Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tahun
Tanggung jawab pengendalian jumlah pendidikan bukan hanya tanggung jawab Badan KB dan
Pemberdayaan Manusia (BKBPM) Kota Malang saja, tapi tanggung jawab bersama, termasuk
TNI AD. Karenanya, untuk menyukseskan program KB, Kodim 0833 Kota Malang bersama
BKBPM menggelar bakti sosial KB Kesehatan di Puskesmas Janti, kemarin.
Menurut Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Arh. Wahyu Jiantono, dari data yang ada
setiap tahunnya di Kota Malang tercatat angka kelahiran mencapai 1403 bayi per tahunnya,
dengan angka kematian bayi mencapai 509 jiwa. Agar laju pertumbuhan dapat diatur, program
Melalui keterpaduan lintas sektoral, program pengendalian laju pertumbuhan dapat diatur
dengan baik, kata Dandim 0833 Kota Malang, Letkol Arh. Wahyu Jiantono kepada Malang
Post, seusai meninjau pelaksanaan bakti sosial kemanunggalan program KB bersama TNI,
kemarin.
Dijelaskan, program itu sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah ditanda tangani bersama
Panglima TNI dan BKKBN di tingkat pusat dan dilanjutkan sampai tingkat provinsi dan daerah.
Di Kota Malang, melalui program KB bersama TNI ditargetkan mampu menjaring akseptor KB
baru mencapai 7590 akseptor.
Program itu dilaksanakan mulai 1 Mei lalu hingga 31 Oktober mendatang. Sampai dengan
pertengahan Juni, sebanyak 2943 akseptor KB baru sudah terjaring melalui program tersebut.
Dengan alokasi waktu yang cukup panjang, alumnus SMAN 3 Malang itu optimis target jumlah
akseptor baru dapat tercapai.
Tidak mudah untuk mengajak masyarakat untuk mengikuti program KB. Sesuai dengan aturan
yang kami terima, realisasi target akseptor mencapai jumlah 40 persen dianggap berhasil dan
cukup bagus dalam menjaring akseptor baru, ungkapnya.
Kodim mengerahkan Babinsa yang ada di masing-masing wilayah untuk mengajak sekaligus
mensosialisasikan program KB kepada masyarakat secara luas. Tujuan dari program KB itu juga
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya keluarga pra sejahtera I dan keluarga
pra sejahtera.
Sementara itu, Wawali Kota Malang, Bambang Priyo Oetomo berharap kebersamaan antara TNI
dengan Pemkot Malang yang sudah terjalin dengan baik dapat terus dikembangkan. Supaya
tetap bersemangat, program KB akan membantu program kesejahteraan masyarakat, tandasnya.
(aim/udi/malangpos
RMOL.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) lima tahun terakhir, naik
tajam. Minimnya layanan medis dalam proses persalinan menjadi salah satu penyebab.
hal itu dikatakan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti saat membuka
Workshop Nasional Pelayanan Kesehatan di Kemenkes, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saat ini AKI di Indonesia masih berada di angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini 3-
6 kali lebih besar dengan negara ASEAN, ujar Ali Ghufron.
Begitu juga dengan AKB, kata dia, masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya
seperti Malaysia dan Thailand.
Jumlah tersebut masih tinggi dari yang ditargetkan pada 2014 menjadi 118 per 100 ribu kela-
hiran hidup dan 2015 akan diupayakan menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup, jelas Ali.
Menurut dia, faktor keterlambatan mendapatkan penanganan medis menjadi salah satu penyebab
tingginya AKI dan AKB di Indonesia.
Para Ibu sering bingung waktu membuat keputusan melahirkan, apakah akan melalui penanga-
nan medis atau non medis, terutama di wilayah pedesaan yang menyebabkan tingginya AKI dan
AKB, katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Ali, Kemenkes telah melakukan upaya memperbanyak la-
yanan kesehatan kepada masyarakat. Yaitu, dengan pengadaan Pos Persalinan Desa (Polindes) di
setiap desa, pemberian kewenangan tambahan pada Puskesmas untuk penanganan gawat darurat
dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED), pemberdayaan rumah sakit
sebagai sarana rujukan dalam Pelayanan Obstetri Neonatus Essential Komprehensif (PONEK)
dan upaya-upaya standarisasi pelayanan kesehatan kebidanan.
Bidan memiliki peran penting menjaga kelangsungan hidup ibu dan anak, terutama di wilayah
pedesaan. Untuk itu, peranan bidan akan ditingkatkan mutunya, janji Ali.
