Você está na página 1de 18

Anamnesis system

I. Kulit

CARA PEMERIKSAAN KULIT

Pada umumnya pemeriksaan fisik kulit, alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik sistem
kulit adalah menggunakan seluruh telapak tangan dan jari, kiri dan kanan dengan maksudmeraba
dan merasakan dan menggunakan kedua mata untuk melihat pemeriksaan pada kulit danteknik
pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan kulit adalah Palpasi dan Inspeksi.

Inspeksi Kulit

a) Observasi tampilan keseluruhan pasien dari jarak 90 180 cm, perhatikan corak kulit,
warna keseluruhan, variasi warna dan tampilan umum.
b) Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidak umum, seperti bau apek atau
asam.
c) Perhatikn adanya gangguan pigmentasi, bintik bintik, kutil, kulit terbakar.
d) Observasi dan dokumentasikan adanya lesi berdsarkan pertimbangan berikut :
e) Morfologi (deskripsi klinis ), lesi : perhatikan ukuran, bentuk atau konfigurasi, warna,
elevasi dan depresi, dan tekstur. Catat bau, warna, konsistensi, dan jumlah eksudat.
Gunakan senter untuk mengkaji warna lesi dan elevasi garis batasnya. Gunakan
Transiluminator untuk mengkaji cairan didalam lesi dengan menggelapkan ruangan dan
menempatkan ujung iluminator sejejer dengan sisi lesi. Lesi yang berisi cairan
akan bersinar merah. Gunakan lampu woods untuk mengkaji lesi jamur dan kaca
pembesar untuk mnegkaji lesi yang kecil.
f) Distribusi dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit atau faktor eksternal.
Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak gangguan putih yang melibatkan area kulit
tertentu. Pengkajian distribusi termasuk meluasnya gangguan, pola penyebaran dan
karakteristik lokasi.
g) Lokasi (berhubungan dengan area kulit total ). Perhatikan apakah pola lesi adalah lokal,
regional atau umum. Perhatikan juga area mana yang terkena, seperti permukaan
fleksor atau ekstensor.
h) Knfigursi atau pola, konfigurasi dapat membantu menentukan penyebab apakah lesi
tersebut bersifat diskret (terpisah dan jelas), coalesced (menyatu atau ber!
ampu), bergerombol, difusi, linear, anuler atau arciform (bersusun berbentuk kurva atau
lengkungan)

Palpasi Kulit

a) Perhatikan tekstur umum kulit dan lokasi perubahan, seperti kekasaran.


b) Kaji suhu dengan menggunakan permukaan dorsal jari jari atau tangan yang paling
sensitif terhadap persepsi suhu. Kaji kelembaban dengan permukaan dorsal tangan dan
jari jari yang relatif kering untuk mencegah kelembaban pasien. Kelembaban terbesar
terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan lipatan kulit.
c) Kaji turgor kulit dengan menggenggam dan menarik lipatan kulit dengn perlahan, dan
melepaskannya, observasi berapa cepat kulit kembali ke bentuk normal nya

Yang di palpasi pada kulit, pertama-tama dirasakan kehangatan kulit, (dingin-hangat-demam),


kemudian kelembabannya, pasien dehidrasi terasa kering dan pasien hipertyroidisme berkeringat
terlalu banyak.

texture kulit
Dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal.
Turgor
Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke keadaan semula,
menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
Krepitasi
Teraba ada gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga
atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada dibawah kulit
dada.
Edema
Adalah terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh lebih daripada jumlahsemestinya.

Inspeksi Rambut dan kulit kepala

Ketika mengkaji rambut,perhatikan kuantitasnya ,tekstur, warna dan distribusinya.


Faktor tersebut sangat bervariasi antara individu dan dipengaruhi oleh ras dan asal etnis.
Variasi pertumbuhan dan distribusi rambut, termasuk kebotakan herediter dan rambut wajah
yang berlebihan, terjadi secara alami dan tidak bisa dicegah.
Adapun variasi warna kulit :

i. Mole adalah pertubuhan daging yang berpigmen atau digunakan secara longgar, setiap
noda pada kulit
ii. birthmark adalah suatu cacat yang melingkar atau titik pada kulit bersifat kongenital
iii. strethmark/striae adalah garis atau alur yang berwarna merah muda atau ungu yang
selanjutnya berwarna putih.
iv. Hipopigmentasi adalah warna kulit menjadi lebih terang.

