Você está na página 1de 9

Rabu, 09 /03/ 2011 11:49

IBI MINTA BIDAN PTT DIANGKAT MENJADI PNS

Ratusan Bidan Desa Kabupaten Sarolangun


yang ikut acara Muscab IBI ke III .(F:Luncai)

SAROLANGUN - Ikatan Bidan Indonesia (IBI)


Provinsi Jambi, mengharapkan Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Sarolangun memiliki perhatian
khusus terhadap bidan desa yang masih berstatus
pegawai tidak tetap (PTT). Wakil ketua umum IBI
Provinsi Jambi, Nurminsih L Yunus berharap agar
bidan desa itu, bisa diangkat menjadi PNS dijajaran
Pemkab Sarolangun. Hal ini disampaikannya
dihadapan Bupati Sarolangun Drs H Cek Endra pada acara musyawarah cabang (Muscab) IBI di
aulaAbadi Sarolangun, Selasa (08/03).

"Dari 226 bidan desa di Sarolangun, sebanyak 125 orang adalah bidan PTT. Besar harapan
kami, pak bupati memberikan perhatian khusus untuk bidan PTT menjadi pegawai tetap," ujar
Nurminsih.Selain itu Nurminsih juga menekankan kepada seluruh bidan desa untuk bertugas
dengan optimal dan tak lupa untuk meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas di tengah
masyarakat. "Sesuai dengan tema dan tujuan IBI setiap tahunnya memiliki misi agar bidan selalu
meningkatkan pelayanan dan mutu pelayanan. Bagi bidan yang belum tergabung, dihimbau
segera bergabung dengan IBI karena banyak manfaatnya," tambahnya. Sementara itu, Bupati
Sarolangun Drs H Cek Endra saat membuka Muscab IBI mengatakan, untuk pengangkatan bidan
PTT menjadi tenaga tetap atau PNS, pemerintah akan mengupayakan melalui jalur honorer.
"Insya Alloh kedepan kita akan prioritaskan melalui jalur honorer. Dengan tidak
menganyampingkan formasi PNS yang ada dari pusat," jelas Cek Endra. Disamping itu, Cek
Endra juga meminta kepada bidan desa yang bertugas melayani masyarakat dengan optimal,
apalagi di daerah yang susah dilalui transportasi roda empat.Hal ini untuk menekan angka
kematian ibu melahirkan dan mengurangi angka kematian bayi dan kesehatan gizi bayi dan anak-
anak. "Walau daerahnya terpencil, tetapi kondisi bayi dan anaknya haruslah sehat-sehat semua.

Harapan saya teruslah bersosialisasi kepada kaum ibu-ibu terutama masalah gizi bagi
anak,tambah bupati.Cek Endra juga meminta agar bidan desa selalau siap 24 jam untuk
membantu warga jika meminta pertolongan seperti melahirkan. "Jam berapapun haruslah siap,
karena tugas bidan di desa 24 jam dan jangan pernah tidak berada ditempat," harapnya. Kepada
pengurus IBI Sarolangun terpilih, Cek Endra berharap agar membuat program sesegera mungkin
dengan menyesuaikan kerakter kabupaten atau kebutuhan daerah Sarolangun.(cai)
http://www.jurnas.com/news/51849/Instansi_Pendidikan_Minim,_Profesi_Bidan_Sepi_Peminat/1/Sosial_Budaya/Kesehatan
Jakarta | Friday, 03 February 2012 | Vien Dimyati | 0 komentar | A | A | A

Instansi Pendidikan Minim, Profesi Bidan


Sepi Peminat

Desmunyoto P. Gunadi / Jurnal Nasional


Tenaga medis yang lebih mudah dijangkau masyarakat.

Jurnas.com | SEKOLAH kebidanan masih minim peminat. Padahal, bidan merupakan tenaga
medis yang banyak dibutuhkan masyarakat.

Alasan kurang populernya akademi kebidanan bagi generasi muda adalah karena minimnya
instansi pendidikan yang memiliki program kebidanan.

"Untuk menjadi seorang bidan, seorang mahasiswi harus menempuh jalur pendidikan diploma 3
tahun (D3), kata Ketua PP Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Dr. Harni Koesno di Jakarta, (3/2).

Di Indonesia saat ini baru ada tiga instansi pendidikan yang memiliki program pendidikan S1
kebidanan, dan hanya ada dua instansi untuk program S2 kebidanan. Tiap tahunnya, terdapat
sekitar 29.000 lulusan akademi kebidanan dari 726 akademi kebidanan yang dikelola pemerintah
maupun swasta.

