2.10 Keamanan
A. Gejala (Subjektif)
Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan penyakit hubungan seksual. Pasien tidak
mengalami perubahan sistem imun sebelumnya. Pasien tidak pernah ditransfusi
darah. Pasien tidak memiliki riwayat cedera kecelakaan, fraktur/dislokasi, artritis/

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


32

sendi tak stabil, masalah punggung, perubahan pada tahi lalat, dan pembesaran
nodus. Pasien mengatakan jarang menggunakan alas kaki. Pasien sering merasa
buram pada penglihatan. Pasien tidak memiliki masalah pada pendengaran. Pasien
tidak menggunakan alat bantu dan melakukan aktifitas dibantu oleh anak ataupun
perawat.

B. Tanda (Objektif)
Suhu tubuh 36,8 0C dan diaforesis positif. Integritas kulit: ulkus pedis sisnistra
plantar dan gangren pedis sinistra dorsal digiti II. Ulkus pedis sinistra plantar
kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, pus (+), sensorik menurun (gambar 3.1).
Gangren pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),
hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+) (gambar 3.2), dan perabaan hangat.
Kekuatan umum lemas, tonus otot lemas, cara berjalan tegap, ROM aktif, paralisis
(-). Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif
cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis. Sensitiv terhadap antibiotik
no IV golongan Carbapenem yaitu Imipenem, meropenem dan no VIII Antibiotik
jenis lain Tetracycline dan Fosfomycin. Nilai Fall Morse Scale 35 risiko rendah.

Gambar 3.1 Ulkus Pedis Sinistra Plantar pada Ny. F

Gambar 3.2 Gangren Pedis Sinistra Dorsal Digiti II pada Ny. F

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


33

3.1.2.11 Seksualitas
A. Gejala (Subyektif)
Pasien tidak aktif melakukan hubungan seksual sejak 5 tahun yang lalu karena
suaminya telah meninggal. Pasien menarke pada usia 14 tahun, lamanya siklus 28
hari, durasi 7 hari, dan menstruasi teratur. Periode menstruasi terakhir pada usia
46 tahun. Pasien sudah mengalami menopouse. Pasien tidak mengalami rabas
vagina. Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan mamogram dan PAP smear.

B. Tanda (objektif)
Pasien tidak ada luka, lecet, ataupun kemerahan pada bagian vagina. Tidak ada
masa abnormal pada bagian payudara.

3.1.2.12 Interaksi sosial


A. Gejala (Subjektif)
Pasien merupakan seorang janda sejak 5 tahun yang lalu karena suaminya telah
meninggal. Pasien tinggal bersama anaknya yang ke 3. Masalah diantara keluarga
atau stres tidak ada. Komunikasi didalam keluarga baik. Keluarga selalu merawat
pasien saat sakit, seperti merawat luka pasien sebelumnya. Orang lain yang
menjadi pendukung pasien selain keluarga adalah saudara kandung pasien. Peran
pasien sebagai ibu. Masalah terkait penyakit yang dialami adalah tidak bisa
mengurus anak seperti biasa dan aktifitas terganggu. Pasien juga merasa hanya
merepotkan anaknya dan tidak bisa membantu mencari penghasilan tambahan
karena sakitnya. Pasien tidak mengalami perubahan bicara.

B. Tanda (Objektif)
Pasien berbicara jelas dan bahasa mudah dimengerti. Pasien tidak mengalami
afasia dan kerusakan bicara. Pasien tidak menggunakan alat bantu bicara.
Komunikasi verbal dan nonverbal dengan keluarga atau orang terdekat baik.
Pasien saat berkomunikasi juga melakukan kontak mata.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


34

3.1.2.13 Penyuluhan/Pembelajaran
A. Gejala (Subjektif)
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia. Pasien melek huruf
dan tingkat pendidikan SD. Pasien mengalami keterbatasan kognitif terkait
penyakit yang dialami. Pasien saat ini, penglihatannya semakin berkurang
sehingga tidak bisa membaca dengan jelas. Keyakinan kesehatan yang dilakukan
adalah mengkonsumsi herbal dan berobat kedokter. Faktor resiko keluarga:
diabetes melitus (-), hipertensi (-), dan penyakit jantung (-).

Obat yang diresepkan akan dijabarkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Obat Ny. F selama dirawat di RSUP Fatmawati

Obat Dosis Waktu Cara Keterangan


Paracetamol 500mg 3x Oral
Ambroxol 15cc 3x Oral
Sucralfat 15cc 4x Oral
Ascardia 80mg 1x Oral
Laxadin 1 sendok takar 3x Oral
Gabapentin 100mg 3x Oral
Humulin R 8 unit 3x Subkutan, jam
sebelum makan
Ceftriaxon 4gr 2x IV Stop tanggal
14 Mei 2013
Metronidazol 500mg 3x IV
Ranitidin 500mg 2x IV
Ondancentron 8mg 3x IV
Tramadol 100mg 2x Drip bila VAS > 4
Lantus 12 unit 1x Subkutan Stop tanggal
17 Mei 2013
Lantus 16 unit 1x Subkutan Stop tanggal
24 Mei 2013
Lantus 10 unit 1x Subkutan
15 Mei 2013 Stop tanggal
Meropenem 1gram 3x IV 24 Mei 2013

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


35

20 Mei 2013 500mg 2x Oral Stop tanggal


Metformin 27 Mei 2013
24 Mei 2013
Clindamycin 300mg 4x IV Stop tanggal
27 Mei 2013
Levofloxacin 500mg 1x IV
Metformin 500mg 3x Oral
IVFD 500cc 8 jam IV
NaCl 0,9%

Diagnosa saat masuk adalah diabetes melitus tipe II dengan ulkus pedis sinistra.
Pasien dirawat karena luka yang sulit sembuh sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit pada bagian kaki sinistra, mual, muntah, dan kadar gula darah tinggi.
Riwayat keluhan terakhir pasien adalah lemas, mual, nafsu makan berkurang,
nyeri pada bagian luka kaki kiri. Harapan pasien terhadap perawatan/pembedahan
sebelumnya agar cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti sebelumnya.
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir: 10 Mei 2013

Tanggal pulang yang diantisipasi belum dapat diprediksi, melihat perkembangan


dari penyembuhan luka. Sumber yang tersedi anak, keuangan berasal dari anak,
pembiayaan rumah sakit menggunakan bantuan Kartu Jakarta Sehat (KJS).
Perubahan yang diantisipasi dalam hal pola makan, perawatan luka, aktivitas, dan
pengontrolan gula darah. Area yang membutuhkan bantuan yaitu aktivitas,
perawatan luka, penyiapan makanan, ambulasi, obat, dan perawatan diri.
Gambaran fisik rumah memiliki ventilasi yang cukup, bersih, dan terang.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


36

3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium Ny. F akan dijabarkan dalam tabel 3.2

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. F


Hematologi 06 Mei 2013 AGD 05 Mei 2013
Hb 11,3 pH 7,233
Ht 36 pCO2 40
Leuko 16,8 pO2 69,9
Trombosit 575 BP 751
Eritrosit 4,02 HCO3 16,5
VER/HER/KHER/RDW 06 Mei 2013 O2 sat 91
VER 88,7 BE -10,4
HER 28,2 TCO2 17,7
KHER 31,8 Hitung Jenis 08 Mei 2013
RDW 14,3 Basofil 0
Fungsi Hati 03 Mei 2013 Eosinofil 1
SGOT 9 Neutrofil 84
SGPT 11 Limfosit 8
Fungsi ginjal 05 Mei 2013 Monosit 4
Ureum darah 64 Luc 2
Kreatinin darah 0,9 Fungsi Hati 06 Mei 2013
Elektrolit darah 06 Mei 2013 Protein total 5,30
Natrium 137 Albumin 2,60
Kalium 2,84 Globulin 2,70
Klorida 116 Fungsi Ginjal 06 Mei 2013
Keton 0,80 Asam urat darah 3,6
Diabetes 06 Mei 2013 Homeostasis 07 Mei 2013
GDP 140 APTT 41,1
GD2PP 181 Kontrol APTT 34,2
GDS 233 PT 16,9
HbA1c 9,1 Kontrol PT 13,7
Lemak 06 Mei 2013 INR 1,32
Trigliserida 47 KGDH 06 Mei 2013
Kolestrol total 71 Jam 06 245
Kolestrol HDL 24 Jam 12 233
Kolestrol LDL 37 Jam 16 337

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


37

3.1.2.1 Pemeriksaan Rontgen


Hasil rontgen thorax: CTR < 50%, infiltrat tidak ada (gambar 3.3)

Gambar 3.3 Hasil Rontgen Thorax Ny. F

Hasil rontgen pedis: gambaran osteomilitis digiti 2 pedis sinistra

Gambar 3.4 Hasil Rontgen Pedis Ny. F

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


3.2 Analisis Data
Tabel 3.3 Analisis Data
Data Etiologi/ Faktor Risko Masalah Keperawatan
DS: Luka pada jari telunjuk kaki kiri 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, luka awalnya - Gangguan metabolik Kerusakan Integritas Kulit
berbentuk lenting kemudian pecah sendiri dan mengeluarkan nanah - Neuropati
DO: - Hiperglikemi
- Pasien riwayat diabetes melitus 2 tahun yang lalu
- Ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+). Gangren
pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+), hiperemesis
(+), hematome (+), bengkak (+), dan perabaan hangat.
- Hasil lab: Hb= 11,3 g/dl, Ht: 36%, Leukosit= 16.800 /ul, Trombosit= 575.000/ ul,
Eritrosit= 575.000
- Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif
cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis
DS: - Penurunan asupan Ketidakseimbangan nutrisi kurang
- Pasien merasakan mual dan muntah oral dari kebutuhan tubuh
- Pasien merasa lemas dan nafsu makan menurun - Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan dari 55 kg menjadi 43 kg insulin
dalam waktu 6 bulan
DO:
- BB 43 kg, TB: 153 cm IMT: 18,3, kurus
- Lab: HB 11,3 g/dl, GDS = 233 mg/dl, GDP= 140mg/dl, GD2PP = 181 mg/dl,

38 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


HbA1c = 9,1%
- Albumin= 2,6 g/dl
- Tonus otot lemah, konjungtiva anemis, mukosa kering
- Gigi graham bolong dan terdapat karies pada bagian gigi
- Makan hanya habis porsi dari 510 kalori makan siang
- Mual (+), muntah (+) 2 x
DS: - Kurang informasi Ketidakpatuhan
- Pasien mengatakan berobat rutin ke klinik dekat rumah dan diberikan obat - Keterbatasan
metformin 2x sehari, namun 1 bulan sebelum masuk rumah sakit sibuk dengan acara ekonomi
keluarga sehingga sering lupa minum obat.
- Pasien 3 minggu sebelum masuk rumah sakit berhenti minum obat karena diberikan
obat herbal oleh tetangganya dan dianjurkan jalan dikrikil yang panas dan tiba-tiba
timbul lepuhan.
- Pasien makan semaunya dan seadanya, pasien sebelum terkena DM senang minum
manis dan makanan gorengan.
- Pasien jarang berolahraga dan menggunakan alas kaki terutama didalam rumah.
DO:
- Terjadi komplikasi diabetes melitus berupa ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman
otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+). Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,
kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+), hiperemesis (+), hematome (+), bengkak
(+), dan perabaan hangat.

