Você está na página 1de 12

2.

1 Akun-Akun dan Golongan-Golongan Transaksi dalam Siklus Penjualan dan


Pengumpulan Piutang
Pada dasarnya pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang bertujuan
untuk mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan umum. Terdapat perbedaan dalam sifat
dan nama akun untuk perusahaan jasa, perusahaan pengecer dan perusahaan asuransi, namun
konsep utamanya tetap sama. Adapun lima (5) kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, yaitu:
1. Penjualan (tunai atau kredit).
2. Penerimaan kas.
3. Retur dan potongan penjualan.
4. Penghapusan piutang tak tertagih.
5. Penaksiran kerugian piutang.
2.2 Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang menyangkut keputusan dan proses yang
diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada konsumen setelah barang
dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Hal ini dimulai dengan adanya permintaan dari konsumen
dan diakhiri dengan adanya perubahan dari barang atau jasa menjadi piutang usaha, dan pada
akhirnya menjadi kas. Fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen serta catatan yang digunakan
dalam bisnis yaitu:
2.2.1 PENGOLAHAN PESANAN DARI PEMBELI
Pesanan merupakan suatu permintaan untuk membeli barang berdasarkan syarat-
syarat tertentu, antara lain:
a. Pesanan dari Pembeli, yaitu suatu permintaan untuk membeli barang atau jasa yang
dibuat oleh pembeli.
b. Order Penjualan, yaitu adalah suatu dokumen yang menerangkan deskripsi,
kuantitas, dan informasi lain tentang barang yang dipesan oleh konsumen.
2.2.2 PERSETUJUAN KREDIT
Pemberian persetujuan kredit oleh pejabat yang berwenang dalam setiap transaksi
penjualan yang dilakukan secara kredit ini seringkali menjadi petunjuk persetujuan
pengiriman barang.

1
2.2.3 PENGIRIMAN BARANG
Kebanyakan perusahaan mengakui terjadinya penjualan ketika barang dikirimkan,
maka dari itu perusahaan selalu membuat suatu dokumen pengiriman.
a. Dokumen Pengiriman, biasanya dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang
menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang
relevan lainnya.
2.2.4 PENAGIHAN KEPADA PEMBELI DAN PENCATATAN PENJUALAN
Aspek-aspek terpenting dalam penagihan adalah:
1. Semua pengiriman telah dibuat penagihannya (kelengkapannya).
2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian).
3. Setiap pengiriman ditagih dengan jumlah yang benar (ketelitian).
a. Faktur Penjualan, yaitu suatu dokumen atau catatan elektronik yang berisi deskripsi
dan kualitas barang yang dijual, harga jual dan data relevan lainnya guna menunjukan
kepada pembeli tentang jumlah dari suatu penjualan dan kapan jatuh tempo.
b. File Transaksi Penjualan, yaitu file yang dihasilkan komputer yang memuat semua
transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi pada suatu periode. Informasi
dalam file transaksi penjualan digunakan untuk pembuatan berbagai catatan, daftar,
atau laporan, tergantung pada kebutuhan perusahaan.
c. Jurnal Penjualan atau Daftar Penjualan, merupakan suatu daftar atau laporan yang
dihasilkan dari file transaksi penjualan yang biasanya memuat nama pembeli, tanggal,
jumlah, dan klasifikasi akun atau kelompok untuk setiap transaksi.
d. Master File Piutang Usaha, adalah file komputer yang digunakan untuk mencatat
setiap penjualan, penerimaan kas, dan retur serta pengurangan harga untuk setiap
pembeli dan memutahirkan saldo piutang kepada pelanggan yang bersangkutan.
e. Daftar Saldo Piutang Usaha, adalah daftar atau laporan yang menunjukkan jumlah
saldo piutang kepada setiap pelanggan pada suatu saat tertentu.
f. Laporan Piutang Bulanan, merupakan suatu dokumen yang dikirimkan melalui pos
atau secara elektronik kepada setiap pelanggan menunjukkan saldo awal piutang
kepada pelanggan yang bersangkutan, jumlah dan tanggal setiap penjualan,
pembayaran tunai yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir
piutang.