Warna kulit terdiri :

i. Erythema adalah kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler.
ii. Pallor adalah kulit tampak pucat.
iii. Jaundice adalah warna kekuningan pada kulit.
iv. Cyanosis adalah warna kebiruan pada kulit akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi
yang berlebihan dalam darah.
v. Eccymosis adalah bercak perdarahan pada kulit yang kecil yang membentuk bercak biru
atau ungu yang bundar atau tidak teratur serta tanpa elevasi.

Kondisi Kulit Abnormal

1. Macula adalah bercak, bintik atau penebalan.


2. Papula adalah tonjolan lesi pada kulit yang kecil, terbatas tegas dan padat.
3. Vesikula adalah badan kecil seperti kantung.
4. Pustula adalah lesi kulit yang kecil, menonjol, berbatas dan mengandung nanah.
5. Ulkus adalah suatu luka terbuka yang berbentuk bundar atau oval.
6. Crusta adalah cairan tubuh yang mengering, bisa dari serum, nanah, darah dan
sebagainya.
7. Excoriasi adalah setiap pengelupasan substansi superfisial, seperti terjadi pada kulit
akibat garukan.
8. Fissura adalah retak atau pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan. Hal
ini diakibatkan penurunan elastisitas jaringan kulit.
9. Cicatrix adalah Pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah penyembuhan luka.
Pengkajian kulit kepala harus menyatakan permukaan yang bersih, bebas debris,dengan
distribusi folikel rambut yang seimbang

A. Bisul : Bisul adalah benjolan merah pada kulit yang terasa sakit dan berisi nanah.
Benjolan ini muncul akibat infeksi bakteri yang memicu inflamasi pada folikel rambut,
yaitu lubang tempat rambut tumbuh.
Gejala-gejala Bisul

Gejala utama pada bisul adalah munculnya benjolan merah pada kulit. Pada tahap awal, ukuran
bisul biasanya kecil dan kemudian disertai dengan:

Kulit di sekitar benjolan memerah, bengkak, dan terasa hangat jika disentuh. Ini
mengindikasikan bahwa infeksi telah menyebar ke kulit sekelilingnya.

Benjolan bertambah besar dan berisi nanah.

Terbentuk titik putih di bagian puncak benjolan.

Menyebabkan demam.

Terus membesar (diameter di atas 5 cm) dan terasa sangat sakit.

Tumbuh lebih dari satu buah di lokasi yang sama. Jenis ini dikenal dengan bisul sabut
atau karbunkel, dan kondisi ini tergolong infeksi yang lebih serius.

Tumbuh di dalam hidung, di wajah, atau tulang belakang.

Tidak kunjung sembuh selama lebih dari 14 hari.

Sering kambuh.

Memiliki masalah dengan sistem imun atau dalam pengobatan yang menganggu sistem
imun dan muncul bisul.

B. Kuku

Inspeksi dan Palpasi


Bentuk. Anonyhia: tidak mempunyai kuku sama sekali
Kelengkungan. Normal: datar atau sedikit lengkung. Clubbing
Adhesi. Normal: kuat tidak mudah dicabut.
Permukaan kuku. Normal: lembut dan datar
Warna. Normal: pink
Ketebalan.
Examination step by step Skin
Melakukan inspeksi pada semua permukaan tubuh
Inspeksi tiap bagian tubuh, catat:
Warna
Kesimetrisan
Keragaman
Ketebalan
Pigmentasi
lesi/luka
Palpasi
Kelembaban (kering, berkeringat, bersisik, berminyak)
Temperatur
Ketebalan
Turgor
Inspeksi dan palpasi lesi, catat:
Ukuran
Warna
Tekstur permukaan (datar, menonjol, indurasi)
Pola
Lokasi dan distribusi
eksudat
Kuku Abnormal
Kuku normal: sudut antara kuku dan nail plate : 160
Clubbing
Beau's lines
Koilonychias
Dplinter hemorrhages
Paronychia
C. Rambut dan kulit kepala
Inspeksi kondisi dan distribusi rambut dan integritas kulit kepala.
Ketika mengkaji rambut,perhatikan kuantitasnya ,tekstur, warna dan distribusinya.
Faktor tersebut sangat bervariasi antara individu dan dipengaruhi oleh ras dan asal
etnis. Variasi pertumbuhan dan distribusi rambut, termasuk kebotakan herediter
dan rambut wajah yang berlebihan, terjadi secara alami dan tidak bisa dicegah.

