Você está na página 1de 3

ANAK MUDA JANGAN TAKUT BERPOLITIK

Judul : Lukman Edy, Sekali Layar Terkembang Tengok-Tengok ke


Belakang
Penulis : Lina M. Komarudin dan Ade Wiharso
Penerbit : RM Books
Cetakan : 2016
Tebal : 396 Halaman
ISBN : 978 602 7936 56 0

Buku Lukman Edy; Sekali Layar Terkembang Tengok Tengok ke Belakang


karya Lina M. Komarudin dan Ade Wiharso ini menyajikan uraian biografis
tentang perjalanan hidup Lukman Edy, dari lahir hingga saat ini. Bagian
yang penting dan menarik dari buku ini adalah uraiannya tentang lika-liku
perjalanan hidup Lukman Edy yang sangat kental dengan dunia politik.

Membaca sebuah buku biografi, hal pertama yang harus diingat adalah
mengapa Anda membaca buku tersebut dan apa manfaat yang dapat
diambil. Ada beberapa manfaat membaca buku biografi di antaranya
pembaca dapat meneladani sikap dan perilaku tokoh, mempelajari makna
hidup dari tokoh, kemudian mencontoh keberhasilan hidupnya.

Tokoh bernama lengkap Muhammad Lukman Edy ini lahir di Teluk Pinang,
Riau, 26 November 1970. Lukman lahir dalam lingkungan yang agamis
dan berpendidikan dari seorang politisi yang cukup berperan aktif di
daerahnya. NU juga merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan dan jalan pemikirannya.

Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Muhamad Adnan, ayah
Lukman, merupakan anggota DPRD Riau pada era Orde Baru. Namun
demikian, Lukman tidak meraih apa yang dimilikinya saat ini dengan
cuma-cuma. Didikan ayahnya lah yang menjadikannya demikian. Lukman
mendapatkan posisi tersebut karena ia capable.

Ada tiga didikan Adnan yang melekat kuat dalam diri Lukman, yaitu
idealisme, pendidik, dan seni. Adnan dikenal sebagai tokoh yang idealis.
Hal ini pula yang membekas dalam diri Lukman untuk menjadi seorang
idealis dalam bersikap. Idealisme merupakan hal yang sangat penting
terutama ketika berkecimpung di dunia politik. Lukman banyak belajar
dari sang Ayah tentang arti sebuah prinsip dan bagaimana berkomitmen
sekalipun di tengah terpaan badai kehidupan (Hal 11-12).

Adnan merupakan sosok ayah yang luar biasa. Suatu hari ia menawarkan
pilihan kepada istrinya untuk menjadi orang kaya atau menyekolahkan
anaknya hingga perguruan tinggi. Istrinya ternyata memilih pilihan kedua
dan itu sejalan dengan pemikiran Adnan. Jika memilih pendidikan kita
harus siap hidup apa adanya, karena biaya pendidikan tidak murah, ujar
Adnan kepada istrinya (Hal 36). Dan mereka pun dikenal sebagai
keluarga terpandang yang hidup sederhana (Hal 37).

Satu pengalaman hidup yang sangat berharga bagi Lukman adalah ketika
berhasil mengundang KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur pada sebuah
acara di kampusnya, Universitas Brawijaya Malang. Saat itu ia menjadi
ketua panitia. Pertemuan dengan Gusdur itu ternyata bukan yang
terakhir, sebab kemudian ia banyak berkecimpung di PKB, partai yang
pernah mengantarkan Gusdur menjadi Presiden RI (Hal 171).

Lukman yang lahir dari keluarga politisi, pada akhirnya tumbuh dewasa di
dunia aktivis kampus. Sejak kecil, ia sudah menjadi saksi hidup
pergerakan politik khususnya di Bumi Riau. Karir politik Lukman bermula
ketika ia menjadi salah seorang deklarator PKB di Tanah Riau. Kemudian
ia menjadi Ketua DPW PKB Riau. Karir politiknya pun terus melesat
hingga akhirnya ia hijrah ke Jakarta dan menjadi Sekjen PKB. Kiprah
politiknya tersebut mengantarkannya menjadi Menteri termuda pada
kabinet SBY dan kini menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR RI.

Perjalanan hidup tentu tidak hanya berkisar seputar yang manis dan
menyenangkan saja. Ada cerita luka yang menguji kesabaran, ada
kesedihan yang menguji ketegaran. Begitupun yang dialami oleh tokoh
kita kali ini. Walhasil, buku ini sangat layak untuk dibaca generasi muda
Indonesia, sebagai cermin diri menghadapi hari esok yang lebih cerah.
Melalui buku ini, Lukman ingin menyampaikan pesan, anak muda harus
berani berpolitik disertai dengan integritas dan kualitas yang mumpuni.
(*)

Gufron Hidayat. Peresensi adalah Mahasiswa MM STIE Indonesia Banking


School

Você também pode gostar