Você está na página 1de 9

BAB I

PENDAHULUAN

Supervisi menurut Suhertian merupakan usaha memberikan layanan dan bantuan kepada
guru-guru baik secara individual maupun berkelompok demi memperbaiki pengajaran. Senada
dengan Suhertian, menurut Soewadji Supervisi merupakan rangsangan, bantuan yang diberikan
guru agar kemampuan profesional semakin berkembang sehingga kegiatan pembelajaran
berlangsung efektif dan efisien. Dari pengertian tersebut, terdapat kata kunci yaitu bantuan.Inilah
yang membedakan supervisi dengan pengawasan.pengawasan merupakan tindakan
membandingkan yang seharusnya dengan yang terjadi sedangkan supervisi lebih menekankan
pada bantuan. Bantuan yang dimaksud dapat berupa bimbingan, pelatihan untuk meningkatkan
kinerja guru dan sekolah. Supervisi dapat dilakukan oleh pengawas dari dinas terkait dan Kepala
Sekolah. Siklus supervisi menurut Lipham dimulai dari kegiatan perencanaan, penetapan tujuan,
observasi awal, mengadakan diskusi, observasi kelas dan evaluasi. Hasil observasi dijadikan
bahan untuk evaluasi, potensi dan kelemahan didiskusikan secara bersama serta pemecahannya.
Membuat dan mengembangkan program untuk memperbaiki kelemahan yang ada. Program yang
telah dibuat dilaksanakan oleh guru dibawah bimbingan pembina (supervisor). Efektifitas
pelaksaan program yang dilakukan pun dievaluasi.dengan demikian profesionalitas guru akan
meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses supervisi
Supervisi menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang
teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan pada satu tujaun. Secara
garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat di bagi atas 3 yaitu, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
1. Perencanaan supervisi pendidikan
Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksanaan supervisi
dapat terarah. Pelaksanaan supervisi tanpa di awali dengan perencanaan akan dapat
mengecewakan banyak pihak, seperti guru, supervisor dan bahkan siswa yang secara tidak
langsung,memerlukan peningkatan kemampuan mengajar gurunya.

Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan suvpervisi,


maka ada beberapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan supervisi yaitu;
1. Tujuan supervisi,
2. Alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilakukan,
3. Bagaiman ( metode atau teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan,
4. Siapa yang akan dilibatkan atau diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan,
5. Waktu pelaksanaannya dan
6. Hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya serta secara memperoleh hal-hal tersebut.

2. Pelaksanaan supervisi pendidikan


Rifai (1982) mengemukakan pelaksanaan supervisi pendidikan mengikuti beberapa
kegiatan, sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data
Proses supervisi di awali dengan pengumpulan data untuk menemukan berbagai
kekurangan dan kelemahan guru. Data yang dikumpulkan adalah mengenai keseluruhan
situasi belajar mengajar, meliputi: data murid, guru, program pengajaran, alat atau
fasilitas, dan situasi kondisi yang ada. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denga
berbagai cara seperti observasi, kunjungan kelas, menggunakan koesioner dan
sebagainya.
b. Penilaian
Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian di nilai. Penilaian ini dilakukan
terhadap keberhasilan murid, guru, serta faktor faktor menunjang dan menghambat
dalam proses belajar mengajar.
c. Deteksi kelemahan
Pada tahap ini supervisor mendekati kelemahan atau kekurangan guru dalam mengajar.
Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor memperhatikan beberpa hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru yaitu; penampilan guru didepan kelas,
penguasaan materi, penggunaan metode, hubungan antara personal dan administrasi
kelas. Selanjutnya supervisor dan guru secara bersama-sama memperkirakan kelemahan
atau kekurangan yang ada pada guru.
d. Memperbaiki kelemahan
Jika melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka pada tahap ini
dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan. Memperbaiki kelemahan dan
kekurangan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi langsung atau
tidak langsung, demonstarsi mengajar, kunjungan kelas /kunjungan sekolah,
memberikan tugas bacaan, memberikan kesempatan mengikuti penataran dalam
berbagai bentuk dan sebagainya.
e. Bimbingan dan pengembangan
Dalam pelaksaan supervisi , supervisor perlu memberikan bimbingan kepada guru agar
apa yang diperolehnya diterapkan atau di aplikasikan dalam proses belajar mengajar
yang dilakukannya. Bimbingan dan pengembangan ini antara lain dilakukan dengan
cara kunjungan kelas, pertemuan pribadi, observasi dan diskusi dalam rangka
penggunaan teknik servise , supervisor dapat mempedomani beberapa pendekatan.
Sutjipto, dkk (1992 /1993) menemukan 4 pendekatan supervisi yaitu:
1. Pendekatan humanistik
Pendekatan humanistik didasarkan atas asumsi bahwa guru mengalami
pertumbuhan secara terus-menerus, karena itu tugas supervisor dalam pendekatan ini
adalah membimbing guru agar guru dapat berdiri sendiri. Teknik yang dugunakan
tergantung kepada kebutuhan guru.
2. Pendekatan kompetensi
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor dalam hal
ini adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehinnga guru dapat dapat
menguasai kompetensi tersebut secara bertahap.
3. Pendekatan klinis
Pendekatan klinis dilakukan dengan asumsi bahwa guru akan tumbuh dan
berkembang dalam jabatannya melalui proses belajar. Karena itu supervisor perlu
membantu guru secara tatap muka dan individual.
4. Pendekatan profesional
Pendekatan profesional dilaksanakan dengan asumsi bahwa tugas utama guru
adalah mengajar, karena itu kegiatan supervisi selalu diarahkan pada hal-hal yang
menyangkut tugas belajar mengajar tersebut.