Pencahayaan baik
Lepas wig
Kapan mulai perubahan pertumbuhan/kerontokan rambut
Identitifikasi tipe shampo dan produk lain yang digunakan klien
kaji adanya fototerapi
Kaji distribusi, ketebalan, tekstur rambut teminal dan vellus
Inspeksi adanya infeksi dan serangga di kulit kepala

II. Kepala
Kaji adanya riwayat trauma
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat
meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS <15), konvulsi, muntah, takipnea, sakit
kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di kepala,paralisis; akumulasi secret
pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang.
Pada pasien sinkop kehilangan kesadaran terjadi akibatnya berkurangnya
perfusi darah diotak. Penting diketahui riwayat kejadian disaat-saat sebelum
terjadinya sinkop tersebut untuk menentukan penyebab sinkop serta
menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Dari anamnesis harus ditanyakan
riwayat pasien secara teliti sehingga dari riwayat tersebut dapat
mengambarkan kemungkinan penyebab sinkop atau dapat sebagai petunjuk untuk
strategi evaluasi pada pasien. Gambaran klinis yang muncul pada setiap pasien
sangat penting untuk diketahui terutama faktor-faktor yang dapat merupakan
predisposisi terjadinya sinkop beserta akibatnya.
Sakit kepala sering merupakan akibat ketegangan dan terdapat di daerah frontal
atau oksipital. Sakit kepala oksipital terdapat pda waktu bangun tidur pagi pagi
mungkin akibat tekanan intrakranial meningkat ( misalnya karena tumor atau
hipertensi maligna )
Kaji adanya tanda-tanda neurologis : sakit kepala, pusing, kehilangan kesadaran,
kejang atau penglihatan kabur
Kajilamanya keluhan
Inspeksi kepala : ukuran, bentuk dan kuontur Mata
kaji kemampuan visual, lapangan pandang, pergerakan ekstraokular dan struktur
mata eksternal dan internal.
Nyeri Kepala

DEFINISI

Nyeri kepala adalah rasa sakit atau rasa yang tidak nyaman antara daerah orbita dengan kepala
yang berasal dari struktur sensitive terhadap rasa sakit.

ANAMNESIS

Penyebab nyeri kepala sangat beragam. Di samping itu gambaran klinik nyeri kepala juga sangat
bervariasi, hal demikian ini diperkaya lagi oleh istilah-istilah awam yang berlatar belakang
bahasa sehari-hari yang digunakannya. Dengan demikian anamnesis tentang nyeri kepala harus
bersifat menyeluruh, meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis nyeri kepala


Banyak individu yang selama perjalanan hidupnya mengalami lebih dari satu jenis
nyeri kepala. Atau di antara banyak individu terdapat berbagai jenis nyeri kepala
sehingga keluhannya juga beragam. Keragaman ini dapat dilengkapi dengan latar
belakang bahasa yang berbeda sehingga jenis keluhannya juga bervariasi.

Secara umum, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap, mendenyut yang
kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung, terbatas pada lokasi tertentu yang seakan-akan
jelas benar batasnya, nyeri seperti ditarikatau diikat, nyeri seakan-akan kepala mau pecah, nyeri
yang berpindah-pindah, maupun perasaan kepala yang tidak enak. Keluhan penderita harus
benar-benar dipahami agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.

2. Onset nyeri kepala


Onset nyeri kepala dapat memberi gambaran proses patologik yang melatarbelakanginya.
Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak kemungkinan penyebab baik
yang bersifat ringan/benigna maupun berat/serius. Nyeri kepala yang makin memperberat
atau menghebat menunjukkan kemungkinan adanya proses intrakranial yang makin
berkembang.
Nyeri kepala yang baru muncul pada penderita tua yang mungkin dicurigai
sebagai hal serius, dalam hal ini perlu dipikirkan tentang kemungkinan adanya proses
desak ruang intrakranial dan arteritis temporalis. Namun demikian proses desak ruang
intrakranial dapat menimbulkan nyeri kepala yang bersifat hilang-timbul atau intermiten
hal demikian ini dapat terjadi apabila ada gangguan dalam hal aliran cairan serebrospinal
(CSS).
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai akibat
dari perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan subaraknoidal atau
intraventrikular. Sementara itu nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada kasus tension
headache, pasca-trauma kepala, dan neurosis. Meningitis, glaukoma, dan mastoiditis
dapat menimbulkan nyeri kepala yang mendadak. Sementara itu, rinitis vasomotorika,
sinusitis, kelainan refraksi mata yang tidak dikoreksi dapat menimbulkan nyeri kepala
kronis.

