Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua
kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson, 2006)
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya
diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada
penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien gagal
ginjal.
2. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian gagal ginjal akut dan kronik
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada pasien gagal ginjal akut dan kronik.
C. SISTEMATIKAN PENULISAN
Makalah ilmiah ini disusun ke dalam lima bab yang terdiri dari :
Bab I Pendahuluan: menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal: menguraikan tentang anatomi fisiologi, pengertian,
penyebab, patofiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medic, dan
asuhan keperawatan.
Bab III Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal: menjelaskan tentang konsep
asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, serta evaluasi.
Bab IV Askep pada Kasus Gagal Ginjal; menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal
Bab V Penutup ; berisikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT GAGAL GINJAL
A. Anatomi Fisiologi
Gambar 1.1
Gambar Ginjal (Anonymous, 2012)
Ginjal merupakan organ berpasangan. Beratnya 125 gr, terletak pada posisi disebelah
lateral vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah. Organ ini
terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah anterior dipisahkan kavum
abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior dilindungi oleh dinding toraks
bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal
dalam nefron.
Ginjal terdiri dari bagian external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri
dari 1 juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah mengalir
lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron (tersusun atas jonjot-jonjot
kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalir balik lewat fasa eferen. Ketika darah
berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul kecil akan dibiarkan
lewat, molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate) disaring lewat dinding
jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus 20% plasma lewat glomerulus disaring
dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter flitrat/hari
Fungsi Ginjal
Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
B. Pengertian
Penyakit Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua
kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson, 2006)
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan
mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus, zat-
zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta cairan
akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran
besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian
ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal.
Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan
akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari
proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka
dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang
traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure =
ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF).
1. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tublar dan glomerular (Brunner & Suddarth,2000)
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat
lagi memproduksi cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal akut biasanya disertai
oliguria (pengeluaran kemih <400ml/ hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).
Gambar 2.1
Gambar Ginjal yang Tidak Sehat
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseibangan
metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. (Brunner &
Suddarth,2000)
Kegagalan ginjal menahun merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama,sehingga tidak dapat menutupi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Purnawan Junadi,1989)
C. Penyebab
1. Penyebab gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000)
a. Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal)
Kondisi pre renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal
adalah :
Penipisan volume
Hemoragi
Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretic,osmotic)
Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah,diare)
Gangguan efisiensi jantung
Infark miokard
Gagal jantung kongestif
Disritmia
Syok karsinogenik
Vasodilatasi
Sepsis
Anafilaksis
Medikasi antihipertensif
D. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium
1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion biasanya
tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-fungsi normal
ginjal.
2. Stadium II Insufisiensi ginjal
Kehilangan fungsi ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen urea
darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan azotemia
3. Stadium III Payah gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Tingkat renal dari GGK yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini kreatinin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon terhadap GFR
yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen darah dan
elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>90
ml/menit/1,73 m2)
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.
E. Patofisiologi
a) Terdapat empat tahapan terjadinya gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
1. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria
2. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urine kurang dari 400 ml/24jam, disertai dengan peningkatan
konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea,kreatinin, asam
urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul dan
kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
3. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap.,disertai tanda perbaikan
glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik
mungkin masih ada,sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih di perlukan. Pasien
harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahapan ini, jika terjadi dehidrasi, tanda
uremik biasanya meningkat.
4. Periode Penyembuhan
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3-12 bulan
Nilai laboratorium akan kembali normal
Namun terjadi penurunan GFR permanen 1%-3%.
F. Manifestasi Klinik
a) Manifestasi klinik Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
Hampir setiap system tubuh dipengaruhi ketika terjadi kegagalan mekanisme pengaturan ginjal
normal. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah, dan diare.
Kullit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi, dan nafas mungkin berbau (sector uremik).
Manifestasi system saraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang.
1. Perubahan Haluaran Urin.
Haluaran urin sedikit, dapat mengandung darah, dan gravitasi spesifiknya rendah (1010
normalnya 1015-1025)
2. Peningkatan BUN dan Kadar Kreatinin.
Terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat
katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukkan protein.
3. Hiperkalemia.
Pasien yang mengalami laju filtrassi glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium.
4. Asidosis meabolik.
Pasien oliguria akut tidak dapat mengeliminasi matan metabolic seperti sustansi jenis asam yang
dibentuk oleh proses metabolic normal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG), Perubahan yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan
elektrolit dan gagal jantung.
