Você está na página 1de 18

Analisis Film G 30 S/PKI

Ada beberapa hal yang dicatat dalam film ini yang kemudian menggiring bahwa
G 30 S/PKI adalah sebuah peristiwa kekejaman yang 'seakan-akan terjadi hanya
disebabkan dari "Pihak Sana" bukan sebagai rangkaian cerita dialektis saling
mempengaruhi antara "Pihak Sana" dan "Pihak Sini". Narasi itu tergambar
sebagai berikut :

1. Penggambaran Bung Karno sakit keras :

Sukarno adalah pribadi yang hidup, jiwanya bergelora tapi dalam film itu ia
digambarkan sedang sakit keras, semangat hidupnya nyaris tak ada. Di dalam
cerita ini pemeran Bung Karno, Umar Khayam kerjanya hanya di tempat tidur
atau berjalan seperti orang bingung. Bahkan adegan pertama dimulai dengan
penggambaran sakitnya Bung Karno.

Pesan dari tampilnya Bung Karno yang sakit ini adalah "Raja Sedang Sakit"
dalam negara yang demokrasinya gagal, sakitnya raja akan selalu melahirkan
suasana kalut, takut, dan mencekam karena akan terjadi bayangan perang
suksesi. Disini yang siap dalam perang suksesi adalah PKI yang selalu
digambarkan rapat terus menerus. Padahal di masa terjadinya Penculikan
Untung sebelum dan sesudah Bung Karno dalam kondisi bugar, ia bagai banteng
ketaton jadi penggambaran Bung Karno di dalam ranjang yang kusam adalah
sebuah pesan sesuai dengan jalan cerita yang diinginkan oleh pembuat film dan
penyokong fim itu.

2. Setelah adanya tampilan raja sakit itu, kemudian digambarkan dua sisi
masyarakat, satu kelompok kelas menengah yang isinya seorang laki-laki
pensiunan bicara terus menerus dengan isteri dan anaknya yang sedang latihan
drumband dengan mengetuk-ngetukkan meja. Dan penggambaran kedua adalah
orang Miskin, gelandangan yang baru tiba di Jakarta. Pesan dari film ini adalah
masyarakat terdidik resah dengan kondisi negara yang kacau balau sementara
rakyat gelandangan ada dimana-mana. Kontras semakin bisu setelah
penggambaran Istana Sukarno dengan tampilan gelandangan, secara
tersembunyi film itu ingin mengesankan bahwa Sukarno yang hidup bagai raja,
sementara rakyatnya tidur di pinggir jalan dan kelaparan. Padahal realitasnya di
jaman itu Sukarno begitu dielu-elukan rakyatnya, walaupun rakyatnya miskin
tapi jiwa rakyat masih mendukung Bung Karno sebagai pemimpin mereka,
bahkan di saat itu Bung Karno berdiri di pihak rakyat jelata berhadap-hadapan
vis a vis dengan kelompok elite yang secara status quo menolak revolusi Bung
Karno yang mengganggu kenyamanan mereka.

3. Rapat-rapat PKI dan asap rokok terus menerus. Digambarkan dalam rangkaian
sebelum kejadian penculikan rapat-rapat PKI terjadi, dan asap mengepul
dimana-mana. Pesan dari adegan ini adalah seluruh gerakan dari semua proses
dialektis politik seakan-akan terjadi karena PKI, PKI dianggap sebagai pusat
penyadaran dari aktivitas Pra Penculikan para Jenderal. Padahal sebelum
terjadinya gerakan Untung, kegiatan intelijen tidak hanya dilakukan PKI, bahkan
PKI sendiri masih bagian kecil dari gerakan itu. Gerakan intel ada yang dari
kelompok Bandrio melalui BPI, gerakan Angkatan Darat lewat segala macam
move politiknya, gerakan Partai-Partai Politik baik yang sudah disortir macam
PSI lewat Gemsos-nya dan pelarian di luar negeri yang membangun jaringan
politik internasional, Masyumi yang habis gara-gara PRRI kemudian digantikan
posisinya oleh NU, HMI yang bertahan dari ancaman DN Aidit untuk dibubarkan,
Gerakan Ganjang Malaysia yang lagi seru-serunya, Sosialisasi Angkatan Ke V
yang ditolak Yani, Gerakan diam-diam Nasution yang juga menggunakan agen
intel bernama Oejeng Suwargana (banyak diceritakan baik oleh Rosihan Anwar
ataupun AM Hanafi), Ditemukannya rekaman rencana Dewan Djenderal oleh
beberapa orang Partai yang memuat nama S Parman, dipersiapkan sebagai Jaksa
Agung dan banyak lagi selentingan-selentingan yang memang wajar di masa
semuanya bersiap dalam pertarungan politik di masa revolusi Sukarno. Tapi
yang jelas PKI bukanlah satu-satunya pusat dari pertarungan itu.

