Você está na página 1de 13

TUGAS MAKALAH

DI ISI MATA KULIAH


SISTEM PENGAPIAN CDI

Dosen Pembimbing
Dicky Adi Tyagita
Disusun Oleh:

NAMA : Rosadil Ulum


NIM : H42160764
GOL : B

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah Teknik


Perakitan Otomotif Lock Washer/Plates, Cotter Pins, Bolt, Screw And
Nut,dengan rahmat dan hidayahnya pengerjaan makalah ini dapat berjalan
dengan lancar. Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dicky Adi Tyagita, S.T,.
M.T selaku dosen mata kuliah teknik perakitan otomotif yang sudah memberikan
tugas ini pada kami.
Tugas makalah ini sangat bermanfaat bagi kami selaku mahasiswa karena
dengan adanya tugas ini dapat mengetahui dan mengerti apa yang dimaksud
dengan CDI , mengetahui fungsi dari CDI, mengerti jenis-jenis CDI dan
penggunaanya pada bidang otomotif.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
semua kalangan yang membaca, kami tahu bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.oleh sebab itu kami berharap adanya
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan memotivasi kami selaku
penyusun dari makalah teknik perakitan otomotif dan sekaligus untuk
memperbaiki karya tulis yang akan dibuat selanjutnya.

Jember, 18 September 2017

Penyusun
ROSADIL ULUM

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


2.1 Fungsi CDI ...................................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja CDI ............................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 8


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi mesin sepeda motor secara mekanikal telah
mengalami kemajuan sangat pesat tetapi tidak sebanding dengan perkembangan
elektronik yang mengendalikan mesin. Peningkatan performa sepeda motor
didapat dari berbagai macam cara. Dengan meningkatnya penggunaan motor,
maka banyak juga orang yang menginginkan performa mesinnya meningkat tanpa
mengurangi efisiensinya banyak hal yang sudah dilakukan untuk itu, alasan inilah
yang juga dilakukan oleh para mekanik dalam proses menghasilkan daya yang
maksimal pada mesin. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara
pencampuran atau penggunaan bahan bakar yang tepat serta dengan cara
menyempurnakan pembakaran dalam mesin tersebut. Pengubahan sistem
pengapian salah satu cara menyempurnakan pembakaran dalam mesin tersebut,
dengan pembakaran yang sempurna diharapkan unjuk kerja dari mesin tersebut
dapat meningkat tanpa mengurangi efisiensi dari mesin tersebut. Adapun beberapa
contoh penelitian yang telah dilakukan tentang pengapian sepeda motor.
Penelitian ini berkaitan pengembangan sistem pengapian CDI (Capacitance
Discharge Ignition) berbasis teknologi Digital. Digital CDI adalah sistem
pengapian CDI yang dikendalikan oleh mikrokomputer agar Ignition Timing
(waktu pengapian) yang dihasilkan sangat presisi dan stabil sampai RPM tinggi.
Akibatnya pembakaran lebih sempurna dan hemat bahan bakar, serta tenaga yang
dihasilkan akan sangat stabil dan besar mulai dari putaran rendah sampai putaran
tinggi (Marlindo. 2012). Penggantian CDI dan koil standar dengan tipe racing
merupakan salah satu cara agar mendapatkan pengapian yang lebih baik sehingga
diharapkan terjadi pembakaran yang sempurna di ruang bakar.Untuk mengetahui
pengaruh penggantian CDI dan koil pada mesin sepeda motor, 2 maka perlu
dilakukan penelitian analisa penggunaan CDI Racing dan koil racing pada mesin
sepeda motor standar.
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang dijelaskan di atas maka akan diangkat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi CDI?
2. Bagaimana cara kerja CDI?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang bisa didapatkan dalam pokok bahasan masalah diatas
antara lain:
1. Mengetahui fungsi CDI
2. Mengerti dan memahami cara kerja CDI
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fungsi CDI adalah sistem pengapian pada mesin pembakaran yang
digunakan untuk menghasilkan tengangan tinggi ke koil. Besarnya energi
yang sangat menentukan seberapa kuat spark dari busi untuk memantik
campuran gas di dalam ruang bakar. Semakin besar energi yang
tersimpan didalam kapasitor maka semakin kuat spark yang dihasilkan di
busi untuk memantik campuran gas bakar dengan catatan diukur pada
penggunaan koil yang sama. Energi yang besar juga akan memudahkan
spark menembus kompresi yang tinggi ataupun campuran gas bakar yang
banyak akibat dari pembukaan throttle yang lebih besar.