2. Kajian foto toraks dan abdomen, Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi cairan.
3. Osmolalitas serum, Lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd, Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal, Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi, Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram Ginjal, Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
H. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi medis pada pasien Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
Gagal ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena itu,
tujuan penanganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan kimiawi normal dan
mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemeliharaan fungsi ginjal dapat
terjadi.
a. Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hyperkalemia, pericarditis dan kejang.
b. Penanganan hyperkalemia keseimbangan cairan dan elektrolit merupkan masalah utama pada
gagal ginjal akut; hyperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan
ini.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan. Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan
pad berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan
yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
d. Pertimbangan nutrisional. Diet protein dibatasi sampai 1g/kg selama fase oligurik untuk
menurunkan pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik.
e. Cairan IV dan diuretic. Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat
dipertahankan melalui cairan IV dan medikasi.
f. Koreksi asidosis dan peningkatan kadar fosfat. Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri
harus dipantau; tindakan ventilasi yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah pernafasan.
Gambar 8.1
Gambar Hemodialisis
f. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
g. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
h. Makanan / cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Penggunaan diuretik
Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
i. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot / kejang, syndrome kaki gelisah, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
j. Nyeri / kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
k. Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
Batuk dengan sputum encer (edema paru).
l. Keamanan
Kulit gatal
Ada / berulangnya infeksi
Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
m. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
n. Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
o. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus
urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan
rencana tindakan.
3. Intervensi
Dx
NO Tujuan dan KH Intervensi Rasional
kep
1 1 Tujuan - Kaji status cairan : - Pengkajian merupakan
Mempertahankan Timbang berat badan dasar dan data dasar
berat tubuh ideal tanpa harian berkelanjutan untuk
kelebihan cairan. memantau perubahan dan
Keseimbangan masukan mengevaluasi intervensi.
Kriteria hasil : dan haluaran Keperawatan Medikal
Menunjukkan Turgor kulit dan adanya Bedah edisi 8 vol 2,
pemasukan dan oedema Brunner & Suddart, hal
pengeluaran mendekati 1452)
Distensi vena leher
seimbang
Turgor kulit baik Tekanan darah, denyut
Membran mukosa dan irama nadi
lembab - Batasi masukan cairan
- Pembatasan cairan akan
Berat badan dan tanda menentukan berat badan
vital stabil ideal, haluaran urine dan
Elektrolit dalam batas respons terhadap terapi.
normal (Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8 vol 2,
Brunner & Suddart, hal
1452).
- Sumber kelebihan cairan
yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
(Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8 vol 2,
Brunner & Suddart, hal
1452).
- Perubahan ini
- Pantau kreatinin dan
menunjukkan kebutuhan
BUN serum dialisa segera. (Rencana
Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, vol 1,
Barbara Ensram, hal 156).
4. Implementasi
a. Membantu Meraih Tujuan Terapi
- Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
- Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium,
potassium, phosphorus dan protein.
- Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
- Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
- Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
- Melindungi pasien dari infeksi.
- Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
- Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan pemberian antacid.
b. Mengusahakan Kenyamanan
- Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
- Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
- Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
- Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
- Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.
c. Konsultasi dan Penyuluhan
- Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang
kronisitas dari penyakit.
- Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
- Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara
hidup baru.
- Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan
melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan
ginjal terdiri dari yang berikut.
- Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
- Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
- Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
- Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
- Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-obatan
dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?
BAB IV
ASKEP PADA KASUS PASIEN GAGAL GINJAL
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari asuhan keperawatan, pada pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Nama klien Tn.S , jenis kelamin laki-laki, umur 41 tahun, status perkawinan sudah menikah,
pendidikan SMA, agama islam, bekerja sebagai karyawan, alamat di Jl. Pengadegan Rt.12 Rw.7
Pancoran Jakarta Selatan, tanggal masuk rumah sakit 31 Mei 2014, diagnosa Gagal ginjal kronis,
tanggal pengkajian 2 Juni 2014.
b. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada serumen, kondisi telinga normal, tidak terasa penuh dalam
telinga, tidak memakai alat bantu pendengaran, fungsi keseimbangan normal, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal.
c. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, tidak sesak nafas, tidak menggunakan otot- otot bantu pernafasan, frekuensi
20 x/menit, irama teratur, klien tidak batuk, suara nafas normal.