4. DN Aidit dan asap rokok. Digambarkan DN Aidit sebagai seorang perokok,


padahal yang perokok bukanlah DN Aidit tapi pemeran DN Aidit dalam film itu :
Syu'bah Asa. Hanya saja sebagai penguatan karakter orang yang sedang
membangun rencana maka asap rokok diperlukan untuk menjadi sebuah arahan
bagaimana orang sedang berpikir keras untuk membangun rencana jahatnya
sesuai dengan keinginan pembuat film. Dalam peran antagonis di film ini, rokok
menjadi salah satu blocking yang menarik.

3. Hadirnya Suharto yang tiba-tiba. Dalam film itu setelah penculikan Untung
Suharto ada secara tiba-tiba. Di awal-awal sebelum penculikan seakan-akan
Suharto tidak ada dan tidak berperanan. Film ini ingin memesankan : Suharto
tidak tahu menahu soal perencanaan dan tidak bermain di prolog Gestapu dan
film ini berakhir dalam adegan penggalian lobang buaya dan ditambahi suara
rekaman AH Nasution. Film ini hanya menekankan pada aksi penculikan,
makanya setelah film G 30 S/PKI sebenarnya ada film lanjutan judulnya
'Supersemar' tapi entah kenapa film lanjutan itu tidak jadi dipertunjukkan, oleh
sebab memang penyimpangan Suharto yang paling utama terjadi setelah pasca
penculikan seperti penafsiran masalah Supersemar. Padahal dalam kejadian
sebenarnya Suharto juga berperanan dalam prolog kejadian Untung seperti :
Suharto memerintahkan dengan mengeluarkan radiogram no. T 220/9 pada
tanggal 15 September 1965 dan radiogram lanjutan T 230/9 Yon 530 Brawijaya
dan Yon 454 'Banteng Raiders' Diponegoro untuk datang ke Jakarta dengan
kelengkapan penuh. Sementara pada tanggal 29 September 1965 Suharto
melakukan inspeksi ke Pasukan tersebut. Dua Batalyon yang datang inilah yang
kemudian terlibat dalam peristiwa penculikan Untung. Selain Resimen
Cakrabirawa yang juga digunakan oleh Letnan Kolonel Untung untuk melakukan
pekerjaan gilanya. Jadi hadirnya Suharto dalam peristiwa G 30 S/PKI bukanlah
tiba-tiba apalagi pada tahun 1978 pada Pledoi Kolonel Latif dinyatakan Suharto
dua kali dilapori oleh Latif tentang rencana operasi Latif ini dan Suharto sudah
mendapatkan kabar, tapi ini sama sekali tidak pernah ada adegan dalam film itu.

5. Film ini tidak secara jelas siapa yang memerintahkan membunuh para
Jenderal itu.

Artinya film G 30 S/PKI yang sangat indah dalam filmis dan wajib tonton lebih
menekankan pada histeria massa. Ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan seperti
peristiwa penginjakan Al Qur'an dan segala macam bentuk kemuraman yang
mengelilinginya. Film itu berakhir dengan datangnya fajar dimana gelandangan
tadi melihat Jakarta yang cerah seakan-akan hadir sebuah jaman baru.

Orde Baru dan Reformasi


1. Politik Luar Negri
Masa Orde Baru
Politik dan kebijakan luar negeri Indonesia cenderung pada usaha-usaha perbaikan
ekonomi negara melalui peningkatan pembangunan di berbagai sektor serta keamanan
negara di mana dalam usaha penerapannya rezim Soeharto yang otoriter cenderung
menggunakan hard diplomacy yang sangat mengandalkan kekuatan militer di
berbagai bidang termasuk dalam menjalankan politik luar negeri.
Masa Reformasi
Politik luar negeri mulai dibangun kembali dari awal, tujuan utama politik luar negeri
Indonesia selain fokus pada pembangunan dan perbaikan ekonomi serta keamanan
negara, juga fokus pada tujuan utama pemulihan nama baik dan peningkatan citra
Indonesia di dunia internasional.

