Você está na página 1de 66

Resume

Pendidikan bahasa Indonesia di SD

MODUL I
HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA

K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. HAKIKAT BAHASA
a. Pengertian Bahasa
Menurut beberapa sumber dari para ahli, bahasa adalah:
1. Sebuah simbol bunyi arbiter yang digunakan untuk komunikasi manusia
(Wardhaugh, 1972).
2. Sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis
melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda yang disepakati yang
memiliki makna yang dipahami (Websters New Collegiate Dictionary, 1981).
3. Sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota sosial
untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kentjono, Ed.,
1984:2).
4. Salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk
budaya manusia (Hilliday dan Hasan, 1991).
Dari pandangan para ahli diatas ada yang menyatakan bahasa melalui penekanan sistem,
alat dan juga pada komunikasi.

b. Karakteristik Bahasa
1. Sebagai sebuah sistem
Dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah
yang dapat diramalkan.
2. Sistem lambang yang arbiter (Makna suka) dan Konvensional.
Merupakan sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan
disepakati oleh suatu kelompok sosial.
3. Bersifat produktif
Dari huruf-huruf per kata dan selanjutnya dapat dihasilkan satuan bahasa dalam
jumlah yang tak terbatas, ribuan kata, kalimat atau wacana bacaan dengan segala
variasinya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat penggunanya.
4. Memiliki fungsi dan variasi
Fungsi sebagai alat kominikasi sedangkan penggunaan bahasa oleh suatu kelompok
disebut variasi atau ragam bahasa.

c. Fungsi Bahasa
Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus mengidentifikasi
fungsi bahasa adalah sebagai berikut:
1. Personal
2. Regulator
3. Interaksional
4. Informasi
5. Heuristik
6. Imajinatif
7. Instrumental
d. Ragam bahasa
Berdasarkan pemakai dan pemakaiannya:
1. Berdasarkan pemakainya
Ragam bahasa dapat dilihat dari segi asal daerah penutur yang melahirkan dialeg
geografis, kelompok sosial yang melahirkan dialeg atau ragam sosial dengan segala
variasinya serta sikap bahasa yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau
keseharian.
2. Berdasarkan pemakaiannya
Bertolak dari pemakaiannya, bidang perbincangan, yang melahirkan ragam ilmiah,
ragam sastra, ragam jurnalistik dan ragam-ragam lainnya. Media berbahasa, yang
memunculkan ragam lisan dan tulis, serta situasi bahasa, yang memunculkan ragam
baku dan tak baku.

K E G I A T A N B E LA J A R 2

II. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA


Belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara tetap melalui pengalaman dan bahasa
yang dilakukan secara aktif. Hasil belajar atau perubahan tingkah laku itu berkaitan dengan
pengetahuan, sikap atau keterampilan yang dibangun siswa berdasarkan apa yang telah
dipahami atau dikuasi sebelumnya. Tugas guru dalam pembelajaran adalah menciptakan
kegiatann dan lingkungan belajar yang dapat merangsang dan mendorong siswa secara aktif.
Sesibuk apapun guru kalau siswa tidak mengalami proses belajar maka pembelajaran
sebenarnya tidak pernah terjadi. Dalam prespektif ini, siswa adalah subjek belajar, sedangkan
guru lebih berperan sebagai fasilotator, motivator, desainer dan organisator.
a. Konsep Belajar
Siswa belajar menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman, pengamatan dan bahasa.
Guru hendaknya mengupayakan agar pembelajaran pembelajaran bertolak dari apa yang
telah diketahui siswa. Guru perlu melakukan, seperti memilih, merancang dan
mengorganisasikan kegiatan/pengalaman belajar yang menarik dan bermakna. Menarik
yaitu kegiatan yang dilakukan menantang sehingga siswa merasa tidak terbebani.
Bermakna artinya kegiatan belajar itu sesuai dengan kebutuhan anak dan tujuan
pembelajaran.

b. Belajar Bahasa
Anak belajar bahasa dan menguasai bahasa tanpa disadari dan tanpa beban, apalagi diajari
secara khusus. Mereka belajar bahasa melalui pola berikut:
1) Semua komponen, sistem dan keterampilan bahasa dipelajari secara terpadu
2) Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks yang otentik.
3) Belajar bahasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya
4) Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Trial-Error) dan strategi lainnya.

c. Pembelajaran Bahasa
Tipe-tipe belajar yang melibatkan bahasa (Halliday, 1979, dalam Goodman, dkk., 1987):
1) Belajar bahasa
2) Belajar melalui bahasa
3) Belajar tentang bahasa
Apabila kemampuan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, antara lain
adalah:
1) Kemampuan menyimak atau mendengarkan
2) Kemampuan berbicara
3) Kemampuan membaca
4) Kemampuan menulis
Paradigma atau cara pandang pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a. Imersi
Pembelajaran bahasa dilakukan dengan menerjunkan siswa secara langung dalam
kegiatan berbahasayang dipelajarinya.
b. Pengerjaan (Employment)
Pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional dan otentik.
c. Demonstrasi
Siswa belajar bahasa melalui demonstrasi dengan pemodelan dan dukungan yang
disediakan guru.
d. Tanggung jawab
Pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktifitas
berbahasa yang akan dilakukannnya.
e. Uji coba
Pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan dari prespektif atau sudut pandang siswa.
f. Pengharapan (Expectation)
Siswa berupaya untuk suskses atau berhasil dalam belajar, jika merasa bahwa gurunya
mengharapkan dia menjadi sukses.

Paradigma pembelajaran bahasa tersebut merupakan rambu bagi guru untuk memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran di SD.
MODUL 2
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kamampuan berbahasa yang diperoleh secara alami,
informal dan malalui kegiatan berbahasa langsung. Bahasa yang pertama kali diperoleh anak
disebut bahasa yng diperbincangkan para ahli, yaitu pandangan nativistik, pandangan
behavioristik dan pandangan kognitif.

K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK


a. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa secara alamiah.
Proses pemerolehan bahasa memiliki karakteristik berikut:
1) Berjalan spontan, tanpa sadar, dan tanpa beban.
2) Terjadi secara langsung dalam informal, tanpa melalui pembelajaran formal.
3) Didorong oleh kebutuhan untuk memahami maupun dipahami orang lain.
4) Berlangsung secara terus menerus dalam konteks berbahasa yang nyata dan
bermakna.
5) Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa menyimak/mendengarkan dan
berbicara.

b. Teori Pemerolehan Bahasa


1) Pandangan Nativis
Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan bawaan atau alami untuk
dapat berbahasa.
2) Pandangan Behavioristik
Penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan lingkungannya.
Anak tidak memiliki peranan aktif, tetapi sebagai penerima pasif.
3) Pandangan Kognitif
Penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya.
Lingkungan tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual dan bahasa anak.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


1) Faktor biologis
2) Faktor lingkungan sosial
3) Faktor Intelegensi
4) Faktor motiavsi

d. Strategi Pemerolehan Bahasa


1) Mengingat
2) Meniru
3) Mengalami langsung
4) Bermain
5) Penyederhanaan

e. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa


1) Paralinguistik
Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vokal/konsonan
tertentu
2) Holofrasis / Tahap satu kata
Satu kata yang diucapkan anak satu frasa. Fase ini berlangsung ketika anak berusia
12 18 bulan.
3) Tahap dua kata
Berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18 24 bulan. Contoh: papa ikut, mamah
main, mau bobo, dst.
4) Telegrafis
Usia anak 2 3 tahun menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kalimat pendek.

K E G I A T A N B E LA J A R 2

II. PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA


a. Pengertian dan cara pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai anak setelah
menguasai satu bahasa. Dalam konteks anak Indonesia yang menyandang status B2 itu
dapat dari bahasa daerah, bahasa Indonesia atau bahasa asing. Tergantung pada bahasa
mana pertama yang dikuasai anak lebih dulu.
Belajar B2 dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Pembelajaran khusus
2) Alamiah, melalui kegiatan langsung berbahasa dalam suasana nyata.
3) Terpimpin dan alamiah.

b. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua


Ada tujuh teori yang menonjol yang dikemukakan dalam pemerolehan B2.
1) Model Alkuturasi, yang memandang penyesuaian budaya sangat mempengaruhi
pemerolehan B2. Pengaruh itu ditentukan oleh jarak social psikologis antara
kelompok pembelajar B2 dengan masyarakat asli pemilik B2 tersebut.
2) Teori Akomodasi, yang menyatakan bahwa cara pembelajar B2 membatasi diri dalam
berhubungan dengan pemilik B2. Identifikasi hubungan antara kedua kelompok
akan menimbulkan motivasi yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan B2.
3) Teori wacana, yang berpendapat bahwa pembelajar B2 akan menemukan makna
bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. Semakin sering pembelajar
terlibat dalam alamiah (dalam konteks berbahasa langsung) maka kan sangat baik
kemampuan B2-nya.
4) Model monitor, yang menyatakan tampilan berbahasa pembelajar B2 ditentukan oleh
cara mereka menggunakan monitor. Penggunaan monitor yang berlebihan akan
menghambat penguasaaan bahasa pembelajar.
5) Model kompetensi variable, yang berpendapat bahwa cara seseorang mempelajari
bahasa akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya.
Produk penggunaan bahasa terdiri atas berbagai macam produk bahasa (wacana) dari
yang tidak terencana sampai terencana.
6) Hipotesis universal, yang menyatakan bahwa bahasa antara anak (interlangue) akan
terisi dengan kaidah-kaidah bahasa yang bersifat universal. Pola-pola bahasa yang
sesuai dengan kesemestaan bahasa akan lebih mudah dipahami daripada pola-pola
khusus. Penguasaan struktur B1 akan membantu pembelajar dalam pemerolehan B2.
7) Teori neurofungsional, yang berpandangan adanya hubungan antara pemerolehan B2
dengan anatomi otak syaraf dan system otak.
MODUL 3
PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA

Untuk menjadi guru professional salah satu syaratnya adalah dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat karena keberhasilan mengajar seorang guru ditentukan pula oleh
pemilihan strategi yang tepat. Didalam strategi pembelajaran bahasa tercakup pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran bahasa.

K E G I A T A N B E LA J A R 1

I. PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA


A. HAKIKAT PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK
Uraian tentang konsep pendekatan (approach), metode (method), dan teknik
(technique) dalam modul ini pendapat Anthony yang dikemukakan oleh Jos Daniel Parera
(1987) dan Sri Utari Subyakto-N (1987).
1. Pendekatan
Pendekatan ialah sikap hal. 3.5

2. Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai cara mengajar. Sebenarnya pengertian yang
tepat untuk cara mengajar adalah teknik mengajar, sendangan metode pada hakikatnya
adalah suatu prosedur untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi
hal-hal berikuit.
a. Pemilihan Bahan
b. Urutan Bahan
c. Penyajian Bahan
d. Pengulangan Bahan
Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip alamiah atau
random. Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan adalah sesuai dengan apa yang diperlukan,
seperti halnya kalau kita mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan bahan secara random, yaitu
pemilihan bahasa yang dirasa penting (oleh guru) dan sesuai pula dengan situasi yang
dihadapi.
Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan itu didasarkan kriteria berikut ini.
a. Bagian-bagian yang paling sering digunakan
b. Paling berguna
c. Paling muda mengerjakannya
d. Gabungan ketiganya.
Kelancaran berbahasa merupakan suatu malasah pengulangan. Ada dua cara untuk
mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau dengan cara substitusi
(penggantian). Suatu contoh substitusi adalah urutan kegiatan, yaitu berupa lakukan dan
kataan.
Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera, 1987:19) terdapat lima belas
macam metode, seperti berikut ini.
a. Direct Method
b. Natural Method
c. Psychological Method
d. Phonetic Method
e. Reading Method
f. Granmnar Language Method
g. Translation Method
h. Grammar Translation Method
i. Eclectic Method
j. The Unit Method
k. Language Control Method
l. Mim-Mem Method
m. Practice-theory Method
n. The Dual Language
o. Cognate Method

a. Direct Method
Direct method atau metode langsung ialah metode pengajaran bahasa yang didalam
pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran yaitu bahasa yang diajarkan.
Dari pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertamanya sebelum
pembelajaran berlangsung.
Penggunaan Metode Langsung dalam pengajar bahasa menuntut agar semua aspek
bahasa yang diberikan disajikan dalam bahasa Indonesia pula, tetapi apabila mengajar bahasa
inggris maka pelajaran disajikan dalam bahasa inggris. Hal ini, yaitu pembelajaran bahasa
Indonesia di SD, dengan menggunakan Metode Langsung tidak begitu menyulitkan guru
karena di jenjang pendidikan TK pada umumnya siswa sudah biasa menggunakan bahasa
Indonesia. Tujuan Metode Langsung di SD ialah penggunaan bahasa secara sasaran dalam
hal ini bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa ke dua secara lisan agar siswa mampu
berkomunikasi dalam bahasa ke dua tersebut.
Adapun fungsi Metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bagi siswa dan
bagi guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk mampu berbahasa (lisan) dengan
tepat, memberikan situasi yang menyenangkan, dan mendorong siswa untuk belajar bahasa,
sendangan bagi guru metode ini memudahkan guru untuk mengajar berbahasa tanpa
menggunakan bahasa pengantar bahasa lain selain bahasa sasaran.