d. Sistem kardiovaskuler
Warna kulit pucat, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, nadi 84x/menit, irama teratur,
denyut kuat, TD 160/100 mmHg, tempetarure kulit hangat, kapilari refil 3 detik, ada edema,
denyut nadi apikal 80x/menit, irama teratur, murmur dan gallop tidak ada, tidak ada keluhan
sakit dada.
e. Sistem persyarafan
Klien bicara normal, tidak ada disorientasi orang, tempat dan waktu, nilai GCS klien 15,
kesdaran composmentis, rasa baal tidak ada, ada kesmutan, klien dapat merasakan suhu panas/
dingin, refleks fisiologis dan patologis klien normal, kaku kuduk tidak ada, test lasaque normal >
130, test kernig normal > 70, tidak ada kesulitan dalam berbicara.
f. Sistem pencernaan
Warna kulit abdomen normal, terdapat bising usus 10x/menit, bunyi timpani tidak ada massa,
tidak teraba tegang, hepar dan lien/ spelen tidak ada kelianan, konsistensi feses warna coklat
setengah padat, lamanya 2 hari, muntah tidak ada, mual ada , nafsu makan kurang, nyeri daerah
perut dikanan bawah seperti melilit rasa penuh di perut tidak ada.
g. Sistem endokrin
Nafas berbau keton (-), poliuri, polidipsi dan polipagia tidak ada, berkeringat banyak tidak ada,
tremor tidak ada, bradikardi tidak ada, takikardi tidak ada, exopthalmus tidak.
h. Sistem perkemihan
Klien memakai kateter, tidak ada nyeri tekan, nyeri tekan daerah pinggang belakang tidak ada,
BAK 3-4 kali sehari, BAK terkontrol, jumlah urin 600 cc/24 jam, warna kuning pekat.
i. Sistem muskuloskeletal
Klien tampak lemas, bentuk tubuh klien atletik, gaya berjalan normal, lengkung spinal normal,
tidak ada kesulitan gerak sendir, tidak ada frsktur, tidak ada paralisis, tidak teraba panas, klien
terpasang IVFD resamen/12 jam.
8. Pemerikasaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Telah didapatkan hasil laboratorium tanggal 31 Mei 2014, yaitu leukosit: 5,3 rb/ul (normal: 3,8
10,6), eritrosit 2,7 jt/ul (normal: 4,4 5,9), hemoglobin 9,2 gr/dl (normal: 13,2 17,3),
hematokrit 26% (normal: 40-52), trombosit 285 rb/ul (normal: 150 440), MCV 95,0 fl (normal:
80 100), MCH 33,9 pg (normal: 26 -34), MCHC 35,8 g/dl (normal: 32-36), RDW: 13,8%
(normal <14) GDS : 143 mg/dl (normal <110), Ureum: 226 mg/dl (normal: 13-43), kreatinin :
21,40 mg/dl (normal <1,2).
9. Penatalaksanaan
a. Terapi oral : CaCO3 3x1 mg, Tonar 3x2 kaplet 630 mg, Amlodipin 1x5 mg
Candesartan 1x 16 mg
b. Terapi injeksi : Ranitidin 2x1 ampul (@2ml, 25 mg/ml), Ondasentron 2x1
Ampul (@2ml, 2mg/ml)
c. Parenteral : Resamin/12 jam (14 tetes/menit)
b. Data Objektif
Klien makan habis 1/2 porsi, membran mukosa kering, turgor kulit sedang, capilary refil 3 detik,
klien bertanya tentang penyakitnya, klien dan keluarga bertanya tentang pengobatan, klien
tampak dibantu keluarga, klien beraktivitas hanya di tempat tidur, klien tampak tidak rapih, kaki
kanan klien teraba tegang otot, teraba edema pada kaki kanan, BB sebelum sakit 72 kg, BB saat
ini 64 kg. TB : 170 cm, TTV: TD: 160/100 mg, N: 84 x/menit, RR: 20x/menit, S: 36C,
pemeriksaan lab : Hb: 9,2 gr/dl (normal: 13,2-17,3), Ht : 26% (normal: 40-52).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan diagnosa sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, diet, dan kebutuhan pengobatan
4. Intoleransi aktivitas
5. Defisit perawatan diri personal hygiene
C. PERENCANAAN
Berdasarkan diagnosa yang didapat, rencana tindakan yang akan dilakukan antara lain:
DX
NO TUJUAN dan KH INTERVENSI
KEP
1 1 Tujuan: - Kaji status, pola dan kebiasaan makan klien
Nutrisi klien terpenuhi - Berikan makanan sedikit tapi sering
setelah dilakukan - Berikan makanan yang mudah ditelan dan
tindakan keperawatan hangat
selama 3x24 jam - Catat jumalah porsi makanan yang
Kriteria hasil: dihabiskan
- Mual berkurang - Timbang BB tiap 3 hari sekali
- Nafsu makan - Kolaborasi dalam pemberian antiemetik (
meningkat ranitidin 2x1 ampul @2ml, 25 mg/ml,
- Makan habis 1 porsi ondansentron 2x1 ampul (@2ml,2 mg/ml)
- Berat badan tetap/
bertambah
- Tidak ada edema pada
tungkai
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX
Tgl Jam Implementasi Respon Klien Ttd
Kep
2/6/14 14.15 1 - Mengkaji pola makan klien - Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan makan 3x
sehari dengan diet lunak
E. EVALUASI KEPERAWATAN
DX
Tgl EVALUASI TTD
Kep
3/6/14 1 S : - Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
O : - klien menghabiskan makan porsi
- BB: 65kg
- TB: 170 cm
