Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN SISTEM PERSEPSI SENSORI
( RETINOPATI DIABETIK dan RETINOBLASTOMA )
OLEH : KELOMPOK 2
A. PENGERTIAN
Retinopati merupakan kelompok penyakit pada retina mata ( selaput jala ) yang di
tandai dengan gejala penurunan tajam penglihatan tanpa disertai proses inflamasi. Sering
merupakan manifestasi ocular ( gejala pada mata ) dari suatu penyakit sistemik.( Emirza
Nur Wicaksono : 2013 ).
Retinopati diabetik merupakan kelainan retina akibat dari komplikasi diabetes yang
menyebabkan kebutaan. Retinopati ini dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan klinis
yaitu retinopati diabetik non proliferatif dan retinopati diabetik proliferatif, dimana
retinopati diabetik non proliferatif merupakan gejala klinik yang paling dini didapatkan pada
penyakit retinopati diabetic.
B. ETIOLOGI
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun keadaan hiperglikemik lama dianggap sebagai faktor resiko utama.Lamanya terpapar
hiperglikemik menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhinya menyebabkan
perubahan kerusakan endotel pembuluh darah. Perubahan abnormalitas sebagian besar
hematologi dan biokimia telah dihubungkan dengan prevalensi dan beratnya retinopati
antara lain :
C. PATOFISIOLOGI
4. Retinopati poliferatif
D. MANIFESTASI KLINIK
Retinopati diabetik sering asimtomatis, terutama pada tahap awal penyakit. Seiring
dengan bertambah beratnya penyakit, penglihatan pasien dapat memburuk atau bierubah-
ubah. Retinopati tahap lanjut dapat berakibat kebutaan total.
Non-proliferative diabetic retinopathy dikarakteristikan pada tahap awal dengan
ditemukannya bilateral dot/bintik perdaraan intraretina, eksudat baik keras maupun tidak,
mikroaneurisma, dan cotton wool spots. Dengan bertambah beratnya retinopati, dapat
terlihat rangkaian vena dan abnormalitas pembuluh darah kecil intraretina.
Kehilangan penglihatan berhubungan dengan iskemia dan edema makula, digolongkan
CSME apabila terdapat salah satu dari:
1. Penebalan retina <500 m dari tengah fovea
3. Penebalan retina >1 diskus pada daerah <1 diskus diameter dari tengah fovea
E. PENATALAKSANAAN
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser.
Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia
retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh
darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik
kebocoran.
Pemeriksaan dan terapi yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:
2. Foto fundus dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak
optikus, retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.
4. Foto Koagulasi Laser adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk
mengkoagulasikan jaringan, tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal,
antara lain menghilangkan adanya pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina
yang terlepas maupun robek dan lainnya.
5. Operasi Vitreoretina, Vitrektomi enderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut,
didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca,
dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan
retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasioretina. Operasi
Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat
yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan
adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
G. DETEKSI DINI
a) Penderita diabetes melitus tipe I sebaiknya periksa oleh ahli mata setiap tahun
dimulai dalam waktu awal tahun setelah diagnosis diabetes melitus ditegakkan,
karena retinopati tidak timbul hingga lima tahun setelah diagnosis.
b) Penderita diabetes melitus tipe II perlu mendapatkan pemeriksaan ahli mata setiap
tahun dalam waktu beberapa bulan setelah diagnosis, sebab retinopati yang dapat
diobati mungkin terjadi pada saat diagnosis.
c) Penderita yang tidak mendapatkan kontrol diabetes, tekanan darah tinggi atau
proteinuri secara memadai sebaiknya menjalani pemeriksaan yang lebih sering,
karena penderita tersebut mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami
retinopati yang timbul cepat.
d) Penderita dengan retinopati pra-proliferatif perlu diperiksa oleh ahli mata setiap tiga
sampai empat bulan, karena terdapat risiko menderita retinopati proliferatif.
e) Penderita yang telah menjalani perawatan bedah laser atau vitrektomi sebaiknya
menepati jadwal perawatan lanjutan yang ditetapkan oleh ahli mata yang
merawatnya.
f) Wanita hamil dengan diabetes tipe I sebaiknya menjalani pemeriksaan ahli mata
selama trimester pertama dan selanjutnya setiap tiga bulan hingga melahirkan.
H. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
b. Riwayat penyakit saat ini, penyakit dahulu dan penyakit keluarga
c. Pengkajian psoko-sosio-spritual
d. Pemeriksaan fisik :
1. Pengkajian ketajaman mata
2. Kesimetrisan kelopak mata
3. Reaksi mata terhadap gerakan cahaya
4. Warna mata
5. Kemampuan membuka dan menutup mata
6. Pengkajian lapang pandang
7. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya
pembengkakan dan inflamasi.
2. Penyimpangan KDM
( Terlampir )
3. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
2. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan sensori persepsi
3. Gannguan Citra tubuh berhubungan dengan biofisik ( penyakit mata )
4. Nyeri berhubungan dengan adanya edema di sekitar retina