Você está na página 1de 6

AGAMA KRISTEN

Nama Kelompok :

Aurora Azalea Rania Br. Trg

Nikita Febriani

Revina Sinta
Cerita Raja Daud

Daud dilahirkan di Betlehem, Efrata, di daerah yang bernama Yudea (1 Samuel 16). Ayahnya
bernama Isai. Anak bungsu dari 8 bersaudara (1 Samuel 17: 12 dab), dan dipersiapkan untuk
menjadi gembala. Dalam pekerjaan inilah ia ditempa menjadi berani (1 Samuel 17:34-35).
Dalam pekerjaan itu juga ia belajar kelemahlembutan dan jiwa pengasuhan terhadap kawanan
dombanya, yg di belakang hari disyairkannya sebagai sifat-sifat Allah-nya. Seperti Yusuf, ia
menderita karena niat-niat jahat dan hati yang cemburu dari kakak-kakaknya, barangkali karena
bakat-bakat yang dikaruniakan Allah kepadanya.
Sesudah Allah membuang Saul dari kedudukan raja Israel, maka Allah menyatakan Daud
sebagai penggantinya kepada Samuel, yang kemudian mengurapinya di Betlehem tanpa
publisitas (1 Samuel 16: 1-13). Sebagai akibat dari tindakan Allah itu ialah undurnya Roh Allah
dari Saul. Mula-mula semuanya berjalan baik. Raja Saul berkenan dengan sang pemuda ini dan
menetapkan dia menjadi pembawa senjatanya. Lalu peristiwa yang sangat terkenal antara Daud
dan Goliat, raksasa unggulan Filistin, mengubah segala-galanya (1 Samuel 17).

Ketangkasan dan keterampilan Daud menggunakan umpannya memusnahkan kekuatan dan


mematikan raksasa Goliat, adalah awal kerontokan orang Filistin. Jalan sudah terbuka bagi Daud
untuk memetik pahala yang dijanjikan Saul, yaitu mempersunting putri raja, dan kebebasan
membayar pajak bagi sanak keluarga ayah. Daud. Tapi Raja Saul cemburu melihat pejuang Israel
yang baru ini. Sewaktu ia pulang dari pertempuran mengalahkan Goliat, kaum perempuan Israel
menyongsong dia dengan nyanyian Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-
laksa. Raja Saul, tidak seperti Yonatan, anaknya, Saul sangat iri, dan tentang itu tertulis, Sejak
hari itu maka Saul selalu mendengki Daud (1 Samuel 18:7-9).
Kadar permusuhan Saul terhadap Daud semakin hari semakin tinggi. Kemudian ia dibohongi
dalam hal putri yang sudah dijanjikan kepadanya, dan akhirnya dikawinkan dengan putri Saul
yang lain, yaitu Mikhal. Persetujuan perkawinan ini pun sebenarnya dimaksudkan untuk
kematian Daud (1 Samuel 18:25).

Dalam 1 Samuel 24:10 dinyatakan bahwa di istana Saul ada sekelompok orang yang sengaja
mempertajam permusuhan Saul terhadap Daud. Saulberusaha membunuh Daud dengan
lembingnya namun gagal, disusul oleh usaha berikutnya untuk memenjarakan Daud, tapi
digagalkan oleh muslihat Mikhal, istri Daud (1 Samuel 19:8-17).

Pada saat ini, anak Saul, Yonatan dan Mikhal, bersekutu dengan Daud dan menentang bapak
mereka sendiri, Saul.