b. Natural Method
Natural Method yang disebut Metode Murni atau Metode Alamiah adalah metode
yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-gambar,
atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-hari. Metode Murni atau Metode
Alamiah ini mempunyai ciri-ciri, seperti berikut ini.
1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah diketahui
siswa sebelumnya.
2) Makna sesuatu kata yang di ajarkan dengan cara inferensi/menarik kesimpulan dari
beberapa contoh yang diberikan.
3) Kamus digunakan untuk mengingatkan kata-kata yang dilupakan atau mencari makna
kata-kata baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5) Penyajian pelajaran mengikuti urutan: Mendengarkan (menyimak), Berbicara, Membaca,
dan menulis, kemudian diajarkan tata bahasa.
c. Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1929-
an baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Tujuannya ialah antara lain, untuk
memberikan pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang mereka
perlukan dalam study mereka.
Metode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajran bahasa Indonesia di SD dengan jalan
dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok
diterapkan di SD kelas Tinggi.
d. Eclectic Method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak ada satupun
metodepengajaran bahasa yang paling baik karena setiap metode yang ada, di sam[ing ada
keuntungan/keunggulan/kebaikan, juga ada kerugian/kelemahan/kejelasannya. Itulah
sebabnya maka guru bebas memilih metode yang mana paling cocok dengan situasi kelas
yang akan diajarkan. Guru dapat mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan
memasukan metode yang lain.
Eclectic artinya memilih secara bebas. Dalam hubungannya dengan metode pengajaran
bahasa, bebas di sini adalah bebas untuk menambah atau mengombinasi/mencapur antar
metode yang satu dengan lainya yang dianggap cocok, dan diperkirakan dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan
secara bebas dalam bahasa Indonesia Metode Campuran.

B. TEKNIK
Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis karena masih ada
alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat itu
adalah teknik yang mengandung makna cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam
kelas. Dengan demikian, teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas pada saat itu. Jadi, teknik ini bersifat implementasional.
Karena kata teknik mengandung makna cara-cara, dan metode juga mengandung makna
penyajian bahan maka kedua istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama. Hal ini
dapat kita pada komponen satuan pelajaran yang berbunyi Metode Teknik.

Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai
pembelajaran mata pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989:56-63).

a. Teknik ceramah
Sampai sekarang teknik ini masih banyak digunakan guru dalam proses belajar-mengajar.
Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa mengajar itu adalah menerapakan dengan
berbicara/berceramah. Itulah sebabnya mengapa salah satu fungsi guru di dalam kelas
adalah sebagai informatory, yaotu pemberi informasi pada siswa-siswanya.
Teknik ceramah ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan mendengarjan
(menyimak). Siswa dilatih untuk membuat intisari dari ceramah yang didengarnya,
kemudian mencerikatan kembali dengan bahasa sendiri. Dapat juga Teknik Ceramah ini
dirangkaikan dengan teknik yang lain, misalnya Teknik Tanya-Jawab, jika memang telah
direncanakan setelah ceramah selesai siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang baru didengarnya.

b. Teknik Tanya-jawab
Pada umumnya Teknik Tanya-jawab ini mengikuti Teknik Ceramah yang telah kita
lakukan. Tujuanmnya ialah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang bari
diberikan atau bisa juga pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa
terhadap isi bacaan yang telah mereka baca. Jika Teknik Tanya-jawab ini tika laksanakan
pada waktu membuka pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan pretes,
yaitu untuk menjajaki sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita
diberikan.

c. Teknik Diskusi Kelompok


Tujuan digunakan tekni ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat dan mau
menerima kritikan kalau pendapatnya memang kurang benar. Juga melalui diskusi
kelompok ini siswa dapat menguji kebenaran pendapatnya sesuatu hal.
d. Teknik Pemberian Tugas
Teknik Pemberian Tugas ini disebut juga Resitas yang dapat diberikan kapada siswa secara
individu atau kelompok. Dengan teknik ini diharapkan siswa lebih mendalami materi
pelajaran yang diberikan guru. Biasanya pemberian tugas ini diikuti oleh tugas melaporkan
hasil kerja siswa yang disebut resitasi.

e. Teknik Ramu Pendapat (brainstorming)


Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-jawab dan Teknik Diskusi. Teknik ini
bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. Siswa kita ajak mendiskusi karya
sastra, coba anda sebutkan! Baik, bisa puisi, cerpen, atau novel. Jika yang dibahas adalah
cerpen maka yang mereka diskusikan, misalnya tentang temannya, plotnya, perwatakannya,
para tokohnya, danb sebagainya. Secara bergiliran siswa kita beri kesempatan
mengemukakan pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.

f. Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik Simulasi ini tepat sekali untuk melatih
keterampilan berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu menetapkan peran-
peran yang akan dilakukan oleh guru siswa dalam permainan simulasi, misalnya ada yang
berperan (berpura-pura) sebagai kepala desa, sebagai ketua RW, sebagai ketua RT, sebagai
warga RT yang sedang bersengketa soal air, dan sebagainya.

Guru memberikan pengarahan tentang apa yang akan diperankan oleh masing-masing siswa
yang telah ditunjuk. Oleh karena itu siswa harus memerankan seseorang tokoh tertentu
dalanm permainan tersebut maka Teknik Bermain Peran.

B. JENIS- JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA


K E G I A T A N B E LA J A R 2

Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

A.Pembelajaran Terpadu Lintas Materi


Pembelajaran terpadu lintas materi maksudnya materi pembelajaran dari suatu mata
pelajaran dipadukan menjadi satu. Pembelajaran bahasa Indonesia dimulai dengan pemilihan
tema yang merupakan wadah untuk belajar bahasa. Setelah itu merencanakan langkah-
langkah pembelajarannya. Ada 4 keterampilan berbahasa yang harus dipelajari yaitu
membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan yang dalam pembelajarannya dapat
dilaksanakan secara terpadu. Oleh karena itu, dalam pembelajaran berbahasa ditentukan mana
yang menjadi fokus pembelajaran, setelah itu baru ditentukan alokasi waktunya. Apabila yang
menjadi fokus pembelajaran keterampilan membaca maka waktu yang dialokasikan untuk
membaca harus lebih banyak daripada yang lain. Namun dalam pembelajaran harus ada
keterpaduan antara membaca dengan menulis, maupun membaca dengan mendengarkan,
ataupun keterampilan yang lain. Perhatikan bagan berikut:

B. Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum


Pembelajaran Terpadu Lintas Kurikulum maksudnya yaitu pembelajaran yang memadukan
beberapa mata pelajaran, misalnya bahasa Indonesia dipadukan dengan sains, atau bahasa
Indonesia dipadukan dengan agama, dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi adanya perpaduan lintas kurikulum di SD yaitu dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia yang dipadukan dengan Sains. Misalnya mata pelajaran Sains ada percobaan yang
cara kerjanya dijelaskan oleh guru (keterampilan mendengar), lalu setelah melakukan
percobaan membuat laporan (keterampilan menulis), setelah itu menjelaskan contoh
penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari (keterampilan berbicara).
MODUL 4

TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA


INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

I. Hakikat Kurikulum
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh (arti
sempit).
Kurikulum menurut UU Pendidikan Tahun 1989 disebutkan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Pandangan baru tentang kuikulum adalah program pendidikan yang disediakan sekolah
untuk siswa, yang dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai pendidikan telah
ditentukan. Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu
yang mempengaruhi perkembangan siswa seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah dan lain-lain (Wiryokusumo,
1988:6).
Dalam buku Ketentuan Umum Kurikulum 2004, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah.
Menurut Goodlad membedakan kurikulum menjadi 5 jenis antara lain :
1. Kurikulum Ideal, kurikulum yang diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan
pengetahuan yang diakumulasikan berzaman-zaman.
2. Kurikulum Formal, kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah.
3. Kurikulum Bayangan, kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan oleh orang tua dan
guru.
4. Kurikulum Operasional, kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas.
5. Kurikulum Pengalaman, kurikulum yang dialami oleh siswa.
Menurut Galtthorn, membedakan kurikulum menjadi 7 jenis, antara lain :
1. Kurikulum rekomendasi, kurikulum yang direkomendasikan oleh para ahli, asosiasi professional,
komisi pembaruan pendidikan, dan juga yang berdasarkan kebijakan pemerintah.
2. Kurikulum tertulis, kurikulum yang sudah disetujui oleh pemerintah.
3. Kurikulum dukungan, dibentuk dari sumber-sumber yang dialokasikan untuk menunjang
kurikulum.
4. Kurikulum yang diajarkan, kurikulum yang diajarkan guru didalam kelas yang seharusnya
berdasarkan kurikulum tertulis.
5. Kurikulum yang diuji, kurikulum yang terdiri dari serangkaian bahan pelajaran/kegiatan belajar
yang dinilai mellaui tes baik yang dibuat oleh guru atau oleh panitia wilayah.
6. Kurikulum yang dipelajari, kurikulum yang merupakan hasil belajar, seperti perubahan nilai,
persepsi dan tingkah laku yang terjadi deri pengalaman belajar.
7. Kurikulum yang tersembunyi, kurikulum yang tidak berwujud, namun berpengaruh terhadap
perubahan perilaku anak didik.
B. Fungsi dan Tujuan Kurikulum
Fungsi kurikulum :
1. Bagi sekolah yang bersangkutan
a. Alat untuk mencapai tujuan
b. Pedoman bagi guru dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, serta
sebagai pedoman mengevaluasi perkembangan siswa,
c. Pedoman supervise bagi kepala sekolah untuk memperbaiki /menciptakan situasi belajar yang
baik dan membantu guru memperbaiki situasi belajar serta sebagai pedoman dalam
pengembangan kurikulum.
2. Bagi sekolah lanjutannya
a. Untuk keseimbangan proses pendidikan,
b. Penyiapan tenaga baru.
Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapatkan sejumlah
pengetahuann dan kecakapan yang baru dikembangkan dan melengkapi bekal hidup mereka
setelah terjun ke masyarakat
Fungsi kurikulum bagi masyarakat (orang tua dan pemakai lulusan), untuk orang tua dapat
membantu memperlancar program sekolah dengan memikirkan sarana yang diperlukan demi
keberhasilan anaknya, untuk pemakai lulusa, dapat memperlancar program, memberikan
saran/kritik untuk menyempurnakan program pendidikan yang sedang direncanakan
/dilaksanakan.
Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar Wiryokusuma sebagi
berikut :
1. The adjustive of adaptive function atau fungsi penyesuaian,
2. The integrating function atau fungsi pemaduan,
3. The differentiating function atau fungsi pembedaan,
4. The prapaedetic function atau fungsi penyiapan,
5. The selective function atau fungsi pemilihan,
6. The diagnostic function atau fungsi diagnostic
Tujuan kurikulum terutama pada maple Bahasa Indonesia antara lain :
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan.
4. Memahami bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi
pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
C. Komponen-komponen Kurikulum
Dalam buku Acuan Pengembangan Kurikulum 2004 disebutkan bakwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki 4 komponen yaitu :
1. Pengelolaan kurukulum berbasis sekolah,
2. Kegiatan belajar mengajar,
3. Penilaian berbasisi kelas,
4. Kurikulum dan hasil belajar.