Skema CDI secara


Dari uraian dapat kita simpulkan bahwa CDI yang kita pasang untuk
pengapian sangat berpengaruh pada performa kendaraan yang kita
gunakan. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan pengapian yang
baik maka pembakaran di dalam ruang bakar akan tuntas dan sempurna
sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran akan optimal. Kenapa
panas sangat berpengaruh? Karena disain dari mesin bakar itu sendiri,
yaitu mengubah energi kimia menjadi energi panas untuk kemudian
diubah menjadi energi gerak. Semakin panas hasil pembakaran di ruang
bakar artinya semakin besar ledakan yang dihasilkan dari campuran gas
di ruang bakar sehingga menghasilkan energi gerak yang besar pula di
mesin. Panas disini adalah panas yang dihasilkan murni dari ledakan
campuran gas bakar, bukan karena gesekan antar komponen didalam
ruang bakar. Dengan kata lain panas yang dimaksudkan adalah panas
ideal yang dapat dihasilkan dari pembakaran campuran gas bakar dengan
energi dari sistem pengapian yang digunakan.
4

Bagaimana kita mengetahui besarnya energi dari sistem pengapian (pada


kasus ini CDI) yang kita gunakan? Besarnya energi ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dasar untuk menghitung energi kapasitor yaitu :
e=1/2*c*v*v. Dimana c adalah besarnya kapasitor yang digunakan (dalam
satuan Farad) dan V adalah tegangan yang disimpan di kapasitor tersebut.
Misalkan saja kapasitor yang digunakan 1uF dan tegangan yang disimpan
300V maka energi dari kapasitor tersebut dihitung menggunakan rumus tadi
adalah 45 mili Joule. Energi inilah yang akan dikirimkan ke busi melalui koil
yang kemudian akan digunakan untuk memantik campuran gas di ruang bakar.
Oleh karena itu semakin besar energi ini, semakin kuat spark yang dihasilkan
oleh busi.

Spark energy, besarnya energi ini biasanya disebutkan pada spesifikasi CDI
yang kita gunakan. Karena inilah inti dari CDI itu sendiri, yaitu energi yang
dihasilkan. Disinilah kita bisa membandingkan atau memberikan suatu
justifikasi bahwa sebuah CDI lebih powerfull dibandingkan CDI lain ataupun
CDI bawaan standar pabrikan kendaraan. Namun bagaimana jika spesifikasi
dari CDI yang kita gunakan tidak menyebutkan besarnya energi yang
dihasilkan? Tentunya produsen CDI yang baik akan memberikan besaran-
besaran spesifikasi lain yang digunakan oleh CDInya. Biasanya produsen akan
memberikan tegangan output CDI, arus yang dikonsumsi, dan range RPM
yang bisa dilayani oleh CDI tersebut. Disini masih ada satu pertanyaan untuk
mencari nilai C yang digunakan, karena besarnya energi dihitung dengan nilai
C kapasitor sedangkan produsen CDI memang jarang menyebutkan berapa
besar C kapasitor yang digunakan.
Bagaimana kita mendapatkan besaran nilai C kapasitor? Tentu saja dengan
menggunakan kembali parameter spesifikasi CDI yang diberikan oleh
produsen. Dari teori rangkaian listrik pada suatu sistem bahwa jumlah daya
yang dikeluarkan maksimum sama dengan daya input (pada efisiensi 100%),
maka kita dapat memperoleh selain nilai C kapasitor juga nilai energi yang
digunakan. Daya input dihitung dengan P = V*I, dimana V adalah sumber
5

