Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Traksi di gunakan untuk menahan kerangka pada posisi
sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi
kelainanbentuk atau perubahan bentuk. Penanganan nyeri dan
pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat dalam
perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan
penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien obesitas, cachetic,
tua, anak muda, diabetes dan perokok (altman ,1999)

Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak


sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang gips adalah balutan
ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan
mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jadi gips adalah
alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat
di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pengertian dari traksi dan gips?
2. Bagaimana klasifikasi dari traksi dan gips?
3. Bagaimana indikasi dari traksi dan gips?
4. Bagaimana komplikasi dari traksi dan gips?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan traksi dan
gips?

1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum : sebagai pemenuhan tugas Sistem Muskuloskeletal
yang berjudul Askep pada pasien Traksi dan Gips.
b. Tujuan khusus : menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
traksi dan gips serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

2
II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Traksi dan Gips


2.1.1 Definisi Traksi
Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian
tubuh.traksi di gunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk
mereduksi, mensejajarkan dan mengimobilisasi fraktur ,untuk
mengurangi deformitas ,dan untuk menambah ruanagan di antara
kedua permukaan patahan tulang.traksi harus di berikan dengan
arah dan besaran yang di inginkan untuk mendapatkan efek
teraupetik factor-faktor yang menganggu keefektifan tarikan traksi
harus di hilangkan (smeltzer & bare 2001).
Traksi merupakan metode lain yang baik untuk
mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur
(Wilson , 1995)

2.1.2 Definisi Gips


Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa
ingris disebut plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips
powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa
batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai
dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (brunner & sunder,
2000).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi
bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau
fiberglass.
Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari
bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus
dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips
adalah klien dislokasi sendi, fraktur, penyakit tulang spondilitis

3
TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dan lain-lain
(Barbara Engram, 1999).

2.2 Klasifikasi
2.2.1 Klasifikasi Traksi
Menurut jenisnya traksi, meliputi:
Traksi lurus atau langsung. Traksi ini memberi gaya tarikan
dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat
tidur. Contohnya, traksi ekstensi Buck dan traksi pelvis.
Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukungan pada
ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur, sehingga
memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa
terputusnya gaya tarikan.

Menurut cara pemasangannya traksi, sebagai berikut:


Traksi Kulit
Traksi kulit di gunakan untuk mengontrol spasme kulit
dan memberikan imobilisasi .bila di butuhkan beban traksi yang
berat dan dalam jangka waktu yang lama,sebaiknya di gunakan
traksi skelet,traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali,spon
karet atau bahan kanvas yang di letakkan ke kulit.traksi pada
kulit meneruskan traksi k struktus muskuluskeletal .beratnya
beban yang dapat di pasang sangat terbatas,tidak boleh melebihi
toleransi kulit,tidak lebih dari 2-3 kg.Traksi pelvis umum nya
4,5-9 kg,trgantung berta badan kliem (smeltzer ,2002).
Menurut sjamsuhidajat (1997),beban tarikan pada traksi kulit
tidak boleh melebihi 5 kg ,karena bila beban berlebih kulit dapat
mengalami nekrosisi akibat tarikan yang terjadi akibat iskemia
kulit. Pada kulit yang tipis,bebean yang di berikan bahkan lebih
kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh di lakuakan traksi
kulit,Traksi kulit banyak di pasang pada anak-anak karena

