Você está na página 1de 4

ANALISA DATA 10 BESAR PENYAKIT INFEKSI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON

APRIL-SEPTEMBER 2017
Berdasarkan data infeksi 10 besar penyakit terbanyak pada instalasi rawat jalan RSUD
kota Cilegon bulan April sampai dengan September 2017, didapatkan bahwa GEA selalu
menempati urutan pertama yaitu bulan April sebanyak 43 pasien, Mei sebanyak 33 pasien, Juni
38 pasien, Juli 83 pasien, Agustus 68 pasien dan September sebanyak 53 pasien. Sisanya TB
Paru menempati urutan kedua pada bulan April sampai dengan bulan Juli. Sedangkan untuk
bulan agustus dan September pneumonia berada pada urutan kedua.
Gastroenteritis merupakan penyakit yang ditularkan melalui air (water borne disease),
untuk pneumonia termasuk penyakit yang ditularkan melalui udara (airbone disease).
Pneumonia dan TB paru hampir tiap bulan menempati urutan atas data 10 besar penyakit infeksi
RSUD Kota cilegon, sehingga perlu suatu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang
ditularkan melalui udara guna meminimalisir atau menurunkan resiko penularan infeksi airborne
baik terhadap pasien lain, keluarga pasien (pengunjung) maupun terhadap tenaga kesehatan.

A. Infeksi yang ditularkan melalui air (water borne disease)


Salah satu Upaya PPI untuk meminimalsir risiko adalah dengan melaksanakan program PPI.
Beberapa program yang telah dijalankan, antara lain:
1. Melakukan PENKES pada pasien dan keluarga pasien mengenai cara pencegahan
gastroenteritis, antara lain :
Mencuci tangan. Cuci lah seluruh tangan (termasuk sela-sela kuku) hingga bersih.
Gunakan sabun, lalu gosok-gosok tangan Anda sekitar 20 detik, dan bilas dengan
menggunakan air bersih. Jika tidak ada sabun dan air, gunakanlah tisu pembersih atau
cairan pembersih tangan tanpa bilas (hand sanitizer).
Selalu memakai peralatan pribadi. Disarankan untuk memakai peralatan makan dan
minum sendiri, seperti gelas, piring, sendok, dan garpu. Hindari memakai alat makan
secara bergantian dengan orang lain. Pastikan setiap anggota keluarga memiliki handuk
sendiri-sendiri.
Menjaga jarak. Jika Anda terpaksa melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi
gastroenteritis, usahakan untuk menjaga jarak dengannya. Jangan menyentuh barang-
barang yang digunakan oleh orang yang terinfeksi.
Membersihkan barang-barang. Bersihkan barang-barang, tempat, dan juga permukaan
yang disentuh oleh orang yang sudah terinfeksi. Benda-benda seperti permukaan meja,
keran, gagang pintu, sendok, garpu, dan perlengkapan lain yang digunakan oleh pasien
gastroenteritis yang tinggal serumah dengan Anda bisa menjadi media penularan virus.
Vaksin rotavirus. Vaksin ini diberikan untuk mencegah diare karena rotavirus. Ada dua
jenis vaksin rotavirus yang tersebar di Indonesia, yaitu rotateq dan rotarix. Rotateq
diberikan sebanyak tiga dosis saat bayi berusia 6-14 minggu, 4-8 minggu kemudian, dan
usia 8 bulan. Sedangkan rotarix diberikan dua dosis pada usia 10 minggu dan 14 minggu
(6 bulan).
Hindari mengonsumsi makanan mentah, baik sayuran maupun buah-buahan yang sudah
dikupas atau disentuh oleh tangan orang lain.
Jangan mengonsumsi daging yang tidak dimasak dengan matang.
Belilah air minum dalam kemasan untuk menghindari mengonsumsi air yang
terkontaminasi. Termasuk saat Anda menggosok gigi, disarankan untuk tetap
menggunakan air kemasan.
Hindari mengonsumsi es batu yang kebersihannya tidak terjamin, karena bisa jadi air
yang digunakan untuk membuat es sudah terkontaminasi oleh virus.
2. Berkoordinasi dengan bidang instalasi gizi untuk menyediakan makanan yang benar-benar
higenis dan sesuai SPO.

