Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Laporan praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi dengan acara Analisa
Batuan Induk dan Hidrokarbon ini disusun sebagai syarat untuk dapat mengikuti acara
selanjutnya dalam praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi selanjutnya Tahun Ajaran
2003/2004 , Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai syarat
untuk mengikuti acara Praktikum selanjutnya yang diadakan oleh Laboratorium Geologi
Minyak dan Gas Buni .
Pada kesempatan ini praktikan juga ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Buat orang tua yang telah memberikan dorongan baik ,moril dan materi, telah
mendukung, membimbing dan perhatian dari segala hal.
2. Buat saudara-saudaraku yang banyak membantu
3. Teman-teman satu angkatan yang telah menolong dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan
4. Para Asisten Geologi Minyak dan Gas Bumi
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat praktikan harapkan.
Akhirnya praktikan berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Amien.
PENYUSUN
2. Zona II : merupakan awal pembentukan minyak bumi. Hasil utama yang terbentuk
pada zona ini adalah gas kering basah dan sedikit kondesat. Adanya
pertambahan konsentrasi minyak akan menyebabkan minyak bumi terus
mangalami pengenceran, tetapi belum dapat terbebaskan dari batuan
induknya. Begitu titik kritis kemampuan menyimpan terlampaui, proses
perlepasan minyak bumi sebagai senyawa yang telah matang dimulai.
3. Zona III : merupakan zona puncak pembentukan dan pelepasan minyak bumi dari
batuan induk. Bentuk utama yang dihasilkan berupa gas dan minyak bumi.
Dengan bertambahnya tingkat pematangan maka minyak yang berjenis
ringan akan terbentuk.
4. Zona IV : merupakan zona peningkatan pembentukan kondesat gas basah.
5. Zona V : merupakan zona teraksir, dicirikan dengan suhu yang tinggi sehingga zat
organik akan terurai menjadi gas kering (metana) sebagai akibat
karbonisasi. Perubahan yang terjadi sebagai akibat penambahan panas dan
lamanya pemanasan pada kerogen atau batu bara dapat bersifat kimia dan
fisika, seperti yang diuraikan oleh Bissada (1980) sebagai ber ikut :
a. Daya pantul cahaya daari partikel vitrinit akan meningkat secara eksponensial.
b. Warna kerogen akan berubah menjadi lebih gelap.
c. Adanya peningkatan mutu batu bara, dengan kandungan volatile akan
berkurang.
d. Sifat kimia dari kerogen akan berubah, kandungan oksigen dan hidrokarbon
akan berkurang sehingga perbandingan dari atom oksigen / karbon dan
hydrogen / karbon akan menurun dan akhirnya hanya akan membentuk karbon
murni (grafit).
ZONE I
ZONE V
INTENSE ORGANIC METAMORFISM : METANA FORMATION DRY
GAS
Zonasi pembentukan minyak bumi (Bissada, 1986)
MATURITY DEGREE
SCI PALYNOMORPH COLOUR
1 Pale Yellow Immature
2 Yellow Immature
3 Yellow Transition to mature
4 Gold Yellow Transition to mature
5 Orange to Yeloow Mature
6 Orange Optimum oil generation
7 Brown Optimum oil generation
8 Dark Brown Mature, gas condensat
9 Drak Brown to Black Over mature, dry gas
10 Black Over mature, dry gas
(traces)
Tabel hubungan antara Tmax dengan tingkat kematangan (Espilatie etal Vide tissot
&Welte 1978)
T Max (0 C)
Tingkat Kematangan
400-435 Belum matang
435-460 Matang (oil window)
>460 Lewat matang (gas
window)
Peningkatan kematangan pada Torcian Paper Shale, cekungan Paris. Peningkatan ini
sejalan dengan bertambahnya kedalaman penimbun, seperti juga ditunjukkan oleh
meningkatnya punck S1, bertambahnya ratio S1 (S1+S2) dan bertambahnya T Max
(Waples, 1985. P. 95)
Dalam diagram Van Krevelen yang dimodifikasi Tissot (1974) dan ahli lainnya (Nort,
1985). Ia menggambarkan jalur evolusi pematangan (evolusi thermal), 4 tipe kerogen
yaitu :
Tipe 1 : tipe ini merupakan tipe tinggi, berupa sedimen-sedimen algal, umumnya
merupakan endapan danau, mengandung bahan organik Sapropelic, rasio atom H :
C sekitar 1,6-1,8. Kerogen ini cenderung menghasilkan minyak (oil prone).
