Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum : sebagai pemenuhan tugas Sistem Muskuloskeletal
yang berjudul Askep pada pasien Traksi dan Gips.
b. Tujuan khusus : menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
traksi dan gips serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
2
II. PEMBAHASAN
3
TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dan lain-lain
(Barbara Engram, 1999).
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Klasifikasi Traksi
Menurut jenisnya traksi, meliputi:
Traksi lurus atau langsung. Traksi ini memberi gaya tarikan
dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat
tidur. Contohnya, traksi ekstensi Buck dan traksi pelvis.
Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukungan pada
ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur, sehingga
memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa
terputusnya gaya tarikan.
4
traksiskelet pada anak dapat merusak cakram epifisis,jadi berat
nya bebean traksi kulit antara 2-5 kg.
Lama traksi ,baik traksi kulit maupun traski skelet
,bergantung pada tujuan traksi.traksi sementara untuk imoilisasi
biasnya hanya beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisis
beserta imobilisasi lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus
fibrosa. setelah terjadi kalus fibrosa , ekstremitas di imobilisasi
dengan gips.traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) di
gunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi
Buck,Traksi Russel,dan traksi Dunlop.
Traksi Buck,ekstensi Buck(unilateral dan bilateral )adalah
bentuk traksi kulit di mana traikan di berikan pada satu bidang
bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang di inginkan
.traksi buck di gunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah
cidera pinggul sebelum di lakukan fiksasi bedah .sebelumnya
inspeksi kulit dari adanya abrasidan gangguan peredaran
darah.kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar
dapat menoleransi traksi.kulit harus bersih dan kering sebelum
boot spon atau pita traksi di pasang
Traksi Russel,traksi russel dapat di gunakan untuk fraktur pada
plato tibia ,menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memeberikan gaya tarikan di horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastis ke tungkai bawah.bila perlu,tungkai dapat di
sangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan
menghindari tekanana pada tumit.
Traksi Dunlop ,adalah traksi yang di gunakan pada ekstremitas
atas .traksi horizontal di berikan pada humerus dalam posisi
abduksi ,dan traksi vertical di berika pada lengan bawah dalam
posisi fleksi.untuk menjamin traksi kulit tetap efektif ,harus di
hindari adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dam kontraksi
harus tetap terjaga .posisi yang benar harus di pertahankan agara
5
tungkai atau lengan dalam posisis netral .untuk mencegah
pergerakan fragmen tulang satu sama lain,klien di larang
memiringkan badannya namun hanya boleh sedikit
bergeser.traksi kulit dapat menimbulkan masalah resiko,seperti
kerusakan kulit ,tekanan saraf dan keusakan sirkulasi.
Traksi Skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. mengutip
pendapat sjamsuhidajat (1997),bahwa beban traksi untuk
reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg .pada dislokasi
lama panggul bisa sampai 15-20 kg .
Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani
fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadang- kadang
skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas
yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas-
batas tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien maupun
asuh keperawatan sementara traksi yang efektif tetap
dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai
berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).
6
Ektermitas pasien ditempatkan dengan posisi panggul dan
lutut membentuk sekitar 35, kerekan primer disesuaikan
sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial dengan sumbu
longitudinal femur yang mengalami fraktur. Beban yang cukup
berat dipasang sedemikian rupa mencapai panjang normalnya.
Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada
bidai tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan
dengan tali, kerekan dan beban yang sesuai sehingga kaki
tergantung bebas diudara.
Dengan demikian pemeliharaan penderita ditempat tidur
sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk
merawat berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat
diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas angular
pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut lebih besar
atau lebih kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan
angulasi alat banyak memiliki keuntungan antara lain traksi
elefasi keaksial.
Longitudinal pada tulang panjang yang patah, ektermitas
yang cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang status
neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi
yang mempergunakan pin rangka, pasien sebaiknya diperiksa
setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi
sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah
tertarik dari tulang(Wilson, 1995 ).
b. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak
usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen
fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
cukup bebas diatas tempat tidur.
7
2.2.2 Klasifikasi Gips
1. Gips lengan pendek.
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai
lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang.
Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat
ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku
biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek.
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai
dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi
netral.
4. Gips tungkai panjang.
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan
tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips berjalan.
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih
kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan.
6. Gips tubuh.
Gips ini melingkar di batang tubuh.
7. Gips spika.
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu
atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu.
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan
siku.
9. Gips spika pinggul.
8
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu
ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda).
2.3 Indikasi
2.3.1 Traksi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah :
1. Fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri
anak- anak .
2. Reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak
dapat di lakukan
3. Sebagai pengobatan sementara pada fraktur sambil
menunggu terapi definif.
4. Fraktur fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil
misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak anak
5. Spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut
dari panggul.
