Kau mengais mencari suaka, Di tengah-tengah zaman berjaya
Mencari Hidup, dan Merasakan Hidup nyata, Dari serangan negeri Burma
Yang katanya negeri Buddha ???
Kasihan sekali wahai muslim Rohingya Mereka Tertindas, Terancam, dan terusir dari sana Mencari Lindungan aman dari Serangan, atau bertahan dalam kematian !
Alangkah malang nasibmu wahai muslim Rohingya
Tak diakui padahal sama sama di bumi Alasannya tak logis, hanya karena dianggap turis Menetap berabad-abad, terpinggir dan dicibir, sehingga menjadi buah bibir
Mencarilah kau Suaka wahai muslim Rohingya
Berlayarlah sebrangi Samudra, Seperti zaman Perang Dunia Seakan akan kalah karena menyerah Tunggang langgang anak istri, Mencari apa yang bisa dinaiki, demi sebuah tempat mandi dan sesuap nasi
Berlayarlah Kau muslim Rohingya
Sampai terpisah pisah, dan payah Sampai makan nasi Garam, agar lari dari nasib Kejam
Terusir kembali dari Tetangga
Terusir Kembali tak punya Suaka Tak menyerah Begitu saja
Sungguh malang nasibmu wahai muslim Rohingya
Mencari Suaka kemana mana, Sampai Kapan Nasibmu Berjaya ???
Sampailah Berlabuh di Serambi Mekkah
warga yang ramah, Taklupa memberi sedekah
Oh, Harunya perjalanan hidupmu wahai muslim Rohingya
Tak bisa tertahan Syukur mereka Takbir dan Tahmid seraya bergema Menandakan Sebuah Uluran Tangan Saudara!
Ya, Saudara Seiman
Saudara Se Tuhan dan Saudara dalam Kemanusiaan!
Sungguh nasibmu bak Dagelan Drama
tak pernah ada ujungnya sampai tahu Masyarakat Dunia, Nasib siapa hanya Allah Yang Kuasa.