Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
No Registrasi : 3425131061
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keamanan pakan merupakan syarat suatu pakan untuk dapat dikonsumsi. Salah satu
penyebab pencemaran pakan adalah terkontaminasinya bahan baku pakan oleh kapang Aspergillus
flavus. Kapang tersebut dapat menghasilkan senyawa toksin yaitu aflatoksin (Lai et al., 2014).
Kontaminasi aflatoksin pada unggas dapat menyebabkan menurunnya bobot badan (Yunus
et al., 2011), cacat tulang kaki (Komalasari, 2010), menurunnya sistem imun (Yunus et al., 2011)
hingga kematian (Bbosa et al., 2013). Amirkhizi et al. (2015), meneliti kontaminasi aflatoksin B1
pada hati dan telur ayam di supermarket Tabriz, Iran dan didapatkan 72% sample hati dan 58%
sample telur yang diteliti mengandung aflatoksin sebesar 0.30-16.36 g kg-1. Penelitian Herzallah
(2013), membuktikan bahwa ayam yang diberi diet aflatoksin memiliki residu aflatoksin pada
telur, hati, ginjal, dan otot. Diperkirakan lebih dari 5 milyar penduduk dunia terkontaminasi
aflatoksin yang berasal dari makanan yang dikonsumsi dan lebih dari 4 milyar mengalami kanker
hati terutama hepatocelluler carcinoma (Liu et al., 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu cara untuk menghambat atau mereduksi
kontaminasi aflatoksin dalam bahan pakan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan khamir antagonis. Berdasarkan beberapa penelitian khamir asal buah-buahan
memiliki kemampuan antagonis (Chanchaichaovivat et al., 2007; Hejri, 2013). Isolat khamir
1 Mahasiswa Program Studi Biologi. FMIPA UNJ. Email: faradila.ny@gmail.com
2 Staf Pengajar Program Studi Biologi. FMIPA UNJ. Jl. Pemuda No.10 Rawamangun. Jakarta 13220
Pseudozyma fusiformata yang di isolasi dari daun dan buah pistachio dapat menurunkan produksi
spora A. flavus sebesar 84,6% dan menghambat produksi aflatoksin B1 sebesar 89,1% (Hejri,
2013), sehingga dalam penelitian ini digunakan khamir asal buah lobi-lobi (Flacourtia inermis
Roxb.).
Kemampuan khamir antagonis dalam mereduksi kadar aflatoksin dapat divalidasi dan
dikuantifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis (Hussain, 2011; Dahab et al., 2016).
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fase
diam berupa plat dengan fase gerak berupa pelarut.
Data yang akurat mengenai jenis khamir asal buah lobi-lobi yang potensi menghambat
pertumbuhan A. flavus penghasil aflatoksin sangat diperlukan dalam pengembangan pengendali A.
flavus penghasil aflatoksin pada pakan ayam berbasis mikroba. Identifikasi khamir secara akurat
dapat dilakukan dengan teknik molekuler. Identifikasi dapat diketahui berdasarkan data sekuns
daerah D1/D2 dari ribosom DNA (rDNA).
Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan isolat khamir asal buah lobi-lobi yang potensial menghambat pertumbuhan
kapang A. flavus penghasil aflatoksin.
2. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman khamir asal buah lobi-lobi yang memiliki
aktivitas potensial menghambat pertumbuhan kapang A. flavus penghasil aflatoksin.
3. Memberikan informasi jumlah reduksi aflatoksin oleh isolat khamir potensial asal buah lobi-
lobi.
Hipotesis Penelitian
1. Isolat khamir yang potensial antagonis terhadap pertumbuhan A. flavus dapat diperoleh dari
buah lobi-lobi.
2. Identifikasi khamir penghambat pertumbuhan A. flavus dapat diketahui berdasarkan analisis
data sekuens daerah D1/D2.
3. Kadar reduksi aflatoksin oleh isolat khamir potensial dapat dianalisis menggunakan
kromatografi lapis tipis.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan bulan Juni 2017,
di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian
menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) untuk percobaan uji antagonisme khamir dengan
kapang A.flavus dan percobaan pengukuran kadar aflatoksin dan kadar reduksi aflatoksin. Metode
deskriptif digunakan untuk identifikasi morfologi khamir.
Tabel 1. Rancangan percobaan hasil pengukuran jarak zona hambat antar khamir dan kapang
Diameter kapang A. flavus
Isolat khamir
P C
1
s/d 15
Keterangan:C = diameter kapang kontrol; P = diameter kapang perlakuan.
Pengamatan dilakukan pada hari ke 6 dengan mengukur besar zona hambat antara khamir
dengan kapang A.flavus menggunakan jangka sorong digital dengan empat kali pengulangan.
Persentase zona hambat dihitung dengan persamaan berikut (Suciatmih et al., 2014).
Keterangan:
P = Hambatan (%)
C = Diameter miselium kapang kontrol (mm)
T = Diameter miselium kapang perlakuan (mm)
3. Pengamatan Morfologi Khamir
Pengamatan morfologi khamir dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis berdasarkan
metode Kurtzman & Fell (1998). Pengamatan makroskopis meliputi : warna, tekstur, tepi koloni,
dan permukaan koloni. Karakter mikroskopis yang diamati meliputi bentuk sel, ukuran sel, tipe
reproduksi aseksual dan spora khamir.