2. Pemilu
Masa Orde Baru
1. Dilaksanakan hanya sekali untuk memilih partai,
2. Tidak adanya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif secara
langsung.
3. Semboyan Pemilu yaitu Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia).
Masa Reformasi
1. Dilaksanakan dengan dua hingga tiga tahapan (satu tahapan untuk memilih
partai/anggota legislatif dan dua tahapan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden)
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif secara langsung oleh
rakyat.
2. Semboyan Pemilu yaitu Luber dan Jurdil (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia
serta Jujur dan Adil).
3. Sistem Kepartaian
Masa Orde Baru
Hanya ada tiga partai (PDI, Golkar dan PPP) dan pasti golkar sebagai jawara pemilu
dengan mengusung presiden soeharto pada Sidang Umum MPR.
Masa Reformasi
Jumlah partai peserta pemilu tidak dibatasi seberapa banyak jumlahnya (Multipartai)
yang penting partai-partai tersebut lulus prakwalifikasi dari dephum/ham.

4. Kebijakan Ekonomi
Masa Orde Baru
Kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan
ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah.
Masa Reformasi
Pemerintahan presiden Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.

5. Sistem Pemerintahan
Masa Orde Baru
Orde baru menggunakan sistem pemerintahan sentralisasi dan satu komando penuh.
Daerah tidak diberi keleluasaan sama sekali. Akibatnya pembangunan tidak merata
dan perputaran uang 90% lebih ada di Jakarta.
Masa Reformasi
Masa reformasi menggunakan sistem pemerintahan desentralisasi hampir penuh.
Daerah diberi keleluasaan untuk mengelola daerahnya masing-masing, sehingga
pembangunan di daerah lebih semarak.

6. Pengambil Alihan Kekuasaan


Masa Orde Baru
Kudeta, Soeharto memanfaatkan surat tugas dari Presiden Soekarno (supersemar)
untuk menjatuhkan Soekarno.
Masa Reformasi
Demokrasi, Presiden mendapat kekuasaan melalui pemilu.
7. Peran Militer
Masa Orde Baru
Dwi fungsi militer. Militer mengirimkan wakil di parlemen. (P4 adalah inisiatif fraksi
ABRI)
Masa Reformasi
Militer menjaga pertahanan negara saja.

8. Media
Masa Orde Baru
Pembatasa media, koran maksimal 12 halaman saja, perlu ijin penerbitan. Kapanpun
ijin penerbitan bisa dicabut.
Masa Reformasi
Bebas, contohnya kompas kadang lebih dari 50 halaman. Siapapun bisa menerbitkan
koran, majalah.

9. Kepolisian
Masa Orde Baru
Bagian dari militer / ABRI
Masa Reformasi
Terpisah dari militer / TNI

10. APBN/ Pengeluaran Terbesar Negara


Masa Orde Baru
Lebih dari 40% untuk pembangunan infrastruktur (Jalan, jembatan, dll) intinya
membangun perekonomian.
Masa Reformasi
20% untuk pendidikan nasional dan belanja/ gaji pegawai.

11. Penerapan UUD 1945


Masa Orde Baru
Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni
dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan
UUD 1945 yang murni.
Masa Reformasi
Terjadi amandemen pada UUD 1945 karena terjadi banyak penyimpangan pada masa
Orde Baru.

12. Budaya Politik


Masa Orde Baru
Budaya politik yang berkembang pada era Orde Baru adalah budaya politik subjek.
Dimana semua keputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkan rakyat hanya bisa
tunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme Soeharto.
Masa Reformasi
Rakyat mulai peduli dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan
para elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya.
Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya politik
subjek-partisipan.

