Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Kulit
Pada umumnya pemeriksaan fisik kulit, alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik sistem
kulit adalah menggunakan seluruh telapak tangan dan jari, kiri dan kanan dengan maksudmeraba
dan merasakan dan menggunakan kedua mata untuk melihat pemeriksaan pada kulit danteknik
pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan kulit adalah Palpasi dan Inspeksi.
Inspeksi Kulit
a) Observasi tampilan keseluruhan pasien dari jarak 90 180 cm, perhatikan corak kulit,
warna keseluruhan, variasi warna dan tampilan umum.
b) Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidak umum, seperti bau apek atau
asam.
c) Perhatikn adanya gangguan pigmentasi, bintik bintik, kutil, kulit terbakar.
d) Observasi dan dokumentasikan adanya lesi berdsarkan pertimbangan berikut :
e) Morfologi (deskripsi klinis ), lesi : perhatikan ukuran, bentuk atau konfigurasi, warna,
elevasi dan depresi, dan tekstur. Catat bau, warna, konsistensi, dan jumlah eksudat.
Gunakan senter untuk mengkaji warna lesi dan elevasi garis batasnya. Gunakan
Transiluminator untuk mengkaji cairan didalam lesi dengan menggelapkan ruangan dan
menempatkan ujung iluminator sejejer dengan sisi lesi. Lesi yang berisi cairan
akan bersinar merah. Gunakan lampu woods untuk mengkaji lesi jamur dan kaca
pembesar untuk mnegkaji lesi yang kecil.
f) Distribusi dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit atau faktor eksternal.
Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak gangguan putih yang melibatkan area kulit
tertentu. Pengkajian distribusi termasuk meluasnya gangguan, pola penyebaran dan
karakteristik lokasi.
g) Lokasi (berhubungan dengan area kulit total ). Perhatikan apakah pola lesi adalah lokal,
regional atau umum. Perhatikan juga area mana yang terkena, seperti permukaan
fleksor atau ekstensor.
h) Knfigursi atau pola, konfigurasi dapat membantu menentukan penyebab apakah lesi
tersebut bersifat diskret (terpisah dan jelas), coalesced (menyatu atau ber!
ampu), bergerombol, difusi, linear, anuler atau arciform (bersusun berbentuk kurva atau
lengkungan)
Palpasi Kulit
texture kulit
Dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal.
Turgor
Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke keadaan semula,
menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
Krepitasi
Teraba ada gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga
atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada dibawah kulit
dada.
Edema
Adalah terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh lebih daripada jumlahsemestinya.
i. Mole adalah pertubuhan daging yang berpigmen atau digunakan secara longgar, setiap
noda pada kulit
ii. birthmark adalah suatu cacat yang melingkar atau titik pada kulit bersifat kongenital
iii. strethmark/striae adalah garis atau alur yang berwarna merah muda atau ungu yang
selanjutnya berwarna putih.
iv. Hipopigmentasi adalah warna kulit menjadi lebih terang.
i. Erythema adalah kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler.
ii. Pallor adalah kulit tampak pucat.
iii. Jaundice adalah warna kekuningan pada kulit.
iv. Cyanosis adalah warna kebiruan pada kulit akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi
yang berlebihan dalam darah.
v. Eccymosis adalah bercak perdarahan pada kulit yang kecil yang membentuk bercak biru
atau ungu yang bundar atau tidak teratur serta tanpa elevasi.
A. Bisul : Bisul adalah benjolan merah pada kulit yang terasa sakit dan berisi nanah.
Benjolan ini muncul akibat infeksi bakteri yang memicu inflamasi pada folikel rambut,
yaitu lubang tempat rambut tumbuh.
Gejala-gejala Bisul
Gejala utama pada bisul adalah munculnya benjolan merah pada kulit. Pada tahap awal, ukuran
bisul biasanya kecil dan kemudian disertai dengan:
Kulit di sekitar benjolan memerah, bengkak, dan terasa hangat jika disentuh. Ini
mengindikasikan bahwa infeksi telah menyebar ke kulit sekelilingnya.