4
traksiskelet pada anak dapat merusak cakram epifisis,jadi berat
nya bebean traksi kulit antara 2-5 kg.
Lama traksi ,baik traksi kulit maupun traski skelet
,bergantung pada tujuan traksi.traksi sementara untuk imoilisasi
biasnya hanya beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisis
beserta imobilisasi lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus
fibrosa. setelah terjadi kalus fibrosa , ekstremitas di imobilisasi
dengan gips.traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) di
gunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi
Buck,Traksi Russel,dan traksi Dunlop.
Traksi Buck,ekstensi Buck(unilateral dan bilateral )adalah
bentuk traksi kulit di mana traikan di berikan pada satu bidang
bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang di inginkan
.traksi buck di gunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah
cidera pinggul sebelum di lakukan fiksasi bedah .sebelumnya
inspeksi kulit dari adanya abrasidan gangguan peredaran
darah.kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar
dapat menoleransi traksi.kulit harus bersih dan kering sebelum
boot spon atau pita traksi di pasang
Traksi Russel,traksi russel dapat di gunakan untuk fraktur pada
plato tibia ,menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memeberikan gaya tarikan di horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastis ke tungkai bawah.bila perlu,tungkai dapat di
sangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan
menghindari tekanana pada tumit.
Traksi Dunlop ,adalah traksi yang di gunakan pada ekstremitas
atas .traksi horizontal di berikan pada humerus dalam posisi
abduksi ,dan traksi vertical di berika pada lengan bawah dalam
posisi fleksi.untuk menjamin traksi kulit tetap efektif ,harus di
hindari adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dam kontraksi
harus tetap terjaga .posisi yang benar harus di pertahankan agara

5
tungkai atau lengan dalam posisis netral .untuk mencegah
pergerakan fragmen tulang satu sama lain,klien di larang
memiringkan badannya namun hanya boleh sedikit
bergeser.traksi kulit dapat menimbulkan masalah resiko,seperti
kerusakan kulit ,tekanan saraf dan keusakan sirkulasi.

Traksi Skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. mengutip
pendapat sjamsuhidajat (1997),bahwa beban traksi untuk
reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg .pada dislokasi
lama panggul bisa sampai 15-20 kg .
Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani
fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadang- kadang
skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas
yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas-
batas tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien maupun
asuh keperawatan sementara traksi yang efektif tetap
dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai
berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).

a. Traksi Rangka Seimbang


Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat
patah tulang pada korpus femoralis orng dewasa. Sekilas
pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesunguhnya
hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tramversal melalui
femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan
tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut.

6
Ektermitas pasien ditempatkan dengan posisi panggul dan
lutut membentuk sekitar 35, kerekan primer disesuaikan
sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial dengan sumbu
longitudinal femur yang mengalami fraktur. Beban yang cukup
berat dipasang sedemikian rupa mencapai panjang normalnya.
Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada
bidai tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan
dengan tali, kerekan dan beban yang sesuai sehingga kaki
tergantung bebas diudara.
Dengan demikian pemeliharaan penderita ditempat tidur
sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk
merawat berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat
diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas angular
pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut lebih besar
atau lebih kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan
angulasi alat banyak memiliki keuntungan antara lain traksi
elefasi keaksial.
Longitudinal pada tulang panjang yang patah, ektermitas
yang cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang status
neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi
yang mempergunakan pin rangka, pasien sebaiknya diperiksa
setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi
sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah
tertarik dari tulang(Wilson, 1995 ).
b. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak
usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen
fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
cukup bebas diatas tempat tidur.

7
2.2.2 Klasifikasi Gips
1. Gips lengan pendek.
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai
lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang.
Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat
ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku
biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek.
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai
dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi
netral.
4. Gips tungkai panjang.
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan
tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips berjalan.
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih
kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan.
6. Gips tubuh.
Gips ini melingkar di batang tubuh.

7. Gips spika.
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu
atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu.
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan
siku.
9. Gips spika pinggul.

8
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu
ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda).

2.3 Indikasi
2.3.1 Traksi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah :
1. Fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri
anak- anak .
2. Reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak
dapat di lakukan
3. Sebagai pengobatan sementara pada fraktur sambil
menunggu terapi definif.
4. Fraktur fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil
misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak anak
5. Spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut
dari panggul.
6. Kelainan kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus ( HNP )atau spame otot- otot tulang belakang

Indikasi penggunana traksi tulang antara lain;


1. Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 Kg.
2. Traksi pada anak anak yang lebih besar
3. Pada fraktur yang bersifat tidak stabil , oblik atau komunitif.
4. Fraktur fraktur tertentu pada daerah sendi .
5. Fraktur terbuka dengan luka yang sanghat jelak dimana
fliksasi eksterna tidak dapat dilakukan .
6. Dip[ergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang
snagat berat misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai
persiapan terapi definif

9
2.3.2 Gips
1. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai
bidal).
2. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi
nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang
atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang
belakang.
3. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama
pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
4. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada
talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut
oleh karena berbagai sebab.
5. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
6. Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk
menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
7. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya
setelah operasi tendo Achilles.
8. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai
atau protesa.

