Você está na página 1de 10

A Teori dasar

1. penggunaan energi

Sejak awal kehidupan di dunia ini, untuk mencukupi kebutuhan, manusia sudah
memerlukan energi alam. Sejak zaman prasejarah sumber energi alam, seperti kayu
dipakai memanaskan badan, memasak, dan pertukangan. Awal abad XII, bentuk energi
lainnya seperti angin dan air dimanfaatkan untuk keperluan pengangkutan dan
penggilingan biji-bijian. Manusia mulai memanfaatkan energi batubara untuk
keperluan pemanasan dan memasak pada awal abad ke-14. Sejak abad XVIII di Inggris
batubara ini digunakan untuk menghasilkan uap dan menggerakkan mesin uap pada
pabrik pengerjaan logam dan tekstil. Berbagai penelitian dan uji coba dilakukan,
sehingga dapat menemukan bentuk-bentuk energi alam lainnya yang dapat
dimanfaatkan dalam kebutuhan dan kegiatan sehari-hari. Sampai sekarang hasil
penelitian menghasilkan beberapa sumber energi, di antaranya:
1. Energi Mekanik

2. Energi Medan Magnet

3. Energi Gravitasi

4. Energi Nuklir

5. Energi Sinar

6. Energi Panas

7. Energi Listrik

Semua zat-zat (padat, cair dan gas) yang ada di alam semesta ini disebut materi. Materi
ini mengandung energi dan energi ini dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya,
karena alam maupun kejadian-kejadian teknis. Menurut hukum kekekalan energi bahwa
energi itu tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari energi
satu ke energi lainnya

2. Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik

Pada tahun 1885 seorang dari Prancis bernama Lucian Gauland dan John Gibbs
dari Inggris menjual hak patent generator arus bolak-balik kepada seorang pengusaha
bernama George Westinghouse. Selanjutnya dikembangkan generator arus bolak-balik
dengan tegangan tetap, pembuatan transformator, dan akhirnya diperoleh sistem
jaringan arus bolakbalik sebagai transmisi dari pembangkit ke beban/pemakai. Sejarah
kelistrikan di Indonesia dimulai dengan selesai dibangunnya pusat tenaga listrik di
Gambir, Jakarta Mei 1887, kemudian di Medan (1899), Surakarta (1902), Bandung
(1906), Surabaya (1912), dan Banjarmasin (1922). Pusat-pusat tenaga listrik ini pada
awalnya menggunakan tenaga thermis. Kemudian disusul dengan pembuatan pusat-
pusat listrik tenaga air: PLTA Giringan di Madiun (1917), PLTA Tes di Bengkulu
(1920), PLTA Plengan di Priangan (1922), serta PLTA Bengkok dan PLTA Dago di
Bandung (1923). Sebelum kemerdekaan pengusahaan tenaga listrik di Indonesia
dikelola oleh beberapa perusahaan swasta, di antaranya yang terbesar adalah NIGEM
(Nederlands Indische Gas en Electriciteits Maatschappij) yang kemudian menjelma
menjadi OGEM (Overzese Gasen Electriciteits Maatschappij), ANIEM (Algemene
Nederlands Indhische Electriciteits Maatschappij), dan GEBEO (Gemeen Schappelijk
Electriciteits Bedrijk Bandung en Omsheken). Sementara itu, Jawatan Tenaga Air
membangun dan mengusahakan sebagian besar pusat-pusat listrik tenaga air di Jawa
Barat. Sejak tahun 1958 pengelolaan ketenagalistrikan di Indonesia ditangani oleh
Perusahaan Umum Listrik Negara.

3. Peranan Tenaga Listrik

Di pusat pembangkit tenaga listrik, generator digerakkan oleh turbin dari bentuk
energi lainnya antara lain: dari Air - PLTA; Gas - PLTG; Uap - PLTU; Diesel - PLTD;
Panas Bumi - PLTP; Nuklir - PLTN. Energi listrik dari pusat pembangkitnya disalurkan
melalui jaringan transmisi yang jaraknya relatif jauh ke pemakai listrik/konsumen.
Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta lainnya
dapat dibedakan sebagai berikut

1. Konsumen Rumah Tangga


Masing-masing rumah dayanya antara 450 VA s.d. 4.400 VA, secara umum
menggunakan sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V dan jumlahnya
sangat banyak.
2. Penerangan Jalan Umum (PJU)
Pada kota-kota besar penerangan jalan umum ini sangat diperlukan oleh karena
bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara 50 VA
sampai dengan 250 VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka system
yang digunakan 1 fasa.
3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing
pabrik dayanya dalam orde ratusan KVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil
masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah (220V/380V), untuk pabrik-
pabrik skala besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya dengan
jaringan tegangan menengah 20 KV.
4. Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Instalasi dari pembangkitan sampai dengan alat pembatas/pengukur (APP)


disebut Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik. Dari mulai APP sampai titik akhir
beban disebut Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Standarisasi daya tersambung
yang disediakan oleh pengusaha ketenagalistrikan (PT PLN) berupa daftar
penyeragaman pembatasan dan pengukuran dengan daya tersedia untuk tarif S-2, S-
3, R-1, R-2, R-4, U-1, U-2, G-1, I-1, I-2, I-3, H-1, dan H-2 pada jaringan distribusi
tegangan rendah. Adapun daya tersambung pada tegangan menengah, dengan
pembatas untuk tarif S-4, SS-4, I-4, U-3, H-3, dan G-2.
5. Sistem Distribusi tenaga listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di
sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan.