Tipe 2 : kerogen tipe ini merupakan tipe intermediat, umumnya merupakan
endapan-endapan tepi laut. Bahan organiknya merupakan campuran antara bahan
organik asal darat dan laut, rasio atom H: C sekitar 1,4. Tipe ini juga
menghasilkan minyak (oil prone).
Tipe 3 : kerogen ini mengandung bahan organik Humic yang berasal dari darat,
yakni dari tumbuhan tingkat tinggi (ekivalen dengan vitrinite pada batu bara).
Rasio atom H : C adalah 1,0. Tipe ini cenderung untuk membentuk gas (gas
prone).
Tipe 4 : tipe ini bahan organiknya berasal dari berbagai sumber, namun telah
mengalami oksidasi, daur ulang atau teralterasi. Bahan organiknya yang lembam
(inert) miskin hydrogen (rasio atom H : C kurang dari 0,4) dan tidak
menghasilkan hidrokarbon.
Kelompok Maseral Maseral Asal Tanaman
Eksinit (cenderung Alginit Alga
ke minyak) Kutinit Lapisan lilin
Sporinit Spora / pollen
Resinit Resin
Suberinit Gabus
Liptoderinit Baerbagai material di atas
Vitrinit (cender ung Telinit Jaringan tanaman
gas) Kolinit Gel humus
Inertinit (inert) Fussinit Arang
Semi fussinit Tanaman
Piro fussinit Jaringan
Sklerotinit Jamur
Makrinit Amor tidak jelas prazatnya
Makrinit
1. Metode Langsung
Metode yang dipakai adalah metode pyrolisis, dimana setelah pyrolisis ddidapat
(S1, S2, S3 dan T Max), maka kita bisa mendapatkan harga Hidrogen Index =
S3/TOC x 100. Harga ini kemudian diplotkan ke dalam diagram Van Krevelen,
sehingga kita bisa menentukan tipe material organiknya. Kemudian bisa juga
dengan menggunakan data T Max dan HI, setelah itu kita mengetahui tipe
material organiknya, maka kita bisa menentukan lingkungan pengendapannya.
2. Metode tidak langsung
Sangat berbeda dengan metode langsung, metode ini mengamati potensial sumber
dari suatu kerogen dengan mengamati katersitik fisik dan kimia yang
diperkirakan dengan potensial sumber. Teknik tak langsung yang umumnya
digunakan adalah analisis mikroskopis dan analisis unsur.
a. Analisis mikroskopis
Studi partikel kerogen di bawah suatu mikroskop dengan menggunakan sinar
trnsisi sudah merupakan integral geokimia organik untuk jangka dua decade.
Kerogen dikonsentrasikan atau diisolasi dan kemudian ditempatkan di dalam
sayatan mikroskopis.
Pengamatan yang terlatih akan dengan mudah mengetahui adanya beberapa
macam partikel kerogen, seperti spora, pollen, acritachs, resin dan material
dari lapisan lilin tanaman yang dapat diaktifkan dengan prazat biologisnya.