K E G I A T A N B E LA J A R 2
II. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa
Mata pelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas 4 aspek yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
Dalam keempat aspek diatas yang merupakan 4 ketrampilan berbahasa terdapat aspek
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.
Fungsi bahasa yang utama sebagai alat komunikasi, fungsi utama bersastra sebagai
penghaluls budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepeduliasn social, pertumbuhan apresiasi
budaya dan penyaluran gagasan imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara
lisan maupun tertulis.
Dalam prakteknya pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I dan II, keempat ketrampilan
tersebut dilaksanakan secara terpadu.
Materi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada keempat aspek :
Kelas I
Mendengarkan Berbicara Membaca Menulis
o Pengucapan bunyi atauo Kalimat sederhana untuk o Gambar tunggal o Garis putus-putus
suara tertentu di memperkenalkan diri o Gambar seri o garis lurus
sekitar. oKalimat sapaan o Gambar dalam buku o garis lengkung
o Pelafalan bunyi bahasao Gambar tunggal dan gambaro Suku kata o lingkaran
o Tanggapan sesame seri o Kata o bentuk huruf
nonverbal terhadap o Nama warna, nama&fungsi o Label o huruf
informasi yang anggota tubuh & benda- o Angka arab o kata
didengarkan benda di sekitar. o Kalimat sederhana o kalimat
o Teks yang terdiri atas oCerita pengalaman yang o Teks sastra & o angka Arab
berbagai kalimat berkaitan dengan nonsastra o kalimat atau
perintah (kalimat perjalanan dari rumah ke o Paragraph pendek beberapa kalimat
imperative) sekolah berisi kalimat o penulisan huruf,
o Deskripsi tentang oDeskripsi bendabenda di sederhana (5-8 kata&kaliamat
benda-benda di sekitar, kalimat berita kalimat) o label nama
sekitar (deklaratif). Informasi
o gambar sederhana
o Kalimat berita (kalimat tentang diri sendiri (minat,
o pengisisan kalimat
deklaratif) keinginan, citacita,dsb)
rumpang
o Dongeng. oKalimat yang mengucapkan
berdasarkan
kesukaan atau
gambar identitas
ketidaksukaan.
diri, nama, alamat.
o Puisi anak atau syair lagu
Kalimat sederhana
anak dengan huruf
o Tokoh tertentu dalam sambung (3-5
dongeng manusia atau kalimat)
hewan seperti dalam
dongeng kancil

Kelas II
Mendengarkan Berbicara Membaca Menulis
o Teks cerita (8-12 o Kata tanya: Apa, di o Teks pendek o Kalimat sederhana
kalimat) mana, Siapa. Kalimat (10-15 menggunakan huruf
o Teks berisi pesan Tanya: Maaf Pak, Apa kalimat) sambung (10-15 kalimat
pendek (untuk di sini rumah Bu o Teks cerita masingmasing terdiri
dibacakan guru) Aminah. atau fiksi atas 1-5 kalimat).
o Dongeng o Cerita tentang kegiatan (15-20 o Kalimat sederhana yang
sehari-hari di rumah kalimat) didiktekan (5 kalimat
dan di sekolah o buku-buku yang berisi 3-5 kata
o Teks percakapan tentang cerita 250 perkalimat)
kegiatan sehari-hari kata - komiko Cerita rumpang (belum
o Pengalaman pribadi 10-20 selesai)
o Peristiwa yang dialami di halaman o Informasi mengenai
rumah, sekolah di o puisi anak kegiatan anggota
rumah, sekolah dan keluarga
lingkungan. o Kalimat sederhana
o Tumbuhan atau gambar dengan huruf sambung
tentangtumbuhan dan antara 6-8 kalimat
binatang sekitar o Kalimat untuk
o Puisi anak mengatakan kesukaan/
o Cerita anak ketidaksukaan
o Dialog
PENUTUP

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum mempunyai fungsi untuk sekolah yang bersangkutan, sekolah lanjutan, siswa , orang
tua dan pemakai lulusan. Dalam pembelajaran di dalam kelas aspek-aspek Bahasa Indonesia
diajarkan secara terpadu. Demikian pemaparan singkat tentang telaah kurikulum dan buku teks
mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Dasar kelas rendah.
MODUL 4
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

I. HAKIKAT KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
1. Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh. Dari dunia
atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran tertentu
yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu
tingkat atau ijazah (Nasution,1986)
2. UU Pendidikan No 2 tahun 1989 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
3. Wiryokusumo mengungkapkan bahwa kurikulum disusun sedemikian rupa agar memungkinkan
siswa melakukan berbagai ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran
mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata
usaha, halaman sekolah dan lain lain
4. Tentang ragam kurikulum, Goodlad (dalam Kaber,1988) membedakan lima jenis kurikulum,
seperti berikut:
a. Kurikulum ideal, yang diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan pengetahuan yang
diakumulasikan berzaman-zaman
b. Kurikulum formal, yaitu kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah
c. Kurikulum bayangan, kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan oleh orang tua dan
guru
d. Kurikulum operasional, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas
e. Kurikulum pengalaman, yaitu kurikulum yang dialami oleh anak didik
5. Galthorn membedakan kurikulum menjadi tujuh jenis
a. Kurikulum rekomendasi
b. Kurikulum tertulis
c. Kurikulum dukungan
d. Kurikulum yang diajarkan
e. Kurikulum yang diuji
f. Kurikulum yang dipelajari
g. Kurikulum tersembunyi

B. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM


1. Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a) bagi sekolah yang bersangkutan
kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan, pedoman bagi guru dalam menyusun
dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa serta sebagai pedoman mengevaluasi
perkembangan siswa, pedoman supervsisi bagi kepala sekolah,
b) bagi sekolah di tingkat atasnya
kurikulum berfungsi untuk keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru
2. Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapat sejumlah pengetahuan dan
kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan melengkapi bekal hidup mereka setelah
terjun dalam masyarakat.
3. Fungsi kurikulum bagi masyarakat, yaitu orang tua murid dan pemakai lulusan, adalah orang tua
akan mengetahui program program apa saja yang akan dilaksanakan oleh sekolah sehingga bisa
membantu sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana demi keberhasilan proses belajar
anaknya. Sedangkan bagi pemakai lulusan, dengan memahami kurikulum, diharapkan bisa
membantu memperlancar pelaksanaan program sekolah dan memberikan saran/kritik untuk
menyempurnakan program sekolah.
4. Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar Wiryokusuma (1996:8-
12)
a) The adjustive of adaptive function atau fungsi penyesuaian, yaitu penyesuaian bagi anak didik
terhadap lingkungannya.
b) The integrating function atau fungsi pemaduan, yaitu terciptanya kepaduan pribadi anak didik
c) The differentiating function atau fungsi pembedaan, yaitu fungsi pembeda, maksudnya
kurikulum harus mampu melayani perbedaan perbedaan individu anak didik
d) The prapaedetic function atau fungsi penyiapan, yaitu kurikulum harus mampu menyiapkan anak
didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
e) The selective function atau fungsi pemilihan yang berhubungan dengan pemilihan program
f) The diagnostic function atau fungsi diagnostic yang berhubungan dengan pelayanan terhadap
anak didik agar dia memahami akan dirinya sendiri
5. Fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI dalam kurikulum 2004:
a) Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dengan kedudukan dan fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra Indonesia adalah:
i. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
ii. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya
iii. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan iptek dan seni
iv. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai
keperluan
v. Sarana pengembangan penalaran
vi. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan
Indonesia
b) Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum:
i. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara
ii. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam macam tujuan, keperluan dan
keadaan
iii. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial
iv. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis)
v. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa
vi. Siswa meghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia

C. KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM


Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen yaitu
pengelolaan kurikulum berbasis kompetensi, kegiatan belajar mengajar, penilaian berbasis kelas
dan kurikulum hasil belajar

II. Aspek aspek Pembelajaran Bahasa


1. Dalam kurikulum 2004, dinyatakan bahwa ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD dan MI terdiri atas empat aspek sebagai berikut:
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
2. Dalam keempat aspek keterampilan diatas, terdapat aspek kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, sedangkan
pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati,
menghayati, dan memahami karya sastra

III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


Standar kompetensi untuk kelas rendah SD/MI diantaranya;
KELAS 1
A. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan berbagai
bunyi/suara dan bunyi bahasa, mendengarkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan perintah, dan
mendengarkan deskripsi tentang benda benda disekitar serta mendengarkan dongeng
B. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan melalui
memperkenalkan diri, menyapa, menjelaskan warna, nama dan fungsi anggota tubuh, dan benda
benda di sekitar, menceritakan pengalaman, melakukan percakapan, dan menyampaikan rasa
suka dan tidak suka serta mendeklamasikan puisi dan memerankan tokoh dongeng
C. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara)
beberapa kalimat sederhana
D. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf
sambung, menulis kalimat yang didikte guru, dan menulis rapi menggunakan huruf sambung

KELAS 2
A. Mendengarkan
SK : mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
pembacaan teks pendek, dan menyimak pesan pendek serta mendengarkan dongeng
B. Berbicara
SK: mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan melalui
kemampuan bertanya/menyapa, menceritakan kegiatan sehari hari, melakukan percakapan,
menceritakan pengalaman, melaporkan dan mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan
pantun, menceritakan kembali cerita dan bermain peran

C. Membaca
SK : mampu membaca dan meamahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara)
beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi
D. Menulis
SK : mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf sambung, menulis
kalimat yang didikte guru, dan menulis melengkapi cerita, menulis rapi menggunakan huruf
sambung, dan menuliskan pengalaman tentang kesukaan dan ketidaksukaan

Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut dilaksanakan secara terpadu.


MODUL 5

MODUL 6
MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI
KEGIATAN BELAJAR I
FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas 3 komponen, yaitu :

1. Kebahasaan

2. Kemampuan berbahasa

3. Kesastraan

Kompetensi kebahasaan terdiri dari 2 aspek,yaitu :

1. Struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,semantic dan kewacanaan.

2. Kosakata

Sedangkan kemampuan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yaitu :

1. Kemampuan mendengarkan / menyimak

2. Kemampuan membaca

3. Kemampuan berbicara

4. Dan kemampuan menulis

dimana dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri

sendiri melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Tidak mungkin di dalam kelas guru

hanya melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti oleh keterampilan

berbahasa yang lain, namun karena materi pembelajaran bahasa Indonesia itu meliputi beberapa

aspek, maka pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut. Dengan demikian

ada pembelajaran bahasa dengan focus keterampilan berbahasa, dan adapula pembelajaran bahasa

dengan fokus sastra.

Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa

adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu

kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam

langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada

satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA.


Disamping difokuskan pada keterampilan berbahasa,pembelajaranbahasa Indonesia dapat

pula difokuskan pada sastra,tetapi tetap diintegrasikan dengan kompetensi dasar yang lain

misalkan pada pembelajaran mendengarkan dongeng,mendeklamasikan puisi,mengubah puisi ke

dalam bentuk prosa.

Pada saaat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra. Oleh karena itu,teori-teori

sastra diajarkan dengan persentase yang sangat kecil,dan tentu saja semakin tinggi jenjang

pendidikan siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan untuk

mengapresiasi karya sastra.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus sastra berarti dalam langkah-langkah

pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra apa

lewat pembacaan puisi,mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya yang disesuiakan dengan

tingkat kelas siswa.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN

BERBAGAI FOKUS.

Adapun tujuan dan manffat pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus tersebut

adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang ditekankan,misalnya yang

ditekankan adalah kompetensi dasar rmendengarkan maka porsi untuk pembelajaran

mendengarkan lebih banyak daripada keterampilan yang lain.

Kalau dilihat dari segi guru, pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus ini

bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran di kelas.


KEGIATAN BELAJAR 2

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendirinyang harus dikuasai guru.

Sebagai guru yang professional,dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter) setiap

pembelajaran keterampilan berbahasa,kompetensi berbahasa, dan juga sastra. Hal yang tak kalah

penting bagi guru bahasa adalah : 1 ) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-

masing kompetensi :2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; 3) menafsirkan secara

kritis dan kreatif isi kurikulum; 4)memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran

BI.

Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat

dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran

mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak siswa,daya

apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan

pengetahuan,kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan

berbahasa,yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan yang

resiprokal,artinya,kegiatan tersebut saling mengisi.Adanya kegiatan berbicara jika ada yang

mendengarkan dan sebaliknya.

Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan

huruf,kata,kalimat sederhana pada anak,system pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca

awal (membaca permulaaan),sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa

yang dibaca (membaca pemahaman).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode

dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan

dengan metode langsung,metode eklektik, ataupun metode linguistic sedangkan untuk

pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan teknik membaca sekilas (skimming),

2)teknik membaca memindai (scanning);3) Teknik SQ3R.


Untuk pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil.

Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak disini. Agar memiliki keterampilan

menulis,seseorang dituntut : 1)memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi ;2)

gemar membaca ; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca; dan 4)

menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah (menulis permulaan) yang

perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan (huruf);2) penulisan kata; 3) penulisan

kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis

menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan;

3)mengembangkan ide yang dimilikinya; 4)mampu memilih kata,kalimat dan gaya dalam

menulis.

Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan

secara bertahap,yaitu perencanaan menulis (prapenulis),penulisan, dan revisi (

Mc.Crimmon,1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik 1) Diagram pohon, 2) Diagram

lingkaran, 3) Diagram piramida terbalik dan Tabel. ( diagram-diagramnya dapat dilihat pada

modul 7 hal 7.18-7.20)

A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS

KETERAMPILAN BERBAHASA

Model pembelajaran Bi dengan focus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya

mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja,akan tetapi keterampilan yang menjadi

focus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain

yang tidak menjadi fokus . setiap keterampilan berbahasa yang menjadi focus merupakan

kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,tertuju, dan berakhir pada

keterampilan yang menjadi focus pembelajaran. Di samping pembelajaran difokuskan pada

keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang lain,didalamnya juga

terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.

Contoh model-model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa dapat kita

lihat pada modul 7 halaman 7.22 7.36 )

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA


Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra

diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil,tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan

siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan sisw tentang sastra. Karena

dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan

ragam budaya.

Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan

anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat dapat

merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya..Dengan membaca sastra

anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat menolong

anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari hubungan yang

manusiawi.

Contoh model pembelajaran menulis berikut dapat dilihat pada modul halaman 7.38 7.

39.
MODUL 8
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
KEGIATAN BELAJAR I
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu

diantara empat keterampilan yang ada,yaitu keterampilan mendengarkan/menyimak,berbicara,

membaca dan menulis. Tidak hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan tetapi semua

aspek kebahasaan dipadukan. Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana artinya

dalam memahami struktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk menemukan sendiri

dalam wacana yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran struktur

tersebut tidak diajarkan melalui kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya. Begitu pula

pembelajaran kosakata tidak diajarkan kata-kata yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan

melalui sebuah wacana.

Adapun pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan

materi,metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu untuk

melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi, yang dimaksud dengan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa

Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS RENDAH


Macam-macam pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka adalah :

1. Pengajaran membaca permulaan

Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat permulaan dasar, Tujuannya

adalah membinakan dasar mekanisme membaca,seperti kemampuan mengasosiasikan huruf

dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Pengajaran membaca nyaring

Pengajaran yang merupakan lanjuatan dari membaca permulaan,seperti membaca sebuah kutipan

dengan suara nyaring.

3. Pengajaran membaca dalam hati


Pengajaran ini membina siswaagar mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi

tuturan tertulis yang dibacanya,baik isi pokoknya maupun isi bagiannya,termasuk pula yang

tersurat maupun yang tersirat.

4. Pengajaran membaca pemahaman

Pengajaran ini tidak jauh berbeda dengan membaca dalam hati

5. Pengajaran membaca Bahasa

6. Pengajaran membaca teknik

Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca di

SD kelas rendah adalah melatih siswa menggerakkan mata dari kiri ke kanan,mengasosiasikan

huruf dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Jadi masih bersifat

mekanis.

Menurut Henry Guntur Tarigan, ada dua aspek yang penting dalam membaca yaitu :
1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan

yang lebih rendah (lower order).

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang dapat berada pada urutan

yang lebih tinggi (higher order)

C. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS TINGGI


Tujuan membaca di kelas tinggi merupakan kelanjutan dari membaca di kelas rendah

yang biasa disebut Membaca lanjut yang penekanannya pada pemahaman.

Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang

bersifat pemahaman (comprehension skill) yang mencakup aspek-aspek berikut :

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal,retorikal)

2. Memahami signifikansi tau makna

3. Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk)

4. Kecepatan membaca yang fleksibel,yamg mudah disesuaikan dengan keadaan.

Aktifitas yang tepat dalam melakukan keterampilan pemahaman adalah membaca dalam

hati yang dibagi menjadi dua, yaitu : membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca

intensif (intensive reading).

Namun kemampuan membaca yang harus dilatih


MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI
KEGIATAN BELAJAR I
FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas 3 komponen, yaitu :

1. Kebahasaan

2. Kemampuan berbahasa

3. Kesastraan

Kompetensi kebahasaan terdiri dari 2 aspek,yaitu :

1. Struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,semantic dan kewacanaan.

2. Kosakata

Sedangkan kemampuan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yaitu :

1. Kemampuan mendengarkan / menyimak

2. Kemampuan membaca

3. Kemampuan berbicara

4. Dan kemampuan menulis

dimana dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri

sendiri melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Tidak mungkin di dalam kelas guru

hanya melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti oleh keterampilan

berbahasa yang lain, namun karena materi pembelajaran bahasa Indonesia itu meliputi beberapa
aspek, maka pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut. Dengan demikian

ada pembelajaran bahasa dengan focus keterampilan berbahasa, dan adapula pembelajaran bahasa

dengan fokus sastra.

Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa

adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu

kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam

langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada

satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA.

Disamping difokuskan pada keterampilan berbahasa,pembelajaranbahasa Indonesia dapat

pula difokuskan pada sastra,tetapi tetap diintegrasikan dengan kompetensi dasar yang lain

misalkan pada pembelajaran mendengarkan dongeng,mendeklamasikan puisi,mengubah puisi ke

dalam bentuk prosa.

Pada saaat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra. Oleh karena itu,teori-teori

sastra diajarkan dengan persentase yang sangat kecil,dan tentu saja semakin tinggi jenjang

pendidikan siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan untuk

mengapresiasi karya sastra.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus sastra berarti dalam langkah-langkah

pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra apa

lewat pembacaan puisi,mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya yang disesuiakan dengan

tingkat kelas siswa.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN

BERBAGAI FOKUS.

Adapun tujuan dan manffat pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus tersebut

adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang ditekankan,misalnya yang

ditekankan adalah kompetensi dasar rmendengarkan maka porsi untuk pembelajaran

mendengarkan lebih banyak daripada keterampilan yang lain.

Kalau dilihat dari segi guru, pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus ini

bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran di kelas.


KEGIATAN BELAJAR 2

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendirinyang harus dikuasai guru.

Sebagai guru yang professional,dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter) setiap

pembelajaran keterampilan berbahasa,kompetensi berbahasa, dan juga sastra. Hal yang tak kalah

penting bagi guru bahasa adalah : 1 ) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-

masing kompetensi :2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; 3) menafsirkan secara

kritis dan kreatif isi kurikulum; 4)memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran

BI.

Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat

dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran

mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak siswa,daya

apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan

pengetahuan,kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan

berbahasa,yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan yang

resiprokal,artinya,kegiatan tersebut saling mengisi.Adanya kegiatan berbicara jika ada yang

mendengarkan dan sebaliknya.


Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan

huruf,kata,kalimat sederhana pada anak,system pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca

awal (membaca permulaaan),sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa

yang dibaca (membaca pemahaman).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode

dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan

dengan metode langsung,metode eklektik, ataupun metode linguistic sedangkan untuk

pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan teknik membaca sekilas (skimming),

2)teknik membaca memindai (scanning);3) Teknik SQ3R.

Untuk pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil.

Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak disini. Agar memiliki keterampilan

menulis,seseorang dituntut : 1)memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi ;2)

gemar membaca ; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca; dan 4)

menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah (menulis permulaan) yang

perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan (huruf);2) penulisan kata; 3) penulisan

kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis

menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan;

3)mengembangkan ide yang dimilikinya; 4)mampu memilih kata,kalimat dan gaya dalam

menulis.

Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan

secara bertahap,yaitu perencanaan menulis (prapenulis),penulisan, dan revisi (

Mc.Crimmon,1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik 1) Diagram pohon, 2) Diagram

lingkaran, 3) Diagram piramida terbalik dan Tabel. ( diagram-diagramnya dapat dilihat pada

modul 7 hal 7.18-7.20)

A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS

KETERAMPILAN BERBAHASA

Model pembelajaran Bi dengan focus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya

mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja,akan tetapi keterampilan yang menjadi

focus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain
yang tidak menjadi fokus . setiap keterampilan berbahasa yang menjadi focus merupakan

kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,tertuju, dan berakhir pada

keterampilan yang menjadi focus pembelajaran. Di samping pembelajaran difokuskan pada

keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang lain,didalamnya juga

terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.

Contoh model-model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa dapat kita

lihat pada modul 7 halaman 7.22 7.36 )

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA

Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra

diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil,tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan

siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan sisw tentang sastra. Karena

dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan

ragam budaya.

Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan

anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat dapat

merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya..Dengan membaca sastra

anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat menolong

anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari hubungan yang

manusiawi.

Contoh model pembelajaran menulis berikut dapat dilihat pada modul halaman 7.38 7.

39.
MODUL 8
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
KEGIATAN BELAJAR I
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu

diantara empat keterampilan yang ada,yaitu keterampilan mendengarkan/menyimak,berbicara,

membaca dan menulis. Tidak hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan tetapi semua

aspek kebahasaan dipadukan. Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana artinya

dalam memahami struktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk menemukan sendiri

dalam wacana yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran struktur

tersebut tidak diajarkan melalui kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya. Begitu pula

pembelajaran kosakata tidak diajarkan kata-kata yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan

melalui sebuah wacana.

Adapun pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan

materi,metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu untuk

melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi, yang dimaksud dengan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa

Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS RENDAH


Macam-macam pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka adalah :

1. Pengajaran membaca permulaan


Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat permulaan dasar, Tujuannya

adalah membinakan dasar mekanisme membaca,seperti kemampuan mengasosiasikan huruf

dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Pengajaran membaca nyaring

Pengajaran yang merupakan lanjuatan dari membaca permulaan,seperti membaca sebuah kutipan

dengan suara nyaring.

3. Pengajaran membaca dalam hati

Pengajaran ini membina siswaagar mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi

tuturan tertulis yang dibacanya,baik isi pokoknya maupun isi bagiannya,termasuk pula yang

tersurat maupun yang tersirat.

4. Pengajaran membaca pemahaman

Pengajaran ini tidak jauh berbeda dengan membaca dalam hati

5. Pengajaran membaca Bahasa

6. Pengajaran membaca teknik

Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca di

SD kelas rendah adalah melatih siswa menggerakkan mata dari kiri ke kanan,mengasosiasikan

huruf dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Jadi masih bersifat

mekanis.

Menurut Henry Guntur Tarigan, ada dua aspek yang penting dalam membaca yaitu :
1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan

yang lebih rendah (lower order).

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang dapat berada pada urutan

yang lebih tinggi (higher order)

C. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS TINGGI


Tujuan membaca di kelas tinggi merupakan kelanjutan dari membaca di kelas rendah

yang biasa disebut Membaca lanjut yang penekanannya pada pemahaman.

Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang

bersifat pemahaman (comprehension skill) yang mencakup aspek-aspek berikut :

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal,retorikal)

2. Memahami signifikansi tau makna


3. Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk)

4. Kecepatan membaca yang fleksibel,yamg mudah disesuaikan dengan keadaan.

Aktifitas yang tepat dalam melakukan keterampilan pemahaman adalah membaca dalam

hati yang dibagi menjadi dua, yaitu : membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca

intensif (intensive reading).

Namun kemampuan membaca yang harus dilatih

MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI
KEGIATAN BELAJAR I
FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas 3 komponen, yaitu :

1. Kebahasaan

2. Kemampuan berbahasa

3. Kesastraan

Kompetensi kebahasaan terdiri dari 2 aspek,yaitu :

1. Struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,semantic dan kewacanaan.

2. Kosakata
Sedangkan kemampuan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yaitu :

1. Kemampuan mendengarkan / menyimak

2. Kemampuan membaca

3. Kemampuan berbicara

4. Dan kemampuan menulis

dimana dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri

sendiri melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Tidak mungkin di dalam kelas guru

hanya melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti oleh keterampilan

berbahasa yang lain, namun karena materi pembelajaran bahasa Indonesia itu meliputi beberapa

aspek, maka pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut. Dengan demikian

ada pembelajaran bahasa dengan focus keterampilan berbahasa, dan adapula pembelajaran bahasa

dengan fokus sastra.

Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa

adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu

kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam

langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada

satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA.

Disamping difokuskan pada keterampilan berbahasa,pembelajaranbahasa Indonesia dapat

pula difokuskan pada sastra,tetapi tetap diintegrasikan dengan kompetensi dasar yang lain

misalkan pada pembelajaran mendengarkan dongeng,mendeklamasikan puisi,mengubah puisi ke

dalam bentuk prosa.

Pada saaat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra. Oleh karena itu,teori-teori

sastra diajarkan dengan persentase yang sangat kecil,dan tentu saja semakin tinggi jenjang

pendidikan siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan untuk

mengapresiasi karya sastra.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus sastra berarti dalam langkah-langkah

pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra apa
lewat pembacaan puisi,mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya yang disesuiakan dengan

tingkat kelas siswa.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN

BERBAGAI FOKUS.

Adapun tujuan dan manffat pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus tersebut

adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang ditekankan,misalnya yang

ditekankan adalah kompetensi dasar rmendengarkan maka porsi untuk pembelajaran

mendengarkan lebih banyak daripada keterampilan yang lain.