6. Kelainan kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus ( HNP )atau spame otot- otot tulang belakang
9
2.3.2 Gips
1. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai
bidal).
2. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi
nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang
atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang
belakang.
3. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama
pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
4. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada
talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut
oleh karena berbagai sebab.
5. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
6. Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk
menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
7. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya
setelah operasi tendo Achilles.
8. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai
atau protesa.
2.4 Komplikasi
2.4.1 Traksi
1. Dekubitus
Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet ,kemudian
berikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan
Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung
kulit (missal pelindung siku)sangat membantu perubahan
posisi.
Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk
mencegah kerusakan kulit.
10
Bila sufah ada ulkus akibat tekanan,perawat harus
konsultasi dengan dokter atau para ahli terapi
enterostomal,mengenai pananganananya.
11
5. Thrombosis Vena Porfunda
Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas
traksi.
Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang menyertainya ,yang
akan menyebabkan stasis.
Pantau klien dari adanaya tada-tanda thrombosis vena
dalam dan melaporkannya ke dokter untuk menentukan
evaluasi dan terapi.
2.4.2 Gips
1. Perubahan posisi ( patah / retak tulang ) .
Perubahan posisi ini sebagian di sebbkan oleh
kelonggaran dan sebagian karena bergerak bebasnya otot yang
tidak dikehendaki . penting untuk diingat hala yang terakhir
tadi karena keretakan / patah tulang pada tingkat tingkat
tertentu lebih peka terhadap tarikan otot ( keseleo) dari pada
yang lainnya .
2. Rasa sakit yang ditimbulakn oleh Gips
Rasa sakit ini sebetulnya tidk boleh terjadi . Apabila
rasa sakit ini timbul , dapat disebabkan oleh salah satu dari 4
sebab :
a. Cara pemasanagan . ini disebabkan oleh kurangnya
perhitungan atas tulang karena benjolan pada gips yang
dipasang atau kesalahan dalam merapikan balutan gips
pada alat alat gerak.
b. Kesalahan instruksi . disebabkan pengertian klien
tentang cara memperlakukan atau memelihara balutan
gips apabila terjadi keretakan , kebasahan atau per
geseran dengan akibat luka pada kulit
12
c. Pengawasan. Pengamatan akan tanda tanda ketat atau
longgarnya gips harus tepat dan tindakan yang cepat
harus dilakukan bergantung.
d. Benda benda asing . pengawasan langsung harus
diperhatikan pada anak anak yang digips . mainan
kecil , uang logan dan gula gula dapat masuk ke
dalam sela sela gips tanpa diketahui . benda benda
ini dapat masuk ke dalam bagian yang ketat dari gips ,
memberi tekanan yang mengakibatkan timbulnya rasa
sakit
3. Hilangnya kekuatan.
Ini dapat disebabkan oleh tekanan balutan Gips
pada saraf bagian atas atau pemakaina torniket yang
terlalu lama sesudah operasi . selain itu , ini merupakan
slah satu cirri terhalangnya atau tergangunya jalan darah
pada pembuluh darah.
4. Ganguan peredaran darah .
a. Ganguan pembuluh darah balik . adanya tanda
tanda pembengkakan dan kebiruan pada anggota
gereak menunjukan bahwa pembuluh darah balik
terganggu karena terlalu ketatnya balutan gips .
Birunya warna kulit akibat tersumbatnya
pembuluh darah harus dibedakan dengan memar
atau lebam pada jari jari.
b. Gangguan pada jalan nadi . komplikasi ini dapat
dihubungkan dengan luka yang memerlukan
imobilisasi . hal ini memerlukan perhatian medis
segera.
5. Komplikasi umum pada gerak badan . pada waktu
imolisasi , anggota badan yang tidak di balut di latih
bergerak sehingga memberikan dampak pada:
13
a. Tulang sendi dpat bergerak terus denga leluasa dan
kekakuan karena imobilisasi dapat dicegah.
b. Kerja otot otot terjaga denag baik dan tidak
mengaggu denga percuma .penyembuahan akan
menjadi lebih udah apabila oto otot dapat
mengontrol sendi secara efisien .
c. Gerakan badan juga bermanfaat untuk menjaga
lancarnya peredaran darah dan secar umum juga
diharapkan dapat menolong menggurangi
kemungkianan timbulnya thrombosis pembuluh
darah
14
3) Nyeri dan ketidaknyamanan berhungunan dengan traksi dan
imobilisasi
4) Kurang perawatan diri : makan,higine,atau toileting berhungan
dengan traksi
5) Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan proses pertahanan
primer tidak efektif,pembedahan.
Kriteria evaluasi:
Klien menunjukkan pemahaman terhadap program terapi :
Menjelaskan tujuan traksi
Berpartisipasi dalam rencana perawatan
2) Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan dan alat traksi.
