Você está na página 1de 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

PERCOBAAN 3

PENENTUAN NILAI HASIL KALI KELARUTAN (KSP)

Nama : WIRA YULIADHA S.


NIM : H 311 09 278
Kelompok : VI (ENAM)
Hari/Tgl. Perc. : SENIN/21 FEBRUARI 2011
Asisten : NATALIA SHINTADEVI

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion

elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya dipangkatkan koefisiennya

masing-masing. Sedangkan pada definisi lain dapat dikatakan Ksp merupakan

hasil kali ion dimana akan didapatkan hasil yang berbeda-beda bergantung pada

konsentrasi larutan serta pada larutan jenuh nilainya akan tetap bila suhunya tetap

dan dalam keadaan demikian hasil kali ion sama dengan Ksp. Besarnya nilai hasil

kali kelarutan mencerminkan mudah atau tidaknya larutan elektrolit larut dalam

air. Sedangkan Kelarutan dapafinisikan sebagai banyaknya gram/zat yang larut

dalam 1 liter air.

Salah satu contoh yana merupakan aplikasi Ksp, pada saat melarutkan

kapur Ca(OH)2 kedalam sedikit demi sedikit, maka awalnya Ca(OH)2 larut dalam

air, lama kelamaan padatan Ca(OH)2 yang ditambahkan tidak bisa larut lagi.

Keadaan pada saat zat pelarut sudah tidak mampu lagi melarutkan zat yang

ditambahkan disebut keadaan jenuh. Seluruh zat yang terlarut (karena elektrolit)

terionisasi membentuk ion-ionnya. Pada keadaan jenuh yang terjadi adalah

kesetimbangan heterogen antara padatan dengan ion-ion yang terlarut. Dalam

perhitungan, konstanta kesetimbangan ion-ion saja yang diperhitungkan,

sedangkan padatannya tidak diperhitungkan. Konstanta kesetimbangan ini disebut

hasil kali kelarutan yang dinotasikan dengan Ksp.


1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari metode penentuan

nilai hasil kali kelarutan (Ksp).

2. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :

1. Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.

2. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan kebergantungan

Ksp pada suhu.

1.3. Prinsip percobaan

Prinsip percobaan ini adalah penentuan nilai hasil kali kelarutan (Ksp)

PbCl2 melalui pembentukan suatu endapan PbCl2 yang terbentuk dari Pb(NO3)2

dan KCl, serta mengukur suhu pelarutan endapan PbCl2 melalui proses

pemanasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengendapan adalah salah satu cara untuk memisahan unsur-unsur

atau senyawa. Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada cara tersebut

adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali. Pada temperatur

tertentu, kelarutan zat dalam pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya bila

dilarutkan pada pelarut dan zat tersebut mencapai kesetimbangn dengan pelarut

itu (Khopkar, 1990).

Tetapan hasil kali kelarutan menjelaskan kesetimbangan senyawa ion

sedikit larut dalam larutan jenuhnya. Ksp adalah hasil kali suku-suku konsentrasi

ion, dan masing-masing suku dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan

koefisien dalam persamaan kimianya (Petrucci dan Suminar,1992).

Untuk hal-hal yang menyangkut keseimbangan larutan elektrolit yang

sedikit larut, biasanya digunakan symbol khusus Ksp. Hasil kali kelarutan untuk

elektrolit yang bukan biner, dengan cara yang sama dapat diturunkan sebagai

contoh (Bird,1993):

Ksp [Fe(OH)3] = [Fe3+] [OH-]3 pada T oC

Ksp [Ag2CrO4] = [Ag+]2 [CrO4=] pada T oC

Ksp [AgCl] = [Ag+] [Cl-]

Ruas kanan dari persamaan-persamaan diatas yaitu [Ag+]2 [CrO4=], [Ag+]

[Cl-] disebut hasil kali ion. Hasil kali ion akan berbeda-beda bergantung pasa

konsentrasi larutan serta pada larutan jenuh nilainya akan tetap bila suhunya tetap

dan dalam keadaan demikian hasil kali ion akan sama dengan Ksp.
Efek ion asing terhadap kelarutan endapan-endapan adalah tepat

kebalikannya, kelarutan bertambah sedikit dengan adanya ion-ion asing. Untuk

menjelaskan efek ion asing terhadap kelarutan endapan, harus mengingat rumus

hasil kali kelarutan, harus dinyatakan dalam besaran aktivitas. Untuk larutan jenuh

elektrolit AvABvB, yang terionisasi menjadi ion vAAm+ + vBBn- (Svehla,1990).