39 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DS: - Ulkus kaki kaki Risiko penyebaran infeksi
- Luka pada jari telunjuk kaki kiri 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, luka diabetik
awalnya berbentuk lenting kemudian pecah sendiri dan mengeluarkan nanah
DO:
- Pasien riwayat diabetes melitus 2 tahun yang lalu
- Ulkus pedis Sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+).
Gangren pedis sinistra dorsal digiti II, kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),
hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+), dan perabaan hangat.
- Hasil lab: Leukosit= 16.800 /ul, neutrofil= 84
- Hasil biakan pus luka pada tanggal 08 Mei 2013: terdapat bakteri gram positif
cocous ditemukan yaitu staphylococus epidermidis

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada Ny. F adalah:
3.3.1 Risiko penyebaran infeksi
3.3.2 Kerusakan integritas kulit
3.3.3 Ketidakseimbangan nurtrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.3.4 Ketidakpatuhan

40 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. F
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan - Tidak adanya edema - Observasi keadaan luka
kulit keperawatan 14x24 jam disekitar luka - Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril menggunakan Nacl 0,9%
tercapainya proses - Pus berkurang - Lakukan debridement pada jaringan nekrotik
penyembuhan luka - Adanya jaringan - Lindungi penonjolan tulang dengan bantalan lunak
granulasi - Observasi keadaan luka setelah perawatan
- Bau busuk berkurang - Anjurkan nurtrisi yang seimbang
Kolaborasi:
- Pantau hasil lab pemeriksaan kultur pus
- Berikan antibiotik sesuai terapi
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan - Asupan makan perhari - Monitor intake nutrisi pasien
nutrisi kurang dari keperawatan 7x24 jam 1500-1700kalori - Timbang berat badan pasien
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrsi pasien - Tonus otot baik - Motivasi pasien untuk menghabiskan makanan
dapat terpenuhi - Mukosa lembab Kolaborasi
- Mual (-), Muntah (-) - Lakukan pemeriksaan gula darah
- Konjungtiva non anemis - Monitor hasil laboratorium : Hb, GDS, albumin, dan protein
- Nyeri abdomen (-) - Berikan insulin sesuai dengan program terapi
- Hasil lab: Hb> 10 g/dl - Berikan obat hipoglikemi oral sesuai dengan program terapi
Albumin 3,4-4,8 g/dl - Konsul dengan ahli gizi terkait diet
GDS 80-140 mg/dl - Berikan obat antiemetik sesuai dengan program terapi

41 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan - Pasien memiliki - Eksplorasi tentang apa yang diketahui pasien tentang diabetes
keperawatan 7x24 jam komitmen untuk - Edukasi kesehatan terkait apa itu diabetes melitus
pasien mematuhi program menjalankan program - Edukasi perawatan kaki diabetes
penanganan diabetes terapi - Edukasi pengaturan nutrisi pada pasien diabetes melitus
melitus - Pasien mematuhi - Edukasi cara perawatan luka pasien diabetes melitus saat di rumah
program terapi selama - Edukasi pengobatan seperti penggunaan insulin
dirawat di RS - Motivasi pasien menjalankan program terapi
- Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan
- Monitoring kepatuhan klien
Risiko Penyebaran Setelah dilakukan tindakan - Ulkus tidak lebih meluas - Observasi daerah luka dan sekitarnya peradangan, spt: demam,
infeksi keperawatan 7x24 jam - Gula darah dapat kemerahan, adanya pus pada luka
tidak terjadi penyebaran dikontrol - Tingkatkan upaya pencegahan perluasan infeksi dengan melakukan cuci
infeksi - Produksi Pus minimal tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
- Jaringan granulasi termasuk pasiennya sendiri
mendominasi luka - Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik secara teratur,
- Leukosit dalam 5.000- - Jaga kulit tetap kering dan linen kering
10.000 ul - Pertahankan tekhnik aseptic pada prosedur invasif
- Suhu tubuh dalam Kolaborasi
rentang 36- 37 C - Lakukan pemeriksaan kultur sensitivitas sesuai indikasi
- Berikan obat antibiotik yang sesuai

42 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Ny. F


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
09/05/2013 Risiko perluasan infeksi - Mengobservasi daerah luka dan sekitarnya S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti
Jam 07.00 s/d terhadap peradangan, spt: demam, balutan luka
jam 15.00 kemerahan, adanya pus pada luka O:
- Mencuci tangan sebelum dan sesuadah - Suhu tubuh= 36,8
kontak dengan pasien - Ulkus pedis sinistra plantar kedalaman otot,
- Melakukan perawatan luka dengan prinsip ukuran 10x4 cm, dan pus (+), warna luka
steril menggunakan Nacl 0,9% kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka
- Menjaga kulit tetap kering dan linen dengan sedikit warna putih kekuningan.
kering Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,
- mempertahankan tekhnik aseptic pada kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),
prosedur invasif hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+),
Kolaborasi dan perabaan hangat.
- Memantau hasil pemeriksaan lab dan - Hasil kultur Pus: gram positif cocus
pemeriksaan kultur pus ditemukan dalam biakan pus luka. Sel epitel =
- Memberikan antibiotik 0-1/ LPK, leukosit = 10-15 / LPB
Metronidazol 500mg via IV - Hasil lab: Leukosit 16.800 ul, hitung jenis:
basofil=0, eosinofil=1, netrofil= 84,
limfosit=8, monosit=4
A: Risiko perluasan infeksi terkontrol
P: Lanjutkan Intervensi
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril
dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban
luka
- Pertahankan tindakan aseptik selama prosedur
invasif
- Pantau hasi pemeriksaan lab
- Kolaborasi antibiotik

43 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


09/05/2013 Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi keadaan luka S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti
Jam 07.00 s/d - Melakukan perawatan luka dengan prinsip balutan luka
jam 15.00 steril menggunakan Nacl 0,9% O:
- Melakukan debridement pada jaringan - Ulkus pedis sinistra plantar kedalaman otot,
nekrotik ukuran 10x4 cm, dan pus (+), warna luka
- Mengobservasi keadaan luka setelah kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka
perawatan dengan sedikit warna putih kekuningan.
Kolaborasi: Gangren pedis sinistra dorsal digiti II,
- Memantau hasil lab pemeriksaan kultur kedalaman otot, ukuran 4x 2 cm, pus (+),
pus hiperemesis (+), hematome (+), bengkak (+),
dan perabaan hangat.
- Hasil kultur Pus: gram positif cocus
ditemukan dalam biakan pus luka. Sel epitel =
0-1/ LPK, leukosit = 10-15 / LPB
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril
dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban
luka
- Kolaborasi antibiotik
09/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S: Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang,
Jam 07.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Menimbang berat badan pasien namun mual sudah mulai berkurang
jam 15.00 - Memotivasi pasien untuk menghabiskan O:
makanan - Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
Kolaborasi IMT=18,3. Mual (+), muntah(-), makan pagi
- Melakukan pemeriksaan gula darah habis sekitar 170 kalori, cemilan 170 kalori,
- Memonitor hasil laboratorium : Hb, GDS, makan siang 250 kalori. Konjungtiva anemis,
albumin, dan protein tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati
- Memberikan insulin Humulin R 8 unit (-).
jam sebelum makan - Hasil pemeriksaan lab:
- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi Hb= 11,3 g/dl
terkait diet DM 1700 kalori + 60gr protein HbA1c = 8,8%
+ 40 gr lemak + 275 karbohidrat GDS = 165 mg/dl

44 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


- Memberikan obat antiemetik Albumin = 2,8 g/dl
Ranitidin 50 mg via IV jam12 Protein total = 5,8 g/dl
Ondancentron 8 mg via IV jam 12 A: masalah masih terjadi
P: lanjutkan intervensi
- Monitoring asupan makanan
- Motivasi pasien menghabiskan makanan
- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau hasil
lab
- Kolaborasi gizi
10/05/ 2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi balutan luka S: Pasien mengatakan panas mulai berkurang dan
Jam 22.00 s/d Risiko perluasan Infeksi - Melindungi penonjolan tulang lebih enakan.
jam 07.00 denganbantalan lunak O:
- Menganjurkan masukan nutrisi yang - Luka ulkus pedis sinistra terbungkus verban,
seimbang tidak ada rembesan, nyeri (-).
Kolaborasi: A: Masalah belum teratasi
- Memantau hasil lab pemeriksaan P: Lanjutkan Intervensi
- Memberikan obat sesuai program : - Persiapan debridement diruang operasi
Ceftriaxon 2 gram via IV
Metronidazole 500 mg via IV
10/05/ 2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S: Pasien mengatakan nafsu makan mulai
Jam 22.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk menghabiskan meningkat, mual sudah mulai berkurang dan tidak
jam 07.00 makanan muntah
Kolaborasi O:
- Melakukan pemeriksaan gula darah - Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
- Memonitor hasil laboratorium : IMT=18,3. Mual (<), muntah(-), makan pagi
Hb, GDS, albumin, dan protein habis sekitar 255 kalori, cemilan 170 kalori,
Memberikan insulin Humulin R 8 unit makan siang 400 kalori, cemilan sore 170
jam sebelum makan kalori, makan sore 255 kalori, cemilan malam
- Memberikan insulin Lantus 12 unit jam. 170 kalori total asupan kalori satu hari 1420
22.00 kalori dari kebutuhan 1700 kalori. Konjungtiva
- Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi anemis, tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri
terkait diet DM 1700 kalori+60gr protein+ ulu hati (-).
40 gr lemak+275 karbohidrat - Hasil pemeriksaan lab:

45 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


- Memberikan obat antiemetik Hb= 11.3 g/dl
Ranitidin 50mg via IV jam 02.00 HbA1c = 8,8%
Ondancentron 8mg via IV jam 02.00 GDS = 281 mg/dl
Albumin = 2,8 g/dl
Protein total = 5,8 g/dl
A: masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
- Monitoring asupan makanan
- Motivasi pasien menghabiskan makanan
- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau hasil
lab
- Kolaborasi gizi
11/05/2013 Ketidakpatuhan - Mengeksplorasi apa yang diketahui pasien S: pasien mengatakan akan menjalani program yang
dan keluarga tentang diabetes melitus diberikan untuk mengatasi sakitnya. Pasien juga
- Mengeksplorasi apa yang menyebabkan mengatakan menjadi lebih paham tentang penyakit
ketidakpatuhan yang dialami.
- Melakukan edukasi kesehatan tentang O:
diabetes melitus: - Pasien dapat menyebutkan kembali apa itu
- Menjelaskan definisi diabetes melitus diabetes, penyebab, tanda dan gejala, akibat,
- Menjelaskan penyebab Diabetes Mellitus dan cara penanganan diabetes melitus.
- Menjelaskan tanda dan gejala diabetes - Pasien kooperatif dan aktif selama diskusi
melitus - Pasien tampak ingin menjalankan program yang
- Menjelaskan akibat diabetes melitus diberikan
- Menjelaskan cara penanganan diabetes - pasien mau minum obat secara teratur saat
melitus dirumah sakit dan kooperatif dalam tindakan
- Memberikan kesempatan pasien dan yang dilakukan.
keluarga untuk bertanya
- Memberikan reinforcement positif atas A: Masalah teratasi
usaha keluarga
P:
- Motivasi pasien untuk menjalani terapi sesuai
program