Selain itu, lanjutnya, Kemenkes akan meningkatkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal)
untuk keluarga tidak mampu. Kemenkes juga telah menganggarkan beberapa dana di Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) guna meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan ma-
syarakat dengan menambah tempat tidur atau Puskesmas pembantu yang masih kurang.
Kami akan menambah anggaran klaim Jampersal dari Rp 440 ribu per kelahiran normal menja-
di Rp 660 ribu per kelahiran hidup, ungkap Ali.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief akan
menggenjot program Keluarga Berencana (KB) di pedesaan guna menekan AKI dan AKB.
Infrastruktur program KB di daerah akan diperkuat melalui Pos KB di daerah serta menghidup-
kan kembali fungsi Petugas Lapangan KB (PLKB), tutur Sugiri.
BKKBN juga akan memperkuat layanan Jaminan Pesalinan (Jampersal) mulai dari konsultasi
kehamilan, persalinan hingga pemilihan alat KB serta menggiatkan program Generasi Berencana
(GENRE) guna menekan tingkat pernikahan dini di kalangan remaja.
Diharapkan program KB bisa lebih baik untuk menekan angka kematian ibu dan anak, tandas-
nya. [Harian Rakyat Merdeka]
Masalah
Terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang terdapat di desa dan merupakan masalah yang
harus dapat dipecahkan yaitu antara lain: faktor tanah, modal, tenaga kerja dan faktor
kepemimpinan dan organisasi, yang masih merupakan ciri khas bagi desa-desa
Bagi desa yang sifatnya agraris, soal tanah adalah penting tetapi faktor tanah saja tidak akan
berarti bila tidak dihubungkan dengan unsur manusia. Rendahnya produktivitas tanah tidak dapat
ditolong jika tidak ada peningkatan taraf peningkatan modal dan penggunaan modal secara
efisien dan ekonomis. (Bintarto, 1977 : 36).
Perluasan perkembangan desa tergantung dari pengaruh-pengaruh faktor dalam dan faktor luar.
Hal ini seperti yang dijelaskan oleh (Bintarto, 1977) di dalam bukunya.
Warga desa, dalam arti sampai dimana taraf pengetahuan masyarakat desa setempat
Sumber tanaman di desa, dalam arti macam-macam tanaman yang dapat tumbuh dan
berguna bagi penduduk untuk sendiri dan perdagangan.
Sumber air dalam arti sungai, sumur atau curah hujan yang cukup untuk menghidupi tiga
bentuk hidup di dalam desa yaitu manusia, hewan, dan tanaman.
Sumber tanah, dalam artian tanah yang produktif, yang masih mempunyai tingkat
kesuburan yang cukup lama.
Hubungan lalu-lintas antara desa dengan desa-desa atau kota-kota di luar desa itu.
Pengaruh dari luar, dalam hal ini dari jawatan-jawatan atau instansi-instansi vertikal yang
mengurusi persoalan-persoalan desa.
Pengaruh topografi, dalam artian pengaruh terhadap pertambahan areal tempat kediaman
penduduk.
--------------------------------------
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya
masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan
sebagai masyarakat pedesaannya.
Masyarakat Perkotaan
Pengertian masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Secara umum, masyarakat perkotaan sosialisasinya sudah berkurang dan kepribadiannya beragam.
Kurangnya rasa sosialisasi karena masyarakat perkotaan sudah sibuk dengan kepentingannya masing-
masing, sedangkan dari kepribadiannya masyarakat perkotaan kebanyakan sedikit stress karena
banyaknya target/pencapaian yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu. Pola interaksi
masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik, pendidikan, dan terkadang hierarki dan bersifat
vertikal serta individual. Pola solidaritas sosial masyarakat perkotaan terbentuk karena adanya
perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat. Walaupun begitu, tidak semua masyarakat
perkotaan seperti apa yang dijelaskan di atas.
Masyarakat Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan
perwujudan atau persatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ (suatu
daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan
menurut Paul H. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Secara umum, masyarakat pedesaan lebih bersosialisasi dengan kepribadian yang sederhana.
Masyarakat pedesaan itu lebih bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka
hampir hafal semua penduduk yang tinggal di desa. Masyarakat pedesaan juga sangat ramah terhadap
orang asing yang belum dikenalnya. Untuk kepribadian, masyarakat pedesaan lebih terkesan santai
karena kerjanya tidak terlalu berat seperti masyarakat perkotaan. Pola interaksi masyarakat pedesaan
adalah dengan prinsip kerukunan dan bersifat horizontal serta mementingkan kebersamaan. Pola
solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup
bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu,
sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan
adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut
sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan
budaya mereka yang bersifat umum.