Kalau dilihat dari segi guru, pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus ini

bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran di kelas.

KEGIATAN BELAJAR 2

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendirinyang harus dikuasai guru.

Sebagai guru yang professional,dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter) setiap

pembelajaran keterampilan berbahasa,kompetensi berbahasa, dan juga sastra. Hal yang tak kalah

penting bagi guru bahasa adalah : 1 ) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-

masing kompetensi :2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; 3) menafsirkan secara
kritis dan kreatif isi kurikulum; 4)memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran

BI.

Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat

dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran

mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak siswa,daya

apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan

pengetahuan,kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan

berbahasa,yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan yang

resiprokal,artinya,kegiatan tersebut saling mengisi.Adanya kegiatan berbicara jika ada yang

mendengarkan dan sebaliknya.

Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan

huruf,kata,kalimat sederhana pada anak,system pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca

awal (membaca permulaaan),sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa

yang dibaca (membaca pemahaman).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode

dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan

dengan metode langsung,metode eklektik, ataupun metode linguistic sedangkan untuk

pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan teknik membaca sekilas (skimming),

2)teknik membaca memindai (scanning);3) Teknik SQ3R.

Untuk pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil.

Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak disini. Agar memiliki keterampilan

menulis,seseorang dituntut : 1)memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi ;2)

gemar membaca ; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca; dan 4)

menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah (menulis permulaan) yang

perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan (huruf);2) penulisan kata; 3) penulisan

kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis

menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan;

3)mengembangkan ide yang dimilikinya; 4)mampu memilih kata,kalimat dan gaya dalam

menulis.
Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan

secara bertahap,yaitu perencanaan menulis (prapenulis),penulisan, dan revisi (

Mc.Crimmon,1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik 1) Diagram pohon, 2) Diagram

lingkaran, 3) Diagram piramida terbalik dan Tabel. ( diagram-diagramnya dapat dilihat pada

modul 7 hal 7.18-7.20)

A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS

KETERAMPILAN BERBAHASA

Model pembelajaran Bi dengan focus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya

mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja,akan tetapi keterampilan yang menjadi

focus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain

yang tidak menjadi fokus . setiap keterampilan berbahasa yang menjadi focus merupakan

kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,tertuju, dan berakhir pada

keterampilan yang menjadi focus pembelajaran. Di samping pembelajaran difokuskan pada

keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang lain,didalamnya juga

terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.

Contoh model-model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa dapat kita

lihat pada modul 7 halaman 7.22 7.36 )

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA

Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra

diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil,tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan

siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan sisw tentang sastra. Karena

dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan

ragam budaya.

Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan

anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat dapat

merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya..Dengan membaca sastra

anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat menolong

anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari hubungan yang

manusiawi.
Contoh model pembelajaran menulis berikut dapat dilihat pada modul halaman 7.38 7.

39.

MODUL 8
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
KEGIATAN BELAJAR I
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu

diantara empat keterampilan yang ada,yaitu keterampilan mendengarkan/menyimak,berbicara,

membaca dan menulis. Tidak hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan tetapi semua

aspek kebahasaan dipadukan. Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana artinya

dalam memahami struktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk menemukan sendiri

dalam wacana yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran struktur

tersebut tidak diajarkan melalui kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya. Begitu pula
pembelajaran kosakata tidak diajarkan kata-kata yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan

melalui sebuah wacana.

Adapun pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan

materi,metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu untuk

melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi, yang dimaksud dengan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa

Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS RENDAH


Macam-macam pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka adalah :

1. Pengajaran membaca permulaan

Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat permulaan dasar, Tujuannya

adalah membinakan dasar mekanisme membaca,seperti kemampuan mengasosiasikan huruf

dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Pengajaran membaca nyaring

Pengajaran yang merupakan lanjuatan dari membaca permulaan,seperti membaca sebuah kutipan

dengan suara nyaring.

3. Pengajaran membaca dalam hati

Pengajaran ini membina siswaagar mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi

tuturan tertulis yang dibacanya,baik isi pokoknya maupun isi bagiannya,termasuk pula yang

tersurat maupun yang tersirat.

4. Pengajaran membaca pemahaman

Pengajaran ini tidak jauh berbeda dengan membaca dalam hati

5. Pengajaran membaca Bahasa

6. Pengajaran membaca teknik

Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca di

SD kelas rendah adalah melatih siswa menggerakkan mata dari kiri ke kanan,mengasosiasikan

huruf dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Jadi masih bersifat

mekanis.

Menurut Henry Guntur Tarigan, ada dua aspek yang penting dalam membaca yaitu :
1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan

yang lebih rendah (lower order).

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang dapat berada pada urutan

yang lebih tinggi (higher order)

C. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS TINGGI


Tujuan membaca di kelas tinggi merupakan kelanjutan dari membaca di kelas rendah

yang biasa disebut Membaca lanjut yang penekanannya pada pemahaman.

Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang

bersifat pemahaman (comprehension skill) yang mencakup aspek-aspek berikut :

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal,retorikal)

2. Memahami signifikansi tau makna

3. Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk)

4. Kecepatan membaca yang fleksibel,yamg mudah disesuaikan dengan keadaan.

Aktifitas yang tepat dalam melakukan keterampilan pemahaman adalah membaca dalam

hati yang dibagi menjadi dua, yaitu : membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca

intensif (intensive reading).

Namun kemampuan membaca yang harus dilatih


RANGKUMAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD
MODUL 11 - 12

Azhia Dhafanty F. P. Ch
NIM : 822131536
Siti Anita Purwati Dewi
NIM : 822155843

UNIVERSITAS TERBUKA

Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Bahasa Indonesia
A. Hakikat Pembelajaran
Kimble mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku siswa setelah melaksanakan pembelajaran adalah
tingkah laku yang relatif permanen, tingkah laku yang diakibatkan oleh adanya penguatan
(reinforcement) praktis.
B.F.Skinner menyatakan bahwa perubahan tingkah laku adalah pembelajaran dan tidak melalui proses
yang dapat disimpulkan, sedangkan para ahli yang lain menyatakan bahwa perubahan tingkah laku
merupakan akibat dari proses pembelajaran.
Dari uraian tersebut bahwa pembelajaran dapat membuat seseorang memiliki pengalaman atau
pelatihan yang diterimanya.

B. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran yang dimaksud ini adalah pembelajaran dalam situasi formal. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan sebuah aktivitas yang sistemik, sistematis, dan terencana.
Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran bahasa, terdapat beberapa permasalahan yang harus
diantisipasi dan didudukkan secara proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan dengan :
1. Tujuan pembelajaran,
2. Materi pembelajaran,
3. Strategi pembelajaran,
4. Evaluasi,
5. Pengajar (guru), dan
6. Siswa.

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Agar dapat melaksanakan pembelajaran berbicara di SD, terlebih dahulu Anda pelajari tentang hal-hal
berikut ini.
1. Teori Berbicara
Berbicara merupakan wujud dari aktivitas lisan dan komunikasi.
2. Komponen Berbicara
a. Pembicara;
b. Pembicaraan;
c. Penyimak;
d. Media;
e. Sarana penunjang;
f. Interaksi.
3. Hakikat Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa
atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding.
4. Jenis-jenis Berbicara
a. Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan;
b. Jenis berbicara berdasarkan tujuan pembicara;
c. Jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar;
d. Jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatari pembicaraan;
e. Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara.

D. Teknik Berbicara
Berikut ini adalah beberapa syarat teknik berbicara yaitu :
1. Memiliki Keberanian dan Tekad yang Kuat;
2. Memiliki Pengetahuan yang Luas;
3. Memahami Proses Komunikasi Massa;
4. Menguasai Bahasa yang Baik dan Lancar;
5. Pelatihan yang Memadai.

E. Efektivitas Berbicara
Hal-hal yang harus diperhatikan agar komunikasi bisa efektif yaitu :
1. Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar.
2. Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.
3. Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima.
4. Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
5. Adanya sifat keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak.
6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-baaiknya pada mitra
bicara.

F. Pembelajaran BI dengan Fokus Berbicara


1. Konsef Pembelajaran Berbicara Terpadu
Pembelajaran berbicara terpadu adalah bentuk pembelajaran berbicara yang dilakukan dengan cara
memadukan pembelajaran berbicara tersebut dengan pembelajaran yang lain.
2. Isi / Aktivitas Pembelajaran Berbicara
Aktivitas pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu :
a. Teknik terpimpin;
b. Teknik semi terpimpin;
c. Teknik bebas.

G. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar


1. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Kelas Rendah
a. Melatih keberanian siswa
b. Melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya
c. Melatih menyampaikan pendapat
d. Membiasakan siswa untuk bertanya
2. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Kelas Tinggi
a. Memupuk keberanian siswa
b. Menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa
c. Melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain
d. Melatih siswa berfikir kritis dan logis
e. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain
MODUL 9
A. Pengertian Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Kemampuan itu
bukan dibawah sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tidak pembelajaran. Seseorang yang
telah mendapatkan pembelajaran menulis pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang
andal tanpa banyak latihan menulis. Siswa SD yang masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk
huruf-huruf. Oleh karena itu, pada hakikatnya huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis maka
siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung,
dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Oleh karena itu, kalau kita
perhatikan materi pokok pada semester 1 SD kelas 1, yaitu minggu-minggu pertama masuk
sekolah, mereka dilatih untuk membuat garis-garis tersebut. Hal ini sesuai dengan materi
pembelajaran menulis pada semester 1 yaitu:
a. Garis lurus
b. Garis putus-putus
c. Garis lengkung
d. Lingkaran dan
e. Garis pembentuk lingkaran
Jadi, dikelas 1 SD ini siswa diperkenalkan dengan membuat/menulis huruf-huruf atau alfabet
dan merangkaikannya menjadi kata-kata. Disamping itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan
sikap yang benar, misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (merupakan kompetensi dasar
menulis yang harus dikembangkan guru). Di SD kelas tinggi setelah siswa menguasai teknik
menuluis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat,
dan kalimat-kalimat ini dirangkaikan menjadi paragraf dan yang terakhir paragraf-paragraf
disusun menjadi sebuah wacana.

Menurut Pappas (dalam Nurchasanah,1994) dalam pengajaran bahasa terpadu (termasuk


menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus menerus akan berpikir tentang
dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka pelajari dan mereka susun.
2. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial. Karena bahasa
digunakan untuk bermacam-macam tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang
bermacam-macam. Bahas tidak dapat dipahami, diinterprestasika, dan dievaluasi tanpa
dihubungkan dengan konteks sosial tempat bahasa itu digunakan. Bahas dipelajari melalui
penggunaan aktual. Pola-pola bahasa yang bervariasi dipelajari dalam penggunaannya untuk
berbagai tujuan dan berbagai konteks sosial.
3. Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu diorganisasikan dan
disusun melalui interaksi sosial. Pengetahuan itu secara tiba-tiba akan berubah dalam
kehidupanmereka dan dibangun dengan representasi mental yang didasarkan atas pengalaman
individual. Selanjutnya, pengetahuan itu selalu dimodifikasi dan bersifat tentatif dan absolut
dalam menyikapi objek. Karena anak-anak hidup dalam lingkungan sosial maka mereka akan
selalu menyikapi budaya yang ada dilingkungannya dan keadaan sosial yang selalu berubah serta
peristiwa-peristiwa sejarah.

Aplikasi ketiga prinsip diatas dalam pengajaran menulis, siswa perli dihadapkan dengan
dunia nyata yang ada dilingkungan sosialnya. Mereka perlu dilatih untuk berinteraksi dengan
kehidupan sosial mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan kehidupan
nyata dengan bekal pengetahuan yang sudah mereka miliki. Dengan demikian, mereka
diharapkan dapat menemukan masala yang akan ditulisnya dan lingkungan sosial mereka sendiri
dan dapat mengembangakan masalah dan menata bahawa penulisan dengan kreativitas mereka
sendiri. Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa
tulis sesuai denga konteks pemakaian bahasa yang wajar. Untuk mencapai tujuan itu, pengajaran
menulis bisa memadukan beberapa aspek pembelajaran bahasa baik bersifat kebahasaan maupun
keterampilan sebagai bahan ajarnya, misalnya--- coba anda sebutkan!ya, keterampilan menulis
dipadukan dengan keterampilan menyimak/mendengarkan, membaca, atau dipadukan dengan
pembelajaran kebahasaan, seperti kosakata, struktur, ejaan dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran terpadu ini peran guru sangat besar. Guru harus mampu
menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tulis. Jadi, yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia denga
fokus menulis adalah pembelajaran bahasa indonesia yang dipusatkan atau bertumpu pada
kegiatan latihan menulis. Kalau di SD kelas rendah difokuskan pada penguasaan menulis huruf-
huruf dan merangkaikan huruf-huruf itu menjadi kata, serta merangkaikan kata-kata itu menjadi
kalimat sederhana maka di SD kelas tinggi difokuskan pada latihan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tulis secara jelas.