46 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


- Lakukan monitoring terhadap pasien selama
dirawat di rumah sakit
- Lakukan evaluasi pengetahuan secara berkala
13/ 05/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi balutan luka post S: Pasien mengatakan sakit sedikit pada bagian
Jam 16.00 s/d Risiko perluasan infeksi debridement pedis sinistra plantar dan luka.
21.00 Post amputasi digiti II pedis dorsal sinistra O:
H+1 - Luka post debridement dan amputasi
- Melindungi penonjolan tulang dengan terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri
bantalan lunak (+).
- Menganjurkan masukan nutrisi yang - Suhu tubuh= 37
seimbang - Hasil lab: Leukosit 11,2
Kolaborasi: A: Masalah teratasi sebagian
- Memantau hasil lab pemeriksaan P: Lanjutkan Intervensi
- Memberikan obat sesuai program : - Observasi balutan
Meropenem 1 gram via IV - Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril
Metronidazole 500 mg via IV 1x sehari dengan Nacl 0,9%
- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang
13/ 05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:
Jam 16.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk Pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat
21.00 menghabiskan makanan namun belum habis semua, mual dan muntah sudah
Kolaborasi tidak
- Melakukan pemeriksaan gula darah O:
- Memonitor hasil laboratorium : Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
Hb, GDS, albumin, dan protein IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan pagi habis
- Memberikan insulin Humulin R 8 sekitar 255 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang
unit jam sebelum makan 500 kalori, cemilan sore 170 kalori, makan sore 255
- Melakukan kolaborasi dengan ahli kalori, cemilan malam 170 kalori total asupan
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr kalori satu hari 1520 kalori dari kebutuhan 1700
protein+ 40 gr lemak+275 kalori. Konjungtiva anemis, tampak lemas, tonus
karbohidrat, dan extra putih telur 3 otot lemas, nyeri ulu hati (-).
buah Hasil pemeriksaan lab:
- Memberikan obat antiemetik Hb= 11.3 g/dl

47 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Ranitidin 50mg via IV jam 18.00 HbA1c = 8,8%
Ondancentron 8mg via IV jam 18.00 GDS = 267 mg/dl
Albumin = 2,8 g/dl
Protein total = 5,8 g/dl
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Monitoring asupan makanan
- Motivasi pasien menghabiskan makanan
- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
hasil lab
- Kolaborasi gizi
14/03/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi balutan luka post S: Pasien mengatakan sakit sudah mulai berkurang.
Jam 22.00 s/d Risiko perluasan infeksi debridement pedis sinistra plantar O:
07.00 dan Post amputasi digiti II pedis - Luka post debridement dan amputasi H-2
dorsal sinistra H+2 terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri
- Melindungi penonjolan tulang (<).
dengan bantalan lunak - Suhu tubuh = 36,9
- Menganjurkan masukan nutrisi yang - Hasil lab: leukosit= 9.500 ul, hitung jenis:
seimbang basofil=0, eosinofil=2, netrofil= 77,
Kolaborasi: limfosit=15, monosit=4
- Memantau hasil lab pemeriksaan A: Masalah teratasi sebagian
- Memberikan obat sesuai program : P: Lanjutkan Intervensi
Meropenem 1 gram via IV - Observasi balutan
Metronidazole 500 mg via IV - Lakukan perawatan luka dengan prinsip
steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%
- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang
14/03/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:Pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat
Jam 22.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Menimbang berat badan pasien dan makan habis
07.00 - Memotivasi pasien untuk O:
menghabiskan makanan Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
Kolaborasi IMT=18,3. Mual (<), muntah(-), makan pagi habis
- Melakukan pemeriksaan gula darah sekitar 340 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang

48 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


- Memonitor hasi laboratorium : 510 kalori, cemilan sore 170 kalori, makan sore 340
Hb, GDS, albumin, dan protein kalori, cemilan malam 170 kalori total asupan
- Memberikan insulin Humulin R kalori satu hari 1700 kalori. Konjungtiva anemis,
jam sebelum makan tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).
- Memberikan insulin Lantus 12 unit Hasil pemeriksaan lab:
jam. 22.00 Hb= 8,8 g/dl
- Melakukan kolaborasi dengan ahli GDS = 267 mg/dl
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr A: masalah teratasi sebagian
protein+ 40 gr lemak+275 P: lanjutkan intervensi
karbohidrat + extra putih telur 3 - Monitoring asupan makanan
- Memberikan obat antiemetik - Motivasi pasien menghabiskan makanan
Ranitidin 50mg via IV jam 02.00 - Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
Ondancentron 8mg via IV jam 02.00 hasil lab
- Kolaborasi gizi
16/05/2013 Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi balutan luka post S: Pasien mengatakan sudah berkurang rasa sakit
Jam 16.00 s/d debridement pedis sinistra plantar pada bagian luka.
jam 21.00 dan Post amputasi digiti II pedis O:
dorsal sinistra H+4 - Luka post debridement dan amputasi H+4
- Melindungi penonjolan tulang terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri
dengan bantalan lunak (+).
- Menganjurkan masukan nutrisi yang
seimbang A: Masalah teratasi sebagian
Kolaborasi:
- Memantau hasil lab pemeriksaan P: Lanjutkan Intervensi
- Memberikan obat sesuai program : - Observasi balutan
Meropenem 1 gram via IV - Lakukan perawatan luka dengan prinsip
Metronidazole 500 mg via IV steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%
- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang
16/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:Pasien mengatakan makan habis dan nafsu makan
Jam 16.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk sudah mulai meningkat
jam 21.00 menghabiskan makanan O:
Kolaborasi Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,

49 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


- Melakukan pemeriksaan gula darah IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan satu hari
- Memonitor hasil laboratorium : 1700 kalori. Konjungtiva anemis, tampak lemas,
Hb, GDS, albumin, dan protein tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).
- Memberikan insulin Humulin R 8 Hasil pemeriksaan lab:
unit jam sebelum makan Hb= 8,8 g/dl
- Melakukan kolaborasi dengan ahli GDS jam 16.00= 222 mg/dl
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr A: masalah teratasi sebagian
protein+ 40 gr lemak+275 P: lanjutkan intervensi
karbohidrat+ extra putih telur 3 - Monitoring asupan makanan
- Memberikan obat antiemetik - Motivasi pasien menghabiskan makanan
Ranitidin 50mg via IV jam 18.00 - Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
Ondancentron 8mg via IV jam 18.00 hasil lab
- Kolaborasi gizi
17/05/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi balutan luka post S: Pasien mengatakan sudah berkurang sakit
Jam 21.00 Risiko perluasan infeksi debridement pedis sinistra plantar lukanya.
s/d jam 07.00 dan Post amputasi digiti II pedis O:
dorsal sinistra H+5 - Luka post debridement dan amputasi H+5
- Melindungi penonjolan tulang terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri
dengan bantalan lunak (<).
- Menganjurkan masukan nutrisi yang - Suhu tubuh= 36,5
seimbang - Hasil lab: 8.200 ul,
Kolaborasi: A: Masalah teratasi sebagian
- Memberikan obat sesuai program : P: Lanjutkan Intervensi
Meropenem 1 gram via IV - Observasi balutan
Metronidazole 500 mg via IV - Lakukan perawatan luka dengan prinsip
steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%
- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang
17/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:Pasien mengatakan makan sudah habis, tidak ada
Jam 21.00 kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk mual dan muntah.
s/d jam 07.00 menghabiskan makanan O:
Kolaborasi Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
- Memberikan insulin Humulin R 8 IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan total asupan

50 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


unit jam sebelum makan kalori satu hari 1700 kalori. Konjungtiva anemis,
- Memberikan insuli Lantus 12 unit tampak lemas, tonus otot lemas, nyeri ulu hati (-).
jam. 22.00 Hasil pemeriksaan lab:
- Melakukan kolaborasi dengan ahli Hb= 10,7 g/dl
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr GDS jam 11.00= 145 mg/dl
protein+ 40 gr lemak+275 A: masalah teratasi sebagian
karbohidrat + extra putih telur 3 P: lanjutkan intervensi
- Memberikan obat antiemetik - Monitoring asupan makanan
Ranitidin 50mg via IV jam 02.00 - Motivasi pasien menghabiskan makanan
Ondancentron 8mg via IV jam 02.00 - Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
hasil lab
- Kolaborasi gizi
20/05/2015 Ketidakpatuhan - Mendiskusikan tentang pentingnya S:Pasien mengatakan akan mengatur makananya
Jam 07.00 s/d pengaturan makan pada diabetes seuai yang telah diajarkan saat dirumah
14.00 - Memeberikan informasi tentang O:
pengaturan makan untuk pasien - Pasien kooperatif
diabetes dengan menerapkan 3 J - Pasien aktif selama diskusi
(Jenis, Jumlah, dan Jam) A:
- Memotivasi pasien untuk - Masalah teratasi
menerapkan pengaturan makanan P:
saat dirumah Motivasi pasien dan keluarga untuk menerapkan
pengaturan makanan sesuai dengan yang diajarkan
20/05/2013 Kerusakan integritas kulit - Mengobservasi keadaan luka S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti
Jam 07.00 s/d - Melakukan perawatan luka dengan balutan luka
14.00 prinsip steril menggunakan Nacl O:
0,9% - ulkus pedis Sinistra plantar warna luka
- Mengobservasi keadaan luka setelah kemerahan, granulasi 25%, Pus minimal,
perawatan pedis dorsal digiti II post amputasi H+8.
Kolaborasi: bengkak (-).
- Memberikan obat sesuai program : A: Masalah teratasi sebagian
Meropenem 1 gram via IV P: Lanjutkan Intervensi
Metronidazole 500 mg via IV - Perawatan luka setiap hari sekali prinsip
steril dengan Nacl 0,9% dan pertahankan

