Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
disusun oleh :
TELKOM UNIVERSITY
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
Analisis Sistem Manajemen Kinerja Studi Kasus pada PT. PLN Persero.
Karya tulis ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya tulis ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga karya tulis ilmiah ini yang berjudul Analisis Sistem
Manajemen Kinerja Studi Kasus pada PT. PLN Persero ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kinerja ............................................................................................................ 3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ................................................................................. 3
2.3 Pengertian Pengukuran Kinerja ........................................................................................ 4
2.4 Prinsip Pengukuran Kinerja .............................................................................................. 4
2.5 Ukuran Pengukuran Kinerja ............................................................................................. 5
2.6 Sistem Pegukuran Kinerja................................................................................................. 5
BAB 3 PENGUMPULAN DATA ................................................................................................... 7
3.1 Objek Penelitian ................................................................................................................ 7
3.2 Sumber Data ..................................................................................................................... 9
BAB 4 ANALISIS DATA............................................................................................................. 10
4.1 Implementasi Sistem Manajemen Kinerja di PT. PLN Persero ...................................... 10
4.2 Evaluasi Sistem Manajemen Kinerja .............................................................................. 12
4.3 Perbaikan Secara Berkelanjutan ..................................................................................... 14
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 17
5.2 Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: PLTA Cikapundung, Bandung tahun 1906 ................................................................... 7
Gambar 2: Jawatan Listrik dan Gas Tahun 1945 ............................................................................ 8
Gambar 3: Program Terbaru Listrik Pintar oleh PLN ..................................................................... 8
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinerja merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam
sebuah perusahaan dalam upayanya untuk menciptakan suatu produk atau jasa. Kinerja
biasanya identik dengan proses pekerjaan dikalangan karyawan suatu perusahaan. Karena
kinerja inilah yang akan memberikan suatu hasil bagi perusahaan tersebut. Kinerja karyawan
merupakan aspek penting dalam sebuah perusahaan. Karena hal inilah yang akan menentukan
maju atau mundurnya suatu perusahaan. Apabila para karyawannya berkinerja buruk maka
yang terjadi adalah kemerosotan pada perusahaannya. Hal ini juga akan berlaku sebaliknya,
apabila para karyawannya merupakan para karyawan yang rajin dan senang berinovasi maka
yang terjadi adalah kemajuan yang positif bagi perusahaan tersebut.
Manajemen kinerja adalah cara-cara melalui mana para manajer menjamin bahwa
aktivitas-aktivitas dan hasil-hasil karyawannya sesuai dengan tujuan organisasi. Manajemen
kinerja ada sebagai instrument pengelolaan kinerja dari perusahaan. Manajemen kinerja yang
baik berpotensi untuk meningkatkan kinerja, sebab penilaian yang baik mempengaruhi
seberapa tepat perlakuan yang harus diberikan kepada individu karyawan.
PT. PLN sendiri adalah sebuah perusahaan besar yang dikelola oleh negara. PT. PLN
bergerak di bidang penyediaan energi listrik di seluruh pelosok negara Indonesia. Dalam
prakteknya, tetap diperlukan sebuah efisiensi manajemen kinerja untuk menghadapi
persaingan di tingkat global, mendorong perusahaan untuk senantiasa melakukan inovasi-
inovasi baru pada hasil produksinya. Maka dari itu, diperlukan sistem manajemen kinerja
yang efektif dan efisien.
1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan hasil yang didapatkan berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah dikaji.
1. Mengetahui apa saja yang perlu dievaluasi dari sistem manajemen kinerja PT PLN
Persero.
2. Mengetahui bagaimana solusi dari permasalahan yang terdapat di dalam kinerja PT PLN
Persero.
3. Mengetahui bagaimana solusi dari permasalahan yang terdapat di dalam kinerja PT PLN
Persero.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya pengertian kinerja dapat dimaknai secara
beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari suatu proses penyelesaian
pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya sebagai perilaku yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kinerja juga dapat digambarkan sebagai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi
perusahaan yang tertuang dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan. Penilaian
tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi
keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap
penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.
Kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2000). Kinerja juga diartikan sebagai hasil dari pelaksanaan suatu
pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental maupun non fisik/non mental (Hadari, 2003). Dari
beberapa pendapat tersebut, kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil, proses, atau perilaku
yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas dalam konteks penilaian
kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah menentukan perspektif kinerja yang mana
yang akan digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.
3
4. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang
ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
5. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan
perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
6
BAB 3 PENGUMPULAN DATA
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,
saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan
buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan
Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
7
Gambar 2: Jawatan Listrik dan Gas Tahun 1945
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas
yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara
yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan
Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik
Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang
Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.
8
3.2 Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk karya ilmiah ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Sugiyono, 2014).
Data sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip
yang dipublikasikan. Data yang digunakan diambil dari Majalah Menahtandur (majalah
internal PLN) edisi 11 Februari 2007 dan dari sumber-sumber yang tersedia di internet.
9
BAB 4 ANALISIS DATA
10
tahun berjalan. Penilaianya disesuaikan dengan Nilai unjuk kerja pegawai yang diperoleh
selama satu tahun.
Sistem Manajemen unjuk kerja memiliki beberapa siklus (proses kerja), yang
merupakan proses kerjasama antara atasan langsung dengan pegawai. Siklus yang pertama
adalah perencanaan unjuk kerja pegawai. Tahap ini merupakan diskusi formal antara atasan
langsung dengan pegawai yang bersangkutan untuk memperoleh kesepakatan bersama antara
atasan langsung dengan pegawai yang bersangkutan yang biasanya dilaksanakan pada awal
tahun atau menjelang program kerja tahun berikutnya. Yang perlu dicatat dalam proses ini
adalah bahwa sasaran unjuk kerja pegawai harus dibuat berdasarkan sasaran kerja unit
organisasi dan sasaran unjuk kerja atasan dari atasan langsungnya. Sehingga sasaran unjuk
kerja pegawai yang disusun oleh pegawai pada peringkat paling bawah selaras/relevan dengan
sasaran organisasi dimana pegawai yang besangkutan berada. Sasaran unjuk kerja pegawai juga
harus memenuhi prinsip SMART, yaitu Spesific artinya sasaran unjuk kerja pegawai harus
terfokus pada arah dari pekerjaan serta usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Measureble, artinya sasaran unjuk kerja pegawai harus bisa diukur baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Agreed, artinya sasaran unjuk kerja pegawai harus
didiskusikan, disepakati dan dipahami baik oleh atasan maupun pegawai. Ralistic, artinya
sasaran unjuk kerja pegawai harus dapat dicapai dalam konteks yang sesuai dengan ketrampilan
dan kemampuan pegawai serta mendapatkan dukungan sumber daya yang tersedia. Time Bond,
artinya sasaran unjuk kerja pegawai harus mempunyai target waktu sehingga dapat membantu
pegawai untuk memprioritaskan rencana kerja dan menggunakan sumberdaya yang efektif.
Siklus yang kedua adalah pemantauan unjuk kerja pegawai. Tahap ini merupakan tahap
intern berupa diskusi formal antara atasan langsung dengan pegawai untuk memperoleh
informasi tentang kemajuan pencapaian unjuk kerja pegawai. Proses pemantauan ini dapat
dipergunakan oleh atasan langsung untuk melakukan pembinaan (conseling), bimbingan
(coaching), dan konsultasi terhadap pegawai yang bersangkutan. Pemantauan ini dilaksanakan
sebanyak tiga kali (biasanya setiap empat bulan sekali).