2
2.2.5 PENGOLAHAN DAN PECATATAN PENERIMAAN KAS
Hal yang terpenting dalam penanganan kas adalah mencegah terjadinya pencurian
dan memastikan bahwa semua penerimaan kas harian segera disetorkan ke bank dengan
jumlah yang benar dan tepat waktu.
a. Surat Pengantar Pembayaran, yaitu suatu dokumen yang dikirim melalui pos kepada
pembeli dan selanjutnya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas.
b. Daftar Penerimaan Kas, di mana daftar ini digunakan untuk memeriksa apakah kas
yang diterima telah dicatat dan disetorkan dalam jumlah yang benar ke bank serta
tepat waktu.
c. File Transaksi Penerimaan Kas, biasanya file ini dihasilkan oleh computer yang berisi
semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu
periode waktu tertentu.
d. Jurnal Penerimaan Kas atau Daftar, yaitu daftar atau laporan ini dihasilkan dari file
transaksi penerimaan kas dan meliputi semua transaksi untuk periode waktu tertentu.
2.2.6 PENGOLAHAN DAN PENCATATAN RETUR DAN PENGURANGAN
HARGA PENJUALAN
Apabila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterimanya, penjual dapat
menyetujui pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga. Memo kredit
diterbitkan untuk memudahkan pengawasan dan sebagai dasar pencatatan.
a. Memo Kredit, menunjukan pengurangan terhadap jumlah yang akan diterima pembeli
karena adanya retur atau pengurangan harga.
b. Jurnal Retur dan Pengurangan Harga, ini digunakan untuk mencatat retur dan
pengurangan harga penjualan.

2.2.7 PENGHAPUSAN PIUTANG


Setelah menyimpulkan bahwa piutang kepada pelanggan tertentu tidak dapat
ditagih, perusahaan harus menghapus piutang tersebut.
a. Formulir Otoritas Penghapusan Piutang, merupakan dokumen yang digunakan secara
internal untuk menyatakan perintah untuk menghapus piutang yang sudah tidak dapat
tertagih.
2.2.8 PENCADANGAN KERUGIAN PIUTANG

3
Dikarenakan setiap perusahaan tidak dapat diharapkan untuk bisa menagih
seluruh hutangnya 100%, maka dari itu prinsip akuntansi mewajibkan untuk mencatat
beban kerugian piutang sejumlah piutang yang diperkirakan tidak tertagih.
2.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengunjian Substantif
Transaksi untuk Penjualan
2.3.1 PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL-PEMBELIAN
Jika seorang auditor telah memahami pengendalian internal, biasanya seorang
auditor mempelajari bagan alir yang telah dibuat klien, mengajukan pertanyaan kepada
klien dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal dan melakukan
transaction walkthrough untuk penjualan.
2.3.2 PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DIRENCANAKAN-
PENJUALAN
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian
internal untuk menetapkan resiko pengendalian. Ada empat (4) tahap penting dalam
penetapan risiko yaitu:
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menetapkan risiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi yang ada
pada penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta defisiensinya, auditor menghubungkan
hal tersebut dengan tujuannya.
4. Auditor menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan defisiensinya untuk setiap tujuan.
Pemisahan Tugas yang Memadai, akan membantu dalam mencegah berbagai jenis
kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan misalnya
fungsi pemberian persetujuan kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan.
Pengotorisasi yang Tepat.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pengotorisasian transaksi penjualan yaitu:
1. Persetujuan kredit yang tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi.
2. Barang yang bisa dikirimkan hanya setelah otorisasi pengiriman diberikan.
3. Harga, termasuk syarat penjualan, pengangkutan, dan potongan harus diotorisasi.
Dokumen dan Catatan yang Memadai.

4
Sebelum melaksanakan, mengelola, dan mencatat transaksi, perusahaan seharusnya
membuat prosedur pencatatan yang memadai agar tidak menemukan kesulitan dalam
mengevaluasi prosedur klien, sehingga tujuan audit dapat terpenuhi.
Dokumen Bernomor-urut Tercetak (Prenumbered), ini dimaksudkan untuk mencegah
kesalahan dalam pembuatan faktur atau pencatatan penjualan dan terjadinya
penagihan atau pencatatan ganda.
Laporan Piutang Bulanan, berguna untuk pengawasan karena mendorong konsumen
untuk memberi komentar apabila saldo yang tercantum dalam laporan tidak sesuai
dengan saldo menurut pembukuan konsumen.
Prosedur Verifikasi Internal.
Program computer atau personil yang independen harus memeriksa bahwa
pengolahan dan pencatatan transaksi penjualan memenuhi keenam tujuan audit
transaksi.
2.3.3 PENENTUAN LUAS PENGUJIAN PENGENDALIAN
Luas pengujian pengendalian tergantung pada efektivitas pengendalian dan
berbagai hal lain yang auditor yakini akan dapat mengurangi risiko pengendalian. Dalam
menentukan seberapa jauh pengendalian bisa diandalkan, auditor juga
mempertimbangkan kenaikan biaya penyelenggaraan pengujian pengendalian
dibandingkan dengan penurunan potensi dalam pengujian substantif.
2.3.4 PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN UNTUK PENJUALAN
Untuk setiap pengendalian kunci, harus dirancang satu atau lebih pengujian
pengendalian untuk memeriksa efektivitasnya. Pengujian yang dilakukan berdasarkan
asersi manajemen yang berkaitan dengan transaksi.
2.3.5 PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI PENJUALAN
Dalam memutuskan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya
menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit tanpa memperhatikan
keadaan tertentu, sedangkan prosedur yang lain akan diterapkan tergantung pada baik-
buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian pengendalian. Prosedur audit yang
digunakan tergantung pada pengendalian internal dan hasil pengendalian internal atas
tujuan tersebut.
Penjualan yang Tercantum dalam Pembukuan Sungguh-sungguh Terjadi.