13. Tugas dan Wewenang Lembaga Negara


Masa Orde Baru
Tugas dan wewenang lembaga negara umumnya menjadi pembina, mengatur dari
pusat, bahkan merekayasa. Contoh : Departemen Dalam Negeri berperan sebagai
pembina politik; MPR bertugas memilih prediden dan wakil presiden.
Masa Reformasi
Tugas dan wewenangnya bergeser lebih kepada fasilitasi dan fungsi manajemen
birokrasi modern dengan pelimpahan wewenang otonomi yang lebih luas di daerah.
Contoh : Sekarang peran Depdagri lebih ke manajemen kebijakan di bidang otonomi
daerah dan fasilitasi/dukungan pemilu, pilkada, pemekaran wilayah, APBD, Perda,
dan seterusnya; MPR bertugas melantik presiden dan wakil presiden.

14. Tingkat Pertumbuhan Penduduk


Masa Orde Baru
Tingkat pertumbuhan penduduk per-tahun mengalami penurunan berkat keberhasilan
program KB dan perbaikan gizi serta kesehatan masyarakat.
Masa Reformasi
Tingkat pertumbuhan penduduk per-tahun mengalami kenaikan dibandingkan pada
masa Orde Baru.

15. Mobilitas Penduduk


Masa Orde Baru
Pelaksanaan transmigrasi difokuskan pada pemecahan masalah persebaran penduduk.
MasaReformasi
Pelaksanaan transmigrasi tidak lagi difokuskan pada pemecahan masalah persebaran
penduduk, yang selama 90 tahun terakhir memang tidak berhasil dipecahkan, namun
bergeser pada pengembangan ekonomi dan pembangunan daerah.

Peranan indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia

PBB merupakan salah satu organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh
Negara di dunia. Tujuannya untuk memfasilitasi hukum internasional, pengamanan
internasional lembaga ekonomi dan perlindungan sosial. Pembentukan PBB diawali
dengan pembentukan Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Januari 1920 tokohnya
adalah presiden Amerika Serikat Wodrow Wilson dengan tujuan untuk
mempertahankan perdamaian internasional serta meningkatkan kerjasama
internasional.

Kehadiran Indonesia dalam lingkup organisasi besar seperti PBB ini juga berperan
aktif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangungan PBB,
funsi dan peranan Indonesia tersebut diantaranaya sebagai berikut;

(a) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja
sama dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan Non Blok.

(b) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke
Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada
peringatan Hari Ulang Tahun FAO ke-40.

(c) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada
tahun 1973-1974.

(d) Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober


2008, penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di
Lebanon Selatan.
(e) Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

(f) Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan


jumlah personil sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang
tersebar di 5 Negara.

(g) Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai.

(h) Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Mesir


segera mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Ararb pada 18
Nove,ber 1946. mereka menetapkan tentang pengakuan kemerdekaan TI sebagai
negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah pengakuan De Jure
menurut hukum internasional.

(i) Awal pekan ini Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB pada pemilihan yang dilakukan Majelis Hukum PBB melalui
pemungutan suara dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara
anggota yang memiliki hak pilih.

Selain peran penting yang diberikan Indonesia pada PBB, peran penting Indonesia
juga diberikan pada keberlangsungan organisasi se-asia ternggara yakni ASEAN.
Peranan Indonesia dalam ASEAN yang sangat besar tersebut diantaranya sebagai
berikut :

(a) Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN pada
tanggal 8 Agustus 1967.

(b ) Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertama


ASEAN yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23-24 Februari 1976.

(c) Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia ditunjuk sebagai tempat kedudukan Sekretariat
Tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai Sekretaris Jendral Pertama adalah
Letjen. H.R. Dharsono yang kemudia digantikan oleh Umarjadi Njotowijono.

(d) Indonesia menjadi tempat pembuatan pupuk se-ASEAN, tepatnya di Aceh yang
nantinya akan digunakan negara-negara ASEAN, otomatis Indonesia mendapatkan
keuntungan dan juga bisa mengurangi pengangguran di Indonesia.

(e) Mengikuti kerja sama regional seperti ini maka akan lebih dihormati negara lain,
seperti hanya kerja sama regional yang di Eropa ataupun Timur Tengah, lebih-lebih
kalau ASEAN kuar dimata Internasional (sayangnya di Internasional ASEAN kurang
dipandang)

(f) AL-TNI sering melakukan latihan bersama dengan Singapura sehingga akan
membuktikan pada dunia bahwa militer Indonesia masih kuat, dan Indonesia pun
melakukan perjanjian Ekstradisi disemua negara ASEAN, walaupun agak lama untuk
mendekati Singapura.
(g) Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia
mengusulkan pembentukan komunitas ASEAN (Asean Community). Komunitas ini
mencakup bidang keamanan, sosial kebudayaan, dan ekonomi.

