Você está na página 1de 3

CASHLESS PAYMENT DAN PERUBAHAN MOTIF MEMEGANG UANG TUNAI

Proposal Penelitian

Amir Ambyah Zakaria

041624453001

FAKULTAS EKONOMI

UNIERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Perkembangan teknologi dan informasi di dunia telah membawa dampak di segala bidang.
Perkembangan teknologi diperlukan karena berdampak pada efsiensi dan kemudahan melakukan
pekerjaan. Di bidang ekonomi, perkembangan teknologi dapat lihat dengan berkembanganya
bisnis e-comerce dan system pembayaran digital di pasar. Pembayaran dengan uang tunai mulai
terganti dengan pembayaran dengan uang non-tumai.

Menurut Wulandari et al. (2016) pembayaran dengan uang non-tunai atau lebih dikenal
dengan cashless payment tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi serta harus
didukung oleh pemerintah. Stix (2004) berpendapat bahwa pihak moneter harus mengetahui
perminataan uang tunai yang ingn dipegang oleh individu. Implikasi kebijakan moneter dalam
mengatur baik secara teknis maupu non teknis tentang instrument pembayaran non tunai ditunukan
pada Peraturan Bank Indonesia No.7/52/PBI/ 2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK). Pada perauran tersebut Bank Indonesia
bertanggung jawab terhadap penggunaan dan melegalkan penggunaan system pembayaran
berbeasis no tunai dalam hal ini adalah kartu.

Selain dukungan dari pihak moneter, dukunan dari pemerintah ditunjukan dengan program
kerja inisiatif Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) tahun 2006 mengenai upaya
peningkatan enggunaan embayaran non-tunai atau sering disebut dengan Toward a Less Cash
Society (LCS). Upaya tersebut sepenuhnya didukung dan dikampanyekan oleh Bank Indonesia
dengan slogan GNTT (Gerakan Nasional Non-Tunai) pada tanggal 14 Agustus 2014. Dari
kebijakan dan kampanya diatas pihak moneter menduga bahwa pembayaran menggunakan
instrument non tunai memberikan banyak manfaat secara nasional (Hidayati et al., 2006) .

Keseriusan pemerintah mendukung gerakan nasional tanpa tunai terlihat dari regulasi yang
dihasilkan dengan menerapkan pembayaran non-tunai.
Fenomena peningkatan penggunaan uang non-tunai cenderung mengalami peningkatan.
Factor non moneter diduga menjadi pertimbangan masyarakat dalam memegang jumlah uang
secara tunai. Alinvi (2009) berpendapat, pemahaman masyarakat tentang instrument non-tunai
mendorong kesiapan masyarakat dan kemauan perbankan untuk bergeser dan menyediakan
instrument non-tunai. Tetapi perubahan dan memperkenalkan produk non tunai dalam penelitianya
memakan waktu hingga satu bulan sebelum akhirnya masyarakat siap berubah menunju instrument
non-tunai.

Arvidsson et al. (2016) meneliti kemauan untuk menggunakan instrument pembayaran non-
tunai tidak hanya diinginkan oleh pemegang uang. Pemilik toko merasa lebih baik menerima
pembayaran non tunai apabila biaya dan resiko dalam mengelola uang tunai lebih mahal daripada
keuntungan marginal dari penjualan tunai.

Alinvi, F. (2009). Customers' Expectations of Banks Becoming Cashless:-How could banks meet
customers' expectations when changing from cash services to deeper customer
relationship?
Arvidsson, N., Hedman, J., & Segendorf, B. (2016). Cashless Society: When Will Merchants
Stop Accepting Cash in Sweden-A Research Model. Paper presented at the International
Workshop on Enterprise Applications and Services in the Finance Industry.
Hidayati, S., Nuryanti, I., Firmansyah, A., Fadly, A., & Darmawan, I. Y. (2006). Operasional e
Money: Jakarta: Bank Indonesia.
Stix, H. (2004). The impact of ATM transactions and cashless payments on cash demand in
Austria. Monetary Policy & the Economy, 1(04), 90-105.
Wulandari, D., Soseco, T., & Narmaditya, B. S. (2016). Analysis of the Use of Electronic Money
in Efforts to Support the Less Cash Society. International Finance and Banking, 3(1), 1.

Você também pode gostar