2.4 Komplikasi
2.4.1 Traksi
1. Dekubitus
Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet ,kemudian
berikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan
Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung
kulit (missal pelindung siku)sangat membantu perubahan
posisi.
Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk
mencegah kerusakan kulit.

10
Bila sufah ada ulkus akibat tekanan,perawat harus
konsultasi dengan dokter atau para ahli terapi
enterostomal,mengenai pananganananya.

2. Kongesti Paru dan Pneumonia


Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi
khusus,misalnya spirometri insentif,bla riwayat klien dan
data dasar menunjukkan lien beresiko tinggi mengalmi
kompliksi pernapasan
Bila terjadi masalah pernapsan ,perlu di berikan terapi
sesusai order.

3. Konstipasi dan Anoreksia


Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu
merangsang motilitas gaster.
Bila telah terjadi konstipasi,konsultasikan ke dokter
mengenai penggunaan pelunak tinja ,laksatif
,supositoria,dan enema.
Kaji dan catat makanan yang di sukai klien dan masukkan
dalam program diet sesuai kebutuhan.

4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih


Pantau masukan dan keluaran berkemih
Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah
yang cukup ,dan berkemih tiap 2-3 jam sekali.
Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih
,konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya.

11
5. Thrombosis Vena Porfunda
Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas
traksi.
Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang menyertainya ,yang
akan menyebabkan stasis.
Pantau klien dari adanaya tada-tanda thrombosis vena
dalam dan melaporkannya ke dokter untuk menentukan
evaluasi dan terapi.

2.4.2 Gips
1. Perubahan posisi ( patah / retak tulang ) .
Perubahan posisi ini sebagian di sebbkan oleh
kelonggaran dan sebagian karena bergerak bebasnya otot yang
tidak dikehendaki . penting untuk diingat hala yang terakhir
tadi karena keretakan / patah tulang pada tingkat tingkat
tertentu lebih peka terhadap tarikan otot ( keseleo) dari pada
yang lainnya .
2. Rasa sakit yang ditimbulakn oleh Gips
Rasa sakit ini sebetulnya tidk boleh terjadi . Apabila
rasa sakit ini timbul , dapat disebabkan oleh salah satu dari 4
sebab :
a. Cara pemasanagan . ini disebabkan oleh kurangnya
perhitungan atas tulang karena benjolan pada gips yang
dipasang atau kesalahan dalam merapikan balutan gips
pada alat alat gerak.
b. Kesalahan instruksi . disebabkan pengertian klien
tentang cara memperlakukan atau memelihara balutan
gips apabila terjadi keretakan , kebasahan atau per
geseran dengan akibat luka pada kulit

12
c. Pengawasan. Pengamatan akan tanda tanda ketat atau
longgarnya gips harus tepat dan tindakan yang cepat
harus dilakukan bergantung.
d. Benda benda asing . pengawasan langsung harus
diperhatikan pada anak anak yang digips . mainan
kecil , uang logan dan gula gula dapat masuk ke
dalam sela sela gips tanpa diketahui . benda benda
ini dapat masuk ke dalam bagian yang ketat dari gips ,
memberi tekanan yang mengakibatkan timbulnya rasa
sakit
3. Hilangnya kekuatan.
Ini dapat disebabkan oleh tekanan balutan Gips
pada saraf bagian atas atau pemakaina torniket yang
terlalu lama sesudah operasi . selain itu , ini merupakan
slah satu cirri terhalangnya atau tergangunya jalan darah
pada pembuluh darah.
4. Ganguan peredaran darah .
a. Ganguan pembuluh darah balik . adanya tanda
tanda pembengkakan dan kebiruan pada anggota
gereak menunjukan bahwa pembuluh darah balik
terganggu karena terlalu ketatnya balutan gips .
Birunya warna kulit akibat tersumbatnya
pembuluh darah harus dibedakan dengan memar
atau lebam pada jari jari.
b. Gangguan pada jalan nadi . komplikasi ini dapat
dihubungkan dengan luka yang memerlukan
imobilisasi . hal ini memerlukan perhatian medis
segera.
5. Komplikasi umum pada gerak badan . pada waktu
imolisasi , anggota badan yang tidak di balut di latih
bergerak sehingga memberikan dampak pada:

13
a. Tulang sendi dpat bergerak terus denga leluasa dan
kekakuan karena imobilisasi dapat dicegah.
b. Kerja otot otot terjaga denag baik dan tidak
mengaggu denga percuma .penyembuahan akan
menjadi lebih udah apabila oto otot dapat
mengontrol sendi secara efisien .
c. Gerakan badan juga bermanfaat untuk menjaga
lancarnya peredaran darah dan secar umum juga
diharapkan dapat menolong menggurangi
kemungkianan timbulnya thrombosis pembuluh
darah

2.5 Asuhan Keperawatan Traksi


2.5.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien menggunakan traksi
menurut atlman (1991),adalah kerusakan mobilitas fisisk ,nyeri dan
resiko kerusakan integritas kulit.sedangkan menurut Smeltzer
(2002) diagnosis keperawatan uama yang dapat di temukan pada
klien yang di pasang traksi adalah kurang pengetahuan mengenai
program terapi,ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan
alat traksi,nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan traksi
,imobilisasi,kurang perawatan diri :makan,higine,atau toileting
berhubungan dengan traksi dan gangguan mobilitas fisik
berhungan dengan proses penyakit da traksi.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat di simpulkan
diagnosis keperawatan yang dapat di temukan pada klien dengan
traksi adalah sebagai berikut:
1) Kurang pengetahuan mengenai program terapi
2) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi
dan imobilisasi.

14
3) Nyeri dan ketidaknyamanan berhungunan dengan traksi dan
imobilisasi
4) Kurang perawatan diri : makan,higine,atau toileting berhungan
dengan traksi
5) Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan proses pertahanan
primer tidak efektif,pembedahan.

2.5.2 Rencana Keperawatan


Berikut ini adalah asuhan keperawatan pada kien dengan
traksi,meliputi diagnosis keperawatan ,tindakan keperawatan dan
criteria keberhasilan tindakan (criteria evaluasi ).
1) Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai
program terapi
Tindakan :
1) Diskusikan masalah patologik
2) Jelaskan alas an pemberian terapi traksi
3) Ulangi dan berikan informasi sesering mungkin
4) Dorong partisipasi aktif klien dalam rencana perawatan

Kriteria evaluasi:
Klien menunjukkan pemahaman terhadap program terapi :
Menjelaskan tujuan traksi
Berpartisipasi dalam rencana perawatan
2) Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan dan alat traksi.
Tindakan :
1) Jelaskan prosedur ,tujuan dan implikasi pemasangan traksi
2) Diskusikan bersama klien tentang apa yang di kerjakan dan
mengpa perlu di lakukan
3) Lakukan kunjungan yang sering setelah pemasngan traksi

15
4) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan dengarkan
dengan aktif
5) Anjurkan keluarga dan kerabat untuk sering berkunjung
6) Berikan aktivitas pengalih

Kriteria hasil:
Klien menunjukkan penurunan ansietas
Berpartisipasi aktif dalam perawatan
Mengekspresikan perasaan dengan aktif

3) Diagnosa Keperawatan : nyeri berhungan dengan traksi dan


imobilisasi
Tindakan :
1) Berikan penyangga berupa papan pada tempat tidur dari kasur
yang padat
2) Gunakan bantalan kasur khusus untuk meminimalkan terjadi
ulkus.
3) Miringkan dan rubah posisi klien dengan batas-batas traksi
4) Bebaskan linen tempat tidur dari lipatan dan kelembapan
5) Observasi serta keluhan klien

Kriteria hasil:
Klien menyebutkan peningkatan kenymanan
Mengubah posisi sendiri sesering mungkin
Kadang-kadang meminta analgesic oral

4) Diagnosa Keperawatan : kurang perawatan diri(makan.higine


atau toileting) berhubungan dengan traksi
Tindakan :
1) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinay seperti
makan,mandi dan berpakaian.
2) Dekatkan alat bantu di samping klien