Tahap-tahap berikutnya dalam kehidupan Daud ialah, dia harus terus-menerus lari dari
pemburuan Saul, yang terus berusaha membunuhnya. Tidak ada tempat persembunyian bagi
Daud yang dapat dipakai untuk waktu yang lama. Seorang Nabi atau Imam sekalipun tak dapat
memberikan perlindungan, dan orang-orang yang membantu Daud dihukum secara kejam oleh
raja yang sudah menjadi gila itu (1 Samuel 22:6-19).
Sesudah luput dari pemusnahan oleh perwira-perwira perang Filistin, Daud membentuk
kelompok Adulam, mula-mula sebagai kumpulan para pelarian dari berbagai bangsa, tapi
kemudian menjadi kekuatan perang yang menghantam penyerang-penyerang asing, melindungi
hasil tanaman dan kambing domba dari kelompok-kelompok Israel yang jauh dan hidup dari
kemurahan hati mereka. Salah seorang peternak domba yang kaya bernama Nabal, 1 Samuel 25
menceritakan peristiwa bagaimana Nabal memperkenalkan Abigail anaknya, yang di kemudian
hari menjadi salah seorang istri Daud.
Pasal 24 dan 26 dari 1 Samuel mencatat. Dua peristiwa, tatkala Daud meluputkan Saul dari
kematian, kebajikan yang timbul dari perpaduan antara kesalehan dan kemurahan hati. Akhirnya,
Daud yang tak mampu mematahkan rasa permusuhan Raja Saul, berbaikan dengan raja Akhis,
orang Gat, raja Filistin. Daud beroleh kota perbatasan Ziklag sebagai imbalan karena raja Akhis
sewaktu-waktu mempergunakan kelompok perang Daud. Tapi tatkala orang Filistin keluar untuk
berperang melawan Saul, perwira-perwira Filistin keberatan Daud ikut karena mereka takut
kalau-kalau ia berubah setia.
Sesudah raja Saul meninggal, Daud menanyakan kehendak Allah dan ia dibimbing kembali
ke tanah Yehuda, ke daerah sukunya sendiri. Di sinilah dia diurapi menjadi raja oleh teman-
teman sesukunya, dan menjadikan Hebron kota kedudukan raja. Pada saat itu umurnya 30 tahun
dan memerintah di Hebron 7 tahun. Selama 2 tahun pertama pemerintahannya, terjadi perang
saudara antara pendukung Daud dan penghuni-penghuni istana Saul, yang menobatkan Esybaal
(Isyboset), anak Saul, menjadi raja di Mahanaim. Bisa saja dianggap bahwa Esybaal tidak lebih
dari boneka yang dikendalikan Oleh Abner, panglima Saul yang setia. Dengan matinya kedua
orang ini karena terbunuh, maka berakhirlah perlawanan yang terorganisir terhadap Daud. Ia
diurapi menjadi raja atas ke-12 suku Israel di Hebron, dan dari sana segera ibukotanya
dipindahkan ke Yerusalem (2 Samuel pasal 3-5).
Inilah masa paling gemilang dalam pemerintahan raja Daud, yang masih akan berjalan
selama 33 tahun lagi. Dalam diri Daud terpadu dengan baik sekali keberanian pribadi dengan
keterampilan sebagai panglima dan dengan bakat ini ia memimpin bangsa Israel menundukkan
musuh-musuhnya secara teratur yaitu orang Filistin, Kanaan, Moab, Arnon, Aram, Edom dan
Amalek.
Kelemahan yang pada saat itu timbul serentak menimpa kekuatan-kekuatan yang ada di
daerah Nil dan Efrat memberikan kemungkinan baginya, dengan jalan menaklukkan dan dengan
jalan persekutuan, untuk memperluas daerah pengaruhnya dari perbatasan Mesir dan Teluk
Akaba ke daerah Efrat hulu. Sesudah menaklukkan benteng orang Yebusi, bernama Yerusalem,
yang dianggap orang pada waktu itu tak tertaklukkan, ia menjadikan kota itu ibukota
kerajaannya. Dari situlah ia mengendalikan kedua bagian utama kerajaannya, yang di kemudian
hari terbagi dua menjadi kerajaan Yehuda dan Israel. Dibangunnya sebuah istana, dibukanya
jalan-jalan raya, dipulihkannya jalan-jalan perdagangan sehingga kemakmuran kerajaan itu
terjamin.

Tapi bukan hal itu yang utama, yang menjadi cita-cita dari Daud seorang yang berkenan di
hati Tahun (1 Samuel 13:14). Dibawanya tabut perjanjian dari Kiryat- Yearim dan ditempatkan
dalam Kemah Suci yang dibangun khusus untuk itu di Yerusalem. Waktu membawa tabut
perjanjian itu terjadi suatu peristiwa yg mengakibatkan kematian Uza (2 Samuel 6:6-8).

Pada masa kejayaan lahiriah dan kegairahan keagamaan yang nyata inilah Daud terjerumus
ke dalam dosa, yang disebut dalam Kitab Suci sebagai perkara Uria, orang Het itu (2 Samuel
II). Arti dan makna dari dosa ini, baik ditinjau dari segi kejijikannya yang hakiki maupun dari
akibat-akibatnya dalam seluruh sejarah Israel yang menyusul kemudian, tak dapat dilebih-
lebihkan. Daud bertobat sampai ke dasar hatinya, tapi perbuatan sudahterlakukan dan
terpampang sebagai bukti, bagaimana dosa menghancurkan maksud Allah untuk anak-anak-Nya.

Ratapan Daud yang menyayat hati karena dukacitanya mendengar berita kematian Absalom,
adalah suatu gema yang sayup-sayup yg keluar dari lubuk hatinya yang tersiksa karena
mengetahui bahwa kematian itu dan banyak lagi kematian lainnya, hanyalah sebagian dari tuaian
buah hawa nafsunya dan tipuannya yang ditanamnya puluhan tahun sebelumnya.