B. Infeksi yang ditularkan melalui airborne


Salah satu Upaya PPI untuk meminimalsir risiko adalah dengan melaksanakan program PPI
khususnya pencegahan airborne dan melakukan evaluasi serta audit kepatuhan pelaksanann
program.
Beberapa program yang telah dijalankan, antara lain:
1. Melakukan TRIASE oleh petugas administrasi pada pasien batuk. Pasien batuk didahulukan
antriannya ke konter pendaftaran khusus. Selain itu juga pasien batuk akan diberikan masker
oleh petugas. Hal ini juga berlaku untuk pasien dengan yang terduga TB atau pasien TB
sudah diberi tanda pada kartu berobat pasien
2. Pemasangan banner Etika batuk disekitar area pendaftaran dan tempat tunggu obat juga di
poliklinik paru
3. Menempakan poliklinik paru pada area terpisah dan pengaturan sirkulasi dengan bukaan
jendela 100% dan area poliklinik terbuka terkena cahaya matahari
4. Pengadaan APD (masker bedah dan masker N 95)
5. Ruang Perawatan Isolasi paru di ruang Alamanda dan VIP untuk memisahkan pasien
dengan infeksi airborne dengan pasien lainnya
6. Audit kepatuhan pemakaian APD khususnya pada petugas kesehatan
7. Jarak penempatan antar bed pasien infeksi airborne minimal 1,5 m
8. Pemasangan masker saat transportasi pasien ke bagian lain seperti ke bagian radiologi
Dari beberapa program yang telah dijalankan masih terdapat beberapa kendala yang memerlukan
evaluasi antara lain :
1. Banner Etika batuk masih terbatas jumlahnya sehingga perlu penambahan banner etika batuk
guna menyebarkan informasi lebih luas lagi
2. Pembuatan video Etika batuk
3. Pengadaan masker di ruang pendaftaran dan masker N95 untuk petugas
4. Transportasi pasien infeksius lebih diperhatikan
5. Pemasangan hepa filter di poliklinik rawat jalan paru dan ruang isolasi paru di ruang
perawatan Alamanda
6. Sirkulasi udara di ruang perawatan Alamanda perlu evaluasi dan tindak lanjut. Mengingat
bukaan jendela belum semuanys 100 %, bantuan ventilasi mekanik kipas angin yang
diarahkan ke jendela atau exhaust fan belum tersedia
7. Tempat pengambilan sputum belum ada
8. Pengadaan masker N95 yang selalu tersedia di ruang perawatan Alamanda, Poliklinik paru,
Laboratonum dan Radiologi

Tindak lanjut Tim PPI


1. Tim PPIRS mengadakan reedukasi dan sosialisasi tentang penularan infeksi
2. Berkoordinasi dengan bagian umum dan PKRS mengenai pengadaar, sputum both,
pembuatan video etika batuk, pengadaan banner, pengadaan exhaust dan kipas angina,
penyempurnaan bukaan jendela
3. Berkoordinasi dengan ruangan terkait (alamanda) untuk jarak tempat tidur
4. Melakukan audit kepatuhan pemakaian APD dan kebersihan tangan
5. Berkoordinasi dengan IGD untuk pengadaan ruang isolasi

C. Infeksi yang ditularkan, melalui kontak


Tujuan pencegahan untuk menurunkan transmjsi mikroba yang secara epidemiologi
ditransmisikan melalui kontak Iangsung melalui permukaaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit terinfeksi(contoh: saat mengganti verband)Atau kontak tidak
Iangsung dengan benda yang terkontaminasi bakteri contoh peralatan,sarung tangan yang tidak
diganti antara pasien satu dan pasien lainnya, pasien terinfeksj melalui petugas dan benda mati di
lingkungan.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian infekai yang ditularkan
melalui transmisi kontak, antara lain :
1. Pemakaian sarung tangan satu pasien satu, pada saat mengganti verband atau
membersihkan luka, ganti segera sarung tangan setelah kontak dengan pasien infeksius
2. Cuci tangan sesuai 5 saat kebersihan tangan
3. Pengadaan APD seperti gaun bersih/apron untuk melindungi baju dan kontak pasien
4. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk satu pasien . bersihkan dan
desinfeksi sebelum dipakai oleh pasien lain

Tindak lanjut PPI


1. Berkoordjnasi dengan bagian pengadaan mengenai kelengkapan APD
2. Monitoring dan evaluasi pemakaian APD
3. Koordinasi pengadaan sarana hand rub dan hand hygiene
4. Koordinasi dengan unit terkait untuk sterilisasi di CSSD

Você também pode gostar