3. Frekuensi dan Periodisitas

Nyeri Kepala Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul
sebagai nyeri kepala harian atau dalam waktu yang lama. Cluster headache muncul sebagai nyeri
kepala harian selama beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu interval bebas
nyeri kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang bersifat kronis, dirasakan setiap hari
dengan sifat yang konstan biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri kepala
psikogenik. Apabila tidak ada gambaran periodisitas maka hendaknya dikejar lebih jauh tentang
periode bebas nyeri kepala yang terpendek dan terlama di antara dua serangan nyeri kepala.
4. Puncak dan Lamanya Nyeri Kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1 -2 jam pasca-awitan dan berlangsung selama
6-36 jam. Cluster headache langsung sampai pada puncak perasaan nyeri pada saat
penderita terbangun dari tidumya, atau nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah
awitan pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension headache muncul secara
perlahan selama beberapa jam dan kemudian terus berlangsung selama beberapa hari
sampai beberapa tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi pada
perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya
muncul langsung dengan inten-sitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
5. Waktu Terjadinya Nyeri Kepala dan Faktor Presipitasi

Cluster headache sering kali muncul pada saat si penderita dalam keadaan tidur lelap, dan ada
kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul pada saat yang sama. Migren dapat muncul
setiap saat baik siang maupun malam tetapi sering kali mulai pada pagi hari. Tension headache
khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan sering kali memberat pada siang atau sore
hari.Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang sering kali dapat mengenali
faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat
dicetuskan oleh sinar terang, perubahan cuaca, menghirup gas CO, minum alkohol, makanan
tertentu, dan minum obat tertentu. Faktor emosi dapat mencetuskan serangan migren dan tension
headache.

Apabila penderita membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang, batuk, atau


menjalani pemeriksaan Valsava merasakan nyeri kepala, maka harus dipertimbangkan adanya
kemungkinan lesi in-trakranial terutama di fosa posterior. Namun demikian, nyeri kepalapada
saat batuk sering kali bersifat benigna. Nyeri kepala yang timbul pada saat dalam posisi berdiri
tegak dan segera mereda pada saat berbaring adalah khas untuk suatu kebocoran CSS yang dapat
terjadi secara spontan.

6. Lokasi dan Evolusi


Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung jarinya. Hal ini akan sangat
membantu proses pemeriksaan. Pada suatu saat penderita dapat menunjuk lokasi nyeri
secara tepat dan bersifat anatomik. Sebagai contoh, penderita menunjuk artikulasio
temporo-mandibularis atau otot-otot temporalis.
Neuralgia trigeminal terbatas pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus.
Sering kali penderita mampu menunjuk satu atau lebih titik di wajah atau dalam mulut
yang merupakan awal penyebaran nyeri ke wajah. Nyeri di tenggorokan dapat
berhubungan dengan proses lokal atau neuralgia glosofaringeal.
Migren sangat sering bersifat unilateral, biasanya di daerah fronto-temporal.
Namun demikian suatu saat dapat menyeluruh atau dapat berkembang dari lokasi
unilateral menjadi nyeri menyeluruh. Cluster headache hampir selalu unilateral dan khas
terpusat di belakang atau sekitar bola mata. Tension headache khas dengan nyeri kepala
yang menyeluruh, tetapi dapat pula terpusat di daerah frontal atau serviko-oksipital.
Apabila nyeri terpusat di mata, dalam mulut atau dalam telinga maka harus
dipertimbangkan adanya proses lokal yang melibatkan struktur tadi. Otalgia dapat
disebabkan oleh proses yang melibatkan fosa tonsilaris dan lidah bagian belakang.
7. Kualitas dan Intensitas Nyeri
Penderita sering kali mengalami kesulitan dalam hal menjelaskan kualitas nyeri
kepala yang sedang dialaminya. Sementara itu kita sangat memerlukan kejelasan kualitas
tadi; dengan demikian kita perlu menuntun penderita dengan pertanyaan-pertanyaan
terarah.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi sering kali bersifat
mendenyut-denyut. Migren dapat bersifat mendenyut dan sering kali ditutup oleh
perasaan nyeri yang bersifat terus-menerus tanpa kesan denyutan. Sementara itu cluster
headache khas dengan sifat yang berat, nyeri sekali seakan-akan kepala dibor dan terus-
menerus. Tension headache dicirikan oleh perasaan seakan-akan penuh, diikat kencang,
atau ditekan kuat-kuat, dan kadang-kadang ada yang mengeluh bahwa kepalanya seakan-
akan menegenakan topi yang sesak.
8. Gejala Prodromal dan Penyerta