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan padatan kristalin

adalah suhu, sifat pelarut, dan adanya ion-ion lain dalam larutan. Di dalam

golongan yang belakang disertakan ion-ion yang mungkin sama atau tidak sama

dengan ion-ion di dalam padatan, dan ion-ion yang membentuk molekul yang

berdisosiasi sedikit atau ion kompleks dengan ion-ion padatannya. Faktor-

faktornya meliputi (Day dan Underwood,1993):

1. Suhu

Kebanyakan garam anorganik bertambah kelarutannya apabila suhu dinaikkan.

Biasanya menguntungkan untuk melakukan proses pengendapan titrasi, dan

pencucian endapan dengan larutan panas.

2. Pelarut

Kebanyakan garam anorganik lebih mudah larut dalam air daripada dalam

pelarut organik. Ion di dalam sebuah Kristal tidak mempunyai tarikan demikian

besar untuk pelarut organic dan karenanya kelarutannya biasanya lebih kecil

daripada dalam air.

3. Pengaruh ion sama

Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada sebuah larutan

yang mengandung salah satu ion dari endapan. Dengan adanya ion sama yang
sangat berlebihan, kelarutan suatu endapan mungkin sangat lebih besar daripada

harga yang diramal oleh tetapan Ksp.

4. Pengaruh ion aneka ragam

Telah diketahui bahwa banyak endapan menunjukkan peningkatan kelarutan

apabila garam yang tidak mengandung ion yang sama dengan endapan ada di

dalam larutan.

5. Pengaruh pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Hal ini

disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya

endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan

bergabung dengan I- membentuk HI.

6. Pengaruh Hidrolisis

Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kelarutan demikian rendah hingga

pH air tidak berubah secara nyata oleh hidrolisa serta kelarutan cukup besar

hingga sumbangan ion hidroksida dari air dapat diabaikan.

7. Pengaruh Kompleks

Kelarutan suatu garam yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari

zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam.

Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan zat yang sedikit larut. Dalam

perhitungan yang dilakukan sampai sejauh ini, kita menganggap bahwa semua zat

yang terlarut berada dalam larutan sebagai kation dan anion yang terpisah. Dalam

banyak hal, anggapan ini tidak berlaku. Misalnya, dalam larutan jenuh magnesium

fluorida, pasangan ion yang terdiri dari satu ion Mg2+ dan satu ion F- atau MgF+,

mungkin ditemukan. Apabila pembentukan pasangan ion terjadi dalam larutan,


konsentrasi ion bebas cenderung menurun. Ini berarti bahwa banyaknya zat yang

harus dilarutkan untuk mempertahankan konsentrasi ion bebas yang diperlukan

untuk memenuhi rumus Ksp meningkat: Kelarutan meningkat apabila terjadi

pembentukan pasangan ion dalam larutan. Walaupun dalam beberapa kasus

pembentukan pasangan ion sangat nyata (terutama untuk zat yang kelarutannya

sedang dan menghasilkan ion bermuatan tinggi) (Petrucci, 1992).


BAB III

METODE PERCOBAAN

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Pb(NO3)2 0,075 M, KCl 1 M, tissue roll, akuades, dan kertas label.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: rak

tabung reaksi 1 buah, tabung reaksi sebanyak 7 buah, gelas piala 500 ml sebanyak

1 buah, buret 50 ml sebanyak 2 buah, penjepit tabung, standar buret 1 buah,

pembakar gas sebanyak 1 buah, kaki tiga sebanyak 1 buah, kasa sebanyak 1 buah,

termometer 100oC sebanyak 4 buah.