(h) Pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama
memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Diantara pertemuan
itu adalah pertemuan Tingkat Menteri ASEAN (Asean Ministerial Meeting), Forum
Kawasan ASEAN (Asean Regional Forum), Pertemuan Kementrian Kawasan
mengenai penanggulangan terorisme, dan beberapa pertemuan lainnya.

(i) Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca gempa bumi dan tsunami pada
Januari 2005. pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan
mengatasi bencana tsunami pada 26 Desember 2004.

(j) Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini
diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN ke-40

Peran serta indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat


pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilaan social. Harapan untuk
hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian bangsa
disebagian kawasan. Berakhirnya perang dunia II dan perang dingin yang di tandai
dengan pembubaran uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari
konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa AS dan US memang
tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di
wilayah Balkan, balkin dan bekas Unu Sovyet, afrika, timu tengah, perang dan
berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.

Untuk menjaga perdamaian kawasan konflik PBB membentuk pasukan perdamaian


dalam rangka operasi pemeliharaan perdamaian (OPP). Beberapa conto pasukan
perdamaian tersebut. Keikutsertanan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah
dengan menjadi anggota pasukan perdamaian pada tahun 1957. pesukan perdamaian
Indonesia dinamakan kontingen Garuda. Selain keikutsertaan melalui kontingen
Garuda dalam upaya pemeliharaan perdamaian PBB, Indonesia tercatat sebagai
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB sebanyak tiga kali.yaitu:

Periode 1973 1974periode 1995 1996periode 2007 2008

Dukungan yang luas terhadap ke anggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini


merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan
sumbangan selama ini dalam upaya dalam menciptakan keamanan dan perdamaian
baik pada tingkat kawasan maipun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut
mencangkup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan
perdamaian PBB sejak tahun 1957. upaya perdamaian seperti kamboja dan Filipina
selatan dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan di bidang
perdamaian dan keamanan. Serta peran aktif di berbagai forum pembahasan isu
pelucutan dan non-proliferasi nuklir.
Dengan tepilh menjadi anggota, berati indonesia akan mengemban kepercayaan
masyarat internasional untuk berpartisipasi menjadi Dewan Keamanan, sebagai badan
yang efektif untuk menghadapi tantangan-tantangan global. Di bidang keamanan dan
perdamaian dunia. Keanggotaan Indonesia di Dewan keamanan merupakan wujut dari
upaya di bidang diplomasi untuk melaksanakan amanat pembukaan UUD 1945 alinea
IV, yang memandatkan indonesia untuk turut seta aktif dalam upaya menciptakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadialan sosial

Peran Indonesia Dalam Gerakan Non Blok

GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai hasil kesepakatan dalam


Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang dikenal dengan sebutan dasasila
Bandung. Terdapat keterkaitan yang erat antara GNB dan dasasila Bandung tersebut.
Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari :

1. Asas Gerakan Non Blok

Berusaha untuk mendukung perjuangan kemerdekaan di berbagai tempat


di dunia ini.
Memegang teguh perjuangan dalam melawan kolonialisme,
neokolonialisme, serta imperialisme.

2. Tujuan Gerakan Non Blok

Mengembangkan solidaritas diantara sesama negara berkembang dalam


mencapai persamaan, kemakmuran, serta kemerdekaan.
Turut serta dalam meredakan ketegangan dunia akibat pertikaian yang
terjadi antara blok Barat dan blok Timur.
Berusaha untuk membendung segala pengaruh buruk, baik itu yang
berasal dari Blok Barat maupun Blok Timur.

Setelah kita mengetahui penjelasan mengenai gerakan non blok. Kita akan
menjelaskan mengenai peran indonesia dalam gerakan non blok. Berikut adalah
penjelasannya :

Masa Awal berdirinya Gerakan Non Blok

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara penganut sistem
politik luar negri Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam menjalankan politik tersebut,
Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam menjaga perdamaian serta
keamanan dunia internasional, yaitu dengan mambantu penyelesaian berbagai
persoalan serta persengketaan di berbagai kawasan dunia, serta penyelesaian
diplomatik lainnya.