16
3) Tingkatkan rutinitas untuk memaksimalkan kemandirian klien

Kriteria hasil:
Klien mampu melakukan perawatan diri
Memerlukan sedikit bantuan pada saat makan ,mandi,berpakain
dan toileting.
5) Diagnosa Keperawatan : gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan proses penyakit dan traksi
Tindakan :
1) Dorong klien untuk melakukan latihan otot dan sendi yang
tidak di imobilisasi
2) Anjurkan klien untuk menggerakkan secara aktif semua sendi
3) Konsultasikan dengan ahli fisioterap
4) Pertahankan gaya tarikan dan posisi yang benar untuk
menghindari komplikasi akibat ketidaksejajaran

Kriteria hasil:
Klien menunjukkan mobilitas yang meningkat
Melakukan latihan yang di anjurkan
Menggunakan alat bantu yang aman .

2.6 Asuhan Keperawatan Gips


2.6.1 Diagnosa Kaperawatan

Diagnose keperawatan yang dapat di temukan pada klien yang


mengguanakan gips adalah sebagai berikut :
1. Nyeri b.d ganguan musculoskeletal
2. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan .
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d penggunana gips .
4. Kurang keperawatan diri : makan , mandi/higine , berpakaina/
berdandan atau toileting b.d keterbatasan mobilitas .

17
5. Kerusakan intergritas kulit b.d laserasi dan abrasi .
6. Resiko perubahan perfusi jarinagn perifer b.d respons fisiologik
terhadap cedar atau gips yang restriktif

2.6.2 Rencana Keperawatan

Sasaran utama asuhan keperawatan pada klien yang


menggunakan gips antara lain termasuk pengetahuan mengenai
program pengobatan , berkurang nya nyeri , perbaikan mobilitas
fisik, pencapaian maksiamal perawatan diri, penyembuhan laserasi
dan abrasi , pemeliharaan perfusi jariangan yang adekuat , dan tidak
adanya komplikasi
Berikut ini adalah asuhan keperawatan pada kien dengan gips
,meliputi diagnosis keperawatan ,tindakan keperawatan dan criteria
keberhasilan tindakan (Kriteria evaluasi ).:
a) Diagnose keperawatan : Nyeri b.d ganguan musculoskeletal
Tindakan :
1. Evaluasi nyeri secar hati hati , mengenai loaksi , sifat ,
skala , dan intensitas nyeri
2. Anjurkan klian untuk meninggikan esktreminitas yang
terpasang gips
3. Bantu klien untuk merubah posisi
4. Ajarkan klien pengoabtan non farmakologi : teknik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian obat analgetik

kriteria hasil:
klien mengatakan berkurangnya nyeri:
- Menggikan ekstremi yang di gips
- Merubah posisi
- Mengguanakna analgetik oral bila diperlukan

18
b) Diagnose keperawatn : Kurang pengetahuan mengenai
program pengobatan .
Tindakan :
1. Berikan informasi mengenai masalah patologik , tujaun dan
harapan program yang di berikan .
2. Jelaskan tentang antisipsipasi adanya ganguan rasa nyaman,
missal panas akibat reaksi pengerasan gips
3. Beritahu klien menegenai apa yang akan dirasakn selama
pemasanag gips
4. Sampaikan bahwa bagian yang digips tidak dapat di
gerakakan selama gips masih terpasang

Kriteria hasil:
klien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi:
- Meninggikan ektreminitas yang terkena
- Berlatih sesuai intruksi
- Menjaga gips tetap kering
- Melaporkan setiap masalah yang timbul
- Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian
dengan dokter

c) Diagnose keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik b.d


penggunana gips .
Tindakan:
1. Bantu klien untuk latiahan sendi yang tidak diimobilisasi
2. Bantu klien lakukan latiahan jari jari bila klien dipasang
gips tungkai
3. Dorong klien untuk pertisipasi aktif dalam perawatan diri
4. Dorong klien menggunakan alat bantu aman

19
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mobilisasi fisik :
- Melakukan latihan sendi dan jari jari kaki .
- Pertisipasi aktif dalam perawatan .
- Menggunakan alat bantu dengan aman.