2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung.

Melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kVdinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk
memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian
daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya
yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil
sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk yang
merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
perimer.

B. Sistem Distribusi tenaga listrik


Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan.
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung.
Melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar
dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kVdinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk
memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian
daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya
yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil
sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk yang
merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
perimer
C. Hal-hal yang perlu diketahui dalam saluran distribusi dan transmisi

1. Ligthning Arrester

Biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik
pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir
(ligthning Surge) maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ).

2. Transformator Instrument atau Transformator Ukur

Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.


Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:

Transformator Tegangan adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk
indikator, relai dan alat sinkronisasi.

Transformator arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih
yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan
rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara
langsung sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran
secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus (sebutan untuk trafo pengukuran
arus yang besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran daya dan
energi, pengukuran jarak jauh dan relay proteksi.

Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan untuk membantu


beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Dan merupakan pasokan utama
untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan pada motor
pompa sirkulasi minyak trafo beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting
adalah sebagai pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana
sumber DC ini merupakan sumber utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan
tenaga untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus
AC.

Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab selain fungsi
utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada
ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air Conditioner) karena beberapa
proteksi yang menggunakan elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan
temperatur antara 20C -28C.Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari
transformator bantu adalah pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk
kesetiap fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya.
Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.

3. Jenis sakelar

a. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)

Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain
yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak
berbeban. Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.

b. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)

Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban


(pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu
menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu
fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi
dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas SF6.

c. Sakelar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada
saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan
ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS
dan PMT sudah membuka).

4. Kompensator

Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah
fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau
transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.
5. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi

Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) interface
dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa data digital
dan data analog dan dirubah dalam bentuk data frekuensi tinggi (50 kHz sampai
dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan
tinggi. Data frekuensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tetapi secara
paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi suara
dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya dan
bukan tegangan yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh sebab itu bila
penghantar tak bertegangan maka Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi
asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian diperlukan peralatan
yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari energi listrik

7. Relay Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)

Relay proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil
mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga
listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi. Sedangkan papan alarm atau
announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang dilengkapi dengan
lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga memudahkan petugas
untuk mengetahui relay proteksi yang bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.
kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh
saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambiltegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi
sistem tegangan rendah, yaitu220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Pada
sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin,
dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini
(HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi
lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak
cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-
daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan
menggunakantrafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka
mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang
memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

8. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-


pembatasan seperti

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

Daerah III: Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV: (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan


rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi


Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
A. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus

B. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
C. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band,
peralatan grounding,dan lain-lain.

D. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM
dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

9. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:


a) Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b) Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.

2. Menurut bentuk tegangannya:

a) Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.


b) Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan
bolak-balik.

3. Menurut jenis/tipe konduktornya:

a) Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang)
dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:

- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.


- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b) Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable).

c) Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)

D. Kawat Penghantar

Jenis jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%), tembaga dengan
konduktivitas 97,5% atau aluminium dengan konduktivitas 61% (AL 61%). Kawat
penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut:

ACC = All-Aluminium Conductor yaitu kawat penghantar yang seluruhnya


terbuat dari aluminium.

AAAC = All-Aluminium Alloy Conductor yaitu kawat penghantar yang


seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
ACSR = Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced. yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan


kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi.
Tetapi kelemahannya ialah, tembaga lebih berat dari aluminium dan juga lebih mahal.
Untuk itu kawat penghantar aluminium lebih banyak menggantikan kawat penghantar
tembaga

Kawat Tanah

Kawat tanah atau ground wires juga disebut sebagai kawat pelindung gunanya untuk
melindungi kawat penghantar atau kawat phasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat
tanah itu dipasang diatas kawat phasa. Sebagai kawat tanah umumnya digunakan
kawat baja (stell wires) yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR.

Resistansi

Resistansi pengantar saluran transmisi adalah penyebab yang terpenting dari rugi daya
( power losses ) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain, maka yang
dimaksud dengan istilah resistansi adalah resistansi efektif. Resistansi efektif dari
suatu penghantar adalah

R=

dimana daya dinyatakan dalam watt dan I adalah arus rms. Pada penghantar dalam
ampere. Resistansi efektif sama dengan resistansi arus searah ( DC ) dari saluran jika
terdapat distribusi arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Kita akan
membahas sedikit tentang distribusi arus yang tidak merata sesudah kita mengulang
beberapa konsep dasar dari resistansi DC.

Sehubungan bertambah panjangnya saluran transmisi dan juga tingginya tegangan


maka menggunakan persamaan yang ada pada saluran pendek tentu tidak efektif dan
hasilnya tidak teliti. Untuk itu efek dari arus bocor melalui kapasitansi harus
diperhitungkan sebagai analisis pendekatan yang lebih teliti.

Você também pode gostar