Partikel lain yang telah mengalami transformasi eksistensif sering dilakukan
untuk membedakan kerogen amorf yang berpotensial membentuk minyak
(berflouresen) dari kerogen amorf yang berpotensial membentuk gas (tidak
berflouresen).
b. Analisis unsur
Parameter penting di dalam analisis unsur untuk evaluasi batuan induk adalah
rasio H/C suatu kerogen. Karena hydrogen merupakan reagen terbatas dalam
pembentukan hidrokarbon (hydrogen biasanya habis lebih dahulu
dibandingkan dengan karbon), maka jumlah asal hydrogen menentukan
jumlah maksimum hidrokarbon yang terbentuk oleh suatu kerogen.
Metode tidak langsung merupakan metode yang berguna dalam penentuan
potensial batuan induk meskipun kepopuleran metode ini tergeser oleh
kepopuleran metode pyrolisis batuan induk. Walaupun demikian, disarankan
agar setiap evaluasi batuan induk dilakukan analisis unsur atau mikroskopis
untuk mencek hasil pyrolisis.
Kelebihan dan kekurangan Metode Tidak Langsung
Kelebihan dari metode ini ialah kita dapat memperoleh gambaran tentang
komposisi kimai dan sejarah suatu kerogen, sehingga kita akan dapat mengerti
semua masalah geologi dan geokimia yang mempengaruhi kualitas batuan induk.
Kelebihan lainnya ialah kita akan mendapatkan data yang akhirnya akan kita
bandingkan dengan metode langsung. Kekurangannya ada dua : kecepatan dan
biaya analisisnya yang umumnya lebih tinggi dari kedua hal tersebut untuk
pyrolisis, sedangkan hasilnya tidak langsung memberikan kita gambaran tentang
kapasitas pembentukan hidrokarbon batuan tersebut.
(Wt. %)
Poor 0-5 0-0,5 0-0,25
FAIR 0,5-1 0,5-1 2,5-5
Good 1-2 1-2 5-10
Very Good 2+ 2+ 10+
*
Nomenclature
S1 = mg HC/g rock
S2 = mg HC/g rock
BAB III
CONTOH PERHITUNGAN
2.1. Perhitungan
TPI : Total Produktion Index
HI : Hidrokarbon Index
OI : Oksigen Index
A. TPI = S1
(S1 + S2)
= 0,03
(0,03 + 0,032)
= 0,48
B. HI (%) = S2 x 100 %
OC
= 0,032 x 100 %
0,07
= 4,57 %
C. OI = S3 x 100 %
TOC
= 5,10 x 100 %
0,70
= 7,29 %
D. S1 + S2 = 0,03 + 0,032
= 0,062
KESIMPULAN
1. Dari tabel didapatkan 2jenis lithologi yaitu Batugamping dan Batulempung, tetapi
paling banyak adalah Batulempung, sedangkan Batugamping hanya terdapat pada 2
titik pemboran. Sedangkan untuk kematangan minyak bumi yang baik hanya terdapat
pada 8 titik pemboran yaitu 20,21,23,24,25,26,28, dan 29.
2. Dari kurva maka didapatkan :
- Berdasarkan HI dan OI didapatkan harga kerogen tipe 3 yaitu mengandung bahan
organik humic yang berasal dari darat, yakni dari tumbuhan tingkat tinggi
(ekivalen dengan vitrinite pada batubara). Rasio antara atom H : c adalah 1,0.
Tipe ini cenderung untuk membentuk gas (gas prone).
- Berdasarkan OR dan SOM merupakan source rock.
- Berdasarkan mature source rock richness perbandingan antara hidrokarbon dan
organic carbon didapatkan gas dan sedikit minyak atau bisa juga sebagai ssumber
gas.
- Berdasarkan HI dan T maks didapatkan tipe 3 yang menghasilkan gas prone.
3. Dari penampang geologi arah migrasi hidrokarbon adalah dari batuan berumur
relatif tua ke arah batuan yang berumur relatif lebih muda atau searah dengan
dip.
2. Dari peta Kitchen Area maka didapatkan daerah dengan kematangan yang baik,
menghasilkan sebagian besar gas dan sebagian kecil minyak dimana kadar minyak
rendah.