3. Prosedur Kerja

1. Pembentukan Endapan PbCl2

1. Dipersiapkan semua peralatan serta bahan yang akan digunakan.

2. Buret dibersihkan kemudian dibilas menggunakan larutan contoh lalu diisi

masing-masing dengan larutan Pb(NO3)2 0,075 dan larutan KCl 1 M.

3. Tujuh buah tabung reaksi diisi dengan larutan Pb(NO3)2 sebanyak 10 ml.

4. Ditambahkan masing-masing KCl 1 M sebanyak 0,5 ml ; 1,0 ml ; 1,5 ml ;

2,0 ml ; 2,5 ml ; 3,0 ml ; 3,5 ml.

5. Setelah dilakukan pencampuran, larutan dikocok lalu didiamkan selama 5

menit.
6. Dilakukan pengamatan lalu dicatat pada volume berapa terjadi

pengendapan.

1. Pelarutan Endapan PbCl2

1. Diambil tabung reaksi untuk campuran yang membentuk endapan pada

percobaan tadi, yaitu untuk larutan dengan volume KCl 1 M 2,0 ml ; 2,5 ml ;

3,0 ml ; 3,5 ml.

2. Semua tabung reaksi yang berisi campuran tersebut dipanaskan dalam gelas

piala yang berisi air (berfungsi sebagai penangas) pada pembakar gas dan

diaduk secara perlahan-lahan dengan menggunakan termometer.

3. Diamati dan dicatat suhu pada saat endapan tersebut larut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

Tabel Pembentukan Endapan

Pembentukan Suhu
Volume Pb(NO3)2 Volume KCl
No. endapan
0,075 M (mL) 1 M (mL) 0C K
(sudah/belum)

1. 10 0,5 Belum - -

2. 10 1,0 Belum - -

3. 10 1,5 Belum - -

4. 10 2,0 Sudah 82 355

5. 10 2,5 Sudah 84 357

6. 10 3,0 Sudah 93 366

7. 10 3,5 Sudah 95 368

2. Reaksi

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

2 2+ + 2

3. Perhitungan

4.3.1 Perhitungan Pembuatan Endapan PbCl2


Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

V total = V KCl + V Pb(NO3)2

= 2,0 mL + 10mL

= 12,0 mL

[Pb2+] = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

V Total

= 10 mL x 0,075 M

12,0 mL

= 0,0625 M

[Cl-] = V KCl X M KCl

V Total

= 2,0 mL X 1 M

12,0 mL

= 0,1667 M

PbCl2 Pb2+ + 2Cl-

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0625 M)(0,1667 M)2

= 1,7368 x 10-3

4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan

a. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol
mmol KCl = V KCl x M KCl

= 2,5 mL x 1 M

= 2,5 mmol

V total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,5 mL

= 12,5 mL

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 2,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 2,0 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

Sisa : - 0,5 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

[PbCl2] = mmol PbCl2

V total

= 0,75 mmol

12,5 mL

= 0,06 M

PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-


s 2s

Ksp = s x (2s)2

= 4s3

= 4(0,06)3

= 8,64 x 10-4

1. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol
mmol KCl = V KCl x M KCl

= 3,0 mL x 1 M

= 3,0 mmol

V total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 3,0 mL

= 13,0 mL

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 3,0 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 2,0 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

Sisa : - 1 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

[PbCl2] = mmol PbCl2

V total

= 0,75 mmol

13,0 mL

= 0,0577 M

PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-


s 2s

Ksp = s x (2s)2

= 4s3

= 4(0,0576 )3

= 7,684 x 10-4

2. Penambahan 3,5 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol
mmol KCl = V KCl x M KCl

= 3,5 mL x 1 M

= 3,5 mmol

V total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 3,5 mL

= 13,5 mL

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 3,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 2,0 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

