Você está na página 1de 3

ANAK JALANAN

Dalam kehidupan kita, kita tidak asing lagi dengan masalah sosial masyarakat. Tentu
kata-kata ini terkadang membuat kita merasa sedih, kecewa, atau bahkan marah. Masalah-
masalah sosial itu diantaranya pengemis, pengangguran, pencurian, dll. Menurut sebagian
masyarakat, akar dari pemasalahan sosial ini adalah Pemerintah karena banyak oknum-oknum
tertentu yang menggerogoti uang rakyat atau dengan kata lain yaitu korupsi. Padahal sebenarnya,
bukan hanya Pemerintah saja yang menjadi faktor pemicunya melainkan faktor ekonomi dan
faktor sosiologis. Melihat dari faktor-faktor tersebut, anak jalanan bisa dijadikan salahsatu dari
sekian banyak masalah sosial.

Anak jalanan memiliki beberapa pengertian yang dilihat dari segi permasalahannya yaitu:

1. Pengertian Sosiologis: Anak jalanan adalah sekelompok anak keluyuran yang di jalan-
jalan. Masyarakat menganggap sebagai anak nakal dan perilaku mereka mengganggu
ketertiban sosial.
2. Pengertian Ekonomi: Anak jalanan adalah sekelompok anak yang terpaksa mencari
nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua miskin.

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang


kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan,
karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka
tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Walaupun
anak jalanan sudah diatur dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi bahwa "fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara" namun Pemerintah tidak menjalankan seperti
yang diharapkan.
Adanya anak jalanan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga orang tua
menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan untuk keluarga. Hal ini
terjadi karena ketidak berfungsian keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
2. Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidak betahan anak berada di rumah, sehingga
perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong untuk anak turun ke jalan.
3. Rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan sehingga mereka tidak mengetahui fungsi
dan peran sebagai orang tua dan juga ketidaktahuannya mengenai hak-hak anak.
4. Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik kebijakan dari
kepolisian, Pemda, maupun Departemen Sosial.
5. Belum optimalnya kontrol sosial dalam masyarakat.
6. Belum berperannya lembaga-lembaga organisasi sosial, serta belum adanya penanganan
yang secara multi sistem base.
7. Adanya keributan dalam rumah tangga dapat membuat anak menjadi frustasi sehingga
memilih untuk pergi dari rumah dan menjadi anak jalanan yang membuat resah penduduk
sekitar atau disebut brandalan.

Anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :


1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the street ).
Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang
hidupnya. Kelompok anak ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka
mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua.
2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka menjadi anak
jalanan biasanya datang ke kota besar tanpa tujuan dan keahlian. Pada umumnya mereka
bekerja dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang
ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama
dengan saudara atau teman-teman senasibnya.
3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang
tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Mereka menjadi anak
jalanan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua.
Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.
4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk
mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan
ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua
ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu,
membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan
pemulung.

Anak-anak jalanan ini banyak tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta. Tentu saja, ini
membuat lingkungan menjadi kumuh dan bisa juga meningkatkan angka kriminalitas. Dengan
alasan faktor ekonomilah yang menuntut mereka untuk mempertahankan kehidupannya yang
dikategorikan tidak layak ini.
Anak jalanan tetaplah seorang anak yang berhak untuk mendapatkan pendidikan, kasih
sayang, dan penghidupan yang layak. Walaupun banyak orang tua dan oknum-oknum tertentu
yang tega menyiksa mereka di bawah teriknya matahari. Sudah kewajiban kita untuk melindungi
hak-haknya karena mereka adalah generasi penerus bangsa agar kelak mereka bisa berguna bagi
bangsa dan negara.

Você também pode gostar