B. Tujuan Pembelajaran Menulis di SD Kelas Rendah


Tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada Hasil Belajar dan
Kompetensi Dasar apa yang akan dikembangkan. Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar untuk
menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada modul 4 atau langsung pada sumber
utamanya, yaitu Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahas Indonesia Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Dalam modul 4 kita lihat belajar (yang pada hakikatnya
merupakan tujuan pembelajaran) apa yang akan dicapai sehubungan dengan keterampilan
menulis di SD kelas rendah.
Adapun hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis yang ingin dicapai dikelas 1 SD adalah:
a. Bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran,
dan garis pembentuk huruf.
b. Menjiplak dan menebalakan (gambar, lingkaran, bentuk lurus).
c. Menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat).
d. Menulis huruf, kata, dan kaliamat sederhana dengan huruf lepas.
e. Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
f. Menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan
benar. Dan
g. Menulis rapih kalimat dengan huruf sambung.

Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis dikelas 2 adalah:


a. Menuliskan pengalaman menggunakan kalimat sederhana dengan huruf sambung
b. Menuliskan yang didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar(penggunaan ejaan dan
tanda baca)
c. Melengkapi cerita dengan kata yang tepat
d. Menulis karangan pendek tentang kegiatan anggota keluarga dan
e. Menulis cerita sederhana tentang kesukaan dan ketidaksukaannya.

Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis dikelas 3 adalah:


a. Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat
b. Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang makin
kompleks
c. Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat menggunakan kata-kata
sendiri
d. Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara memainkannya.
Dalam praktiknya pembelajaran menulis di SD kelas 1 guru SD tidak banyak mengalami
kesulitan karena siswa kelas 1 SD sebagian besar sudah dibekali dengan menulis dan membaaca
permulaan di Taman Kanak-Kanak.

C. Keterpaduan Keterampilan Berbahasa dengan Fokus Menulis


Dalam proses komunikasi sesungguhnya jarang sekali jenis keterampilan berbahasa
digunakan secara terpisah dari keterampilan jenis lainnya. Ketika berbicara, kita pun mulai
menyiapkan diri untuk mendengarkan tanggapan dari lawan bicara. Ketika menulis, tentu saja
secara simultan kita melakukan revisi jadi, dalam berkomunikasi, kita hampir selalu
menggunakan berbagai jenis keterampilan berbahasa secara tumpang tindih atau secara
terintegrasi (celce murcia dan olshtain,2000:180). Dalam praktek komunikasi yang
sesungguhnya keterampilan menulis dapat di katakan hampir selalu digunakan secara terpadu
dengan jenis keterampilan berbahasa lainya. Keteranpilan menulis dapat digunakan secara
terpadu dengan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.
Dalam makalah ini kita akan mengkaji jenis-jenis keterampilan berbahasa tersebut secara
terpadu dengan fokus pada keterampilan menulis. Dengan demikian, setelah membaca makalah
ini, diharapkan dapat menerapkan dan merancang pembelajaran, yaitu :
1. Keterampilan menyimak terpadu dengan fokus menulis
2. Keterampilan berbicara terpadu dengan fokus menulis
3. Keterampilan membaca terpadu dengan fokus menulis
D. Keterampilan Menyimak Terpadu Dengan Fokus Menulis
1. Mendengarkan Nyanyian dan Aktivitas Menulis
Nyanyian yang merdu dapat menggugah perhatian siapa pun untuk mendengarkanya.
Diantara lagu lagu yang kita dengar, ada yang menggugah perasaan kita. Perasaan yang timbul
itu berbeda-beda ketika kita mendengarkan lagu yang berbeda. Perasaan yang muncul mungkin
berupa rasa gembira, terharu, rindu atau justru menimbulkan rasa sedih, jengkel bahkan marah.
Sebagai contoh kalau kita dengarkan lagu Tak Ada Yang Abadi dari Peterpan.
Perasaan apa yang akan muncul dalam diri anda? apakah merasa sedih? Apakah justru merasa
senang?
Lagu Tak ada yang abadi bukan hanya enak di dengar, tetapi juga mengandung nilai-nilai
luhur kemanusiaan, keindahan, kasih sayang, dan nilai-nilai keimanan. Apabila nyanyian itu kita
dengar setelah melihat di televisi atau mendengar di radio berita tentang musibah atau bencana
yang menimpa saudara-saudara kita, seperti kejadian tsunami Aceh, gempa Jogjakarta dll. Kita
merasa manusia tidak berdaya melawan kehendak Allah SWT, kita di sadarkan bahwa semuanya
tak ada yang abadi, dan dorongan untuk tetap tegar menjalani kehidupan.
Selain itu, lagu tersebut mungkin pula mencuatkan ide untuk membuat puisi, cerita pendek,
ataupun artikel kerohanian. Ide menulis apa pun yang muncul merupakan evident (bukti) bahwa
ada kaitan antara mendengarkan dengan menulis.
Sebagai penuntun dalam menulis kembali nyanyian menjadi sebuah esai, kita dapat
menggunakan beberapa penuntun dengan menggunakan beberapa pertanyaan berikut.
(1) Peristiwa apa yang terjadi?
(2) Siapa yang mengalaminya?
(3) Makna apa yang ingin di sampaikan oleh pencipta lagu (penyanyi) apabila peristiwa itu di
kaitkan dengan peristiwa yang relevan?
(4) Bagaimana sikap pencipta lagu (penyanyi) ?
(5) Bagaimana sikap anda sendiri?
(6) Bagaimana sikap masyarakat di sekitar anda?
Setelah kita menceritakan kembali dan mengomentari isi lagu Tak ada yang abadi. ide-ide
akan bermunculan, mungkin ide itu antara lain mengenai pentingnya pendidikan
keimanan/keagamaan bagi keluarga dan masyarakat luas, pentingnya rasa empati dan simpati
terhadap pihak-pihak yang terkena musibah.

2. Mendengarkan Cerita Dan Aktivitas Menulis


Ketika mendengarkan dongeng Malin Kundang si Anak Durhaka pada waktu masih kanak-
kanak. Dongeng tersebut pada mulanya dituturkan oleh orang tua kepada anaknya menjelang
tidur. Saat ini, dongeng yang di dengarkan oleh anak-anak zaman dahulu berulang-ulang
menjelang tidur kini di tulis dan di sajikan dalam buku-buku kumpulan dongeng. Tidak hanya itu,
dongeng itu telah ditulis dalam wujud script film oleh Zettira ZR dan telah di tayangkan oleh
sebuah stasiun telivisi (Kompas 16 Januari 2005). Hal ini merupakan bukti bahwa aktivitas
menulis ada kaitannya dengan aktivitas mendengar.
3. Mendengarkan Dialog Mengenai Suatu Topik Dan Aktivitas Menulis
Di suatu malam, ketika anda duduk di depan televisi. Ada sebuah dialog yang menarik
perhatian anda. Topik itu adalah Perlu Tidaknya Pelajaran Agama Disajikan di Sekolah.
Tentu saja terjadi pro dan kontra dalam dialog itu karena stasiun televisi itu sengaja memilih
pembicaranya dari kalangan yang berbeda, yang pro dan yang kontra dengan perlu tidaknya
pelajaran agama di sekolah. Setelah anda mendengarkan dialog/ debat tersebut selama satu jam
anda akan memposisikan diri pada pihak yang pro maupun yang kontra terhadap penyajian
pendidikan agama di sekolah. Pikiran-pikiran itu akan semakin jelas setelah anda tuangkan secara
tertulis pada lembaran kertas.
Pikiran-pikiran anda yang telah dituangkan secara tertulis dalam lembaran kertas itu dapat di
urutkan secara logis, diperbaiki kalimatnya, dipilih kata-kata yang lebih tepat, dilengkapi dengan
beberapa hasil penelitian, teori atau sekedar pengelaman-pengalaman individu dan masyarakat.
Tulisan itu dapat pula di rangkai menurut format yang di tawarkan oleh jurnak-jurnal ilmiah,
antara lain di mulai dengan pendahuluan (latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode),
kemudian diikuti dengan pemaparan isi dan pembahasan selanjutnya di akhiri dengan suatu
kesimpulan dan saran atau sekedar penutup, serta dilekapi dengan daftar pustaka.

4. Menulis Catatan Dari Suatu Kuliah Atau Diskusi


Ketika mengikuti suatu tutorial atau kuliah, anda perlu membuat catatan-catatan. Anda pasti
tidak dapat menulis secepat dosen berbicara, maka dari itu diperlukan adanya strategi dalam
menulis catatan kuliah. Pertama, kita harus berkosentrasi mendengarkan materi kuliah atau
tutorial agar kita dapat menangkap seluruh materi yang di sampaikan. Kedua, kita hanya perlu
mencatat materi-materi penting dalam kata-kata kunci atau frase-frase. Ketiga, catatan hanya
kata-kata kunci atau frase-frase tersebut dikembangkan menjadi catatan kuliah yang lengkap.
Catatan materi kuliah atau tutorial yang di wujudkan dalam kata-kata kunci atau frase-frase
hendaknya segera dikembangkan menjadi sebuah catatan kuliah yang lengkap segerea setelah
selesai kuliah.langkah-langkah yang dapat di tempuh adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi catatan kuliah melalui rekontruksi terhadap materi kuliah yang masih tersimpan
dalam ingatan kita.
2. Mempertajam pemahaman mengenai meteri perkuliahan melalui diskusi kelompok. Catatan yang
telah di buat menjadi bahan diskusi.

E. Keterpaduan Keterampilan Bicara dengan Fokus Menulis


1. Berdiskusi dan Aktivitas Menulis
Berdiskusi yang dimaksud disini bukan berupa seminar, simposium, dan rapat yang
memerlukan penulisan makalah atau rencana rapat terlebih dahulu. Berdiskusi yang
dimaksudkan disini termasuk pula suatu diskusi kelompok yang diadakan dengan tujuan
mempertajam isi suatu tulisan yang sedang dikerjakan.
Seorang penulis dapat mengomunikasikan rencana awal suatu tulisan atau sebuah tulisan
utuh dalam suatu diskusi guna mendapatkan masukan-masukan dari para anggota yang
terlibat dalam sebuah diskusi tersebut.
Dalam diskusi kelompok yang diselenggarakan seperti yang dimaksudkan diatas, penulis
perlu mengemukakan rencana tulisannya atau tulisannya secara utuh kepada peserta diskusi.
Setelah itu, penulis itu siap menerima masukan dan kritikan yang membangun dari peserta
diskusi. Aktivitas diskusi kelompok yang di selenggarakan guna mendapat masukan-masukan
dari peserta diskusi sama fungsinya dengan seminar proposal yang diikuti oleh para
mahasiswa guna mendapat masukan dari konsultan/ pembimbing/ promotor untuk
menyempurnakan proposal.
Ada pula proposal penelitian yang ditulis dengan maksud mendapatkan dukungan dana
dari pihak-pihak tertentu. Proposal seperti ini disampaikan dalam suatu seminar yang di hadiri
oleh calon penyumbang dana.
Dari uraian diatas nampak sekali bahwa adakalanya kita perlu menulis untuk berdiskusi
dan kadang-kadang kita perlu berdiskusi untuk menulis dengan baik.

2. Melakukan Wawancara Dan Laporan


Sebelum wawacara di lakukan, kita perlu menulis pedoman wawancara, yaitu berupa
sebuah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kemudian, kita perli mencatat hasil wawancara
dan menulis suatu laporan.
Pemilihan orang-orang dam aspek-aspek yang akan di wawancarai hendaknya dikaitkan
dengan topik dan tujuan tulisan. Misalnya, kita akan akan menulis tentang reaksi para ibu rumah
tangga terhadap kenaikan harga gas maka yang harus diwawancarai adalah para ibu rumah
tangga di berbgai lokasi dan berasal dari bebagai strata sosial.
Dalam belajar menulis persiapan wawancara hendaknya memulai dari yang sederhana,
baik topik maupun pertanyaan yang akan di ajukan. Ketika wawancara berlangsung,
pewawancara dapat merekam hasil wawancara atau mencatatnya,kemudian setelah selesai
tulislah sebuah laporan tentang hasil wawancara. Dalam pembuatan laporan, anda harus beljar
mengorganisasikan karangan ekspositoris atau naratif. Latihan yang harus di lakukan meliputi
menulis kalimat atau paragraf pengantar, paragaraf isi, dan kalimat atau paragraf penutup.

