Você está na página 1de 4

STATUS GIZI LANSIA DALAM MENJAGA KEBUGARAN

DI DESA BANYUGLUGUR KABUPATEN SITUBONDO

PROPOSAL

STUDI KASUS

Oleh :

DIMAS RIZKY ARIYANTO

NIM . 14401.15.16007

AKADEMI KEPERAWATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG


PAJARAKAN - PROBOLINGGO

2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari proses tubuh kembang. Manusia tidak secara
tiba tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proes menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Lansia seperti juga tahapan tahapan usia yang lain dapat mengalami keadaan
gizi lebih maupun kekurangan gizi. Boedhi Darmoyo (1995) melaporkan bahwa
lansia di Indonesia yang dalam keadaan kurang gizi ada 3,4 % berat badan kurang
sebesar 28,3 % berat badan ideal berjumlah 42,4 % berat badan lbih ada 6, % dan
obesitas sebanyak 3,4 %. Temuan proporsi lansia yang kurang gizi di Indonesia pada
tahun 1994 tersebut tak banyak berbeda dengan temanmu di inggris pada tahun 192
dan 1979 yakni sebesar 3 %. Setelah di follow up ternyata lansia di inggris yang
menjadi kurang gizi meningkat 2 kali lipat lima tahun kemudian (Brocklehurst dan
Allen, 1987; Van der Cammen, Rai, Exton-Smith, 1991). Selanjutnya Wichhaidit
(1995) melaporkan bahwa ada 10 60 % lansia di Thailand yang menderita anemia
dan 80 90 % lansia mengkonsumsi kalsium kurang dari 2/3 dari kecukupan yang
dianjurkan.
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankannya,
karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia, pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya. Selain itu, dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Pemenuhan gizi pada lanjut usia (lansia) sangat penting. Pada usia lanjut
menunjukkan bahwa asupan energy pada usia lanjut sangatmempengaruhi ketahanan
tubuh. Pada usia lanjut dapat terjadi perubahan tingkat berbagai hormone dan
penurunan metabolisme sehingga terjadi penundaan kemunculan penyakit kronik
yang berhubungan dengan pertambahan umur.
Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tak benar, aktifitas
fisik kurang, obesitas, stress, merokok dan konsumsi alcohol berlebihan berkontribusi
terhadap penurunan barbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila seseorang berhasil
mencapai usia lanjut maka salah salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau
membawa satus gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup
yang bersangkutan lebih baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan
perubahan lingkunagn maupun faail dan status kesehatan mereka. Perubahan ini
makin nyata pada kurun dekade 70an. Faktor lingkungan antara lain meliputi
perubahan kondisi ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun, isolasi sosial
berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal, dan rendahnya pemahaman gizi
menyebabkan mundurnya atau memburuknya keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan
yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi
penyakit degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan,
perubahan dalam absorpsi dan utilitas zat-zat di tingkat jaringan, dan pada beberapa
kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh
karena penyakit sedang diderita.
Dalam hal kebutuhan terhadap unsur-unsur gizi, umunya kebutuhan mereka
sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan kebutuhan orang-orang dewasa. Pada
usia lanjut, misalnya basal metabolisme mereka berkurang antara 10-30%. Disamping
itu, umumnya aktivitas mereka sudah jauh berkurang. Hal ini tentu saja
mempengaruhi kebutuhan kalori mereka. Bertambah lanjut usia, maka akan
bertambah banyak pula alat maupun organ tubuh yang berdegenerasi (mundur)
terutama alat pencernaan.
Alat pencernaan disini yang utamanya pada gigi dimana para usia lanjut
banyak yang kehilangan gigi penyebab utama adalah periodontal disease yang bias
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk. Indra pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput
lender, atropi inera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di
lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit. Esophagus melebar dimana
lambung mudah terasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul
kontipasi dan fungsi absorbs melemahnya (daya absobsi terganggu) ditambah liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penimpanan sehingga aliran darah
dapat berkurang.
Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dapat diberikan adalah upaya
peningkatan promosi kesehatan melalui peningkatan kunjungan posyandu lansia dan
perlu adanya peningkatan peran serta keluarga untuk mendukung para lansia
melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Perlu adanya peningkatan kegiatan yang
lebih baik, supaya lansia terhindar dari kebosanan dan motivasi untuk keluarga supaya
secara bersamasama melakukan pertanggungjawaban terhadap lansia Lansia yang
tinggal di Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Banyuglugur Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kebutuhan zat gizi pada lanjut usia ?
2. Bagaimana Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan
kebutuhan zat gizi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui zat gizi pada lanjut usia.
2. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan kebutuhan
zat gizi

.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang kesehatan
mengenai kebutuhan nutrusi pada lanjut usia.

2. Bagi pembaca
Memberikan wawasan tentang kebutuhan nutrisi pada lanjut usia serta menambah
wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
3. Institusi pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk di terapkan di dunia pendidikan pada
lembaga-lembaga di bidang kesehatan sebagai solusi terhadap permasalahan
pendidikan yang ada.

Você também pode gostar