Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi
pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu
dalam arah:
Sagital, meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap,
yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet,
prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite
anterior.
Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior
Vertikal, meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun
posterior, dan ketinggian palatum
A B
Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance
menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di
mesial molar pertama. A. rahang atas, B.rahang bawah
c. Analisis Howes
Dikemukakan oleh: Ashley E. Howes, tahun 1947.
Dasar Pemikiran:
1). Keadaan berjejal tidak hanya disebabkan ukuran gigi terlalu besar tetapi juga
disebabkan lengkung basal tulang rahang terlalu kecil, hanya pada rahang atas
2). Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi
3). Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien.
Tujuan:
Untuk menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan
pencabutan gigi, memperluas lengkung gigi atau ekspansi.
Prosedur:
Melakukan pengukuran:
- Panjang lengkung gigi: jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama
kiri sampai dengan molar pertama kanan
- Lebar lengkung rahang: diameter basis apikal (jarak antara titik terdalam
fosa kanina kanan dan kiri (ujung apeks gigi 14-24) diukur dari arah
depan dari model gigi
- Lebar lengkung gigi: jarak antara puncak bonjol bukal gigi 14-24 diukur
dari arah oklusal.
Menghitung dengan rumus:
a). Basis apikal x 100 = ..............%
Jumlah mesio distal 16-26
b). Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24) = .............mm
Lebar lengkung rahang (basis apikal) = .............mm -
Selisih = .............mm
Hasil Perhitungan
o Perhitungan a
- 44 %: basis apikal cukup lebar untuk semua gigi 16-26
- < 37%: lengkung basal sempit sehingga perlu ekstraksi
- 37-44% : dikategorikan dalam kasus yang meragukan. Mungkin
dilakukan pencabutan gigi atau ekspansi. Jika lebar lengkung gigi lebih
sempit dari lengkung rahang maka masih bisa ekspansi
- > 44%: lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi
sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman.
o Perhitungan b
- LLG > LLR (selisih +) : tidak bisa diekspansi
- LLG = LLR (selisih 0) : normal
- LLG < LLR (selisih -) : dapat diekspansi
d. Analisis Pont
Dikemukakan oleh: DR.Pont, drg. Perancis, tahun 1909.
Dasar Pemikiran:
Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan antara
jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung inter
premolar pertama dan inter molar pertama.
Tujuan:
Untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi
atau distraksi atau normal.
o Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung
gigi lebih mendekati bidang midsagital.
o Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih
menjauhi bidang midsagital.
Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral
Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar
dan molar
Prosedur:
Mengukur lebar mesio distal 4 gigi anterior rahang atas (12, 11, 21, 22)
Mengukur lebar lengkung gigi:
- regio premolar: jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar
pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas
- regio molar: jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas
ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atas dan molar
Menghitung dengan menggunakan rumus pont lebar lengkung gigi pada
regio premolar dan molar yang ideal
a). Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
80
b). Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
64
Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa
sentral molar pertama.
Menentukan selisih antara kedua hasil yang didapat
o LLG pasien = LLG Pont, maka LLG pasien normal (selisih 0)
o LLG pasien < LLG Pont, maka LLG mengalami konstriksi (selisih -)
o LLG pasien > LLG Pont, maka LLG mengalami distraksi (selisih +)
Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi
sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya relaps.
a. Analisis Moyers
Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.
Dasar Pemikiran:
Adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain. Dengan
mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen
dimungkinkan dapat membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah lebar gigi-
gigi dari kelompok lain dalam mulut yang sama.
Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki
hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik
pada rahang atas maupun rahang bawah
Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 4 gigi insisif permanen
rahang bawah. Alasannya:
o Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal
o Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model)
o Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA
Tujuan:
untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum
erupsi
Keuntungannya:
kesalahan sistematik yang minimal
dapat dilakukan dengan cepat
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi
dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus
walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut
metoda ini juga dapat dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua
lengkung rahang.
Prosedur:
mengukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah,
dijumlahkan dan dicatat pada formulir pemeriksaan
mencatat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P 1 dan P2, sisi
kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan
tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%
Ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah
keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang benar
pada rahang
Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral,
hingga mesial molar pertama tetap
Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan
untuk penyesuaian hubungan gigi molar.
Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar
pertama atas dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-masing
sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I
Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7
mm untuk rahang bawah.
Kemungkinan yang bisa terjadi:
b. Tanaka-Johnston
Dasar:
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat
insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar
yang belum erupsi.
Keuntungan:
mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil
sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun
Prinsip Perhitungannya:
Ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama
dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.
Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran
maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0
mm.
c. Metode Nance
Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.
Dasar:
adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi
pengganti.
Tujuan:
untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup
tersedia/lebih/kurang ruang.
Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2 dan gigi pengganti 3 4 5.
Fungsi:
untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed
dentition.
Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang
digunakan. Masing-masing sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm.
Prosedur:
mempersiapkan: model RA dan RB, rontgen foto regio III, IV, V, dan jangka
sorong
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih
sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik.
Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk
menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus,
sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
membuat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P 1 , P2 yang belum erupsi pada
ke empat sisi rahang
Pada foto ronsen, diukur lebar mesiodistal masing-masing dan dilakukan
koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar
mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan
rumus : P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro
Mengukur lebar mesiodistal M1 yang sudah erupsi langsung pada model
menjumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan mencatatnya pada
formulir pemeriksaan
menjumlahkan mesiodistal gigi-gigi desidui: c, m 1, m2, lalu dibandingkan
dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1 dan P2
Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
lengkung ideal
Kemungkinan :
o hasil 1=2 : cukup o hasil 1<2 : kurang
o hasil 1>2 : kelebihan
A B
Gambar 8. Untuk menghitung perbesaran yang terjadi dilakukan
pembandingan antara ukuran pada A. Model studi B.
Gambaran radiografi periapikal
Referensi:
1. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis.
Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.
2. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book
Medical Publisher. 1988. hal 221-246.
3. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis :
Mosby, Inc. 2000. hal. 163-170.
4. www.google.com
21