3. Bercerita Mengenai Pengalaman Pribadi


Ide menulis sesuatu dapat muncul setelah kita bercerita tentang pengalaman probadi kita
kepada orang lain secara lisan. Kemunculan ide tersebut dapat diikuti dengan perencanaan secara
tertulis. Ide dan perencanaan dalam menulis ddapat berasal dari suatu aktivitas yang bersifat
kolaboratif (kerja sama) antara dua orang atau lebih.
Di dalam bercerita bukan hanya terdapat aktifitas menulis dan berbicara, melainkan juga ada
aktifitas mendengarkan. Hal ini merupakan bukti bahwa beberapa jenis keterampilan berbahasa
digunakan secara bergantian atau terintegrasi dalam sebuah komunikasi sesungguhnya.
4. Berpidato Dan Aktivitas Menulis
Sebelum menulis suatu naskah pidato, anda harus mengetahui situasi/tempat berpidato dan
siapa saja yang akan hadir. Kemudian berlatih menuliskan sebuah pidato sederhana.
Sebuah naskah pidato terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pembukaan, isi pidato, dan
penutup. Pada bagian pembukaan berisi salam, menyapa hadirin, dan mengemukakan topik
pembicaraan, barulah disampaikan isi pidato dengan urutan nyang baik. Urutan yang baik dapat
berupa urutan kronologis atau berupa rangkaian peristiwa, urutan sebab akibat, akibat sebab,
atau gabungan dari beberapa cara penyajian itu. Kemudian pidato ditutup dengan salam.
Dalam menyampaikan pidato perhatikan pemakaian intonasi dan tekanan suara, gerak-gerik
tubuh, dan kontak mata dengan pendengar.

F. Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus menulis


Ketika kita menulis sesuatu, sebetulnya sekaligus juga membaca sesuatu yang ditulis walau
kegiatan membaca yang di lakukan tidaklah secara intensif. Baru kemudian, ketika ingin
memeriksa hasil tulisan, kita melakukan aktifitas membaca dengan serius. Lalu , mungkin kita
menemukan struktur kalimat atau kata yang tepat sehingga perlu mencoretnya dan menulis
kembali dengan menggunakan kalimat atau kata yang lebih tepat.
Dalam kehidupan yang modern sekarang ini, melalui sarana internet dan juga telepon
genggam, kita dapat berkomunikasi menggunakan tulisan dengan teman, keluarga, dan relasi
kerja dengan cepat (dalam waktu real time), seperti kita bertelepon. Kita membaca pesan yang di
sampaikan secara tertulis melalui surat elektronik (email) atau fasilitas chatting di internet dari
berbagai belahan dunia, kemudian kita pun dapat segera menulis balasannya dengan
mengirimkan melalui fasilitas yang tersedia. Disaat lain, kita mungkin perlu membaca sebuah
pengumuman, membaca makalah, buku-buku sambil membuat catatan yang perlu. Jadi, tampak
jelas bahwa seringkali kita melakukan aktifitas membaca dan menulis secera serentak atau secara
bergantian.
Aktifitas membaca dapat meningkatkan kemampuan menulis, kontribusi aktifitas membaca
terhadap kegiatan belajar menulis dapat diduga, antara lain berikut:
1. Penguasaan kata-kata dan istilah-istilah baru, kalimat, dan pemakaian ejaan ketika belajar
membaca akan memberi sumbangan positif dalam menulis.
2. Organisasi bahan bacaan dapat menjadi contoh dalam penorganisasian tulisan dalam menulis.
3. Dalam menulis tingkat lanjut, informasi yang di peroleh dalam bacaan dapat menjadi sumber ide
atau sumber data bagi tulisan yang akan disusun.
Contoh-contoh aktivitas membaca yang dapat dikaitkan dengan latihan menulis yaitu:
1. Membaca cerita/ dongeng dan aktifitas menulis
Selesai membaca cerita/ dongeng anda dapat melakukan aktivitas latihan menulis yang
bervariasi,misalnya :
a) Menuliskan nama-nama tokoh dalam cerita dan memberi komentar secara tertulis trhadap
karakter tokoh.
b) Melengkapi bagian akhir cerita yang sedang dibaca
c) Menulis kembali cerita dengan menggunakan kalimat dan pilihan kata sendiri.
d) Menulis pernyataan rasa suka dan tidak suka terhadap tokoh-tokoh atau jalan cerita besrta alasan-
alasannya.

2. Membaca puisi dan aktivitas menulis


Kita dapat berlatih menulis dalam kaitan dengan aktifitas membaca puisi yang anda sukai.
Dalam hal ini setelah kita selesai membaca puisi, ceritakan isi puisi itu secara tertulis dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Dengan kata lain, kita ubah sebuah puisi menjadi sebuah prosa.
Kita juga dapat melanjutkan latihan menulis dalam wujud menuliskan perasaan kita terhadap
puisi tersebut. Latihan ini akan membuat kita memperoleh keterampilan membuat resensi.
Setelah anda melakukan aktifitas diatas, anda juga dapat menuangkan perasaan kedalam
bentuk puisi,

3. Membaca dan menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat


Kita dapat belajar dan berlatih menulis petunjuk, pengumuman, poster dan surat dengan cara
membaca jenis-jenis tulisan itu terlebih dahulu. Misalnya pada surat dinas, surat dinas terdiri atas
unsur hal, nomor, tanggal, alamat yang dituju, pembuka surat, isi surat, dan penutup surat.
Pelajari juga tata letaknya. Misalnya hal dan nomor surat letaknya di sudut kiri atas kertas.

4. Menulis rangkuman bacaan


Dalam membuat ringkasan, pertama kita cari gagasan utama atau tema setiap paragraf dari
suatu bahan bacaan. Selanjutnya kita memberi tanda-tanda serta catatan sehubungan dengan
gagasan pokok bacaaan tersebut. Terakhir, barulah kita menulis ringkasan bahan bacaan yang
dimaksud dengan berpedoman pada tanda-tanda dan catatan yang telah dibuat.
MODUL 10
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MENYIMAK
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Kimble mengemukakan bahwa perubahan tngkah laku siswa setelah melaksanakan
pembelajaran adalah tingkah laku yang relatif permanen, tingkah laku yangdiakibatkan oleh
adanya penguatan praktis. Beberapa detail hakikat pembelajaran tersebut dikemukakan sebagai
berikut :
Pembelajaran menyebabkan tingkah laku, dengan kata lain, proses belajar dapat diamati, bahwa
setelah mengikuti pembelajaran, seseorang dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat dilakukan.
Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen.
Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalaman walaupun potensi
untuk itu telah dimiliki.
Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman / latihan praktis.
Pengalaman /latihan harus selalu ditajamkan, terutama pada tanggapan yang memerlukanadanya
penghargaan / reward
B. PEMBELAJARAN BAHASA
Pembelajaran yang dimaksud disini adalah pembelajaran dalam situasi formal.
Pembeljaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas, sistematik, sistematis, dan terencana.
Untuk melaksanakan pembelajaran perlu perencanaan yang dipersiapkan dan evaluasisebagai
tindak lanjut untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran tersebut . untuk mewujudkan
karakteristik pembelajaran bahasa terdapat beberapa permasalahan, permasalahannya adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi pembelajaran
3. Strategi pembelajaran
4. Evaluasi
5. Siswa

C. PEMBELAJARAN BAHASA DI SD
Bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai bahasa pengantar sejak SD sampai
Perguruan Tinggi (PT), sedangkan mata pelajaran pokok diajarkan sejak SD sampai SLA,
diperguruan BI diajarkan sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) pada jurusan nonbahasa
Indonesia. Walaupn di SD BI diajarkan sebagai mata pelajaran pokok, akan tetapi pada kelas-
kelas rendah untuk daerah-daerah tertentu masih digunakan bahasa daerah (BD) sebagai alat
interaksi dalam proses belajar mengajar di kelas
D. PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS MENYIMAK
Pembelajaran bahasa dengan focus menyimak diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Menyimak
Kegiatan menyimak yang dalam Kurikulum 2004 disebut dengan istilah mendengarkan, tidak
bias dilepaskan dengan kegiatanberbicara sebagai suatu jalinan komunikasi.
Menyimak merupakan kegiatan untuk menerima pesan, gagasan, informasi, pikiran, perasaan,
yang disampaikan dengan bahasa lisan. Menyimak melibatkan unsure-unsur kejiwaan.
a. Hakikat menyimak
Ketika kita sedang menonton sinetron yang kita sukai di Televisi, kita mendengarkan
suara orang berbicara di jalan/gang dekat rumah kita. Namun, kita tetap saja memperhatikan TV
yang sedang ramai karena ceritanya sangat kita sukai . pada peristiwa itu secara tidak sadar
bahawa kita telah menyimak isi dari sebuah cerita dari sinetron.
Menurut Kamidjan menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambing -lambing
bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif, yang dapat
disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal
b. Jenis-jenis meyimak
Secara garis besar, Tarigan membagi jenis menyimak menjadi dua macam yaitu ;
1. Menyimak ekstensif
2. Menyimak intensif

c. Teknik menyimak efektif


Agar dapat menyimak dengan baik, penyimak perlu mengetahui syarat menyimak efektif
yaitu ;
1. Menyimak dengan berkonsentrasi
2. Menelaah materi simakan
3. Menyimak dengan kritis
d. Teknik peningkatan daya simak
Untuk meningkatkan daya simakkita perlu memperhatikan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Teknik loci
2. Teknik penggabungan
3. Teknik fonetik
4. Teknik akronim
5. Teknik pengelompokan kategori
6. Teknik pemenggalan
e. Unsur-unsur menyimak
Unsur-unsur dasar menyimak adalah :
1. Pembicara
2. Penyimak
3. Bahan simakan
4. Bahasa liasan yang digunakan
2. Pembelajaran Bahasa Idonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran bahasa dengan fokus menyimak maka materi yang diajarkan disampaikan dengan
teknik-teknik menyimak, yaitu kegiatan dimulai dengan kegiatan siswa menyimak dan hasil
menyimak menjadi tujuan mencapai hasil belajar .
Tujuan pembelajaran menyimak di SD adalah :
1. Melatih siswa menghargai orang lain
2. Melatih siswa disiplin
3. Melatih siswa berpikir kritis
4. Melatih siswa meningkatkan daya nalar
5. Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
Untuk tujuan pembelajaran menyimak di SD kelas rendah adalah untuk meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis. Maka untuk kelas I dan II lebih diutamakan pada
membiasakan siswa menyimak apa yang didengar untuk mengembangkan kemampuannya dalam
membaca dan menulis.

BAB III
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MENYIMAK

A. MATERI ATAU BAHAN YANG SESUAI UNTUK KEGIATAN MENYIMAK


Dalam menyusun bahan ajar yang perlu kita perhatikan adalah:
1. Siswa
2. Pendekatan
3. Tema
4. Media
5. Lingkungan
6. Saran
Dalam memilih bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut ;
Keluasan bahan ajar
Keterbatasan waktu
Perbedan karakteristik siswa
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknoogi, dan seni

B. METODE ATAU TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAK


Guru yang professional, di samping dapat menyusun bahan ajar dan juga menguasainya,
dituntut terampil dalam menyampaikan materi itu kepada siswa. Oleh karena itu, kita tentu harus
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa metode dalam pembelajaran yaitu ;
1. Simak-Tulis
2. Simak-Terka
3. Simak-Cerita

Setelah kita memahami tentang metode pembelajaran bahasakita juga perlu mempelajari
teknik-teknik pembelajaran menyimak yang sesuai dan dapat dilakukan di SD yaitu ;
1. simak- ulang ucap 6. simak-baca 11. simak-bisik berantai
2. simak-tulis 7. simak- 12. simak-sanggah
rangkuman
3. simak-terka 8. simak-lengkapi 13. simak-temukan benda
4. simak-cerita 9. simak-kerjakan
5. simak-jawab 10. simak-lakukan
MODUL 11
BAB IV
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS BERBICARA

A. TEORI BERBICARA
Berbicara sebagai wujud dari aktivitas lisan dalam komunikasi dan berbicara merupakan
ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi.
B. KOMPONEN BERBICARA
Menurut Tarigan komponen-komponen yang terlibat dan mempengaruhi pembicaraan adalah
:
1. Pembicara
2. Pembicaraan
3. Penyimak
4. Media
5. Saran penunjang
6. interaksi
C. HAKIKAT BERBICARA
Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran seseorang
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Kemampuan berbicara merupakan tuntunan utama yang harus kita kuasia sebagai seorang guru.
D. JENIS-JENIS BERBICARA
Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis berbicara, ada 5 landasan yaitu;
1. Situasi
2. Tujuan
3. Jumlah pendengar
4. Peristiwa khusus
5. Metode penyampaian

E. TEKNIK BERBICARA
Teknik bericara dimuka umum terwujud dalam beberapa persiapan yaitu; menentukan
maksud pembicaraan, menganalisis pendengar dan situasi, memilih dan menyiapkan topic,
mengumpulkan bahan, membuat kerangka uraian, menguraikan secara mendetail, dan berlatih
dengan suara nyaring.
F. EFEKTIVITAS BERBICARA
Efektivitas berbicara akan terpenuhi bila ada kesamaan antara pembicara dengan
pendengar, ada sikap saling mendukung dari kedua belah pihak, ada sikap positif, arrtinya pikiran
atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi
keduanya, ada sikap keterbukaan yang ditampilkan oleh kedua belah pihak, masing-masing pihak
mencoba menempatkan diri pada lawan bicaranya.

G. TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS BERBICARA


Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus berbicara dikelompokan 2 bagian yaitu ;
1. Pada kelas rendah
Tujuan pembelajaran pada kelas rendah adalah ;
a. Melatih keberanian siswa
b. Melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya
c. Melatih menyampaikan pendapat
d. Membiasakan siswa untuk bertanya
2. Pada kelas tinggi
Tujuan pembelajaran pada kelas tinggi adalah ;
a. Memupuk keberanian siswa
b. Mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa
c. Melatih siswa menolak pendapat orang lain
d. Melatih siswa untuk berpikir logis dan kritis
e. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain

BAB V
KESIMPULAN

Kimble mengemukakan bahwa perubahan tngkah laku siswa setelah melaksanakan


pembelajaran adalah tingkah laku yang relatif permanen, tingkah laku yangdiakibatkan oleh
adanya penguatan praktis. Beberapa detail hakikat pembelajaran tersebut dikemukakan sebagai
berikut :
Pembelajaran menyebabkan tingkah laku, dengan kata lain, proses belajar dapat diamati, bahwa
setelah mengikuti pembelajaran, seseorang dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat dilakukan.
Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen.
Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalaman walaupun potensi
untuk itu telah dimiliki.
Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman / latihan praktis.
Pengalaman /latihan harus selalu ditajamkan, terutama pada tanggapan yang memerlukanadanya
penghargaan / reward
Dalam memilih bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut ;
Keluasan bahan ajar
Keterbatasan waktu
Perbedan karakteristik siswa
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknoogi, dan seni
Efektivitas berbicara akan terpenuhi bila ada kesamaan antara pembicara dengan pendengar,
ada sikap saling mendukung dari kedua belah pihak, ada sikap positif, arrtinya pikiran atau ide
yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya, ada
sikap keterbukaan yang ditampilkan oleh kedua belah pihak, masing-masing pihak mencoba
menempatkan diri pada lawan bicaranya.

BAB VI
KRITIK DAN SARAN

1. KRITIK
Untuk kritik mungkin tidak ada
2. SARAN
Saran untuk para audiens diskusi adalah :
1. Seharusnya para audiens jangan bertanya yang bersifat menguji
2. Tanyalah kepada kami selaku kelompok 1 apabila teman-teman tidak mengerti, dan akan coba
kami jawab dengan sebisa mungkin.
3. Simaklah apa-apa yang dijelaskan oleh kami guna untuk mengetahui apabila ada kesalahan
konsep dari kami tentang pembelajaran IPA
4. Serta bantulah kami apabia kami tidak bisa menjawab pertanyaan teman-teman.

BAB VII
PENUTUP
Sekian dari kami (kelompok 5) yang telah membahas tentang modul 10 DAN 11 yaitu
tentang Pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus menyimak dan berbicara. Apabia ada
kesalahan dalam penyampaian modul ini kami minta maaf karena kami masih ada dalam tahap
belajar. terimakasih untuk tutor yang telah membimbing kami dan tak lupa kepada teman-teman
seperjuangan yang telah membantu aktif dalam diskusi ini. Akhir kata
Assalamualaikum . Wr. Wb.

RESUME
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD
MODUL 12
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN FOKUS SASTRA
KB 1
HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN
FOKUS SASTRA DI SD

A. PENGERTIAN APRESIASI SASTRA

Pengertian apresiasi sastra menurut Gove adalah pengenalan melalui perasaan atau kepekaan
batin, dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang di ungkapkan
pengarang.

Pengertian apresiasi sastra menurut Tarigan adalah penaksiran kualitas karya sastra serta
pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas,
sadar, serta kritis.

Sedangkan pengertian apresiasi sastra menurut S. Effendi adalah kegiatan menggauli cipta sastra
dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Pengertian apresiasi sastra secara umum adalah penilaian yang baik atau penghargaan terhadap
karya sastra

Pengertian apresiasi sastra secara luas adalah pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin,
dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang di ungkapkan pengarang.
B. HAKIKAT SASTRA ANAK

1. Pengertian Sastra Anak

Kata sastra berarti karya seni imajinatifdengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan
bahasa ( Rene Wellek, 1989 ).
Karya seni imajinatif tersebut dapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Selanjutnya kata anak
dapat diartikan sebagai manuusia kecil ( KBBI, 2000:41 ). Kata anak yang dimaksud di sini
bukanlah anak balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia sekolah dasar yang berumur antara 6
sampai 13 tahun.

Menurut Santoso ( 2003:8.3) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur
estetisnya domonan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus
dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak

Menurut Sarumpaet ( dalam Santoso, 2003:8.3 ), sastra anak adalah karya sastra yang
dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.

Karya sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-
anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.

2. Ciri Sastra Anak


Menurut Sarumpaet ( dalam Santoso, 2003:8.3 )Ada tiga ( 3 ) ciri yang membedakan antara sastra
anak dengan sastra orang dewasa.
1. unsur pantangan
yaitu unsure yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak
pantangan atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang ertis,
dendam yang menimbulkaan kebencian atau hal-hal yang bersifat negative atau buruk.
2. penyajian dengan gaya secara langsung
artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang
berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat/buruk.
3. fungsi terapan .
adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.

3. Jenis Sastra Anak


Jenis sastra anak, seperti halnya ada pada karya sastra umum, yaitu bentuk puisi, prosa, dan
drama.
C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
SASTRA

Pembelajaran yang akan dilaksanakan difokuskan pada sastra maka materi yang dipilih adalah
memperkenalkan karya sastra.
Misalnya anak-anak di suruh mendengarkan puisi atau cerpen, kemudian mereka diminta untuk
menulis kembali isi puisi atau cerpen tersebut dengan bahasa mereka sendiri.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS RENDAH

Standar kompetensi yang harus dikuasai siswa SD di kelas rendah adalah mampu mengapresiasi
sastra anak secara sederhana melalaui kegiatan mendengarkan dongeng, bermain peran , dan
mendeklamasikan atau melagukan puisi anak.

Tujuan pembelajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan di capai di kelas 1 dan 2 adalah
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan.( kelas 1 dan 2)
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara. ( kelas 1 dan 2 )
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca. ( kelas 2 )

E. TUJUAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS TINGGI

Standar kompetensi yang ingin dicapai di kelas 3 SD adalah mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui menulis karanggan melalui piikiran sendiri,
menyusun ringkasan bacaan, menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis
petunjuk.

Standar kompetensi yang ingin dicapai di kelas 4 SD adalah mampu mengapresiasi ragam sastra
anak melalui mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, mendengarkan pembacaan pantun,
membaca dongeng atau cerita rakyat,memerankan penggalan drama, menulis cerita rekaan, dan
membuat pantun sederhana.

Standar kompetensi yang ingin dicapai di kelas 5 SD adalah mampu mengapresiasi ragam sastra
anak melalui mendengarkan dan menanggapi cerita rakyat, mendengarkan dan menanggapi cerita
pendek, menulis prosa sederhana, memerankan drama anak tanpa teks dan menulis puisi bebas.

Standar kompetensi yang ingin dicapai di kelas 6 SD adalah mampu mengapresiasi ragam sastra
anak melalui membaca novel anak, bermain peran, memparafrasekan puisi, mendengarkan cerita
rakyat, dan membacakan cerita rakyat yang masih popular.
Tujuan pembelajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan di capai di kelas 3, 4, 5 dan 6
adalah :
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan.( kelas 3,4,5, dan 6 )
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara. ( kelas 3,4,5, dan 6 )
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca. ( kelas 3,4,5, dan 6 )
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis. ( kelas 4,5, dan 6 )

KB 2
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN FOKUS SASTRA DI SD

A. MATERI, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


DENGAN FOKUS SASTRA

Menurut Huck Pemilihan materi harus sesuai dengan kebutuhan anak, yaitu sastra untuk anak-
anak harus memiliki nilai-nilai yang mencakup nilai yang bersifat personal. Artinya bahwa materi
sastra yang dipilih harus dapat :
a. memberikan kenikmatan
b. mengembangkan imajinasi
c. memperkuat daya pikir
d. memberi pengalaman mengalami
e. mengembangkan kemampuan berperilaku
f. menyajikan pengalaman yang menyeluruh

Sedangkan memiliki nilai-nilai pendidikan berarti dapat :


a. mengembangkan bahasa
b. membantu belajar bahasa
c. membantu belajar menulis.
Selain materi harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak,yang harus diingat juga adalah
materi harus di sesuaikan dengan perkembangan anak. Artinya bahwa materi belajar tersebut
dapat meningkatkan perkembangan anak ke tingkat yang lebih tinggi.

Ada beberapa metode yang dapat di manfaatkan dalam pembelajaran bahasa indonesia di SD
yaitu :
Direct Method atau Metode Langsung
Adalah metode pengajaran bahasa yang didalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan
bahasa sasaran yaitu bahasa yang di ajarkan.
Misalny dalam mengajarkan bahasa Indonesia, pelajaran disajikan dalam bahasa Indonesia pula.
Natural Method yang di sebut juga Metode Murni atau Metode Alamiah
Adalah metode yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda,
gambar-gambar, atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-hari.
Reading Method atau Metode Membaca
Adalah metode yang dalam pelaksanaannya untuk member pelajar/mahasiswa kemampuan
dalam memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam studi mereka.
Electic Method atau Metode Campuran
Adalah metode yang dalam pelaksanaannya bebas untuk menambah atau
mengkombinasi/mencampur antara metode yang satu dengan metode yang lainnya yang dianggap
cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Adapun teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa indonesia di SD yaitu :
Teknik Ceramah
Tekni ini digunakan untuk menyampaikan informasi,terutama kepada mereka yang sudah
termotivasi untuk mendapatkan informasi tertentu dan dilengkapi dengan peragaan atau gambar-
gambar.
Teknik Tanya Jawab
Tujuannya ialah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang baru diberikan atau
bias juga pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan
yang telah mereka baca.
Teknik Diskusi Kelompok
Tujuannya ialah untuk melatih siswa mengeluarkan pendapat, dan mau menerima kritikan kalau
pendapatnya memang kurang benar.
Teknik Pemberian Tugas atau Resitasi.
Diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok dengan harapan siswa lebih mendalami
materi pelajaraan yang diberikan dan pemberiann tugas ini diikuti oleh tugas melaporkan hasil
kerja siswa yang disebut resitasi.
Teknik Ramu Pendapat ( brainstorming )
Teknik ini meruppakan perpaduan dari teknik Tanya jaawaab dan diskusi.
Teknik Simulasi
Simulasi artinya tiruan ( mitasi ). Teknik in untuk melaatih ketrampilan berbicara.

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA DI


KELAS RENDAH

Guru bisa menceritakan cerita anak atau memperdengarkannya melalui audio kaset kemudian
di lanjutkan dengan anak-anak diberi kesempatan untuk menceritakan kembali secara bergiliran
dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri.
Guru juga bisa mengajak anak-anak untuk memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Model pembelajaran diatas biaasanya diterapkan di kelas satu dan 2, yang difokuskan di kelas
rendah.

C. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA DI


KELAS TINGGI

Misalnya dengan memberikan sebuah puisi. Setiap anak di beri lembaran yang berisi puisi anak,
kemudian guru membacaakannya. Setelah itu anak-anak diminta untuk membaca puisi tersebut.
Kegiatan ini bertujuan agar anak dapat memahami isi puisi.
Kemudian anak-anak diminta untuk membuat cerita dari puisi tersebut dengan kata-kata mereka
sendiri.
Dan membacakan hasilnya di depan kelas.

Model pembelajaran diatas biaasanya diterapkan di kelas 3,4,5 dan6 , yang difokuskan di kelas
tinggi.

Você também pode gostar