Menyebabkan demam.
Tumbuh lebih dari satu buah di lokasi yang sama. Jenis ini dikenal dengan bisul sabut
atau karbunkel, dan kondisi ini tergolong infeksi yang lebih serius.
Sering kambuh.
Memiliki masalah dengan sistem imun atau dalam pengobatan yang menganggu sistem
imun dan muncul bisul.
B. Kuku
Pencahayaan baik
Lepas wig
Kapan mulai perubahan pertumbuhan/kerontokan rambut
Identitifikasi tipe shampo dan produk lain yang digunakan klien
kaji adanya fototerapi
Kaji distribusi, ketebalan, tekstur rambut teminal dan vellus
Inspeksi adanya infeksi dan serangga di kulit kepala
II. Kepala
Kaji adanya riwayat trauma
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat
meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS <15), konvulsi, muntah, takipnea, sakit
kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di kepala,paralisis; akumulasi secret
pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang.
Pada pasien sinkop kehilangan kesadaran terjadi akibatnya berkurangnya
perfusi darah diotak. Penting diketahui riwayat kejadian disaat-saat sebelum
terjadinya sinkop tersebut untuk menentukan penyebab sinkop serta
menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Dari anamnesis harus ditanyakan
riwayat pasien secara teliti sehingga dari riwayat tersebut dapat
mengambarkan kemungkinan penyebab sinkop atau dapat sebagai petunjuk untuk
strategi evaluasi pada pasien. Gambaran klinis yang muncul pada setiap pasien
sangat penting untuk diketahui terutama faktor-faktor yang dapat merupakan
predisposisi terjadinya sinkop beserta akibatnya.
Sakit kepala sering merupakan akibat ketegangan dan terdapat di daerah frontal
atau oksipital. Sakit kepala oksipital terdapat pda waktu bangun tidur pagi pagi
mungkin akibat tekanan intrakranial meningkat ( misalnya karena tumor atau
hipertensi maligna )
Kaji adanya tanda-tanda neurologis : sakit kepala, pusing, kehilangan kesadaran,
kejang atau penglihatan kabur
Kajilamanya keluhan
Inspeksi kepala : ukuran, bentuk dan kuontur Mata
kaji kemampuan visual, lapangan pandang, pergerakan ekstraokular dan struktur
mata eksternal dan internal.
Nyeri Kepala
DEFINISI
Nyeri kepala adalah rasa sakit atau rasa yang tidak nyaman antara daerah orbita dengan kepala
yang berasal dari struktur sensitive terhadap rasa sakit.
ANAMNESIS
Penyebab nyeri kepala sangat beragam. Di samping itu gambaran klinik nyeri kepala juga sangat
bervariasi, hal demikian ini diperkaya lagi oleh istilah-istilah awam yang berlatar belakang
bahasa sehari-hari yang digunakannya. Dengan demikian anamnesis tentang nyeri kepala harus
bersifat menyeluruh, meliputi hal-hal sebagai berikut:
Secara umum, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap, mendenyut yang
kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung, terbatas pada lokasi tertentu yang seakan-akan
jelas benar batasnya, nyeri seperti ditarikatau diikat, nyeri seakan-akan kepala mau pecah, nyeri
yang berpindah-pindah, maupun perasaan kepala yang tidak enak. Keluhan penderita harus
benar-benar dipahami agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.
Nyeri Kepala Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul
sebagai nyeri kepala harian atau dalam waktu yang lama. Cluster headache muncul sebagai nyeri
kepala harian selama beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu interval bebas
nyeri kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang bersifat kronis, dirasakan setiap hari
dengan sifat yang konstan biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri kepala
psikogenik. Apabila tidak ada gambaran periodisitas maka hendaknya dikejar lebih jauh tentang
periode bebas nyeri kepala yang terpendek dan terlama di antara dua serangan nyeri kepala.