3. Evaluasi
Pada akhir supervisi dilakukan evaluasi , ini dilakukan untuk mengetahui tujuan
yang sudah dicapai , hal-hal yang sudah dilakukan dan hal yang belum dilaksanakan.
Evaluasi suprevise dilakukan untuk semua aspek, meliputi evaluasi hasilnya, prosesnya dan
pelaksanaannya.
Hasil yang ingin dicapai supervisi adalah peningkatan situasi belajar mengajar,
karena itu sasaran evaluasi hasil supervisi adalah siswa. Segi-segi yang dievaluasi dari segi
siswa adalah hasil belajar, kebiasaan dan cara belajar, minat dan motivasi belajar dan
penyesuaian siswa dengan lingkungannya. Teknik evaluasi yang dapat digunakan adalah
tes belajar, tes psikologik, observasi reaksi murid dan orangtua/masyarakat.Proses supervisi
berkaitan dengan usaha s upervisor membantu meningkatkan kemampuan guru, karena itu
yang menjadi sasaran dalam evaluasi proses adalah guru. hal-hal yang perlu dievaluasi
adalah kelebihan dan kelemahan guru, kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar dan
kemajuan/peningkatan perkembangan kreativitas, semangat kerja, serta situasi dan suasana
sekolah. Terakhir evaluasi pelaksanaan supervise yang sasarannya adalah supervisor, dalam
hal ini supervisor perlu menilai apa yang dilakukannya, mulai dari tujuan yang dirumuskan,
metode dan teknik yang digunakan, sikap kepemimpinan dan kemampuan
berkomunikasinya.

Proses supervisi pendidikan ditinjau dari pelaksanaannya dibagi menjadi :


1. Supervisi Korektif

Supervisi ini menekankan pada usaha-usaha mencari kesalahan guru. Supervisi yang
bersifat korektif ini tidak menguntungkan karena dapat membuat guru frustasi dan bersikap
negatif terhadap program-program supervisi.

2. Supervisi Preventif

Supervisi yang bersifat preventif menekankan pada usaha-usaha untuk mencegah


guru melakukan kesalahan misalnya dengan memberikan larangan-larangan atau pedoman
secara tertulis. Supervisi ini tidak akan membantu guru meningkatkan kemampuannya.
Guru menjadi takut dalam bertindak kecuali hal yang sesuai dengan yang dipaparkan.
Akibatnya dapat menurunkan kepercayaan diri guru.Tidak salah mencegah guru melakukan
kesalahan tetapi yang lebih penting adalah mempersiapkan guru untuk menghadapi
persoalan-perosalan yang mungkin terjadi.

3. Supervisi Konstruktif

Supervisi yang bersifat konstruktif ialah supervisi yang berorientasi kemasa depan.
Supervisi yang demikian ini didasari pada kenyataan dan keyakinan dengan melihat
kesalahan yang lampau serta menjaga agar guru tidak membuat kesalahan lagi. Hal ini tidak
banyak membantu guru untuk berkembang dalam profesi maupun kepribadianya. Hakikat
pendidikan ialah membangun agar menjadi lebih baik. Peranan supervisi adalah membina
dan membangun. Kesalahan-kesalahan masa lampau dapat digunakan sebagai pengalaman
dan penemuan untuk masa depan. Jadi tugas supervisi adalah membantu guru untuk selalu
melihat kedepan, melihat hal-hal yang baru dan secara antusias mengusahakan
perkembangan.
4. Supervisi Kreatif

