Você está na página 1de 6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Abortus
3.1.1 Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Abortus memiliki batasan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi secara spontan maupun dengan tindakan. Abortus
merupakan komplikasi perdarahan yang paling banyak pada kehamilan muda, sehingga sering
juga dikaitkan dengan miscarriage atau early pregnancy loss. Abortus yang terjadi pada bulan
pertama dari kehamilan hampir selalu diawali oleh kematian janin.3,4,6

3.1.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor
atau berobat.Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan
atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami
keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang
berurutan.1

3.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar abortus
spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini berdasarkan pada 50% kejadian
abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang
bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan
separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.3
2. Faktor anatomi
Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus adalah septum uterus akibat
daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).3
Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.
3. Faktor endokrin
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada trimester yang
pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM dengan kontrol
yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus.3Kadar progesteron yang rendah juga
mempengaruhi resptivitas endometrium terhadap implantasi embrio.Kadar progenteron yang
rendah diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana
trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus
luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron pada pada
pasien ini, maka kehamilan dapat diselamatkan.3
4. Faktor infeksi
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.3
Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa mengganggu
proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif juga bisa
mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan
genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie
virus, dan varisella zoster.3
5. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya adalah SLE dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu
yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada
SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA
yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas. 3
Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3

3.1.4 Klasifikasi Abortus


Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan menjadi:
1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
2. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri.
3. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
4. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau
fetus), sehingga rongga rahim kosong.
5. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan selama 6 minggu atau lebih.
6. Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-
turut atau lebih.
7. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.
8. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.

3.1.4 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan nekrosis
jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan
mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap sebagai
benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi
yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.4
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus yang
tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen dipenuhi dengan
cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam
uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap,
fetus akan dikompress dan mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1
Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai
kertas yang disebut fetus papyraceous.4
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili
korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.
Perdarahan yang banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium.5,6

3.1.5 Gambaran klinis


Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. Perdarahan
pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pembalut atau tampon yang telah dipakai, dan
biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting
untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus
provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus
membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang
baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. Pada
pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda
kehidupan dari janin.6

3.1.6 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan pasien
dilarang melakukan aktivitas fisik berlebihan. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan
antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi
lagi.4
2. Abortus insipiens
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi
vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM
atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.4
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi ditunggu,
kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam
500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan,
kondisi ibu tetap dipantau.4
3. Abortus inkomplit
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV
atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam
hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum
dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral
dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml
cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
segera dievakuasi.4
4. Abortus komplit
Evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya perdarahan yang
banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat. Apabila
terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan,
jika anemia berat diberikan transfusi darah.4
5. Abortus septik/infeksius.
Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4 x 1000000 unit atau ampicillin 4 x
1gram ditambah gentamisin 2 x 80mg dan metronidazol 2 x 1gram. Selanjutnya,
antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6 jam
setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi
dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2
hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons
harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.3

3.1.7 Komplikasi
Perdarahan
Perforasi
Syok
Infeksi
Disseminated Intravascular Coagulopathy

3.1.8 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren mempunyai
prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.

Você também pode gostar