4. Puncak dan Lamanya Nyeri Kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1 -2 jam pasca-awitan dan berlangsung selama
6-36 jam. Cluster headache langsung sampai pada puncak perasaan nyeri pada saat
penderita terbangun dari tidumya, atau nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah
awitan pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension headache muncul secara
perlahan selama beberapa jam dan kemudian terus berlangsung selama beberapa hari
sampai beberapa tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi pada
perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya
muncul langsung dengan inten-sitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
5. Waktu Terjadinya Nyeri Kepala dan Faktor Presipitasi
Cluster headache sering kali muncul pada saat si penderita dalam keadaan tidur lelap, dan ada
kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul pada saat yang sama. Migren dapat muncul
setiap saat baik siang maupun malam tetapi sering kali mulai pada pagi hari. Tension headache
khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan sering kali memberat pada siang atau sore
hari.Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang sering kali dapat mengenali
faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat
dicetuskan oleh sinar terang, perubahan cuaca, menghirup gas CO, minum alkohol, makanan
tertentu, dan minum obat tertentu. Faktor emosi dapat mencetuskan serangan migren dan tension
headache.
Pertanyaan-pertanyaan tentang gejala pendahulun dan penyerta sangat berarti dalam hal
mengantisipasl keluhan nyeri kepala. Sebagai contoh, gejala pendahulun sangat khas pada
migren. Gejala-gejala visual baik yang positif maupun negatif, gejala hemisferik misalnya
hemiparesis, parestesia, dan gangguan berbahasa dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada
migren. Sementara itu, migren basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari
gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disartria, ataksia, kuadriparesis, dan
diplopia.Cluster headache sering kali diiringi oleh miosis dan ptosis ipsi-lateral, epifora,
konjungtiva kemerahan dan hidung buntu. Sementara itu, nyeri kepala dengan demam sugestif
untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus dicurigai adanya proses
patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai warna merah pada sklera
merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaukoma akut. Adalah suatu aturan yang sederhana,
bahwa nyeri kepala sering kali dapat didiagnosis secara benar dengan memperhatikan dan
mengenali gejala dan/atau keluhan pengiringnya. Hal demikian ini akan sangat membantu kita
maupun penderita oleh karena tidak memerlukan pemeriksaan tambahan yang tidak perlu.
Telinga
Pemeriksaan telinga
Inspeksi dan palpasi. Amati telinga luar apakah terdapat kelainan/abnormalitas. Palpasi dengan
penekanan pada tragus, aurikula, danos. Mastoideus di posterior aurikula. Perhatikan adanya
nyeri tekan, kemungkinan otitis eksterna dan mastoiditis.
Otoskopi. Tangan kiri, jari tengah dan jari kelingking memegang bagian atas daun telinga dan
menariknya ke superoposterior. Tangan kanan memasukkan corong telinga ke dalam kanalis
auditorius eksterna. Corong kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan jari telunjuk
mengamati telinga luar dan sekitarnya. Memeriksa kanalis auditorius eksterna dan membrana
timpani.
Daun Telinga
Diperhatikanbentuk serta tanda-tanda peradangan atau pembengkakan. Daun telinga
ditarik, untuk menetukan nyeri tarik dan menekan tragus untuk menentukan nyeri
tekanan.
Daerah Mastoid
Adakah abses atau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri
ketok
Liang telinga
Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hipermis atau ada furunkel. Perhatikan
adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan darimana asalnya. Apakah ada serumen
atau secret.
Membrane Timpani
Nilai, warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya. Warna membrane
timpani yang normal putih seperti mutiara. Reflex cahaya normal berbentuk kerucut,
warna seperti air raksa.
Hidung
-Hidung Luar
Bentuk hidung luar diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulanghidung.Apakah ada
pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jaridapat dipalpasi adanya
krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada peradanganhidung dan sinus paranasal
Memeriksa hidung
Kelainan kongenital seperti agenesis hidung, hidung bifida, atresia nares anterior.
Radang, misal selulitis, infeksi spesifik
Kelainan bentuk, misal saddle nose, hidung betet (hump).