51 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


kelembaban luka
- Kolaborasi antibiotik
20/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan
Jam 07.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk makan habis
14.00 menghabiskan makanan O:
Kolaborasi Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
- Melakukan pemeriksaan gula darah IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan pagi habis
- Memberikan insulin Humulin R 8 sekitar 340 kalori, cemilan 170 kalori, makan siang
unit jam sebelum makan 300 kalori. Konjungtiva non anemis, tampak lebih
- Melakukan kolaborasi dengan ahli segar, tonus otot meningkat, nyeri ulu hati (-).
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr
protein+ 40 gr lemak+275 Hasil pemeriksaan lab:
karbohidrat + 3 extra putih telur GDS jam 11.00= 145 mg/dl
- Memberikan obat antiemetik A: masalah teratasi sebagian
Ranitidin 50mg via IV jam12.00 P: lanjutkan intervensi
Ondancentron 8mg via IV jam 12.00 - Monitoring asupan makanan
- Motivasi pasien menghabiskan makanan
- Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
hasil lab
- Kolaborasi gizi
22/05/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi balutan luka post S: Pasien mengatakan sudah tidak sakit lukanya.
Jam 21.00 s/d Risko Perluasan Infeksi debridement pedis sinistra plantar O:
jam 07.00 dan Post amputasi digiti II pedis - Luka post debridement dan amputasi H+10
dorsal sinistra H+10 terbungkus verban, tidak ada rembesan, nyeri
- Melindungi penonjolan tulang (-).
dengan bantalan lunak - Suhu tubuh = 37
- Menganjurkan masukan nutrisi yang - Hasil lab: leukosit= 6.700 ul, hitung jenis:
seimbang basofil=1, eosinofil=3, netrofil= 56,
Kolaborasi: limfosit=32, monosit=6
- Memberikan obat sesuai program : A: Masalah teratasi sebagian
Meropenem 1 gram via IV P: Lanjutkan Intervensi
Metronidazole 500 mg via IV - Observasi balutan
- Lakukan perawatan luka dengan prinsip

52 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


steril 1x sehari dengan Nacl 0,9%
- Anjurkan asupan nutrisi yang cukup dan
seimbang
22/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan
Jam 21.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk makan habis
jam 07.00 menghabiskan makanan O:
Kolaborasi Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
- Melakukan pemeriksaan gula darah IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan habis 1700
- Memberikan insulin Humulin R 8 kalori 170 kalori, makan siang 300 kalori.
unit jam sebelum makan Konjungtiva non anemis, tampak lebih segar, tonus
- Melakukan kolaborasi dengan ahli otot meningkat, nyeri ulu hati (-).
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr Hasil pemeriksaan lab:
protein+ 40 gr lemak+275 Hb= 10,7 g/dl
karbohidrat + 3 extra putih telur GDS= 172 mg/dl
- Memberikan obat antiemetik A: masalah teratasi sebagian
Ranitidin 50mg via IV jam 02.00 P: lanjutkan intervensi
Ondancentron 8mg via IV jam 02.00 - Monitoring asupan makanan
- Memberikan obat hipoglikemi oral: - Motivasi pasien menghabiskan makanan
Metformin 500 mg - Kolaborasi pemberian insulin dan pantau
hasil lab
- Kolaborasi gizi
24/05/2013 Ketidakpatuhan - Menjelaskan tentang cara perawatan S: pasien mengatakan terasa nyaman dan enak
Jam 07.00 s/d kaki setelah dilakukan perawatan kaki dan akan
jam 15.00 - Menjelaskan tentang tujuan mencoba saat dirumah
perawatan kaki O:
- Melakukan demonstrasi perawatan - Pasien kooperatif
kaki pada kaki kanan - Kaki sebelah kanan tampak bersih, tidak
- Memotivasi pasien dan keluarga terdapat luka.
untuk melakukan perawatan kaki A: masalaha teratasi
P: Anjurkan pasien melakukan perawatan kaki
dirumah secra teratur
24/05/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi keadaan luka S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti
Jam 07.00 s/d Risiko Perluasan Infeksi - Melakukan perawatan luka dengan balutan luka

53 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


jam 15.00 prinsip steril menggunakan Nacl O:
0,9% - ulkus pedis Sinistra plantar warna luka
- Mengobservasi keadaan luka setelah kemerahan, granulasi >50%, Pus minimal,
perawatan pedis dorsal digiti II post amputasi H+12.
Kolaborasi: bengkak (-).
- Memberikan obat sesuai program : - Suhu tubuh= 36,7
Meropenem 1 gram via IV - Hasil lab: leukosit= 7.000 ul, hitung jenis:
Metronidazole 500 mg via IV basofil=0, eosinofil=5, netrofil= 54,
Clindamycyn 300 mg IV limfosit=33, monosit=6
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
- Perawatan luka setiap hari sekali prinsip
steril dengan Nacl 0,9% dan pertahankan
kelembaban luka
- Kolaborasi antibiotik
- Jadwalkan STSG
24/05/2013 Ketidakseimbangan nutrisi - Memonitor intake nutrisi pasien S:
Jam 07.00 s/d kurang dari kebutuhan tubuh - Memotivasi pasien untuk Pasien mengatakan nafsu makan meningkat dan
jam 15.00 menghabiskan makanan makan habis
Kolaborasi O:
- Memonitor hasil laboratorium Berat badan 43 kg, Tinggi Badan: 153 cm,
Hb, GDS, albumin IMT=18,3. Mual (-), muntah(-), makan habis.
- Memberikan insulin Humulin R 8 Konjungtiva non anemis, tampak lebih segar, tonus
unit jam sebelum makan otot meningkat, nyeri ulu hati (-).
- Melakukan kolaborasi dengan ahli Hasil pemeriksaan lab:
gizi terkait diet DM 1700 kalori+60gr Hb= 10,9 g/dl
protein+ 40 gr lemak+275 GDS jam 11.00= 123mg/dl
karbohidrat + 3 extra putih telur Albumin : 3,4 g/dl
- Memberikan obat antiemetik A: masalah teratasi
Ranitidin 50mg via IV jam 12.00 P:
Ondancentron 8mg via IV jam 12.00 Motivasi pasien menghabiskan makanan dan
- Memberikan obat hipoglikemi oral: mengatur makan dengan 3 J
Metformin 500 mg

54 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


25/05/2013 Kerusakan integritas kulit dan - Mengobservasi keadaan luka S: Pasien mengatakan lebih enakan setelah diganti
Jam 07.00 s/d Risiko perluasan infeksi - Melakukan perawatan luka dengan balutan luka
15.00 prinsip steril menggunakan Nacl O:
0,9% - ulkus pedis Sinistra plantar warna luka
- Mengobservasi keadaan luka setelah kemerahan, granulasi >75%, Pus minimal,
perawatan bengkak (-), pedis dorsal digiti II post
Kolaborasi: amputasi H+13. bengkak (-).
- Memberikan obat sesuai program : - Suhu tubuh 36,6
Meropenem 1 gram via IV A: Masalah teratasi sebagian
Metronidazole 500 mg via IV P: Lanjutkan Intervensi
Clindamycyn 300 mg IV - Perawatan luka setiap hari sekali prinsip steril
dengan Nacl 0,9% dan pertahankan kelembaban
luka
- Kolaborasi antibiotik

55 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktek


Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan rumah sakit pendidikan kelas A
yang memiliki pelayanan spesialis dan subspesialis penyakit dalam. Pelayanan rawat
inap penyakit dalam salah satunya terdapat di ruang Teratai lantai V Selatan. Ruang
Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati merupakan ruang perawatan yang
memberikan asuhan keperawatan dengan kasus penyakit dalam (hepatologi, endokrin
metabolik, ginjal hipertensi, hematologi, tropik infeksi, dan keperawatan kritis).
Kapasitas ruang penyakit dalam lantai V selatan terdiri dari 46 tempat tidur terdiri
dari 6 tempat tidur HCU dan 40 tempat tidur kelas III. Ruangan di lantai V selatan
dibagi berdasarkan subspesialisasi penyakit dalam, salah satunya ruangan endokrin.

Hasil rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat inap di ruang penyakit dalam lantai V
selatan selama bulan April dan Mei tahun 2013 didapatkan diabetes melitus sebagai
kasus terbanyak kedua di ruangan setelah gagal ginjal dengan jumlah 35 kasus.
Ruangan lantai V selatan juga memiliki ruangan edukasi diabetes melitus yang
digunakan untuk edukasi diabetes melitus oleh tim edukator yang sudah terlatih.

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep
kasus terkait
Ny. F merupakan penduduk Indonesia yang melakukan urbanisasi. Ny. F pindah dari
Tegal ke Jakarta. Ny. F pindah ke Jakarta karena ketertarikannya terhadap kehidupan
di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Hal ini didukung oleh Soetomo
(2009) dimana urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik di daerah seperti
terdapatnya pusat pemerintahan, pusat pertumbuhan sosial dan ekonomi. Urbanisasi
merupakan proses perubahan yang diinginkan manusia untuk mempertahankan hidup
dan menuju perbaikan nasib (Soetomo, 2009). Perpindahan Ny. F ke Jakarta
merupakan bagian dari peningkatan urbanisasi melalu perpindahan dari desa ke kota.

56 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


57

Hal ini sesuai dengan konsep urbanisasi yang terjadi karena perpindahan penduduk
dari desa ke kota (BAPPENAS, 2013).

Ny. F dalam menjalani kehidupan di perkotaan memiliki tuntutan kehidupan yang


tinggi. Penduduk yang banyak tidak diiringi dengan jumlah lapangan kerja yang
tersedia, sehingga banyak pengangguran yang terjadi. Masyarakat perkotaan harus
bekerja keras untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan masyarakat
perkotaan semakin individualis karena kesibukan masing-masing masyarakat dalam
memenuhi tuntutan hidup. Hal ini sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat kota
yang dipengaruhi faktor lingkungan sosial menurut dimana masyarakat kota lebih
cenderung ke arah individualis walaupun sebenarnya penduduk yang ada cenderung
beragam (Galea & Vlahov, 2005). Padatnya penduduk juga dapat menyebabkan
kemacetan. Kemacetan yang terjadi juga terkadang membuat stres dalam menjalani
kehidupan. Kondisi perkotaan dengan segala masalahnya dapat meningkatkan stres
pada masyarakat.