Siklus yang ketiga adalah penilaian unjuk kerja. Proses ini dilakukan pada akhir proses
manajemen unjuk kerja pegawai (akhir tahun). Penilaian dilakukan oleh atasan langsung
dengan diketahui oeh pegawai yang bersangkuan dan harus mendapatkan persetujuan dan
pengesahan oleh atasan dari atasan langsungnya. Dalam penilaian ini ada dua aspek penilaian,
11
pertama adalah sasaran individu yang merupakan penjabaran dari sasaran organisasi dan aspek
yang kedua adalah aspek kontribusi individu.
Ketiga siklus diatas dituangkan kedalam sebuah formulir, yang didalamnya mencakup
mengenai beberapa hal, seperti kriteria penilaian, derajat penilaian dan informasi tentang
kesimpulan Nilai Unjuk Kerja Pegawai, disertai identifikasi kebutuhan pengembangan
pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan karier pegawai sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 7. Formulir sistem manajemen unjuk kerja sendiri dibedakan menjadi tiga, dan
telah disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawabnya masing masing yang sekaligus
menjadi kriteria penilaian, yang terdiri dari formulir untuk jabatan struktural (form A1),
formulir untuk jabatan fungsional ahli (form A2), formulir untuk jabatan fungsional lain (form
B).
12
terutama untuk bagian administrasi yang kinerjanya lebih bersifat kualitatif. Hal ini dapat
menyebabkan penilaian yang bias atau tidak obyektif.
3. Siklus (proses kerja) yang ada dalam SMUK belum berjalan dengan baik. Pada tahap
perencanaan unjuk kerja masih belum terlihat adanya proses komunikasi dua arah
(kerjasama) antara pegawai dengan atasan langsungnya. Sehingga tidak jarang apabila
proses pembuatan dan penilaian SMUK dilakukan secara sepihak baik oleh atasan
langsungnya saja atau oleh pegawai yang bersangkutan. Bahkan ada juga SMUK disuatu
bagian yang dibuat oleh satu orang pegawai. Hal ini menyebabkan partisipasi dari para
pegawai dalam proses Sistem Manajemen Unjuk Kerja masih sangat kurang.
14
semua pihak yang terlibat didalamnya. Sehingga seringkali proses ini menyita banyak waktu
dari para pegawai. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila sistem manajemen kinerja lebih
dilihat sebagai change project dibandingkan sebagai measurement project.
Sistem manajemen kinerja yang diterapkan di PLN selama ini sebetulnya sudah cukup
bagus dan memadai. Terlepas dari beberapa kekurangan hal itu sangatlah wajar. Karena
sebetulnya tidak ada satupun alat pengukuran kinerja atau sistem manajemen kinerja yang
sempurna. Semua pasti terdapat kelemahanya masing masing, tergantung bagaimana suatu
perusahaan ataupun organisasi mengelolanya.Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama bekerja di PLN dan menjalankan Sistem Manajemen Unjuk Kerja ini ada
beberapa hal yang perlu dibenahi:
1. Perlu adanya sosialisasi kembali kepada semua pegawai tentang apa dan bagaimana Sistem
Manajemen Unjuk Kerja. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat masih banyak
pegawai yang belum memahami secara benar dan lengkap mengenai SMUK, sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam hal pelaksanaan SMUK di antara masing-masing
unit. Selain itu, perlu adanya pelurusan mengenai makna dan tujuan dari sebuah manajemen
kinerja dari yang hanya sekedar dimaknai sebagai alat untuk menentukan prosses kenaikan
peringkat reguler dan gaji berkala serta bonus dalam bentuk insentif prestasi kerja (IPK)
menjadi sebuah media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan
secara efektif serta sebagai salah satu pilar dalam Manajemen Sumber Daya Berbasis
Kompetensi (MSDMBK). Hal ini sesuai dengan apa yang termuat dalam Pasal 1 huruf d
Keputusan Direksi No. 075.K/010/DIR/1998 yang menyebutkan bahwa Sistem Manajemen
Unjuk Kerja (SMUK) merupakan proses untuk menciptakan pemahaman bersama
mengenai tujuan apa yang harus dicapai dan bagaimana hal itu harus dicapai, serta
bagaimana mengatur sumberdaya untuk mengefektifkan pencapaian tujuan tersebut.
