Você está na página 1de 3

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 219 B/Pdt.

Sus-Arbt/2016

Analisis Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Alternatif Penyelesaian Sengketa

Disusun Oleh :

1. Milla Hanifah (C01215019)


2. Aminatus Sholeha (C91215040)
3. Karina Pramesti Putri (C91215058)
4. Bilqis (C91215110)
5. Halilah (C91215125)

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Anis Farida, S. Sos, SH., M. Si.

PRODI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
A. Kasus Posisi.
1. Terjadi kerjasama antara PT. Indiratex Spindo (Indonesia) dan Everseason
Enterprises, Ltd., (British). Namun ditengah tengah usahanya terjadi
wanprestasi dan salah satu pihak merasa dirugikan atas wanprestasi tersebut.
Untuk menyelesaikan sengketa tersebut kedua pihak sebelumnya memutuskan
untuk menyelesaikan sengketa melalui lembaga arbitrase.
2. Lembaga arbitrase yang disepakati dua pihak ini adalah The International
Cotton Association Limited (ICA), Inggris.
3. Setelah sengketa itu diproses oleh ICA, akhirnya ICA memutuskan bahwa
pihak yang dikalahkan yaitu PT. Indiratex Spindo harus membayar sanksi
nerupa bunga sesuai dengan perjanjian atau dalam kontrak jual beli.
4. Sesuai dengan prosedur arbitrase internasional biasanya, putusan lembaga
arbitrase yang dalam hal ini adalah The International Cotton Association
Limited (ICA) harus didaftarkan dalam Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar
putusan itu dapat dilaksanakan atau dieksekusi.
5. Ketika pihak arbiter mendaftarkan putusan tersebut pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, namun putusan itu ditolak karena pihak pengadilan menyatakan
bahwa Republik Indonesia tidak memiliki hubungan baik bilateral maupun
multilateral dengan negara yang mengeluarkan putusan tersebut dan dalam hal
tersebut diatas, PT. Indiratex Spindo juga tidak puas atas putusan tersebut
sehingga ia mengajukan banding.
6. Upaya hokum yang dilakuakn oleh PT. Indiratex Spindo juga tidak diterima
(ditolak) oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena putusan tersebut juga
masih belum di eksekusi.
7. Pada akhirnya PT. Indiratex Spindo mengajukan permohonan upaya hokum
kepada Mahkamah Agung.
8. Namun dalam hal ini, Mahkamah Agung juga tidak dapat mengabulkan
permohonan pemohon (PT. Indiratex Spindo)

B. Dasar Hukum.
1. Pasal 66 ayat (1) dan (2) UU No. 30 tahun 1999,
2. Pasal 6 UU No. 30 tahun 1999,
3. UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional,
4. Yurisprudensi pembatalan Arbitrase Internasional.
C. Pendapat Kelompok.
1. Menurut kelompok kami, apa yang dilakukan oleh PT. Indiratex Spindo itu
salah karena tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian.
2. Dan seharusnya, ICA selaku lembaga arbitrase memberi putusan secara adil,
tidak menyembunyikan dokumen-dokumen yang membenarkan salah satu
pihak.
3. Sebelum melakukan perjanjian atau kerjasama sebaiknya mengetahui latar
belaang perushaan yang akan di ajak kerjasama secara rinci agar tidak terjadi
tipu muslihat seperti yang terjadi pada kasus tersebut.
4. Dalam melakukan upaya hokum sebaiknya sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan atau 30 hari setelah putusan.
D. Kesimpulan.

Você também pode gostar