Lingkungan yang semakin padat dengan penduduk dan berkurangnya lapangan hijau
membuat perubahan iklim yang dapat meningkatkan suhu lingkungan. Konsumsi
minuman dingin dan manis merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam
mengatasi rasa haus akibat panas dan kepadatan aktvitas. Hal ini sesuai dengan
Haines, Kovarts, Campbell-Lendrum, & Corvalan (2006), perubahan iklim secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi kesehatan individu. Perubahan iklim
dapat mempengaruhi pola iklim regional dan lokal. Di daerah perkotaan, temperatur
yang tinggi dapat meningkatkan efek kesehatan yang terkait polusi udara (Anderson
& McFarlane, 2011). Suku jawa yang masih melekat pada Ny. F berpengaruh
terhadap masakan Ny. F yang suka menambahkan gula merah dan manis. Makanan
cepat saji juga menjadi pilihan karena padatnya aktivitas. Padatnya aktivitas juga
membuat masyarakat perkotaan jarang melakukan olahraga. Keadaan yang penuh
dengan tekanan membuat lupa akan kesehatan diri dengan makan yang tidak teratur,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


58

istirahat kurang, dan jarang berolahraga. Kebiasan yang ada tersebut merupakan gaya
hidup yang tidak sehat yang dapat berisiko terhadap masalah kesehatan.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat perkotaan seperti gaya hidup yang
tidak sehat meliputi pola makan yang tidak sehat, stres, dan tidak ada waktu untuk
olahraga merupakan bagian dari faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit DM tipe 2. Hal ini didukung oleh PERKENI (2011), ADA (2013), dan Lilly
(2005) dimana faktor risiko terjadinya DM yaitu karena gaya hidup tidak sehat seperti
pola makan yang tidak sehat, kondisi stres, dan aktivitas yang kurang. Stres dapat
merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi adenocorticoroid hormone
(ACTH). ACTH terutama akan memproduksi kortisol yang akan merangsang
glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan gula darah (Smeltzer & Bare, 2002;
Wetherill, 2001). Aktifitas fisik yang kurang dapat menurunkan sensitivitas insulin,
penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa (Smeltzer & Bare,
2002).

Ny. F memiliki penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu. Penyakit diabetes
melitus tipe 2 yang dialami Ny. F disebabkan beberapa faktor risiko yaitu pola makan
yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan manis dan berlemak, jarang
berolahraga, dan stres karena kehidupan yang dialami. Ny F walaupun memiliki DM
masih suka mengkonsumsi makanan yang manis dan berlemak. Aktivitas sehari-hari
Ny. F kurang gerak dan jarang olahraga membuat diabetes melitus bertambah parah.
Saat aktivitas fisik, otot akan menggunakan glukosa yang dibakar menjadi energi.
Aktifitas fisik dapat meningkatkan produksi insulin yang membuat glukosa dapat
masuk ke dalam sel untuk dibakar menjadi tenaga. Aktifitas fisik dapat juga
menghambat perkembangan DM tipe 2. Mekanisme yang terjadi yaitu aktifitas fisik
dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan toleransi glukosa,
penurunan lemak adiposa, pengurangan lemak sentral, dan perubahan jaringan otot
(Smeltzer & Bare, 2002).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


59

Usia Ny. F juga sudah 49 tahun, dimana usia diatas 45 tahun berisiko mengalami
diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011), usia diatas 45 tahun
berisiko diabetes. DM terjadi semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Ny. F yang sekarang berusia 49 tahun memiliki peningkatan risiko terjadi DM tipe 2.
Peningkatan usia yang terjadi disebabkan penurunan jumlah insulin akibat
menurunnya kinerja dari pankreas. Hal ini didukung oleh penelitian Mihardja (2009),
semakin lanjut usai pengeluaran insulin semakin berkurang. Ketidakpatuhan Ny. F
dalam menjalani program pengobatan juga terlihat dari hasil pemeriksaan HbA1C
pada tanggal 06 Mei 2013 sebesar 9,1%, dimana terlihat kualitas pengontrolan DM
dalam 3 bulan terakhir kurang. Hal ini dikuatkan dengan konsep ADA (2013) dimana
HbA1C > 6,5% menunjukan kualitas pengontrolan yang kurang. Pengetahuan dan
kepatuhan pada Ny. F perlu selalu diingatkan karena pendidikan Ny. F yang rendah
yaitu SD. Pengetahun tentang diet, aktifitas, dan pengobatan penting dilakukan
dengan mengadakan edukasi kesehatan. Pendidikan kesehatan pada pasien dengan
tingkat pendidikan rendah sebaiknya melibatkan keluarga. Hal ini didukung oleh
penelitian Mihardja (2009) dimana prevalensi DM pada pasien dengan pendidikan
rendah sbesar 56,3%.

Penatalaksanaan DM 4 pilar juga tidak dijalankan Ny. F dengan baik, Ny. F tidak
menjalankan diet DM, aktifitas kurang gerak, dan tidak patuh dalam program
pengobatan yang dijalankan. Semua penyebab diabetes tipe 2 umumnya karena gaya
hidup yang tidak sehat. Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh tidak sempurna
sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon
insulin dapat diserap oleh lemak dalam tubuh, sehingga pola makan dan gaya hidup
tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin (Hardiman, 2013)

Ny. F sering merasa mual, lemas, luka sukar sembuh, penglihatan berkurang, BAK
banyak terutama malam hari, sering kesemutan dan kebas pada ekstresmitas, dan
berat badan turun merupakan tanda dan gejala terjadinya diabetes melitus. Hal ini
sesuai dengan tanda dan gejala pada diabetes mellitus luka yang sukar sembuh (Lilly,
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


60

2005; PERKENI, 2011), penglihatan berkurang atau menjadi buram (PERKENI,


2011), kesemutan atau kebas (PERKENI, 2011), dan kelelahan (Lilly, 2005). Ny. F
juga mengalami komplikasi retinopati diabetik dan neuropati diabetik. Ny. F
mengalami penglihatan yang mulai berkurang sejak 6 bulan sebelum masuk rumah
sakit dan mengalami ulkus pedis sinistra plantar dan gangren digiti 2 pedis sinistra
dorsal. Ny. F mengalami hilangnya sensasi dari tubuh dan dan sering merasa kebas,
sehingga luka yang terjadi tidak terasa. Hal ini sesuai dengan International Working
Group on the Diabetic Foot (2011), ulkus kaki diabetik dapat disebabkan salah
satunya gangguan saraf sensorik. Gangguan saraf sensorik menyebabkan hilanganya
sensasi yang dapat membuat individu menjadi rentan terhadap bahaya fisik, kimia,
dan termal.

Kelemahan dan penurunan penglihatan pada Ny. F menyebabkan keterbatasan pada


Ny. F. Pengaruh masyarakat perkotaan yang heterogen membuat informasi yang
diberikan beragam. Informasi praktik kesehatan misalnya dengan terapi-terapi non
medis yang dijalankan, seperti penggunaan obatan herbal. Ny. F lebih banyak
mempercayai informasi dari orang terdekat tanpa melakukan akses informasi yang
lebih valid. Ny. F melakukan saran dari tetangga yaitu jalan diatas kerikil yang panas
tanpa alas kaki sebagai terapi pada kaki. Penggunaan obat herbal juga dilakukan Ny.
F dan menghentikan obat medis. Ny. F juga tidak rutin melakukan perawatan kaki
dan jarang menggunakan alas kaki. Ny. F sebelumnya juga pernah mengalami luka
pada kaki kiri bagian ibu jari namun tidak berkunjung ke pelayanan kesehatan hanya
dilakukan perawatan luka di rumah dengan penggunaan rivanol. Kondisi kaki yang
tidak diperhatikan, menurunnya sensitivitas terhadap rangsangan, penurunan
penglihatan, dan ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus dapat
menyebabkan komplikasi yaitu terjadinya ulkus kaki diabetik.

Masalah kesehatan yang terjadi pada Ny.F dilakukan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif oleh semua tim kesehatan. Hal ini sesuai dengan ruang
lingkup praktik keperawatan kesehatan masyarakat yaitu promotif, preventif, kuratif,
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


61

dan rehabilitatif (Potter & Perry, 2009). Upaya promotif dengan melakukan edukasi
tentang penyakit diabetes melitus, pengaturan nutrisi, aktifitas, dan pengobatan. Ny. F
diberikan edukasi cara perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka. Edukasi
perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka dilakukan oleh tim kesehatan
terutama perawat selama pasien menjalani rawat inap. Edukasi dilakukan untuk
mendukung perubahan perilaku pasien.

Edukasi tentang cara perawatan kaki dan penggunaan alas kaki yang tepat merupakan
salah satu cara yang dilakukan praktikan untuk melakukan perubahan perilaku pada
Ny.F. Studi yang dilakukan Allaida S.R.SpRM edukasi yang diberikan terus menerus
meningkatkan pengetahuan dan perilaku penderita kaki diabetes (PERKENI, 2011).
Edukasi yang diberikan kepada Ny. F membuat Ny. F lebih mengetahui tentang
manfaat dan cara dari perawatan kaki. Upaya preventif untuk mencegah dampak yang
lebih parah pada kasus ulkus kaki diabetik adalah memotivasi pasien untuk mengatur
nutrisi, melakukan aktifitas teratur, dan menjalankan pengobatan. Pasien dianjurkan
untuk melakukan pengkajian harian terhadap kaki, melakukan perawatan kaki,
penggunaan alas kaki yang tepat, dan senam kaki. Ny.F selama di rumah sakit dalam
melakukan perawatan kaki dibantu oleh perawat atau keluarga. Perawatan kaki
terutama dilakukan pada kaki yang tidak terdapat luka. Upaya kuratif dengan
melakukan perawatan luka rutin dan pemberian pengobatan yang sesuai kondisi
pasien.

Penatalaksanaan kaki diabetik pada Ny. F dengan melakukan penatalaksanaan


holistik kaki diabetik sesuai dengan PERKENI (2011) yaitu kontrol metabolik,
kontrol vaskular, kontrol mekanik, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi.
Kontrol metabolik dilakukan dengan melakukan pengaturan gula darah. Ny.F selama
dirumah sakit mendapatkan terapi insulin Humulin R dan Lantus yang dosisnya
dievaluasi berdasarkan hasil gula darah harian. Kontrol metabolik juga meliputi
perencanaan asupan nutrisi pada Ny.F. Perencanan nutrisi pada Ny.F yaitu diet DM
1700 kalori, 60gr protein, 40 gr lemak, 275 karbohidrat, dan 3 extra putih telur.
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


62

Kontrol mekanik yang dilakukan pada Ny. F dengan mengistirahatkan, mengurangi


penekanan pada luka, dan menggunakan bantal pada kaki. Kontrol vaskular dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ABI. Hasil pemeriksaan ABI pada Ny.F untuk ABI
sinistra 1 dan ABI dextra 1. Kontrol luka dengan melakukan debridement bedah dan
perawatan luka dengan teknik steril menggunakan Nacl 0,9%. Kontrol infeksi
dilakukan dengan memberikan antibiotik pada Ny.F dan mempertahankan teknik
aseptik selama prosedur invasif. Kontrol edukasi ditekankan pada pemeriksaan kaki
mandiri setiap hari, perawatan kaki, dan penggunaan alas kaki yang tepat.