Dalam supervisi konstruktif peran supervisor lebih besar dibanding guru, dalam
supervisi kreatif peran guru lebih besar dibanding supervisor dalam hal perbaikan terhadap
kelemahan-kelemahan yang ada. Peran supervisor hanya membina dan mendorong guru.
Dengan kata lain supervisor menciptakan situasi yang dapat meningkatkan kreatifitas guru.
Hal-hal yang baru hanya mungkin terjadi karena adanya kreativitas yang tinggi. Daya
kreativitas hanya muncul dalam situasi dimana orang merasa aman untuk mencoba hal-hal
yang baru, dengan resiko akan membuat kesalahan-kesalahan. Ketika pengawas melakukan
pengawasan terhadap guru, TU, dan kepala sekolah, pengawasan tersebut disebut
pengawasan fungsional karena berhubungan dengan tugasnya. Ketika Kepala Sekolah
melakukan pengawasan kepada guru, TU, dll pengawasan tersebut dinamakan pengawasan
struktural karena berhubungan dengan jabatannya sebagai kepala sekolah di sekolah
tersebut. Karena supervisi dilakukan juga oleh kepala sekolah maka dikenalah istilah
pengawasan melekat (waskat). Ketika pengawas mengawasi guru maka sidebut klinis
sedangkan saat mengawasi kepala sekolah,TU dan lain-lain disebut supervisi administratif.
Pengawas melakukan kunjungan kelas, melihat hal-hal yang kurang kemudian membuat
instrumen untuk kemudian melakukan pengawasan. sebelum melakukan pengawasan,
maka seharusnya ada tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu monitoring, evaluasi, dan
bantuan. Yang harus dipahami adalah sepervisor bukanlah pengawas tetapi orang yang
memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan pun tidak sama pada tiap-tiap sekolah,
tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

5. Supervisi Kooperatif

Dalam proses evaluasi di bidang supervisi pendidikan seorang supervisor dapat


mempertimbangkan untuk melakukannya sendiri (single process) atau bersama-sama
dengan stafnya (cooperative process). Mengingat bahwa supervisi pendidikan bukan
tanggung jawab pribadi supervisor, melainkan merupakan karya dan tanggung jawab
bersama, maka evaluasi sebagai bagian yang esensial untuk menilai keberhasilan program
supervisi pendidikan haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada
prinsip prinsip supervisi pendidikan dengan berlandaskan pada prinsip prinsip pendidikan
yang demokratis dimana seluruh staf dan pihak-pihak yang berkepentingan diikutsertakan
dan dikerahkan untuk proses evaluasi dalam suatu wadah musyawarah. Proses evaluasi
program supervisi pendidikan pada dasarnya berupa prosedur, tahapan-tahapan, atau
langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor dalam mengevaluasi keberhasilan
program supervisi pendidikan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Supervisi pendidikan mempunyai makna kerjasama antara guru dan
kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah di sepakati bersama.
Ketetapan pendidikan yang dibuat berdasarkan dari beberapa ketentuan pendidikan yang
merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung
lingkup dan tingkat pengertian pendidikan yang dimaksud. Supervisi pendidikan
mengandung pengertian proses pengamatan dan pembinaan supervisor kepada guru guna
mencapai tujuan pendidikan yang disepakati. Proses supervisi pendidikan pada
hakikatnya merujuk pada upaya untuk mencapai harapan yang telah ditetapkan, yang
keberadaannya memerlukan peran kepala sekolah yang kooperatif, demokratif, dan
memiliki strategi pendekatan sesuai dengan karakteristik guru, dan strategi pencapaian.
Langkah supervisi pendidikan lebih difokuskan pada bagaimana seorang kepala sekolah
mampu mengkondisikan guru yang disupervisi menjadi kooperatif dengan supervisor,
karena kurang optimalnya guru dalam mengajar perlu didiskusikan antar guru dan kepala
sekolah supaya masukan dari diskusi dengan guru berguna untuk pembenahan kinerja
guru kedepannya. Dalam ranah pemahaman srategi supervisi kepala sekolah, maka peran
kepala sekolah sebagai supervisor sangat diperhatikan. Tingkat kapabilitas kepala sekolah
dalam memimpin dan mengelola sekolah sangat menentukan keefektifan supervisi
sekolah.

B. Saran

Administrasi pendidikan sangat penting dalam kegiatan pendidikan guna untuk


mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan tidak hanya itu, dapat juga
menginventaris kelengkapan media dan sarana belajar. Apabila suatu sekolah tidak
menggunakan administrasi pendidikan maka sekolah itu tidak akan berhasil dan
cenderung kacau.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuiddin.1994,Analisis manajemen dan kepemimpinan pendidikan, jakarta : bumi


aksara.

Purwanto,ngalim. 2007, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Redja Mudyahardjo. 2002, Penngantar Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto, 1988 .Dasar Dasar Psikologi Untuk Pendidikan di Sekolah Jakarta :


Penerbit PT Prima Karya.

Você também pode gostar