5
Untuk tujuan ini auditor mencurahkan perhatiannya pada kemungkinan terjadinya
tiga jenis kesalahan penyajian berikut:
1. Penjualan yang tercatat dalam jurnal tidak ada pengiriman barangnya.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
3. Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Penjualan Dicatat dalam Pembukuan Tanpa Pengiriman Barang.
Auditor dapat memilih suatu sampel ayat jurnal dalam jurnal penjualan dan
mencocokannya ke dokumen pengiriman barang serta dokumen pendukung lainnya (
vouching ) untuk memastikan bahwa penjualan sungguh sungguh terjadi.
Penjualan Dicatat Lebih dari Sekali.
Pencatatan dobel penjualan dapat ditemukan dengan mereview daftar penjualan yang
telah dicatat dengan memperhatikan nomor dokumennya untuk memastikan tidak ada
nomor yang muncul dua kali.
Pengiriman Dilakukan pada Konsumen Fiktif.
Untuk menguji ada tidaknya konsumen fiktif, auditor bisa menelusur informasi
tentang konsumen dalam faktur penjualan ke master file konsumen.
Transaksi Penjualan yang Terjadi Telah Dicatat.
Untuk menguji pengiriman barang yang tidak dibuat fakturnya, auditor bisa
menelusur suatu sampel dokumen pengiriman yang disimpan di bagian pengiriman ke
duplikat faktur penjualan yang bersangkutan dan ke jurnal penjualan.
Arah Pengujian

Pesanan Duplikat Master


Dokumen
Faktur Jurnal Buku
dari Pengiriman File
Penjualan Penjualan Besar
Pembeli Barang Piutang
Usaha

Kelengkapan Keterjadian
dimuali dari sini dimulai dari sini

6
Penjualan Telah Dicatat dengan Teliti.
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus dapat memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan jumlah yang dipesan.
b. Jumlah yang ditagih dalam faktur sesuai dengan jumlah barang yang dikirimkan.
c. Jumlah tagihan dalam faktur dicatat dengan benar dan dalam catatan akuntansi.
Transaksi Penjualan Telah Dimasukkan ke dalam Master File dan
Diikhtisarkan dengan Benar.
Pada audit tertentu, auditor melakukan sejumlah pengujian ketelitian klerikal, seperti
misalnya pemeriksaan kebenaran penjumlahan pada kolom rupiah dalam jurnal dan
kemudian menelusur jumlah totalnya ke buku besar dan detailnya ditelusur ke buku
pembantu piutang, untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan atau penyimpangan
dalam pengolahan transaksi penjualan.
Penjualan Dikelompokkan dengan Benar.
Auditor biasanya menguji kebenaran pengelompokkan penjualan sebagai bagian dari
pengujian ketelitian. Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan
ketelitian pengelompokkan dari suatu transaksi dan membandingkannya dengan akun
yang sesungguhnya digunakan dalam pencatatan.
Penjualan Dicatat pada Tanggal yang Benar.
Penjualan harus ditagih dan dicatat sesegera mungkin setelah pengiriman barang
dilakukan, untuk mencegah terjadinya kekeliruan tak disengaja, misalnya lupa tidak
dibukukan, dan untuk memastikan bahwa penjualan dicatat pada periode yang benar.
2.3.6 PROSEDUR-PROSEDUR AUDIT FORMAT RANCANGAN DAN
FORMAT UNTUK DILAKSANAKAN
Dalam mengubah dari program audit format rancangan menjadi format audit
untuk dilaksanakan, prosedur-prosedur digabung. Hal ini dilakukan dengan tujuan:
Menghilangkan pengulangan prosedur.
Memastikan bahwa apabila suatu dokumen diperiksa, semua prosedur diterapkan atas
dokumen tersebut pada saat itu juga.
Membuat auditor bisa melaksanakan prosedur dengan urutan yang paling efektif.
2.4 Retur dan Pengurangan Harga Penjualan