Pertanyaan-pertanyaan tentang gejala pendahulun dan penyerta sangat berarti dalam hal
mengantisipasl keluhan nyeri kepala. Sebagai contoh, gejala pendahulun sangat khas pada
migren. Gejala-gejala visual baik yang positif maupun negatif, gejala hemisferik misalnya
hemiparesis, parestesia, dan gangguan berbahasa dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada
migren. Sementara itu, migren basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari
gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disartria, ataksia, kuadriparesis, dan
diplopia.Cluster headache sering kali diiringi oleh miosis dan ptosis ipsi-lateral, epifora,
konjungtiva kemerahan dan hidung buntu. Sementara itu, nyeri kepala dengan demam sugestif
untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus dicurigai adanya proses
patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai warna merah pada sklera
merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaukoma akut. Adalah suatu aturan yang sederhana,
bahwa nyeri kepala sering kali dapat didiagnosis secara benar dengan memperhatikan dan
mengenali gejala dan/atau keluhan pengiringnya. Hal demikian ini akan sangat membantu kita
maupun penderita oleh karena tidak memerlukan pemeriksaan tambahan yang tidak perlu.

Telinga

Pemeriksaan telinga

Duduk berhadapan dengan penderita.

Inspeksi dan palpasi. Amati telinga luar apakah terdapat kelainan/abnormalitas. Palpasi dengan
penekanan pada tragus, aurikula, danos. Mastoideus di posterior aurikula. Perhatikan adanya
nyeri tekan, kemungkinan otitis eksterna dan mastoiditis.

Otoskopi. Tangan kiri, jari tengah dan jari kelingking memegang bagian atas daun telinga dan
menariknya ke superoposterior. Tangan kanan memasukkan corong telinga ke dalam kanalis
auditorius eksterna. Corong kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan jari telunjuk
mengamati telinga luar dan sekitarnya. Memeriksa kanalis auditorius eksterna dan membrana
timpani.

Daun Telinga
Diperhatikanbentuk serta tanda-tanda peradangan atau pembengkakan. Daun telinga
ditarik, untuk menetukan nyeri tarik dan menekan tragus untuk menentukan nyeri
tekanan.
Daerah Mastoid
Adakah abses atau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri
ketok
Liang telinga
Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hipermis atau ada furunkel. Perhatikan
adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan darimana asalnya. Apakah ada serumen
atau secret.
Membrane Timpani
Nilai, warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya. Warna membrane
timpani yang normal putih seperti mutiara. Reflex cahaya normal berbentuk kerucut,
warna seperti air raksa.

Hidung

-Hidung Luar

Bentuk hidung luar diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulanghidung.Apakah ada
pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jaridapat dipalpasi adanya
krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada peradanganhidung dan sinus paranasal

Memeriksa hidung

Pemeriksaan Hidung Luar dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.

Kelainan-kelainan yang mungkin didapat adalah

Kelainan kongenital seperti agenesis hidung, hidung bifida, atresia nares anterior.
Radang, misal selulitis, infeksi spesifik
Kelainan bentuk, misal saddle nose, hidung betet (hump).
Kelainan akibat trauma
Tumor
Rinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai
spekulum hidung. Tangan kiri memegang speculum dengan ibu jari (di atas/depan) dan
jaritelunjuk (dibawah/belakang) pada engsel speculum. Jari tengah diletakan dekat
hidung, sebelah kanan untuk fiksasi. Jari manis dan kelingking membuka dan menutup
spekulum. Speculum dimasukkan tertutup ke dalam vestibulum nasi setelah masuk baru
dibuka. Tangan kanan bebas : dapat membantu memegang alat-alat pinset dan kait dsb,
menahan kepala dari belakang/tengkuk atau mengatur sikap kepala. Melebarkan nares
anterior dengan meregangkan ala nasi. Melihat jelas dengan menyisihkan rambut hidung.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada rinoskopi anterior :

Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang berwarna merah,
pada alergi pucat atau kebiruan (livid)
Septum. Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah terdapat deviasi,
krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.
Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi.
Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sfat dan lokalisasinya
Massa