1. Sederhana
2. Mudah curiga
3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4. Mempunyai sifat kekeluargaan
5. Lugas atau berbicara apa adanya
6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8. Menghargai orang lain
9. Demokratis dan religius
10. Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan
dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap
digunakan masyarakat pedesaan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan
kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering
disebut sebagai urban community.
1. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan
alam, karena lokasi geografisnya di daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan
oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya
bebas dari realitas alam.
2. Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di daerah pedesaan adalah
bertani tapi tak sedikit juga yang bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian
tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran Komunitas, Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
4. Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan degan kepadatan
penduduk kota, kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan degan klasifikasi dari
kota itu sendiri.
5. Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat dan perilaku nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang degan
macam-macam perilaku dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di
dlm diferensiasi Sosial.
7. Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk piramida terbalik
yaitu kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua
tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain
3. di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama
dan sebagainya.
5. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada
kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh
karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan,
sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan
pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.
Setelah apa yang sudah dijelaskan di atas, terdapat ciri-ciri yang menjadi dasar perbedaan antara
masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Disamping itu, masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan saling berhubungan. Masyarakat
perkotaan dan masyarakat pedesaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain.
Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat
ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu dikota, misalnya saja
buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak.
Sumber : http://lorentfebrian.wordpress.com/perbedaan-masyarakat-kota-dengan-masyarakat-desa/
Dewasa ini kita sering melihat kehidupan masyarakat kota yang sangat berbeda dengan masyarakat
desa,ini terjadi di karenakan oleh banyak faktor. Maka akan timbul dampak negatif dari perbedaan itu,
oleh karna itu disni saya akan mencoba untuk menjelaskan apa saja perbedaan masyarakat kota dan
masyarakat desa.
Kehidupan masyarakat dapat kita lihat dari segi fasilitas yang telah memadai separti sumber komunikasi,
hiburan, dan lain-lainnya. hal ini membuat cara pandang mereka berubah lalu juga gaya hidup
mereka.sedangkan didesamereka tidak mempunyai fasilitas komunikasi yang lengkap, sehingga mereka
tidak akan dapat melihat kehidupan dunia luar dan juga gaya hidup dan akhirnya mereka tertinggal jauh
dengan kemajuan zaman. Hal ini menimbulkan dapak buruk bagi masyarakat itu sediri.
Kehidupan mayarakat perkotaan tidaklah selalu berdakpak positif, tetapi juga dapat menibulkan dampak
buruk bagi kehidupan manusia. Ini beberapa dampak positif dari kehidupan mayrakat perkotaan.
Dampak positif:
Masyarakat lebih maju dalam teknologi karna masyarakat akan selalu mengetahui adan mengikuti
perkembangan zaman moderen.
Cara berfikir yang lebih terbuka karena banyak nya informasi yang didapatkan.
Dampak negatif:
Rusaknya etika dan moral masyarakat karna melihat dan meniru perilaku yang tidak sesuai dengan
lingkungan mereka.
Banyak terjadi tindakan kriminal terjadi karna masyarakat perkotaan memiliki biaya hidup yang tinggi.
Hilang nya adat istiadat yang dimiliki setiap daerah karna masyarakt lupa akan kebudayaan ssendiri,
dengan kebudayaan negara lain.
Hilangnya rasa sosilaisi antar masyarakat.
Selanjutnya kita akan mengetahui apa hal positif dan negatif dari kehidupan masyarakat di pedesaan:
Dampak positif:
Kehidupan yang lebih damai karna kecilnya tindakan kerimnal mereka hidup dengan sederhana.
Dampak negatif:
Cari berfikir masih primitif karna mereka kurang nya wawasan ilmu, dan juga masih percaya dengan hal-
hal mistis.
Jauh dari informasi kemajuan zaman, karna kurang nya sarana dan prasarana.
Itu lah bebrapa dampak positif, negatif dari kehidupan perkotaan dan pedesaan. Kita mengetahui bawha
tidak semua nya masyarakt perkotaan selalu berdampak baik, begitu juga dengan masyarakt perdesaan.
Demikianlah tulisan yang saya buat semoga ini bermanfaat bagi pembaca.