7
Untuk retur dan pengurangan harga penjualan, auditor biasanya memberi penekanan pada
pengujian atas pencatatan transaksi untuk mengungkapkan pencurian kas yang berasal dari
pengumpulan piutang sebelumnya telah diciptakan transaksi retur dan pengurangan harga
penjualan fiktif.
2.5 Menjelaskan Metodologi Perancangan Pengujian Pengendalian dan Substantif
Peneriman Kas
Untuk penerimaan kas, auditor menggunakan metodologi perancangan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang sama seperti yang digunakan untuk
penjualan. Pengujian pengendalian dan prosedur audit pengujian substantif transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan menggunakan kerangka yang sama seperti yang digunakan untuk
penjualan, namun tentu saja tujuan spesifiknya untuk penerimaan kas. Berlandaskan tujuan audit
transaksi, auditor mengikuti proses berikut:
Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
pengurangan risiko pengendalian.
Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan penyajian
moneter untuk setiap tujuan.
1) Menentukan Apakah Penerimaan Kas Telah Dicatat
Penggelapan kas akan sulit untuk dideteksi auditor apabila hal tersebut terjadi
sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau daftar kas lainnya, terutama
apabila penjualan dan penerimaan kas dicatat secara bersamaan. Sebagai contoh, apabila
pelayan toko menerima kas dari pembeli dan secara sengaja tidak mencatat penjualan dan
penerimaan kas tersebut dalam register kas, maka sangat sulit untuk menemukan
pencurian kas tersebut. Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya penggelapan kas
semacam ini, banyak perusahaan menerapkan suatu pengendalian internal.
2) Pengujian Penerimaan Kas
Prosedur yang seperti ini merupakan prosedur audit yang bermanfaat untuk
menguji apakah seluruh penerimaan kas telah disetorkan ke dalam rekening di bank.
Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagaimana tercantum dalam jurnal
penerimaan kas untuk suatu periode, misalnya satu bulan, direkonsiliasi dengan setoran
yang sesungguhnya dilakukan ke bank pada periode yang sama. Perbedaan diantara

8
keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos pos lainnya,
tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.
3) Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang
Untuk menutupi kekurangan kas, biasanya perusahaan melakukan lapping piutang
usaha atau pengunduran waktu pencatatan penerimaan pengumpulan piutang,
Penggelapan dilakukan oleh orang yang melakukan penerimaan kas dan selanjutnya ia
juga yang mencatatnya dalam sistem komputer.
Penggelapan semacam ini akan dapat dicegah mudah melalui pemisahan tugas
dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan
penerimaan kas ke dalam sistem komputer. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan
membandingkan nama, jumlah, dan tanggaly ang ditunjukkan pada pengantar
pembayaran dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoran terkait.
2.6 Menjelaskan Pengauditan Penghapusan Piutang
Kemungkinan pegawai perusahaan klien melakukan penggelapan kas dengan cara
menghapuskan piutang yang telah diterima (tujuan audit transaksi-keterjadian) juga
menyebabkan kekhawatiran utama auditor dalam penghapusan piutang usaha perusahaan selain
retur dan pengurangan harga penjualan. Dengan menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap
penghapusan piutang dengan menunjuk pejabat perusahaan tertentu setelah sebelumnya
melakukan penyelidikan yang cermat tentang alasan mengapa debitur tidak membayar dapat
dilakukan untuk mencegah masalah yang seperti ini.
Untuk memverifikasi penghapusan akun auditor biasanya juga memeriksa korespondensi
yang terdapat dalam arsip klien untuk mencari informasi tentang tidak dapat ditagihnya piutang.
Setelah auditor berkesimpulan bahwa penghapusan telah dijurnal dengan benar, selanjutnya
sejumlah sampel piutang yang dihapus ditelusur master file piutang usaha untuk menguji apakah
telah dicatat dengan benar.
2.7 Menjelaskan Pengendalian Internal Saldo Akun serta Penyajian dan Pengungkapan
Apabila pengendalian internal untuk transaksi-transaksi yang mempengaruhi saldo akun
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang telah dinilai efektif dan pengujian substantif
transaksi yang bersangkutan mendukung kesimpulan tersebut, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat dikurangi.

9
Selain itu, pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal
serta penyajian dan pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum terindentifikasi atau
diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Untuk
siklus penjualan dan pengumpulan piutang, hal ini mungkin sekali mempengaruhi nilai bersih
bisa direalisasi dan tujuan audit saldo tentang hak dan kewajiban serta tujuan audit penyajian dan
pengungkapan.
Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yang penting
sekali karena kolektibilitas piutang sering mencerminkan bagian yang cukup besar dalam laporan
keuangan. Oleh Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk yang tinggi untuk
tujuan nilai bersih bisa direalisasi. Idealnya, klien menetapkan beberapa pengendalian untuk
mengurangi kemungkinan tidak tertagihnya piutang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.

11
KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan
piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup langkah
langkah berikut:

Memahami pengendalian internal


Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
Menentukan luas pengujian pengendalian
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor berfokus
pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi
resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk
setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi untuk
menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti pengujian
pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor
mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kerja.

12

Você também pode gostar