III. Mata
Mata normal
Silia posisi normal
Konjungtiva tenang
Kornea jernih
Refleks iris normal

a. Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan jauh tanpa koreksi
Mata diperiksa satu persatu dengan menutup mata yang tidak diperiksa. Pertama kali
diperiksa adalah mata kanan dengan melihat huruf, angka, atau gambar pada kartu
Snellen jarak 6 meter atau 20 feet dari pasien. Baris huruf terkecil yang dapat dibaca
lebih dari separuhnya adalah tajam penglihatan tanpa koreksi.
Bila huruf yang terbaca tersebut :
Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan mata kanan (acies
visus oculus dextra/AVOD) adalah 6/30 atau 20/100 atau 0.2
Tajam penglihatan dikatakan normal bila 6/6 atau 20/20 atau 1.0
Apabila tidak dapat melihat huruf terbesar yang ada di kartu Snellen maka dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Pasien diminta menghitung jari pemeriksa mulai dari jarak 1 meter, 2 m, 3 m, sampai
maksimal 6 m. Pemeriksaan dilakukan sampai jarak terjauh pasien dapat
menyebutkan jumlah jari dengan benar. Jika pasien dapat menyebutkan jumlah jari
pemeriksa dengan benar sampai jarak 1 m, maka tajam penglihatan dinyatakan 1/60
Apabila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa dari jarak 1 m, dilakukan gerakan
lambaian tangan pada jarak 1 m dari siswa. Jika dapat melihat lambaian tangan maka
tajam penglihatan dinyatakan 1/300
Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan, mata pasien disinari senter dari
sisi atas, bawah, kiri, dan kanan di tempat yang gelap. Jika dapat menentukan arah
sinar dengan benar maka dinyatakan 1/ ~ atau light projection/LP proyeksi baik, jika
dapat melihat tetapi tidak dapat menentukan arah sinar dengan benar dinyatakan 1/ ~
proyeksi salah.
Jika tidak dapat melihat sinar, maka dinyatakan nol atau no light perception (NLP).
Gangguan tajam penglihatan :
- Adakah penurunan visus, sejak kapan, progresivitas, mendadak/perlahan
- Melihat seperti apa ? Apakah seperti berkabut/berasap, silau saat melihat cahaya
- Buram apakah saat melihat jauh/dekat
- Apakah lebih jelas saat melihat di tempat terang atau agak gelap
- Bagaimanakah adaptasi dari tempat terang ke gelap
- Apakah sering tersandung/menabrak-nabrak
- Apakah melihat seperti halo (lingkaran pelangi) di sekitar sumber cahaya
- Apakah disertai nyeri
- Adakah rasa pegal setelah membaca dekat
- Apakah melihat dobel pada saat kedua mata dibuka kemudian hilang jika salah satu
mata ditutup
- Apakah melihat dobel pada satu mata
- Apakah melihat seperti bintik yang berterbangan
- Apakah melihat seperti tertutup tirai & tampak kilatan cahaya

IV. Mulut
Secara anatomi, batas-batas kavum oris adalah sebagai berikut:

Batas anterior : bibir


Batas posterior : arkus anterior
Batas inferior : dasar mulut
Batas superior : palatum mole dan palatum durum

Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium, yang dibatasi oleh:
Lateral : lengkungan arkus anterior
Inferior : pangkal lidah
Medial : uvula, selalu menunjuk vertikal ke bawah

Inspeksi rongga mulut, perhatikan:

Bibir: Warna bibir (pucat, sianotik, pigmentasi), ada/tidaknya keilitis, keilosis, perleche,
vesikel,dan lain-lain
Gerakan bibir dan sudut mulut (N VII), ptialismus, trismus
Mukosa pipi (misalnya ulkus, oral thrush, stomatitis, pigmentasi, bercak koplik) dan
ginggiva (misalnya edema, nyeri, hiperemia, epulis).
Gigi-geligi, lihat adanya karies pada gigi P2, P1, M1, M2, M3 yang dapat menimbulkan
sinusitis maksilaris serta gigi M3 yang letaknya miring dapat menyebabkan trismus.
Lidah, lihat ada/tidaknya makro/mikroglosia, tremor lidah, parese N.XII, atrofi, aftae,
tumor maligna.
Palatum durum (torus palatinus) dan prosesus alveolaris, lihat adanya pembengkakan
yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau tumor sinus maksilaris.