Tindakan :
1) Jelaskan prosedur ,tujuan dan implikasi pemasangan traksi
2) Diskusikan bersama klien tentang apa yang di kerjakan dan
mengpa perlu di lakukan
3) Lakukan kunjungan yang sering setelah pemasngan traksi
15
4) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan dengarkan
dengan aktif
5) Anjurkan keluarga dan kerabat untuk sering berkunjung
6) Berikan aktivitas pengalih
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan penurunan ansietas
Berpartisipasi aktif dalam perawatan
Mengekspresikan perasaan dengan aktif
Kriteria hasil:
Klien menyebutkan peningkatan kenymanan
Mengubah posisi sendiri sesering mungkin
Kadang-kadang meminta analgesic oral
16
3) Tingkatkan rutinitas untuk memaksimalkan kemandirian klien
Kriteria hasil:
Klien mampu melakukan perawatan diri
Memerlukan sedikit bantuan pada saat makan ,mandi,berpakain
dan toileting.
5) Diagnosa Keperawatan : gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan proses penyakit dan traksi
Tindakan :
1) Dorong klien untuk melakukan latihan otot dan sendi yang
tidak di imobilisasi
2) Anjurkan klien untuk menggerakkan secara aktif semua sendi
3) Konsultasikan dengan ahli fisioterap
4) Pertahankan gaya tarikan dan posisi yang benar untuk
menghindari komplikasi akibat ketidaksejajaran
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan mobilitas yang meningkat
Melakukan latihan yang di anjurkan
Menggunakan alat bantu yang aman .
17
5. Kerusakan intergritas kulit b.d laserasi dan abrasi .
6. Resiko perubahan perfusi jarinagn perifer b.d respons fisiologik
terhadap cedar atau gips yang restriktif
kriteria hasil:
klien mengatakan berkurangnya nyeri:
- Menggikan ekstremi yang di gips
- Merubah posisi
- Mengguanakna analgetik oral bila diperlukan
18
b) Diagnose keperawatn : Kurang pengetahuan mengenai
program pengobatan .
Tindakan :
1. Berikan informasi mengenai masalah patologik , tujaun dan
harapan program yang di berikan .
2. Jelaskan tentang antisipsipasi adanya ganguan rasa nyaman,
missal panas akibat reaksi pengerasan gips
3. Beritahu klien menegenai apa yang akan dirasakn selama
pemasanag gips
4. Sampaikan bahwa bagian yang digips tidak dapat di
gerakakan selama gips masih terpasang
Kriteria hasil:
klien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi:
- Meninggikan ektreminitas yang terkena
- Berlatih sesuai intruksi
- Menjaga gips tetap kering
- Melaporkan setiap masalah yang timbul
- Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian
dengan dokter
19
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mobilisasi fisik :
- Melakukan latihan sendi dan jari jari kaki .
- Pertisipasi aktif dalam perawatan .
- Menggunakan alat bantu dengan aman.
Kriteria evaluasi
Klien berpartisipasi dalm aktivitas perawatan diri:
- Melakukan aktivitas higine dan kerapian secara mandiri atau
dengan bantuan minimal
- Makan sendriri secara mandiri atau dengan bantua minimal
20
3. Imobilisai anggota tubuh. Kulit yang lukanya sangat
ekstensifsebagai alternatif
4. Observasi adanay tanda infeksi sitemik ; bau dari gips , cairan
purulen yang mnegotori gips.
5. Informasikan kepada tim medis terhadap apa yang sudah
terjadi.
Kriteria evaluasi :
- tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
- Tidak memperliahatakan tanda infeksi loakl missal cairan ,
bau , dan ketidak nyaman local
- Memperlihatkan kulit utuh saat gips di buka
21
Kriteria evaluasi :
Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ektremitas
yang terlibat:
- Memperlihatkan warna dan suhu kulit norml
- Mengalami pembengkakan minimal.
- Mampu memperlihatkan pengisiian kapiler kurang dari 3
detik ketika di tesmempperlihatja gerakan yang aktif jari
tangagn dan kaki
- Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips
- Melaporkan bahwa nyeri dapat dikontrol
III. PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
Beberapa tulang ,misalnya femur mempunyai kekuatan otot
yang kuat sehingga reposisi tidak dapat di lakukan sekaligus.Traksi
adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh .
Traksi di gunakan untuk meminimalkan spasme otot,untuk
mereduksi,menyejajarkan,mengimobilisasi fraktur ,mengurangi
deformitas,dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang.Untuk itu ,traksi di perlikan untuk reposis dan
imobilisasipada tulang panjang.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetrahuan pembaca. Pembaca disarankan untuh mencari referensi
lain untuk melengkapi kekurangan makalah kami.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
kurang lengkap, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin , Arif . buku ajar keperawtan asuahan Kperawatan pada Klien dengan
Gangguan System Moskuloskeleal . Jakarta ; ECG . 2008
24