Peranan gerakan non blok di dunia

presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah


satu pemrakarsa berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala
negara sahabat lainnya, yaitu Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito,
Perdana menterii India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal
Abdul Nasser, dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di
dunia internasional di sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah
terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dan uni Sovyet yang
membawa dampak besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam,
serta semenanjung Korea.
Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa
tersebut adalah untuk memperebutkan negara-negara yang berada di
kawasan Asia Timur serta Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia,
thailand, serta negara-negara yang banyak menghasilkan energi dunia
seperti Qatar, Uni Emirat Arab, serta Kuwait.

Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia afrika
(KAA) di Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala negara di
kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi serta pendalaman
berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta mendeklarasikan keinginan
mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi kedua blok yang sedang bertikai
tersebut.

Masa Perkembangan Gerakan Non Blok

Indonesia beranggapan bahwa hubungan luar negri merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan antar bangsa baik itu regional maupun secara global melalui bernagai
macam forum bilateral maupun multilateral yang ditujukan untuk kepentingan
nasional dengan politik Luar negri bebas aktif sebagai landasannya. Kondisi tersebut
diarahkan dengan ikut berperan aktif dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial untuk
meningkatkan hubungan kerja sama internasional, salah satunya adalah dengan
memantapkan serta meningkatkan peranannya dalam Gerakan Non Blok. Adapun
langkah yang ditempuh Indonesia dalam meningkatkan peranan di GNB adalah :

1. Meningkatkan kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non Blok

Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia pada masa perkembangan Gerakan Non
Blok adalah dengan cara meningkatkan keeratan kerja sama yang telah dibangun antar
sesama negara anggota GNB, terutama dalam perkembangan kerjasama di bidang
teknik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan perwujudan kerjasama Selatan-Selatan
yang melibatkan negara-negara maju maupun lembaga-lembaga keuangan
internasional.

2. Berperan dalam penyelesaian masalah-masalah ekonomi internasional

Indonesia juga berperan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam


hubungan ekonomi internasional yang berperan dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan. Peran Indonesia tersebut salah satunya diwujudkan dengan
meningkatkan dialog Utara Selatan berdasar pada kepentingan dan tanggung jawab
bersama, semangat kemitraan, saling ketergantungan, serta saling memberi manfaat.

3. Menjadi Pemimpin Gerakan Non Blok

Sejak tahun 1992 hingga tahun 1995, Indonesia mendapat kepercayaan untuk
memimpin organisasi GNB tersebut, yaitu dengan terpilihnya Soeharto yang saat itu
merupakan presiden Republik Indonesia ke-2 menjadi Sekretaris Jendral (SekJen)
Gerakan Non Blok. Indonesia menjadi negara yang selalu setia serta komitmen
terhadap prinsip serta aspirasi Gerakan Non Blok. Berbagai prestasi telah diraih
Indonesia selama memimpin organisasi dunia tersebut, diantaranya adalah :

Pada masa kepemimpinannya di GNB adalah Indonesia telah mampu


membawa organisasi tersebut dalam menentukan arah serta
menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi
secara dinamis, yaitu dengan cara melakukan penataan kembali prioritas-
prioritas lama organisasi dan menentukan adanya prioritas-prioritas
baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang baru pula.
Indonesia telah dianggap telah memberikan warna yang baru bagi
organisasi tersebut, diantaranya adalah dengan menitikberatkan
kerjasama pada pembangunan ekonomi yaitu dengan menghidupkan
kembali dialog antara negara-negara selatan.
Indonesia telah dipercaya untuk membantu menyelesaikan pertikaian
atau konflik regional di beberapa negara seperti kamboja, sengketa yang
terjadi di laut cina selatan, serta gerakan separatis Moro di Philipina.
Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) GNB yang ke-110 di Jakarta dan Bogor pada 1 hingga 7 September
1992. Dalam KTT tersebut telah berhasil merumuskan suatu kesepakatan
bersama yang dikenal dengan Pesan jakarta. Yang di dalamnya
terkandung visi dari Gerakan Non Blok, yaitu

Visi dari gerakan Non Blok :

Hilangnya keraguan sementara anggota khususnya relevansi GNB setelah


berakhirnya perang dingin dan ketetapan hati untuk meningkatkan kerja
sama yang konstruktif serta sebagai komponen integral dalam arus utama
(mainstream) hubungan internasional.
Arah Gerakan Non Blok yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi
internasional dalam mengisi kemerdekaan yang telah berhasil dicapai
melalui cara-cara politik yang menjadi ciri yang menonjol dari Gerakan
Non Blok sebelumnya.
Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi
negara-negara anggota melalui peningkatan kerjasama Selatan-selatan.