Monitoring kaki selama di rumah sakit kaki Ny.F bagian dextra mulai lembab, tidak
ada kalus, dan luka. Praktikan melakukan montoring terhadap kepatuhan pasien
dengan melakukan kontak telepon dengan keluarga pasien. Praktikan menanyakan
perkembangan keadaan pasien selama dirumah. Hasil pantauan praktikan melalui
kontak telepon pada tanggal 05 Juli 2013 dengan keluarga saat di rumah didapatkan
informasi keluarga rutin melakukan perawatan kaki pada Ny. F 1x sehari dan pada
kaki kanan sudah mulai lembab, tidak ada kalus, dan tidak ada luka. Praktikan
memberikan motivasi terhadap keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
program yang dijalankan.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Praktikan dalam melakukan perawatan luka mengacu terhadap komponen penting
manajemen luka menurut Wound International (2013) yaitu mengatasi penyakit yang
terjadi, memastikan aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol
infeksi, dan pengurangan tekanan. Praktikan memulai dengan mengidentifikasi
penyebab terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien. Ulkus diabetikum yang terjadi
pada pasien Ny. F dikarenakan adanya penurunan sensasi pada ekstremitas akibat
neuropati perifer. Penurunan sensori disebabkan karena adanya gangguan
mikrovaskuler pada pembuluh darah Ny. F akibat penurunan perfusi perifer.
Penurunan perfusi perifer disebabkan karena tingginya kadar gula darah pada Ny. F.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


63

Penyakit yang mendasari terjadinya ulkus kaki diabetik pada Ny. F adalah diabetes
melitus. Penyakit diabetes melitus dilakukan dengan melakukan 4 pilar
penatalaksanaan diabetes. Aliran darah harus adekuat, jika tidak adekuat harus
dilakukan revaskularisasi (Apelqvist, 2012). Pada Ny. F nilai ABI sinistra 1 dan ABI
dextra 1 yang menandakan belum terjadi oklusi aliran darah pada ekstremitas bawah
Ny. F. Pasien Ny. F pada pengkajian tanggal 08 Mei 2013 terdapat ulkus pedis
sinistra plantar kedalaman otot, ukuran 10x4 cm, dan pus (+), bau (+), warna luka
kemerahan didalamnya kehitaman sisi luka dengan sedikit warna putih kekuningan.
Luka yang terjadi pada Ny. F kemudian dilakukan perawatan luka.

Perawatan luka yang optimal dengan melakukan debridemen jaringan, kontrol


inflamasi dan infeksi, keseimbangan kelembaban, dan epitelisasi (EWMA, 2004).
Perawatan luka yang dilakukan pada Ny. F salah satunya dilakukan debridemen
bedah pada tanggal 13 Mei 2013 untuk membuang jaringan nektrotik pada ulkus
pedis sinistra plantar. Perawatan luka juga dengan pertimbangan sesuai dengan
prinsip balutan luka. Prinsip dalam balutan luka yaitu menjaga kelembaban,
kehangatan, dan mencegah trauma (Ismail, 2009). Kelembaban sebagai hal yang
penting dalam proses penyembuhan luka. Gitarja (2008), luka harus dengan suasana
lembab karena mempercepat fibrinolisis, mempercepat angiogenesis, menurunkan
risiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan mempercepat
pembentukan sel aktif.

Praktikan selama perawatan luka pada pasien DM dengan komplikasi kaki diabetik
menggunakan Nacl 0,9 %. Praktikan menggunakan Nacl 0,9 % karena sifatnya yang
aman, tidak iritan, dan mudah didapat, dan murah. Nacl 0,9% juga dapat menyerap
pus yang ada pada luka. Nacl merupakan larutan isotonis, tidak menimbulkan iritasi,
melindungi granulasi jaringan, menjaga kelembaban, mudah didapat, dan murah
(Huda, 2010). Pramana (2012), Nacl 0,9% merupakan cairan yang aman untuk
merawat luka. Nacl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 0,9
gram dengan osmolalitas 308 mOsm/l sehingga aman digunakan. Pramana (2012),
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


64

Nacl 0,9% memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik daripada pasien dengan
menggunakan cairan lain. Penelitian Ismail (2009), penggunaan balutan konvensional
dengan menggunakan Nacl 0,9% dapat dilakukan dan sebaiknya ditetapkan prosedur
perawatan luka diabetes dengan mengganti balutan 2 kali sehari

Pemilihan jenis balutan dapat menjadi alternatif dalam melakukan perawatan luka.
Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi luka, luas dan kedalaman luka, jenis
dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan trauma (Wounds
International, 2013). Hal yang perlu dipertimbangkan praktikan dalam pemilihan
balutan yaitu kenyamanan, cocok untuk mempercepat durasi penyembuhan, mudah
dilepaskan, mudah diterapkan, dan harga efektif (World Union of Wound Healing
Societies, 2013).

Perkembangan jenis perawatan luka dan balutan sudah mulai berkembang. Balutan
dengan menggunakan madu dan cara modern sudah banyak diterapkan. Penelitian
Situmorang (2009), balutan madu memberikan perubahan yang baik dalam
penyembuhan luka. Penelitian Suranto (2007), madu memiliki kandungan yang dapat
menyembuhkan infeksi kaki diabetikum. Madu yang memiliki kandungan air kurang
dari 18% yang dapat menarik nanah di daerah yang diolesi madu. Enzim katalase
pada madu juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Madu memiliki manfaat
mengangkat jaringan mati dan antibakteri. Penelitian Pramana (2012), penggunaan
madu alami dengan kandungan air <18 % dan Nacl lebih efektif dibanding dengan
yang hanya menggunakan Nacl.

Penelitian yang dilakukan oleh Robson, Dodd, dan Thomas (2008) dengan judul
Standardized antibacterial honey (Medihoney) with standard therpay in wound care:
randomized clinical trial memberikan hasil penyembuhan luka dengan madu lebih
cepat dalam waktu penyembuhan luka dibandingkan dengan perawatan luka yang
dilakukan secara konvensional. Madu memiliki manfaat klinis dalam penyembuhan
luka. Hal tersebut diyakini karena madu merupakan pencegah inflamasi,
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


65

pembengkakan pada luka, menurunkan rasa nyeri dan bau, meningkatkan granulasi
dan epitelisasi, dan meminimalkan terjadinya jaringan parut. Gethin dan Cowman
(2008) melakukan penelitian dengan judul Manuka honey vs hydrogel- a prospective,
open label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy
and healing outcomes in venous ulcers. Penelitian yang dilakukan memberikan hasil
penggunaan madu lebih berkhasiat dan mempunyai kadar infeksi yang lebih rendah
dibandingkan dengan hidrogel.

Balutan yang digunakan juga harus didukung dengan faktror- faktor penyembuhan
luka seperti perfusi jaringan dan oksigenasi, nutrisi, kontrol infeksi, dan kontrol
diabetes (Bryant & Nix, 2007). Praktikan selama mengelola pasien melihat nutrisi
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Nutrisi yang adekuat dan seimbang dapat membantu proses penyembuhan luka yang
terjadi. MacKay & Miller, 2003; Williams & Barbul (2003), nutrisi memberikan
unsur bagi aktivitas sel dalam proses penyembuhan luka. Motivasi Ny. F selama
dirawat untuk menghabiskan makan sesuai dengan diet sesuai dengan kebutuhan Ny.
F. Diet yang diberikan pada Ny. F adalah diet DM 1700 kalori, 60gr protein, 40 gr
lemak, 275 karbohidrat, dan 3 extra putih telur. Nutrisi yang adekuat penting untuk
meningkatkkan sistem imun dan mencegah infeksi (Bryant & Nix, 2007).

Hasil pengelolaan asuhan keperawatan terutama untuk masalah gangguan integritas


kulit didapatkan hasil akhir luka Ny. F sudah mengalami granulasi, pus minimal, dan
tidak ada jaringan nekrotik. Perkembangan luka pada pasien Ny. F setelah dilakukan
tindakan pengontrolan gula darah, nutrisi, aktivitas, debridement bedah, dan
perawatan luka dengan menggunakan Nacl 0,9 % pada tanggal 25 Mei 2013 pada
ulkus pedis sinistra plantar warna luka kemerahan, granulasi >75%, pus minimal, dan
tidak ada bengkak. Praktikan melihat selama asuhan keperawatan pada Ny. F, balutan
Nacl 0,9% mudah kering. NaCl 0,9% yang menguap membuat kasa yang digunakan
dalam membalut luka menjadi kering. Keadaan Nacl yang mudah mengering
membuat praktikan harus menyiram terlebih dahulu perban sebelum dibuka karena
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


66

lengket. Perawatan luka dilakukan dengan Nacl perlu monitoring yang sering dan
mengganti balutan yang sering untuk mempertahankan kelembaban luka. Keadaan
tersebut membuat praktikan merekomendasikan pemilihan balutan berdasarkan
evidence based nursing sebagai alternatif yang dapat menunjang percepatan proses
penyembuhan luka.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan


Masalah kesehatan seperti diabetes melitus membutuhkan pendekatan promotif,
preventif , kuratif, dan rehabilitatif oleh semua tim kesehatan. Pasien dan keluarga
juga dilibatkan dalam penatalaksaan masalah diabetes melitus. Upaya promotif
dengan melakukan edukasi tentang penyakit diabetes melitus, pengaturan nutrisi,
aktifitas, pengobatan. Pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus kaki diabetik
perlu diberikan edukasi cara perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka.
Edukasi perawatan kaki, senam kaki, dan perawatan luka perlu dilakukan oleh tim
kesehatan terutama perawat selama pasien menjalani rawat inap. Edukasi yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien dan mempertimbangkan keadaan
saat pasien pulang kerumah. Edukasi juga sebaiknya melibatkan pasien dan keluarga.
Upaya preventif untuk mencegah dampak yang lebih parah pada kasus ulkus kaki
diabetik adalah memotivasi pasien untuk mengatur nutrisi, melakukan aktifitas
teratur, menjalankan pengobatan, mengontrol gula darah. Pasien dianjurkan untuk
melakukan pengkajian harian terhadap kaki, melakukan perawatan kaki, penggunaan
alas kaki yang tepat, dan senam kaki. Upaya kuratif dengan melakukan perawatan
luka rutin dan pemberian pengobatan yang sesuai kondisi pasien.