Termasuk didalamnya adalah bagaimana proses pengembangan dan peningkatan
kompetensi pegawai.
2. Perlu di pikirkan adanya pengembangan teknologi dibidang Sistem Manajemen Unjuk
Kerja (SMUK). Hal ini bertujuan agar proses pelaksanaan SMUK dapat dilaksanakan
secara mudah, cepat dan efektif.
15
3. Perlu adanya Tim Kinerja atau pejabat fungsional di masing-masing unit pelaksana
(cabang/sektor) untuk mengelola dan mengawal proses pelaksanaan Sistem Manajemen
Kinerja. Tim atau pejabat inilah yang akan mengelola kinerja organisasi atau kinerja dilevel
unit (kontrak kinerja unit) dan bertanggung jawab secara langsung kepada manajer unit
pelaksana. Sedangkan kinerja dilevel pegawai menjadi tugas dan tanggung jawab dari seksi
SDM. Oleh karenan itu, antara Tim kinerja/pejabat kinerja dengan SDM harus bekerja
secara sinergis, karena antara kinerja level organisasi dengan kinerja level pegawai akan
saling berkaitan. Sehingga diharapkan proses manajemen kinerja, mulai dari pembuatan
kontrak kinerja atau Key Performances Indicator/KPI level organisasi sampai pada level
pegawai dapat terlaksana tepat waktu. Selain itu sasaran unjuk kerja pegawai yang disusun
oleh para pegawai diharapkan dapat lebih selaras/relevan dengan sasaran organisasi dimana
pegawai yang besangkutan berada. Pertimbangan lain dari perlu adanya tim kinerja atau
pejabat fungsional yang menangani kinerja adalah mengingat didalam proses sistem
manajemen kinerja dibutuhkan kedisiplinan dalam hal pengumpulan data, memonitor dan
menilai kontrak kinerja atau Key Performances Indicator/KPI dari kantor sub unit
pelaksana (Ranting/Rayon) yang ada dibawah kantor unit pelaksana.
16
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
PT. PLN Persero adalah sebuah perusahaan negara yang bergerak di bidang penyediaan
energi listrik di Indonesia. PT. PLN Persero telah mengimplementasikan berbagai jenis macam
sistem manajemen kinerja. Namun PT. PLN Persero masih memiliki banyak kendala, di
antaranya adalah proses perencanaan sasaran unjuk kerja pegawai belum dilaksanakan secara
berjenjang, sasaran individu banyak yang belum mencerminkan tugasnya sehari-hari serta
belum dibuat berdasarkan prinsip SMART, dan siklus (proses kerja) yang ada dalam SMUK
belum berjalan dengan baik.
Perbaikan yang dapat dilakukan oleh PT. PLN Persero adalah perlu adanya sosialisasi
kembali kepada semua pegawai tentang apa dan bagaimana Sistem Manajemen Unjuk Kerja,
pengembangan teknologi dibidang Sistem Manajemen Unjuk Kerja (SMUK), dan perlu adanya
Tim Kinerja atau pejabat fungsional di masing-masing unit pelaksana (cabang/sektor) untuk
mengelola dan mengawal proses pelaksanaan Sistem Manajemen Kinerja.
5.2 Saran
Saran penelitian untuk perkembangan penelitian ke depannya berdasarkan dari
kelemahan-kelemahan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap struktur SDM, dengan memberikan pembinaan berupa
pelatihan, pendidikan, perkembangan karier, serta jaminan kesehatan dan keselamatan.
2. Memberi motivasi kepada SDM supaya meningkatkan semangat dan produktivitas
pegawai.
3. SDM harus berkerja secara lebih sinergis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, W. F. (2003). Managing Human Resources. Colorado: McGraw-Hill.
Hadari, N. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Whittaker, J. B. (1995). The Government Performance and Results Act of 1993: A mandate for
strategic planning and performance measurement . Arlington: Educational Service
Institute.
18