Pemberontakan Absalom pada waktu itu kerajaan utara tetap setia kepada Daud segera
disusuli oleh pemberontakan di pihak kerajaan utara yang dipimpin oleh Seba, orang Benyamin.
Pemberontakan ini ditumpas oleh Yoab, begitu juga pemberontakan Absalom. Saat-saat
menjelang kematian Daud nampak suram, karena rencana Adonia dan Salomo mengenai pewaris
takhtanya, dan juga karena ia sadar akan bahayapertumpahan darah seperti sudah dipraucapkan
oleh nabi Natan masih harus terjadi.
Alkitab tidak menutup-nutupi dosa atau keburukan watak dari anak -anak Allah. Sebab
segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita (Roma 15:4).
Suatu hari Daud sedang berjalan-jalan di atap istananya. Dari atas ia melihat Batsyeba yang
cantik jelita. Sayang sekali ternyata Batsyeba adalah istri Uria, panglima perang Daud sendiri.
Dengan berbagai tipu muslihat Daud akhirnya berhasil menyingkirkan Uria, dan ia pun
memperistri Batsyeba. Namun Allah mengetahui kebusukan Daud, dan melalui Nabi Natan,
Allah menegur Daud. Daud menyesali dosa-dosanya (2 Samuel 12:1-25). Reaksi yang benar dari
Daud terhadap dosa ialah bertobat dengan sungguh-sungguh, menghampiri Allah untuk
menerima pengampunan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya, serta bersedia menerima hukuman
Allah tanpa dendam atau pemberontakan. Daud menyadari dan mengakui dosa-dosanya yang
hebat, mengarahkan kembali hatinya kepada Allah dan menerima teguran Allah dengan
kerendahan hati.

Raja Daud telah melakukan pertobatan dengan benar atas dosa-dosanya. Dan menulis
penyesalan dan pertobatannya itu. Hal ini dicerminkan pada nyanyian / syair yang ditulisnya
dalam MAZMUR 51

Raja Daud telah melakukan pertobatan dengan benar atas dosa-dosanya. Dan Allah
berkenan kepadanya. Pengampunan dari Allah akan selalu dilimpahkan sebagai hasil dari
pertobatan, Daud sebagai orang yang pernah melakukan kesalahan dan sudah diampuni
melukiskan kembali suka-citanya dalam syair/nyanyian yang ditulis dalam MAZMUR 103
PUJILAH TUHAN HAI JIWAKU.

Dari Batsyeba Daud mendapatkan seorang anak yang dinamainya Salomo yang kelak
menggantikannya sebagai raja Israel yang ketiga. Daud mempunyai sejumlah anak lainnya.
Antara lain adalah Absalom, seorang pemuda yang sangat tampan, yang sangat disayangi oleh
Daud. Suatu kali Amnon, anak sulung Daud, memperkosa Tamar, adik perempuan Absalom.
Absalom sangat marah. Dua tahun kemudian ia membalas dendam dengan menyuruh anak
buahnya membunuh Amnon. Daud marah karena Amnon dibunuh, namun kemudian ia
mengampuni Absalom (2 Samuel 13:23-29; 14:1-33). Belakangan Absalom mengadakan
pemberontakan terhadap Daud. Dalam pemberontakan ini Absalom mati dibunuh oleh Yoab,
panglima Daud (2 Samuel 18:1-18).

Ratapan Daud yang menyayat hati karena dukacitanya mendengar berita kematian Absalom,
adalah suatu gema yang sayup-sayup yang keluar dari lubuk hatinya yang tersiksa karena
mengetahui bahwa kematian itu dan banyak lagi kematian lainnya, hanyalah sebagian dari tuaian
buah hawa nafsunya dan tipuannya yang ditanamnya puluhan tahun sebelumnya.

Pemberontakan Absalom pada waktu itu kerajaan utara tetap setia kepada Daud segera
disusuli oleh pemberontakan di pihak kerajaan utara yang dipimpin oleh Seba, orang Benyamin.
Pemberontakan ini ditumpas oleh Yoab, begitu juga pemberontakan Absalom. Saat-saat
menjelang kematian Daud nampak suram, karena rencana Adonia dan Salomo mengenai pewaris
takhtanya, dan juga karena ia sadar akan bahayapertumpahan darah seperti sudah dipraucapkan
oleh nabi Natan masih harus terjadi.

Raja Daud meninggal dalam keadaan sakit dan tua, kira-kira dalam usia 70 tahun.
Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia (1Taw 3:16) dan pada zaman Kristus (Kis 2:29).

Você também pode gostar