Manajemen luka dilakukan dengan mengatasi penyakit yang terjadi, memastikan


aliran darah yang adekuat, perawatan luka lokal dan kontrol infeksi, dan pengurangan
tekanan (Wound International, 2013). Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi
luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah
nyeri dan trauma. Penggunaal Nacl 0,9% harus tetap menjaga kondisi lembab pada
luka misalnya dengan monitoring balutan dan sering mengganti balutan, misalnya 2x
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


67

perhari. Penggunaan balutan alternatif juga dapat digunakan untuk menunjang proses
penyembuhan luka seperti penggunaan madu dan balutan modern. Faktor- faktor
yang mempengaruhi proses penyembuhan luka juga perlu diperhatikan seperti perfusi
jaringan dan oksigenasi, nutrisi, kontrol infeksi, dan kontrol diabetes. Upaya
rehabilitatif dengan kontrol tekanan dan kontrol gula darah.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
5.1.1 Pasien yang menjadi kelolaan utama adalah Ny. F usia 49 tahun. Ny. F
merupakan pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik
sinistra. Asuhan keperawatan dilakukan pada Ny. F dari tanggal 08 Mei 2013-
25 Mei 2013. Pengkajian Ny. F dilakukan melalui pendekatan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) dalam seting Keperawatan
Medikal Bedah (KMB). Pengkajian yang didapatkan dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik kemudian dianalisis masalah yang
terjadi pada Ny. F. Diagnosis keperawatan pada Ny. F yang didapatkan dari
hasil analisis data yaitu risiko penyebaran infeksi, kerusakan integritas kulit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan ketidakpatuhan.
Rencana keperawatan dibuat untuk mengatasi diagnosis: ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko penyebaran infeksi,
ketidakpatuhan, dan kerusakan integritas kulit. Perencanaan dilakukan dengan
menentukan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil, dan tindakan dari setiap
diagnosis. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. F kemudian
dilakukan evaluasi. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi. Masalah risiko penyebaran infeksi terkontrol. Ketidakpatuhan
dilakukan monitoring secara kontinu selama pasien dirawat dan pulang
kerumah.
5.1.2 Hasil analisis masalah DM terkait KKMP dikarenakan kebiasaan-kebiasan
yang terjadi dimasyarakat perkotaan. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada
masyarakat perkotaan seperti gaya hidup yang tidak sehat meliputi pola
makan yang tidak sehat, stres, dan tidak ada waktu untuk olahraga merupakan
bagian dari faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DM
tipe 2. Stres dapat merangsang hipotalamus anterior untuk memproduksi
adenocorticoroid hormone (ACTH). ACTH terutama akan memproduksi

68 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


69

kortisol yang akan merangsang glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan


gula darah. Aktifitas fisik yang kurang dapat menurunkan sensitivitas insulin,
penurunan toleransi glukosa, dan peningkatan lemak adiposa. Ketidakpatuhan
pasien dalam menjalankan penatalaksanaan diabetes melitus juga dapat
menyebabkan komplikasi diabetes melitus salah satunya ulkus kaki diabetik.
5.1.3 Analisis intervensi dengan menggunaan Nacl 0,9% dalam perawatan luka
dapat dilakukan karena Nacl 0,9% bersifat isotonis, tidak iritan, dapat
menjaga kelembaban, mudah didapat, dan murah. Penggunaan Nacl 0,9%
harus tetap menjaga kondisi lembab pada luka misalnya dengan monitoring
dan sering mengganti balutan. Penggunaan balutan alternatif dapat dilakukan
untuk menunjang proses penyembuhan luka seperti penggunaan madu dan
balutan modern. Pemilihan balutan mempertimbangkan lokasi luka, luas dan
kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah nyeri dan
trauma.

5.2 Saran
5.2.1 Perawat
Perawat sebaiknya memberikan edukasi kesehatan terkait diabetes melitus,
pencegahan diabetes melitus, dan penatalaksanaan diabetes melitus kepada pasien
dan keluarga. Edukasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
mempertimbangkan keadaan saat pasien pulang ke rumah. Pemberian edukasi
kesehatan sebaiknya selama pasien dirawat sehingga dapat dievaluasi. Perawat juga
perlu memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi
penatalaksanaan untuk penyakit diabetes melitus. Edukasi kesehatan seperti
perawatan kaki dan perawatan luka perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan pasien dengan diabetes melitus disertai ulkus kaki diabetik.

Perawat dalam melakukan perawatan luka sebaiknya dapat menggunakan terapi


alternatif atau kombinasi berdasarkan evidence based nursing yang dapat

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


70

meningkatkan proses penyembuhan luka pada pasien diabetes seperti penggunaan


madu ataupun balutan modern. Pemilihan balutan juga mempertimbangkan lokasi
luka, luas dan kedalaman luka, jenis dan tipe eksudat, kondisi luka, dan mencegah
nyeri dan trauma.

5.2.2 Pasien
Pasien sebaiknya mengubah gaya hidup lebih sehat, aktifitas fisik yang teratur, pola
makan yang teratur, mematuhi program pengobatan, rutin melakukan perawatan kaki,
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.

5.2.3 Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan dapat mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pendekatan KKMP pada berbagai seting pelayanan kesehatan seperti KMB.
Pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit dalam perawatan luka kaki diabetik
dapat menerapkan terapi pengganti atau terapi kombinasi dalam perawatan luka,
seperti penggunaan madu ataupun balutan modern.

5.2.4 Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan sebaiknya mengembangkan materi asuhan keperawatan pada
pasien diabetes melitus dengan pendekatan KKMP dalam seting KMB dan
berdasarkan evidence based nursing.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. (2010). Community health nursing:
promoting and protecting the publics health. (7th edition). Philadelphia
Lippincott: Williams & Wilkins.
Allender, J. A., Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concept and
practice. (5th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
American Diabetes Association (ADA). (2013). Diabetes basic.
http://www.diabetes.org/diabetes-basics/ diakses tanggal 24 Juni 2013.
American Nurses Association. (2007). Public health nursing: scope and standarts of
practice. Spring: ANA
Anderson, E., McFarlane, J. (2011). Comumunity as partner: theory and practice in
nursing. (6th edition). Philadelphia: Lippincott williams & Wilkins
Apelqvist, J. (2012). Diagnostic and treatment of the diabetic foot. Endocrine, 41(3),
384-97.
Asep. (2009). Kaki diabetik.Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara
Association of State and Teritorial Directors of Nursing. (2000). Public health
nursing: a partner for healthy population. Washington DC: ANA
Badan Pusat Statistik. (2011). Tabel hasil sensus penduduk 2010.
http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0 diunduh tanggal 24 Juni 2013.
BAPPENAS. (2005). Urbanization. http://www.datastatistik-
indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=923&
Itemid=939 diunduh tanggal 24 Juni 2013.
BAPPENAS. (2013). Proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025. http://bappenas.go.id/
diakses tanggal 24 Juni 2013.
Boulton, AJ., Armstrong, DG., Albert, SF. (2008). Comprehensive foot examination
and risk assesment. Diabetes Care, 31, 1679-85.
Bryant, R., Nix, D. (2007). Acute and chronic wounds current management concepts
(3rd edition). St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.

71 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


72

Cavanagh, P.R., Bus, S.A. (2010). Offloading the diabetic foot ulcer prevention and
healing. J Vasc Surg, 52, 37S-43S.
DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of nursing: standars & practice.
(2nd edition). Delma: Thomson Learning, Inc.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plan:
Guidelines for individualizing client care across the life span. (8th edition.).
Philadelphia: F. A Davis Company.
Doenges, M. (2010). Nursing care plan. Philadelphia: F.A davis Company.
Europan Wound Management Association (EWMA). (2004). Position document:
wound bed preparation in practice. London: MEP.
Galea, S., Vlahov, D. (2005). Handbook of urban health: populations, methods, and
practice public health. USA: Springer.
Gethin, V., Cowman, S. (2008). Manuka honey vs hydrogel- a prospective, open
label, multicenter, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy
and healing outcomes in venous ulcers. Journal of Clinical Nursing, 18, 466-
474.
Gitarja, W. (2008). Perawatan luka diabetes. Edisi 2. Bogor: Wocare Publishing.
Haines, A., kovats, R., Campbell-Lendrum, D., Corvalan, C. (2006). Climate change
and human health: impact, vulnerability, and mitigation. Lancet, 367, 2301-
2309.
Hardiman, D. (2013). Diabetes komplikasinya mengintai kelengahan kita. Surakarta:
RS Dr. OEN.
Herdman, T. (2012). NANDA International nursing diagnoses definition and
clasification 2012-2014. Oxford: John Wiley & Son.
Huda, N. (2010). Pengaruh hiperbarik oksigen terhadap perfusi perifer luka gangren
pada penderita DM. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


73

International Working Group on The Diabetic Foot (IWGD). (2011). International


consensus on the diabetic foot and practical guidelines on the management and
the prevention of the diabetic foot. Amsterdam: IWGD.
Ismail, Dina (2009). Penggunaan balutan modern memperbaiki proses penyembuhan
luka. Jurnal Kedokteran Brawijaya, XXV(1), 32-35.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). (2012). Profil kesehatan
Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Lilly. (2005). Bersahabat dengan diabetes. Jakarta: CMPMedica.
MacKay, D., Miller, AL. (2003). Nutritional support for wound healing. Alterm Med
Rev, 8(4), 359.
Mihardja, L. (2009). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada
penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Jurnal Kedokteran
Indonesia, 59 (9).
Mulder, G., Armstrong, D., Seaman, S. (2003). Standard, appropiate, and advanced
care and medical- legal consideration: part one- diabetic foot ulceration.
Wounds, 15(4): 92-106.
PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2
di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI.
Potter, & Perry. (2009). Fundamental nursing : Concept, proses, and practice. (6th
edition). St. Louis: Mosby Year Book.
Pramana, Radiant. (2012). Efektivitas pengobatan madu alami terhadap
penyembuhan luka infeksi kaki diabetik. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id
diunduh tanggal 24 Juni 2013.
Robson, V., Dodd, S., Thomas, S. (2008). Standardized antibacterial honey
(Medihoney) with standard therpay in wound care: randomized clinical trial.
Journal of advanced nursing 65(3), 565-575.
Rustiadi, E. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent
Press.
Salim, I. (2013). Kaki diabetes. Surakarta: RS Dr. OEN.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


74

Situmorang, L. (2009). Efektivitas madu terhadap penyembuhan luka gangren


diabetes melitus. SKRIPSI. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU.
Smeltzer, S.C., Bare, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC.
Soetomo, S. (2009). Urbanisasi dan morfologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stanhope, M., Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. St Louis:
The Mosby Year Book.
Suranto, A. (2007). Terapi madu. Jakarta: KDT.
Sutedjo, I. (2013). Penatalaksanaan terpadu diabetes mellitus. Surakarta: RS Dr.
OEN.
Suyono, S. (2006). Masalah diabetes mellitus di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wetherill, D.M., Kereiakes, D.J. (2001). Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Alex Media Komputindo.
Whitney, J.D. (2003). Suplemental perioperative oxygen and fluids to improve
surgical wound outcomes: translating evidence into practice. Wound Rep
Regen, 11(6), 462.
Williams, J.Z., Barbul A. (2003). Nutrition and wound healing. Surg Clin North Am,
83, 571.
World Health Organization (WHO). (2013). Facts and figure about diabetes.
http://www.who.int/diabetes/en/ diakses tanggal 24 Juni 2013.
World Union of Wound Healing Societies (WUWSH). (2007). Principles of best
practice: wound exudate and the role of dressing. London: MEP.
Wound International. (2013). International best practice guidelines: wound
management in diabetic foot ulcers. London: Wound International.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Diabetes Mellitus
Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus
Sub Pokok Bahasan : Pentingnya mengenal Diabetes Mellitus
Sasaran : Ny. F (49Tahun)
Tempat : Ruang 530 Teratai V Selatan RSUP fatmawati
Hari/ tanggal : Rabu, 11 Mei 2013
Waktu : 11.00 11.45