Pasca pelaksanaan KTT tersebut, GNB dianggap telah mampu mendapatkan kembali
kekuatan, keteguhan, serta kejelasan terkait tujuan-tujuannya yang murni.
Misi Garuda

Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan


sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang
dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak
pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2014
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda
yang ke duapuluh tiga (XXIII).

A. Pengertian Kontingen Garuda


Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan
Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara
lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan
penjaga perdamaian sejak 1957.

B. Sejarah Kontingen Garuda

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera


mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November
1946, mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai
negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de
jure menurut hukum internasional.

Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu,
Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad
Abdul Mun'im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan
penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu
Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta, dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden
Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan pertama atas
kemerdekaan RI oleh negara asing.
Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir
dengan menunjuk HM Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha".
Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi diplomatik tetap untuk seluruh negara-
negara Liga Arab. Hubungan yang akrab ini memberi arti pada perjuangan Indonesia
sewaktu terjadi perdebatan di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB
yang membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih
mendukung Indonesia.
Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum
internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak
pada April 1960.
C. Pengirimaan Pasukan Garuda
Pada tanggal 26 Juli 1956 Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser
menasionalisasi Terusan Suez, akibatnya Inggris dan Perancis yang memiliki saham
atas Terusan Suez menjadi marah dan mengirimkan pasukannya untuk menggempur
Mesir. Serangan Inggris dan Perancis yang dibantu Israel terhadap Mesir sangat
membahayakan perdamaian dunia sehingga PBB terpaksa turun tangan dan
mengirimkan pasukan perdamaian. Indonesia mengirimkan pasukan Garuda I untuk
bergabung dengan pasukan negara-negara lain di bawah PBB. Pasukan perdamaian
PBB yang dikirim ke Timur Tengah (Mesir) dinamakan United Nations Emergency
Force (U N E F). Pasukan Garuda I di bawah pimpinan Mayor Sudiyono berkekuatan
550 personil terbagi atas kesatuan Teriotium IV Diponegoro, Teritorium V Brawijaya
dengan komando Letkol Infantri Suyudi Sumodiharjo Pasukan Garuda I
berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik dan pada tanggal 12 September 1957
pasukan Garuda I ini membuat Indonesia terus mendapat kepercayaan dari PBB untuk
membantu memelihara perdamaian di berbagai belahan dunia bila terjadi sengketa,
diantaranya sebagai berikut :

1. Pasukan Garuda 11 di bawah pimpinan Kolonel Priyanto diberangkatkan ke


Kongo 10 September 1960 untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB
dengan United Nations Operation for the Congo (UNOC), bertugas hingga
bulan Mei 1961.
2. Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di Kongo
dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
3. Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas di
Vietnam mulai bulan Januari 1973 sampai Juli 1972.
4. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya Mayor
Basofi Sudirman dikirim ke Timur Tengah pada tanggal 3 Desember 1973.
5. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio bertugas
di Vietnam dari bulan AF 1974 sampai November 1974, kemudian digantikan
Pasukan Garuda VlIi di bawah pimpinan Brigjen T, Bambang Sumantri dari
bulan November 1974 sampai bulan Juni 1975. Pada tahun ini pula pasuka
perdamaian PBB untuk Vietnam ICCS (IntemasionalCommision for Control
and Supervision) ditarik mend. sefelah seluruh Vietnam jatuh ke tangan
Vietnam Utara atau Vietkong yang berhaluan komunis.
6. Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono,
Kontingen Garuda VI dan V bergabung dalam pasukan perdamaian PBB yang
diberi nama United Nations Emergency Force (UNIEF)
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB
memiliki alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945
alinea keempat yang berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri
Indonesia bebas aktif.
D. Tujuan Pengriman Kontingen Garuda
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan
sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang
dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak
pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2015
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda
yang ke duapuluh enam (XXVI).
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan
PBB memiliki alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945
alinea keempat yang berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan politik Luar Negeri
Indonesia bebas aktif, diantaranya :

1. Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB


2. Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3. Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia ( Pembukaan UUD 1945)
4. Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
E. Misi Pemeliharaan Perdamaian Kontingen Garuda
Sejak tahun 1957 sampai sekarang Pasukan Garuda sudah melahirkan
setidaknya 26 Kontingen Garuda diantaranya Kontingen Garuda I, Kontingen Garuda
II, Kontingen Garuda III, Kontingen Garuda IV, Kontingen Garuda V, Kontingen
Garuda VI, sampai dengan Kontingen Garuda XXVI-C2 yang memiliki misi yang
berbeda-beda namun tujuannya yang sama yaitu mencapai perdamaian dunia sesuail
UDD 1945.
Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957.
Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur Tengah terkait
masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh Presiden Mesir Ghamal
Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan
melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam
masalah Suez. Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan
serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia
sehingga Dewan Keamanan PBB 216 Kelas XII SMA/MA turun tangan dan
mendesak pihak-pihak yang bersengketa untuk berunding. Dalam Sidang Umum PBB
Menteri Luar Kanada Lester B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan
PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan
pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB
dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November
Indonesia menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam
UNEF. Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan
yang berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk
UNEF yang diberinama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada
bulan Januari 1957.
Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen untuk diperbantukan
kepada United Nations Operations for the Congo (UNOC) sebanyak satu batalyon.
Pengiriman pasukan ini terkait munculnya konflik di Kongo (Zaire sekarang). Konflik
ini muncul berhubungan dengan kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia
yang justru memicu pecahnya perang saudara. Untuk mencegah pertumpahan darah
yang lebih banyak, maka PBB membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongo,
UNOC. Pasukan kali ini di sebut Garuda II yang terdiri atas Batalyon
330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut. Pasukan
Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan
tugasnya pada bulan Mei 1961. Tugas pasukan Garuda II di Kongo kemudian
digantikan oleh pasukan Garuda III yang bertugas dari bulan Desember 1962 sampai
bulan Agustus 1964. Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus
berlanjut, ketika meletus perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim
pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas
politik di kawasan Indocina yang terus bergolak akibat perang saudara tersebut, PBB
membentuk International Commission of Control and Supervission (ICCS) sebagai
hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini terdiri atas
empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia. Tugas ICCS adalah
mengawasi pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai. Pasukan
perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai Pasukan Garuda IV
yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di Vietnam dari bulan Januari 1973, untuk
kemudian diganti dengan Pasukan Garuda V, dan kemudian pasukan Garuda VII.
Pada tahun 1975 Pasukan Garuda VII ditarik dari Vietnam karena seluruh Vietnam
jatuh ketangan Vietcong (Vietnam Utara yang komunis).
Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan lagi
dengan kurang lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Australia,
Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panam, Senegal, Ghana dan Indonesia. Kontingen
Indonesia semula berfungsi sebagai pasukan pengamanan dalam perundingan antara
Mesir dan Israel. Tugas pasukan Garuda VI berakhir 23 September 1974 untuk
digantikan dengan Pasukan Garuda VIII yang bertugas hingga tanggal 17 Februari
1975.

Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)


Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 menggunakan
UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini
adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia.
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang
parlementer, dimana presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala
eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat
tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik
demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :

Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap


pengelolaan konflik
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan
Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik
yang berjalan

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 :

Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS

Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah


kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan nasakom dengan ciri:
Dominasi Presiden
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah


menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu
terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya
sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara
menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi
parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh
Pancasila.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang


dipenjarakan
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR
Jaminan HAM lemah
Terjadi sentralisasi kekuasaan
Terbatasnya peranan pers
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI,


menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru


Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini
menerapkan Demokrasi Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model
demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala
bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab:

Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada


Rekrutmen politik yang tertutup
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
Pengakuan HAM yang terbatas
Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
Terjadinya krisis politik
TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.

Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses
formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari
(1) kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi
legitimasi politik yangkuat kepada negara;
(2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi;
(3) dipakai pendekatan keamanan;
(4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan
kepda negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi;
(5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan
gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari
bantuan luar negeri, dan akhirnya
(6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan
pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul
karena sebab struktural.

Você também pode gostar