Uji kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu tambat (Rf) bercak sampel dan standar
(0,50), sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan membandingkan intensitas perpendaran
(fluoresens) sampel dan standar. Apabila intensitas perpendaran terlalu rendah untuk diamati,
ekstrak sampel diuapkan kembali sampai kering dan dilakukan penotolan ulang. Kandungan
aflatoksin dihitung berdasarkan rumus berikut :
Keterangan :
C : Kandungan aflatoksin (g/kg)
S : Volume standart aflatoksin (L) yang memberikan perpendaran setara dengan Z (L)
sampel
Y : Kosentrasi standar aflatoksin (g/mL)
W : Bobot sampel yang diekstrak (g)
Z : Volume ekstrak sampel (L) yang dibutuhkan untuk memberi
perpendaran, setara dengan S (L) standar aflatoksin
V : Volume pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan ekstrak sampel (L)
Analisis hasil pengujian antagonisme dilakukan dengan mengukur jarak zona hambat
antara khamir dengan kapang A. flavus. Kadar aflatoksin dan kadar reduksi aflatoksin didapatkan
dengan mengukur nilai Rf (Retardation factor). Data dianalisis dengan ANAVA dua arah melalui
uji F. Jika signifikan dilanjutkan uji signifikasi dengan uji Duncan pada 0,05. Data disebut
signifikan bila 0,05. Data morfologi koloni khamir dianalisis secara deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Amirkhizi, B., Nemati, M., Rafie, S. A., & Ansarin, M. 2015. Aflatoxin B1 in eggs and chiken
liver by dispersive liquid-liquid microextraction and HPLC. Food. Addit. Contam: Part B,
8(4):245-249
Bbosa, G. S., Kitya, D., Lubega, A., Ogwal J. O., Anokbonggo, W. W., & Kyegombe B. D. 2013.
Review of Biological and Health Effects of Aflatoxin on Body Organs and Body Systems.
Di dalam Mehdi Razzaghi-Abyaneh (ed.), Aflatoxins- Recent Advances and Future
Prospects. InTech.
Chanchaichaovivat, A., Ruenwongsa, P., & Panijpan, B. 2007. Screening and indentification of
yeast strains from fruits and vegetables: Potential for biological control of postharvest chilli
antracnose (Colletotrichum capsici). BioControl, 42:326-335.
Gizachew, D., Szonyi, B., Tegegne, A., Hanson, J., Grace, D. 2016. Aflatoxin contamination of
milk and dairy feeds in the Greater Addis Ababa milk sshed, Ethiopia. Food. Control,
59:773-779.
Hejri, A. L. 2013. Saprophytic yeasts: Effective biocontrol agents against Aspergillus flavus. Int.
F. Res. Journal, 20(6):3403-3409.
Herzallah, S. M. 2009. Determination of Aflatoxins in Egg, Milk, and Meet Products Using HPLC
Fluorescent and UV Detectors. Food Chem, 114:1141-1146.
Herzallah, S. M. 2013. Aflatoxin B1 Residu in Eggs And Flesh Of Laying Hens Fed Aflatoxin B1
Contaminated Diet. Am J. Agr. Biol. Sci., 8(2):156-161.
Hussain, I. 2011. Aflatoxin Measurement and Analysis. Di dalam: Ireno Torres-Pacheco (eds.),
Aflatoxin-Detection, Measurement and Control. InTech.
Khattab, S. M., Abdel-hadi, A. M., Abo-dahab, N. F., & Atta, O. M. 2016. Isolation,
Characterization, and Identification of Yeasts Associated with Foods from Assiut City,
Egypt. Br. Microbiol. Res. J., 13(1):110.
Komalasari. Y. 2010. Performa Ayam Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Aflatoksin
dengan Level Berbeda. [Skripsi]. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Kurtzman, C. P. & Fell. 1998. The yeast, a taxonomic study. Amsterdam: Elsevier.
Lai, X., Zhang, H., Liu, R., & Liu, C. 2015. Potential for aflatoxin B1 and B2 production by
Aspergillus flavus strains isolated from rice samples. Saudi. J. Biol. Sci., 22(2):176180.
Liu, Y., Chang, C. H., Marsh, G. M., & Wu, F. 2012. Population attributable risk of aflatoxin-
related liver cancer: Systematic review and meta-analysis. Eur. J. Cancer., 48:2125
2136.
Suciatmih, S. Antonius, I. Hidayat, & T.R Sulistiyani. 2014. Isolasi, Identifikasi Dan Evaluasi
Antagonisme Terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) Secara In Vitro Dari
Jamur Endofit Tanaman Pisang. Berita Biologi, 13(1):71-83.
Sukmawati, D. 2014. Khamir asal tumbuhan saeh (Broussonetia papyrifera (L.) L'Hr. ex Vent.)
dan potensinya sebagai agens biokontrol kapang pada buah tomat pascapanen. [Disertasi].
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.
Sukmawati, D., Ariyanti, O., Dian, H., Mega, A., & Wellyzar, S. 2015. Identification of
phylloplane yeasts from paper mulberry (Broussonetia papyrifera (L.) L'Hr. ex Vent.) in
Java, Indonesia. Mal. J. Microbiol., 11(4):324-240.