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus, Ny. F
diharapkan mampu mengenal diabetes mellitus dan memahami pentingnya
cara perawatan dan pencegahan terjadinya diabetes mellitus.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x45menit diharapkan klien
mampu :
1. Mengetahui pengertian Diabetes Mellitus
2. Mengetahui penyebab Diabetes Mellitus
3. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus
4. Mengetahui akibat dari Diabetes Mellitus
5. Memahami cara perawatan pasien dengan Diabetes Mellitus
6. Mengetahui cara pencegahan Diabetes Mellitus

C. Materi pengajaran
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Penyebab Diabetes Mellitus
3. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
4. Akibat lanjut Diabetes Mellitus
5. Cara penanganan Diabetes Mellitus
7. Cara Perawatan kaki Diabetes Mellitus

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 1
D. Metode
1. Ceramah dan diskusi
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab

E. Media dan Alat


1. Lembar balik
2. Booklet
3. Alat dan bahan perawatan kaki (Waskom,Waslap, Sabun, lotion, gunting
kuku, handuk)
7. Proses Penyuluhan

No Waktu Tahapan Kegiatan


Kegiatan Pengajar Klien
1 5 menit Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan 2. Memperhatikan dan
dan materi yang mendengarkan
akan diberikan
3. Evaluasi awal 3. Menjawab
tentang materi
yang akan
diberikan
2 30 Kegiatan Inti A. Penjelasan 1. Memperhatikan
menit (Penyampaian materi dan mendengarkan
materi ) 1. Mahasiswa dengan sungguh-
menjelaskan: sungguh
a. pengertian
diabetes mellitus
b. penyebab
diabetes mellitus
c. tanda dan gejala

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 1
diabetes mellitus
d. akibat lanjut dari
diabetes mellitus
e. cara penanganan
dan perawatan
klien dengan
diabetes mellitus 2. Memperhatikan
2. Mahasiswa demonstrasi yang
mendemonstrasikan dilakukan
cara perawatan kaki mahasiswa
diabetes mellitus

B. Tanya Jawab
1. Mahasiswa
memberikan 1. Klien menanyakan
kesempatan pada hal yang belum
klient untuk dimengerti
menanyakan hal
yang belum
diketahui mengenai
perawatan dan
penanganan diabetes
mellitus
2. Mahasiswa 2. Klien merasa puas
menjawab dan mengetahui
pertanyaan dari jawaban dari
klien pertanyaan yang
diajukan

1. Klien menjawab

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 1
C . Evaluasi hasil pertanyaan yang
1. Mahasiswa diajukan
menanyakan mahasiswa
tentang:
a. pengertian
diabetes mellitus
b. penyebab
diabetes mellitus
c. tanda dan gejala
diabetes mellitus
d. akibat lanjut
diabetes mellitus
e. cara perawatan
dan penanganan
pada diabetes
mellitus
3 5 menit Penutup 1. Mahasiswa 1. Klien memahami
menyimpulkan isi isi penyuluhan dan
penyuluhan yang menyamakan
telah disampaikan persepsi tentang
perawatanklien
yang diabetes
mellitus

2. Mahasaiswa
mengucapkan terima 2. Klien membalas
kasih

3. Salam Penutup
3. Klien membalas
salam

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 1

8. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
- LP dan Media telah dibuat sebelum melakukan penkes
- Mahasiswa telah melakukan kontrak waktu dan tempat dengan klien
2. Proses
- Penyuluhan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
- Klien aktif mengikuti pendkes yang disampaikan oleh mahasiswa
- Mahasiswa mampu menyampaikan materi dengan baik.
3. Hasil
- 80 % dari materi yang disampaikan dapat dipahami oleh klien
- Klien mampu menerapkan perawatan kaki yang telah diajarkan

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 2
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Kaki Pada Klien Diabetes Melitus
Sasaran : Ny F (49 Tahun) dan keluarga
Hari/tanggal : Jumat, 24 Mei 2013
Waktu : 10 s/d 10.30 WIB (30 menit)
Tempat : Ruang 530 Teratai V Selatan RSUP Fatmawati Jakarta

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit tentang perawatan kaki pada
klien Diabetes Melitus diharapkan Ny F dan keluarga dapat memahami
perawatan kaki di rumah.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penjelasan tentang perawatan kaki Diabetes Melitus, klien
mampu:
1. Menyebutkan masalah yang sering terjadi pada klien dengan Diabetes
Melitus
2. Menyebutkan tujuan dilakukan perawatan kaki Diabetes Melitus
3. Menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghindari
bahaya pada kaki pada klien Diabetes Melitus
4. Menjelaskan bahaya yang ditimbulkan jika perawatan kaki tidak
dilaksanakan secara teratur dan benar
5. Menjelaskan kapan harus kontrol ke sarana pelayanan kesehatan

III. MATERI PENYULUHAN


1. Masalah yang sering terjadi pada klien dengan Diabe
2. Tujuan dilakukan perawatan kaki Diabetes Melitus
3. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghindari bahaya pada kaki
pada klien Diabetes Melitus

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 2
4. Bahaya yang ditimbulkan jika perawatan kaki tidak dilaksanakan secara
teratur dan benar
5. Kapan harus kontrol ke sarana pelayanan kesehatan

IV. METODE PENYULUHAN


1. Ceramah dan demonstrasi
2. Tanya jawab

V. MEDIA
1. Alat-alat perawatan kaki: sabun, lotion/pelembab, gunting kuku, handuk,
pengalas, waskom berisi air bersih.
2. Leaflet.

VI. BAGAN RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN

No. Tahapan & Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien


Waktu
1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam
(5 menit) - Menjelaskan tujuan dan - Memperhatikan
materi yang akan dan mendengarkan
diberikan - Menjawab
- Evaluasi Awal tentang
perawatan kaki

2. Kegiatan - Menjelaskan masalah yang - Memperhatikan


(20 menit) sering terjadi pada klien dan mendengarkan
dengan Diabetes - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan dan mendengarkan
dilakukan perawatan kaki - Memperhatikan
Diabetes Melitus dan mendengarkan
- Menjelaskan hal-hal yang

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 2
tidak boleh dilakukan
untuk menghindari bahaya - Memperhatikan
pada kaki pada klien dan mendengarkan
Diabetes Melitus
- Menjelaskan bahaya yang
ditimbulkan jika - Memperhatikan
perawatan kaki tidak dan mendengarkan
dilaksanakan secara teratur - Klien mampu re-
dan benar demostrasi cara
- Menjelaskan kapan harus perawatan kaki
kontrol ke sarana
pelayanan kesehatan
- Demonstrasi cara
perawatan kaki

3. Penutup - Menyimpulkan bersama- - Menyimpulkan


(5 menit) sama bersama perawat
- Menjawab salam
- Mengucapkan salam
penutup

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 2

8 Selalu gunakan sepatu yang pas dan pilih


sepatu yang bagian depan tidak sempit
serta terbuat dari kulit
4. Jangan merawat luka kaki anda dengan
menggunakan betadin
PERAWATAN KAKI BAGI
Hal Yang Mungkin Terjadi Bila PENDERITA DIABETES
Kaki Tidak Dirawat
1. Timbul mata ikan yang tidak diketahui
2. Bisa terjadi luka akibat dari:
a. Sepatu yang sempit/menekan,
b. Tidak menggunakan alas kaki
Periksa sepatu sebelum digunakan apakah c. Air yang digunakan terlalu hangat/dingin
9 ada yang rusak, ada kerikil, sisa potongan
kuku atau benda-benda lain yang dapat
d. Kesalahan memotong kuku, dll.
3. Luka dapat bertambah besar dan merambat
melukai kulit sehingga perlu di amputasi

Kapan Perlu Ke Pelayanan


Kesehatan
ika terjadi luka bersihkan dengan kasa steril

J lalu tutup dengan kasa steril yang dapat


dibeli diapotik dan jangan menggunakan
betadin. Segera konsultasi kepada
perawat/dokter pribadi atau langganan anda
Fallah Adi Wijayanti, S.kep
NPM. 0806457035

Hal-Hal Yang Tidak Boleh untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


Dilakukan Rawatlah kaki anda dan ikuti petunjuk
Berjalan kaki cepat setiap hari, memperlancar
1. Jangan menggunakan sabun yang keras saat
sirkulasi darah dan membuat anda lebih sehat
mencuci kaki
2. Jangan menggunakan handuk yang keras
dan tidak menyerap air Selamat mencoba semoga bermanfaat
3. Jangan berjalan tanpa alas kaki, FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
menggunakan sepatu berhak tinggi atau
sepatu yang didepannya lancip.
Terima kasih UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013
Lampiran 2

enderita diabetes harus merasa perlu Karingkan kaki anda dengan baik sampai sela- Gantilah setiap hari kaos kaki dan
2 5
P
untuk merawat kakinya secara baik. sela jari benar-benar kering (gunakan handuk yang pilihlah kaos kaki yang terbuat dari
Merawat kaki dengan cermat dan lembut dan menyerap air) kaos/katun
mamilih sepatu yang sesuai dapat
mencegah gangguan yang bisa timbul
pada penderita diabetes, seperti luka
yang tidak terasa.

Tujuan Perawatan Kaki


Jika menggunting kuku, gunting kuku merata
1. Melancarkan peredaran darah ke kaki
3 melintang. Usahakan kaki tetap hangat dan kering
2. Mencegah kaki tetap kering
3. Mencegah terjadinya pengerasan dan pecah-
pecah pada kaki
6
4. Mencegah terjadi luka
5. Mencegah dilakukan amputasi

Cara Perawatan Kaki


Cucilah kaki anda setiap hari dengan air hangat
1 kuku dan sabun yang lembut.
4
Oleskan lotion agar kulit tetap lembut, tetapi
jangan dioleskan pada sela-sela jari kaki 7
Jangan berjalan tanpa alas kaki baik di
dalam maupun di luar rumah

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013


Lampiran 3
Biodata Penulis

Nama : Fallah Adi Wijayanti (Fallah)


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta,17 Juli 1990
Alamat : Jalan Flamboyan Nomor 55 RT 005 RW 02,
Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan,
Jakarta Barat 11630

No. Hp : 085692214140

Email : itna_tujuhlapan@yahoo.com/

itnatujuhlapan@gmail.com

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan Formal

TK Qaryah Thayibah 1994-1996

SD Negeri 01 Kebon Jeruk 1996-2002

SMP Negeri 75 Kebon Jeruk 2002-2005

SMA Negeri 78 Kemanggisan 2005-2008

S1 Reguler FIK UI 2008-2012

Profesi Ners FIK UI 2012-2013

Analisis praktik ..., Fallah Adi, FIK UI, 2013

Você também pode gostar