Sementara jumlah bidan yang tercatat sebagai anggota IBI hanya 115.000 bidan. Sebanyak
35.000 diantaranya merupakan Bidan Praktek Swasta dan 75.000 anggota praktek di instansi
pemerintahan.

Ketersediaan SDM bidan yang berkualitas dan profesional menjadi penting menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI), katanya. Data Demographic Health Survey tahun 2007 (DHS 2007),
sekitar 69 persen persalinan dan 29 persen pelayanan kontrasepsi modern dilakukan oleh bidan.

Di Indonesia lebih dari 17 persen kelahiran tidak ditolong tenaga kesehatan terlatih, dan hanya
50 persen persalinan terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga medis yang lebih
mudah dijangkau masyarakat, bidan memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat, khususnya ibu dan anak.
http://www.kabarcianjur.com/2012/02/dinkes-cianjur-kekurangan-bidan-di.html

Dinkes Cianjur Kekurangan Bidan Di Daerah Terpencil


Senin, 06 Februari 2012 10:01:00

Ilustrasi : Seorang bidan sedang mengurus bayi

KabarCianjur-Jln. Prof. Moch. Yamin;Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Cianjur sampai saat ini
mengaku masih kekurangan tenaga bidan sekitar 50 orang. Tenaga bidan tersebut akan
ditempatkan dibeberapa wilayah Desa Cianjur bagian selatan.

"Kami telah mengajukan kekeurangan tenaga bidan PTT itu ke pemerintah pusat. Semua itu
kami lakukan untuk mengoptimalkan kualitas akses layanan kesehatan masyarakat. Idealnya
disetiap desa harus ada satu bidan, saat ini kita masih kekurangan sekitar 50 bidan desa," kata
Kepala Dinkes Kab. Cianjur, dr.H. Gusti Otwin Haryono, Minggu (5/2).

Meski masih mengalami kekurangan tenaga bidan, pihaknya optimis tenaga bidan tersebut akan
segera terpenuhi. Karena keberadaan bidan di tiap desa sangat membantu masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan terutama didaerah terpencil.

"Memang ada beberapa wilayah desa yang memiliki wilayah luas ada pengecualian. Ada dua
atau tiga bidan, karena kebutuhan sesuai dengan tingkat kesulitan geografis masing - masing.
Kondisi tersebut kebanyakan terjadi di wilayah Cianjur selatan," paparnya.
Pihaknya mengakui sampai saat ini ada beberapa kendala yang tengah dihadapi dalam
mengoptimalkan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Selain belum terpenuhinya kebutuhan
bidan sesuai standar ideal yang telah disepakati, tapi desa-desa yang telah ditempatkan bidan
muncul masalah baru.

"Salah satu persoalan yang tidak bisa dipungkiri adalah masih ada rendahnya tingkat mobilitas
bidan yang ditempatkan di desa. Akibat kondisi geografis yang cukup terjal dan jarak antar
pemukiman yang relatif jauh, keberadaan bidan di desa terkait belum mampu melayani
kepentingan warga secara optimal," terangnya.

Bidan harus ditempat meski ada beberapa kendala geografis, khususnya diwilayah selatan, Gusti
Otwin menekankan, bidan-bidan yang bertugas di masing-masing desa harus selalu ditempat.
Jangan samapai ketika masayarakat membutuhkan bidan tidak ada diwilayah tugasnya.

"Pokoknya bidan harus ditempat wilayah kerja. Kalau sampai ada bidan yang selalu tidak ada
ditempat saat masyarakat membutuhkan bantuanya, laporkan ke saya. Saya tidak akan main-
main, akan pindahkan bidan itu," tegasnya.

Untuk itulah penempatan bidan diwilayah desa-desa terutama di wilayah Cianjur selatan akan
selalu memprioritaskan penduduk setempat. Hal itu untuk menghindari bidan-bidan itu "kabur"
saat ditugaskan diwilayah selatan.

"Saat ini kita prioritaskan penempatan bidan di Cianjur selatan, mereka yang berasal dari sana.
Karena kalau asli penduduk setempat, selain kinerjanya akan meningkat, juga tidak akan
meninggalkan wilayah kerjanya," jelasnya (KC-02)***.
Menteri Kesehatan Lantik Direktur Bina Kesehatan Ibu

March 13th, 2012 | Author: admin

Bertempat di Kementerian Kesehatan RI,


pada tanggal 27 Februari 2012 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH Dr.
PH telah melantik sejumlah pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Salah
satu pejabat yang dilantik adalah dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA yang dipercaya menjadi
Direktur Bina Kesehatan Ibu. Dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA sebelumnya adalah
Kepala Bagian Perencanaan Strategis, Kebijakan dan Program pada Biro Perencanaan dan
Anggaran Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Pada kesempatan yang sama Menteri Kesehatan juga melantik dr. HR. Dedi Kuswenda, M.Kes
sebagai Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar pada Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan. Dr. HR. Dedi Kuswenda, M.Kes sebelumnya adalah Kepala Subdirektorat Bina
Keluarga Berencana pada Direktorat Bina Kesehatan Ibu.