- Hasil lab: ureum: 282 mg/dl (normal: 13-43)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Menganjurkan klien makan sedikit dan sering
- Mencatat jumlah porsi makanan yang habis
2 S : - Klien mengatakan haus berkurang
- Klien mengatakan minum 1 ltr/hari
O : - membrane mukosa lembab
- Turgor kulit sedang
- Balance cairan -200cc
- TTV : TD: 150/100 mmHg
N: 88x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,4 0C
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Catat hasil input dan output
- Menganjurkan klien membatasi cairan 2,5 ltr/hari
3S : - Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakit
GGK
O :- klien dan keluarga dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan benar
- Klien tidak bertanya lagi pada perawat
A : - masalah teratasi
P : - intervensi dipertahankan
4 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Dorong klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
5 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - klien tampak rapih
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
4/6/14 1 S : - Klien mengatakan masih mual
- Klien mengatakan masih lemas
O : - klien menghabiskan makan porsi (1700 kkal)
- BB: 64kg
- TB: 170 cm
- Hasil lab: ureum: 282 mg/dl (normal: 13-43)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Menganjurkan klien makan sedikit dan sering
2 S : - Klien mengatakan haus berkurang
- Klien mengatakan minum 1,5 ltr/hari
O : - membrane mukosa lembab
- Turgor kulit elastis
- Balance cairan -105cc
- TTV : TD: 150/100 mmHg
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
S: 35,8 0C
- Hasil lab: natrium: 137 mmol/L (normal 135-155)
Kalium : 4,8 mmol/L (normal 3,6 5,5)
Klorida : 100 mmol/L (normal 98-109)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Catat hasil input dan output
- Menganjurkan klien membatasi cairan 2,5 ltr/hari
4 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Dorong klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
5 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - klien tampak rapih
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan
mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus, zat-
zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta cairan
akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran
besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian
ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal.
Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan
akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari
proses ini adalah urin (air seni).
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang
traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure =
ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF). Penyakit gagal ginjal akut
adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ
pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan urine yang
merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh dan harus
dikeluarkan dari tubuh. Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif
dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseibangan metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. (Brunner
& Suddarth,2000).
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu : Kondisi
Pre Renal (Hipoperfusi ginjal), Kondisi Intra Renal (kerusakan actual jaringan ginjal), Kondisi
Post Renal (Obstruksi Aliran Urine)
Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain : Diabetes Melitus, Glumeruloneritis
kronis, Pielonefritis, Hipertensi tak terkontrol, Obstruksi saluran kemih, Penyakit ginjal
polikistik, Gangguan vaskuler, Lesi herediter, Agen toksik (timah,kadmium dan merkuri).
B. SARAN
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada Ny.B dengan gagal ginjal maka
berdasarkan pengalaman yang berkaitan dengan masalah keperawatan tersebut, penulis akan
memberikan saran yang bertujuan agar dapat lebih memperbaiki dan mengoptimalkan pelayanan
perawatan di rumah sakit, diantaranya :
1. Untuk klien dan keluarga baiknya memeriksakan kesehatan secara rutin, agar kesehatannya
dapat terkontrol dan dapat terdeteksi sejak dini jika ada tanda atau gejala yang menunjukkan
resiko terjadinya gagal ginjal.
2. Untuk institusi pendidikan dapat menyediakan buku-buku sumber yang lebih lengkap lagi
sebagai pedoman untuk melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-1. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-2. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta: EGC