d) Diagnose keperawatan : Kurang keperawatan diri : makan ,


mandi/higine , berpakaina/ berdandan atau toileting b.d
keterbatasan mobilitas .
Tindakan:
1. Bantu klien meng idenfikasikan kemampuan dan
menentukan strategi dalam mencapai kemndirian
2. Libatkan klien dalam merencanakan dan menyelesaiakan
aktivitas sehari- hari
3. Bantu klien memenuhi perawatan sii sehari hari

Kriteria evaluasi
Klien berpartisipasi dalm aktivitas perawatan diri:
- Melakukan aktivitas higine dan kerapian secara mandiri atau
dengan bantuan minimal
- Makan sendriri secara mandiri atau dengan bantua minimal

e) Diagnose keperawatan : Kerusakan intergritas kulit b.d


laserasi dan abrasi .
Tindakan :
1. Lakuakan perawatan laserasi dan abrasi sebelumpemasanga
gips
2. Bersihkan kulit denga seksama dan lakukan perawtan sesuai
order dokter , gunakan balutan steril

20
3. Imobilisai anggota tubuh. Kulit yang lukanya sangat
ekstensifsebagai alternatif
4. Observasi adanay tanda infeksi sitemik ; bau dari gips , cairan
purulen yang mnegotori gips.
5. Informasikan kepada tim medis terhadap apa yang sudah
terjadi.

Kriteria evaluasi :
- tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
- Tidak memperliahatakan tanda infeksi loakl missal cairan ,
bau , dan ketidak nyaman local
- Memperlihatkan kulit utuh saat gips di buka

f) Diagnose keperawatan : Resiko perubahan perfusi jarinagn


perifer b.d respons fisiologik terhadap cedar atau gips yang
restriktif
Tindakan:
1. Tinggikan daerah yang cedera
2. Pantau ekstremitas yang terkena mengenai adanya nyeri
pembengkakan , perubahan warna , perestesi , denyut yang
menghilang, paralis dan suhu dingin
3. Kaji jari tangan atau jari kaki / ektremitas yang di pasang gips
, vbandingkan dengan sebelahnya.
4. Dorong klien untuk menggerakna jari tangan dan kakinya
setiap jam.
5. Minta klien untuk melakuakan dorsofleksi ibu jari kaki.
6. Kaji status neurovaskuler secara sering dan teratus.
7. Laporkan ke tim medis bila ada nayri progresif yang tidak
dpat di obati dengan pemberian analgetik

21
Kriteria evaluasi :
Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ektremitas
yang terlibat:
- Memperlihatkan warna dan suhu kulit norml
- Mengalami pembengkakan minimal.
- Mampu memperlihatkan pengisiian kapiler kurang dari 3
detik ketika di tesmempperlihatja gerakan yang aktif jari
tangagn dan kaki
- Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips
- Melaporkan bahwa nyeri dapat dikontrol

III. PENUTUP

22
3.1 Kesimpulan
Beberapa tulang ,misalnya femur mempunyai kekuatan otot
yang kuat sehingga reposisi tidak dapat di lakukan sekaligus.Traksi
adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh .
Traksi di gunakan untuk meminimalkan spasme otot,untuk
mereduksi,menyejajarkan,mengimobilisasi fraktur ,mengurangi
deformitas,dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang.Untuk itu ,traksi di perlikan untuk reposis dan
imobilisasipada tulang panjang.

Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi


bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau
fiberglass. Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari
bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan
tipe plester atau fiberglass.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetrahuan pembaca. Pembaca disarankan untuh mencari referensi
lain untuk melengkapi kekurangan makalah kami.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
kurang lengkap, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapakan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih ,Llukman Nurna . asuahan Kperawatan pada Klien dengan Gangguan


System Moskuloskeleal . Jakarta : salemba medika . 2011.

Dal .il , Diyah .Traksi dan Gisps.


http://blognyaperawatcerdas.blogspot.com/2014/06/traksi-dan-gips.html .
Diakses pada : 26 maret 2015

Muttaqin , Arif . buku ajar keperawtan asuahan Kperawatan pada Klien dengan
Gangguan System Moskuloskeleal . Jakarta ; ECG . 2008

24

Você também pode gostar