Kelainan akibat trauma
Tumor
Rinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai
spekulum hidung. Tangan kiri memegang speculum dengan ibu jari (di atas/depan) dan
jaritelunjuk (dibawah/belakang) pada engsel speculum. Jari tengah diletakan dekat
hidung, sebelah kanan untuk fiksasi. Jari manis dan kelingking membuka dan menutup
spekulum. Speculum dimasukkan tertutup ke dalam vestibulum nasi setelah masuk baru
dibuka. Tangan kanan bebas : dapat membantu memegang alat-alat pinset dan kait dsb,
menahan kepala dari belakang/tengkuk atau mengatur sikap kepala. Melebarkan nares
anterior dengan meregangkan ala nasi. Melihat jelas dengan menyisihkan rambut hidung.
Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang berwarna merah,
pada alergi pucat atau kebiruan (livid)
Septum. Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah terdapat deviasi,
krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.
Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi.
Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sfat dan lokalisasinya
Massa
III. Mata
Mata normal
Silia posisi normal
Konjungtiva tenang
Kornea jernih
Refleks iris normal
a. Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan jauh tanpa koreksi
Mata diperiksa satu persatu dengan menutup mata yang tidak diperiksa. Pertama kali
diperiksa adalah mata kanan dengan melihat huruf, angka, atau gambar pada kartu
Snellen jarak 6 meter atau 20 feet dari pasien. Baris huruf terkecil yang dapat dibaca
lebih dari separuhnya adalah tajam penglihatan tanpa koreksi.
Bila huruf yang terbaca tersebut :
Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan mata kanan (acies
visus oculus dextra/AVOD) adalah 6/30 atau 20/100 atau 0.2
Tajam penglihatan dikatakan normal bila 6/6 atau 20/20 atau 1.0
Apabila tidak dapat melihat huruf terbesar yang ada di kartu Snellen maka dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Pasien diminta menghitung jari pemeriksa mulai dari jarak 1 meter, 2 m, 3 m, sampai
maksimal 6 m. Pemeriksaan dilakukan sampai jarak terjauh pasien dapat
menyebutkan jumlah jari dengan benar. Jika pasien dapat menyebutkan jumlah jari
pemeriksa dengan benar sampai jarak 1 m, maka tajam penglihatan dinyatakan 1/60
Apabila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa dari jarak 1 m, dilakukan gerakan
lambaian tangan pada jarak 1 m dari siswa. Jika dapat melihat lambaian tangan maka
tajam penglihatan dinyatakan 1/300
Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan, mata pasien disinari senter dari
sisi atas, bawah, kiri, dan kanan di tempat yang gelap. Jika dapat menentukan arah
sinar dengan benar maka dinyatakan 1/ ~ atau light projection/LP proyeksi baik, jika
dapat melihat tetapi tidak dapat menentukan arah sinar dengan benar dinyatakan 1/ ~
proyeksi salah.
Jika tidak dapat melihat sinar, maka dinyatakan nol atau no light perception (NLP).
Gangguan tajam penglihatan :
- Adakah penurunan visus, sejak kapan, progresivitas, mendadak/perlahan
- Melihat seperti apa ? Apakah seperti berkabut/berasap, silau saat melihat cahaya
- Buram apakah saat melihat jauh/dekat
- Apakah lebih jelas saat melihat di tempat terang atau agak gelap
- Bagaimanakah adaptasi dari tempat terang ke gelap
- Apakah sering tersandung/menabrak-nabrak
- Apakah melihat seperti halo (lingkaran pelangi) di sekitar sumber cahaya
- Apakah disertai nyeri
- Adakah rasa pegal setelah membaca dekat
- Apakah melihat dobel pada saat kedua mata dibuka kemudian hilang jika salah satu
mata ditutup
- Apakah melihat dobel pada satu mata
- Apakah melihat seperti bintik yang berterbangan
- Apakah melihat seperti tertutup tirai & tampak kilatan cahaya
IV. Mulut
Secara anatomi, batas-batas kavum oris adalah sebagai berikut:
Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium, yang dibatasi oleh:
Lateral : lengkungan arkus anterior
Inferior : pangkal lidah
Medial : uvula, selalu menunjuk vertikal ke bawah
Bibir: Warna bibir (pucat, sianotik, pigmentasi), ada/tidaknya keilitis, keilosis, perleche,
vesikel,dan lain-lain
Gerakan bibir dan sudut mulut (N VII), ptialismus, trismus
Mukosa pipi (misalnya ulkus, oral thrush, stomatitis, pigmentasi, bercak koplik) dan
ginggiva (misalnya edema, nyeri, hiperemia, epulis).