Dalam acara pelantikan yang dihadiri oleh para Pejabat Eselon I Kemenkes, Sekretaris Kemenko
Kesra, Kepala Badan POM, Ketua KKI, perwakilan BKKBN dan perwakilan BUMN bidang
kesehatan tersebut, Menteri Kesehatan menyatakan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan,
seperti halnya Kementerian/Lembaga lain, sedang berada dalam proses Reformasi Birokrasi
menuju organisasi yang lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien. Hal tersebut dapat
dicapai apabila terjadi perubahan mindset atau cultural set pada para pelaku organisasi, yaitu
perubahan dari comfort zone menjadi competitive zone.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan penataan SDM aparatur secara
berkesinambungan melalui promosi dan kaderisasi, serta mengisi jabatan kosong, dengan
melakukan perpindahan jabatan secara horizontal dari satu unit kerja ke unit kerja lain (tour of
area) atau perpindahan tugas pejabat (tour of duty) baik dari Unit Utama maupun antar Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
transformasi pengetahuan dan pengalaman baik di bidang manajerial maupun teknis.

Lebih lanjut Menkes menjelaskan, pelantikan pejabat kali ini dilaksanakan masih dalam rangka
penataan kembali SDM aparatur negara berkaitan dengan peningkatan kapasitas pejabat sesuai
dengan kompetensinya, penyegaran pegawai dalam upaya memperkaya pengalaman dalam
melaksanakan tugas sebagai abdi negara, menggantikan pejabat-pejabat yang purna tugas serta
adanya beberapa unit kerja yang mengalami perubahan nomenklatur.

Dengan diangkat dan dilantiknya pejabat baru ini, diharapkan performance dan kinerja
Kementerian Kesehatan dapat meningkat lebih baik, sehingga dapat memenuhi dinamika
tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan publik yang lebih bermakna, harap Menkes.

Penunjukan pejabat eselon II yang baru saja dilantik, telah melalui tahapan seleksi yang lebih
ketat dengan penerapan fit and proper test serta memperhatikan track record selama ini. Menkes
berharap pejabat baru mempunyai kontribusi nyata pada pembangunan kesehatan di Indonesia.

Dalam sambutannya Menteri Kesehatan berpesan agar pejabat yang baru dilantik menjadi figur
yang memiliki karakter yang baik, jujur, integritas tinggi, semangat patriotisme dan nasionalisme
yang tinggi serta dapat berperan sebagai perekat bangsa dalam NKRI; senantiasa
mengembangkan kapasitas diri, baik manajerial maupun leadership sehingga dapat menjadi
panutan terkemuka atau Out Standing Role Model for Leadership Character; sanggup bekerja
keras dan bekerja cerdas serta mampu melakukan terobosan yang positif melalui pikiran yang
kreatif, inovatif dan sistemik untuk kepentingan nasional; serta mempunyai jiwa dan semangat
untuk mewujudkan Good Governance.

Dalam menilai keberhasilan pencapaian program kerja/kegiatan, bukan saja berdasarkan pada
penyerapan anggaran yang baik, tetapi juga dengan menilai manfaat dan dampak positif yang
dirasakan oleh masyarakat; menjadi panutan bagi anak buah, bekerja bersama dan dekat dengan
anak buah dengan prinsip saling asah, asih, asuh, tegas Menkes.

Tak lupa bagi pejabat yang memasuki masa purna tugas Menkes mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengabdian, dedikasi, loyalitas dan jasa-jasa yang telah
diberikan kepada Bangsa dan Negara.

Segenap pejabat dan staf Direktorat Bina Kesehatan Ibu mengucapkan selamat kepada dr. Gita
Maya Koemara Sakti, MHA. Semoga di bawah kepemimpinan beliau, program kesehatan ibu
akan semakin maju dan berkembang, untuk menyukseskan program penurunan angka kematian
ibu dan peningkatan akses universal kesehatan reproduksi.

Segenap pejabat dan staf Direktorat Bina Kesehatan Ibu juga mengucapkan selamat kepada dr.
HR. Dedi Kuswenda, M.Kes yang telah dipercaya menjadi Direktur Bina Upaya Kesehatan
Dasar pada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, semoga dapat menunaikan amanah yang
diemban dengan sebaik-baiknya di tempat tugas yang baru.

Você também pode gostar