tegangan untuk mencatu CDI, yaitu baterai (accu) dan I adalah arus dari
baterai yang dikonsumsi CDI pada RPM maksimum yang masih dapat
dilayani CDI.
Capacitor Discharge Ignition (CDI) merupakan sistem pengapian elektronik
yang sangat populer digunakan pada sepeda motor saat ini. Sistem pengapian
CDI terbukti lebih menguntungkan dan lebih baik dibanding sistem pengapian
konvensional (menggunakan platina). Dengan sistem CDI, tegangan
pengapian yang dihasilkan lebih besar (sekitar 40 KV) dan stabil sehingga
proses pembakaran campuran bensin dan udara bisa berpeluang makin
sempurna Dengan demikian, terjadinya endapan karbon pada busi juga bisa
dihindari.

Selain itu, dengan sistem CDI tidak memerlukan penyetelan seperti penyetelan
pada platina. Peran platina telah digantikan oleh oleh thyristor sebagai saklar
elektronik dan pulser coil atau pick-up coil (koil pulsa generator) yang
dipasang dekat flywheel generator atau rotor alternator (kadang - kadang
pulser coil menyatu sebagai bagian dari komponen dalam piringan stator,
kadang - kadang dipasang secara terpisah).

Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan


sistem pengapian konvensional adalah antara lain:

1. Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat pengapian


terjadi secara otomatis yang diatur secara elektronik.
2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang terjadi
pada breaker point (platina) sistem pengapian konvensional.
3. Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi platina.
4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehingga tahan
terhadap air dan goncangan.
5. Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik kontak
platina tidak ada.
6

2.2 Cara Kerja CDI


Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar, maka
akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source
coil seperti terlihat pada gambar diatas. Arus ini akan diterima oleh CDI
unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt.
Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang
(menjadi arus searah) oleh dioda, kemudian disimpan dalam kondensor
(kapasitor) dalam CDI unit.
Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR
(thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan
menghasilkan arus sinyal.
Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Dengan adanya
trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan
menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K).
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan
arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan
primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan
sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi sendiri.
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi
induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV
sampai 20 KV.
Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk
loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara
dalam ruang bakar.
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa
dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing)
ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian
CDI tidak memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti pada sistem
pengapian konvensional.
Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian
dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat
7

kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI
bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor
melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga
kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan cepat dan
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api
pada busi.
8

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan
Fungsi CDI yang kita pasang untuk pengapian sangat berpengaruh pada performa
kendaraan yang kita gunakan. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan
pengapian yang baik maka pembakaran di dalam ruang bakar akan tuntas dan
sempurna sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran akan optimal. Kenapa
panas sangat berpengaruh? Karena disain dari mesin bakar itu sendiri, yaitu
mengubah energi kimia menjadi energi panas untuk kemudian diubah menjadi
energi gerak. Semakin panas hasil pembakaran di ruang bakar artinya semakin
besar ledakan yang dihasilkan dari campuran gas di ruang bakar sehingga
menghasilkan energi gerak yang besar pula di mesin. Panas disini adalah panas
yang dihasilkan murni dari ledakan campuran gas bakar, bukan karena gesekan
antar komponen didalam ruang bakar. Dengan kata lain panas yang dimaksudkan
adalah panas ideal yang dapat dihasilkan dari pembakaran campuran gas bakar
dengan energi dari sistem pengapian yang digunakan.

Cara kerja CDI Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar,
maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source coil
. Arus ini akan diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400
volt.
Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus
searah) oleh dioda, kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI
unit.
Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR
(thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan
menghasilkan arus sinyal.
Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Dengan adanya trigger
(pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus
listrik dari anoda (A) ke katoda (K).
9

Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus


(discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary
coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt
sebagai tegangan induksi sendiri.
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi
dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV.
Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan
bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar.
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati
oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh
penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan
penyetelan waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional.
Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan
bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran
motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja lebih cepat dari contact
breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat
cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan cepat dan
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada
busi.
10

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6664748/Cara_Kerja_Sistem_Pengapian_CDI diakses
17 September 2017

http://www.autoexpose.org/2017/02/cara-kerja-sistem-pengapian-cdi.html diakses
17 September 2017

Você também pode gostar