Gigi-geligi, lihat adanya karies pada gigi P2, P1, M1, M2, M3 yang dapat menimbulkan
sinusitis maksilaris serta gigi M3 yang letaknya miring dapat menyebabkan trismus.
Lidah, lihat ada/tidaknya makro/mikroglosia, tremor lidah, parese N.XII, atrofi, aftae,
tumor maligna.
Palatum durum (torus palatinus) dan prosesus alveolaris, lihat adanya pembengkakan
yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau tumor sinus maksilaris.
Palpasi dilakukan terutama bila pada inspeksi didapatkan ulkus pada lidah(karsinoma).
Perkusi dilakukan pada gigi-geligi, akan didapatkan rasa nyeri bila ada peradangan.
Gerakan muntah
Pada keadaan normal, bila dinding faring disentuh akan timbul reflek yang mengakibatkan
kontraksi dari muskuli-muskuli. Yang perlu diperhatikan adalah kontraksi m.konstriktor medius
yang berakibat dinding posterior faring ditarik kemuka, dinding lateral ditarik ke medial
sehingga lumen faring menghilang. Yang terlihat hanya 2 tonsil yang sangat besar menutup
faring. Ini karena tonsil didorong keluar dari fosa tonsilaris ke arah medial dan aksisnya diputar
dari frontal menjadi sagital.
Teknik pemeriksaan:
Minta penderita untuk membuka mulut lebar-lebar, menarik lidah ke dalam dan
dilunakkan (diistirahatkan)
Pemeriksa menekan lidah ke bawah di bagian medial
Minta penderita untuk bernapas (hindari menahan napas, bernapas keras, ekspirasi, atau
mengucap ch)
Pemeriksa menekan lidah di anterior dari tonsil hingga pole bawah tonsil terlihat
Kemudian periksa:
a. Besar tonsil
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:
T0 : tonsil di dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T2 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T3 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T4 : blia besar tonsil mencapai uvula atau lebih
b. Mobilitas tonsil
Dengan menggunakan 2 spatula, letakkan spatula 1 pada posisi menekan lidah di
anterior dari tonsil, sedangkan spatula 2 diletakkan secara vertical dengan posisi
ujungnya menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior. Pada
tumor tonsil akan terfiksasi, sedangkan pada tonsillitis kronik, tonsil mobil dan
nyeri.
Patologi dari tonsil dan palatum mole
Perhatikan adanya kripti, detritus, hiperemia, ulserasi, membran, atau bercak-bercak perdarahan.
Tonsilitis akut : semua tampak merah, terdapat titik-titik putih pada tonsil
Tonsilitis kronik : arkus anterior tampak merah
Aftae : bila ditekan akan terasa nyeri
Abses peritonsil : ismus fausium menyempit (lebih kecil), tonsil terdesak ke medial,
sekitar tonsil kemerahan dan edema, serta uvula terdesak heterolateral udematus
Difteri : tampak pseudomembran warna kotor, hemoragis, ada yang di luar batas tonsil,
mukosa normal, terdapat bull neck
Plaut Vincent : ulkus seluruh tonsil, monolateral, dan penderita demam
Tumor tonsil : tonsil teraba keras dan terfiksasi
Sikatrik : biasanya didapatkan setelah tonsilektomi, insisi abses peritonsil
Korpus alienum : duri ikan, tulang
Tenggorokan
Memeriksa faring
Patologi faring
Perhatikan dinding faring posterior. Lihat adanya hiperemia, edema, membran, eksudat, abses,
atau post nasal drips.