Sisa : - 1,5 mmol 0,75 mmol 2,0 mmol

[PbCl2] = mmol PbCl2

V total

= 0,75 mmol

13,5 mL

= 0,0556 M

PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-


s 2s

Ksp = s x (2s)2

= 4s3

= 4(0,0556)3

= 6,876 x 10-4

1. Grafik

4.4.1 Kurva Hubungan antara Kelarutan Vs Suhu (K)


Suhu (K) Kelarutan 0.063
s
0.062
355 0,0625 0.061
0.06
357 0,06 0.059
0.058
0.057 y = -0.0004x + 0.2073
366 0,0577
0.056 R = 0.9062
0.055
368 0,0556 350 355 360 365 370
T (K)

1. Kurva Hubungan antara Ksp Vs Suhu (K)

Suhu (K) Ksp


10Ksp
355 1,7368 x 10 -3 (x810-4)
y = 0.3357x - 115.48
-4 6 R = 0.2982
357 8,64 x 10
4
-4
366 7,684 x 10 2

368 6,876 x 10-4 0


350 355 360 365 370
T

2. Kurva hubungan antara log Ksp dengan 1/T

No. T (K) 1/T (K) Ksp log Ksp log Ksp regresi

1. 355 2,8169 x 10-3 1,7368 x 10-3 -2,7602


-2,839
2. 357 2,8011 x 10-3 8,64 x 10-4 -3,0635
-2,885
3. 366 2,7322 x 10-3 7,684 x 10-4 -3,1144
-3,084
4. 368 2,7174 x 10-3 6,876 x 10-4 -3,1627
-3,127
-2.7 -2.800
-2.750.0027 0.00275 0.0028 0.00285 0.0027 0.00275 0.0028 0.00285
-2.850
-2.8Ksp
log
y = 2875.1x - 10.976
-2.85 -2.900
R = 0.6441
-2.9
-2.950
-2.95
-3 -3.000
-3.05 y = 2881.3x - 10.956
-3.050 R = 1
-3.1
-3.15 -3.100
-3.2
1/T -3.150

Sebelum regresi setelah regresis

y = ax + b

a = slop

b = intersept

y = log ksp

y -3,127-(-2,839)
a = slope = tan = = = 2880
x 0,002717 0,002817

b = y ax

= -2,839 (2880)(0,002817)

= -10,952

y = log ksp = ax + b

= 2880(0,002817) + (-10,952)

= -2,839

-H 1
Log Ksp = .
2,303 R T

-H = log Ksp x 2,303 x R x T


H = - (log Ksp x 2,303 x R x T)

H = - (-2,839 x 2,303 x 8,314J/mol K x 298 K)

H = 16198,9 J/mol

H = 16,198 kJ/mol

2. Pembahasan

Dalam percobaan penentuan hasil kali kelarutan, digunakan dua

larutan yaitu Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M. Dalam reaksi diketahui terbentuk

endapan PbCl2.

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

2 2+ + 2

Endapan PbCl2 merupakan endapan yang sedikit larut dalam air. Pelarutan

endapan dilakukan dengan metode pemanasan. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk mempercepat proses pelarutan endapan. Semakin banyak endapan yang

terbentuk, makin lama proses pelarutan dan makin besar juga suhu yang

dibutuhkan endapan untuk larut.

Selain itu, volume KCl yang ditambahkan ternyata juga mempengaruhi

nilai hasil kali kelarutan (Ksp). Makin besar volume KCl yang ditambahkan,

makin kecil nilai hasil kali kelarutan (Ksp) yang diperoleh. Hal ini dikarenakan

besar volume KCl mempengaruhi banyaknya endapan yang terbentuk, sehingga

mempengaruhi besar nilai hasil kali kelarutan (Ksp).