Palpasi dilakukan terutama bila pada inspeksi didapatkan ulkus pada lidah(karsinoma).
Perkusi dilakukan pada gigi-geligi, akan didapatkan rasa nyeri bila ada peradangan.

Pemeriksaan Faring dan Tonsil


Faring terbagi menjadi 3 bagian, yaitu epifaring (nasofaring), mesofaring (orofaring), dan
hipofaring (faringofaring). Pada bagian faring terdapat jaringan limfoid lingkaran Waldeyer yang
terdiri dari adenoid, tonsila palatina, lateral band, dan tonsila lingualis. Granule lateral band
terdapat pada dinding faringposterior. Pada bagian lateral terdapat tonsil yang menonjol dari fosa
tonsilaris, yang dibatasi arkus palatoglossus (arkus anterior) pada bagian muka dan arkus
palatofaringeus (arkus posterior) di bagian belakang.

Gerakan muntah

Pada keadaan normal, bila dinding faring disentuh akan timbul reflek yang mengakibatkan
kontraksi dari muskuli-muskuli. Yang perlu diperhatikan adalah kontraksi m.konstriktor medius
yang berakibat dinding posterior faring ditarik kemuka, dinding lateral ditarik ke medial
sehingga lumen faring menghilang. Yang terlihat hanya 2 tonsil yang sangat besar menutup
faring. Ini karena tonsil didorong keluar dari fosa tonsilaris ke arah medial dan aksisnya diputar
dari frontal menjadi sagital.

Teknik pemeriksaan:

Minta penderita untuk membuka mulut lebar-lebar, menarik lidah ke dalam dan
dilunakkan (diistirahatkan)
Pemeriksa menekan lidah ke bawah di bagian medial
Minta penderita untuk bernapas (hindari menahan napas, bernapas keras, ekspirasi, atau
mengucap ch)
Pemeriksa menekan lidah di anterior dari tonsil hingga pole bawah tonsil terlihat
Kemudian periksa:
a. Besar tonsil
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:
T0 : tonsil di dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T2 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T3 : bila besar tonsil jarak arkus anterior dan uvula
T4 : blia besar tonsil mencapai uvula atau lebih
b. Mobilitas tonsil
Dengan menggunakan 2 spatula, letakkan spatula 1 pada posisi menekan lidah di
anterior dari tonsil, sedangkan spatula 2 diletakkan secara vertical dengan posisi
ujungnya menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior. Pada
tumor tonsil akan terfiksasi, sedangkan pada tonsillitis kronik, tonsil mobil dan
nyeri.
Patologi dari tonsil dan palatum mole

Perhatikan adanya kripti, detritus, hiperemia, ulserasi, membran, atau bercak-bercak perdarahan.

Tonsilitis akut : semua tampak merah, terdapat titik-titik putih pada tonsil
Tonsilitis kronik : arkus anterior tampak merah
Aftae : bila ditekan akan terasa nyeri
Abses peritonsil : ismus fausium menyempit (lebih kecil), tonsil terdesak ke medial,
sekitar tonsil kemerahan dan edema, serta uvula terdesak heterolateral udematus
Difteri : tampak pseudomembran warna kotor, hemoragis, ada yang di luar batas tonsil,
mukosa normal, terdapat bull neck
Plaut Vincent : ulkus seluruh tonsil, monolateral, dan penderita demam
Tumor tonsil : tonsil teraba keras dan terfiksasi
Sikatrik : biasanya didapatkan setelah tonsilektomi, insisi abses peritonsil
Korpus alienum : duri ikan, tulang
Tenggorokan

Memeriksa faring

Tangan kanan memegang spatel, tangan kiri memegang/menahan tengkuk/belakang kepala


penderita. Spatel diletakkan untuk menahan lidah (jangan menekan keras). Memeriksa : cavum
oris dan gigi, orofaring : tonsil, palatum molle, dinding belakang faring. Perhatikan warna,
bengkak, tumor, gerakan.

Patologi faring

Perhatikan dinding faring posterior. Lihat adanya hiperemia, edema, membran, eksudat, abses,
atau post nasal drips.

Faringitis akut : semua mukosa tampak merah


Faringitis kronik : hanya granulae yang memerah
Faringitis difetri : terdapat bercak putih abu-abu yang sulit diangkat dan bila dipaksa
diangkat akan mudah berdarah (pseudomembran)

Você também pode gostar