Larutan Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M dimasukkan ke dalam dua buret

yang berbeda sebanyak 50 mL. Sebelum dimasukkan dalam buret, buret tersebut

dibilas dengan larutan contoh, untuk menyamakan kondisi larutan dengan buret

yang akan digunakan. Pada saat memasukan larutan tersebut ke dalam buret,
diusahakan tidak ada gelembung pada buret. Hal ini bertujuan agar tidak

mempengaruhi jumlah volume sehingga tidak berpengaruh pada hasil

perhitungan. Larutan Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan

volume yang tetap yaitu 10 mL, sedangkan volume KCl dibuat bervariasi yaitu

0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL; 3,5 mL. Perlakuan ini

dimaksudkan untuk mengetahui berapa volume KCl yang diperlukan sampai

keadaan jenuhnya dilewati sehingga endapan mulai terbentuk. Pada saat kedua

larutan tersebut dicampurkan, larutan harus dikocok agar larutan tercampur

merata dan reaksi berjalan lancar. Setelah dikocok, campuran tersebut didiamkan

beberapa saat untuk melihat pada volume berapa terbentuk endapan. Endapan

yang terbentuk merupakan endapan putih PbCl2 yang terbentuk akibat gabungan

ion-ion didalam larutan membentuk partikel yang memiliki ukuran lebih besar

yang selanjutnya mengendap. Pada pencampuran 0,5 mL; 1,1 mL; 1,5 mL KCl

belum terbentuk endapan artinya hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan

belum melewati nilai hasil kali kelarutan (Ksp = 0). Endapan baru terbentuk pada

penambahan 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL; 3,5 mL yang berarti hasil kali

konsentrasinya sudah melewati hasil kali kelarutannya (Ksp < 0). Endapan yang

terbentuk pada campuran-campuran tersebut lalu dipanaskan dan pada saat

pemanasan endapan dalam larutan tersebut disertai dengan pengadukan

menggunakan termometer. Pemanasan dan pengadukan ini bertujuan untuk

mempercepat larutnya endapan. Pada saat endapan dalam larutan tersebut larut

semuanya, diukur suhunya. Penambahan KCl yang lebih banyak akan

menghasilkan endapan yang yang banyak pula dan suhu yang diperlukan untuk
melarutkan endapan akan semakin besar jika endapan yang dilarutkan juga lebih

banyak. Jadi banyaknya endapan yang dilarutkan bernading lurus dengan suhu.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

maka kelarutan semakin kecil dan panas pelarutan dari PbCl2 adalah 16,198

kJ/mol

5.2 Saran

Saran untuk praktikum Ksp ini adalah sebaiknya praktikum dimulai pada

pagi hari, bukan pada siang hari. Saran untuk asisten adalah mempertahankan

cara menjelaskan kepada praktikannya, karena dalam penyampaian informasi dan

pembagian tugas sudah sangat baik.


DAFTAR PUSTAKA

Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Day, J. R. A., dan Underwood, A. L., 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Analitik, diterjemahkan oleh A. Saptohardjo


dan Agus Nurhadi, UI Press, Jakarta.

Petrucci, R. H. dan Suminar, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern,
Erlangga, Jakarta.

Svehla, G., 1979, Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 24 Februari 2011

Asisten Praktikan

NATALIA SHINTADEVI WIRA YULIADHA S.


H 311 08 008 H 311 09 278
BAGAN PROSEDUR KERJA

1. Pembentukan Endapan PbCl2

Pb(NO3)2

Dimasukkan ke dalam buret.

Dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi masing-masing 10 mL

Ditambahkan KCl 1 M, masing-masing 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5

mL, 2,0 mL, 2.5 mL, 3,0 mL, 3,5 mL.

Dikocok dan dibiarkan selama 5 menit.

Diamati apakah telah terbentuk endapan atau belum dan

dicatat.

Data

2. Pelarutan Endapan PbCl2

Pb(NO3)2

Diambil tabung reaksi yang membentuk endapan pada


percobaan pertama tadi.
Ditempatkan di dalam gelas piala yang berisi air yang

dipanaskan ( berfungsi sebagai penangas).

Diaduk dengan termometer secara perlahan-lahan

Dicatat suhu pada saat endapan larut


Dilakukan hal yang sama untuk campuran lainnya

Dicatat semua hasil yang diperoleh

Data

Você também pode gostar