Você está na página 1de 5

ALLAH adalah Tuan, HARTA adalah Hamba,

Kita adalah Ahli Waris-Nya

Pak Jono terkenal sangat kikir. Suatu hari, pada saat Ulang
Tahun isterinya, sang istri meminta hadiah, naik helikopter.
Awalnya pak jono ogah karena harus bayar mahal. Tapi karena
takut sama istrinya, akhirnya dia setuju. Setelah sampe di tempat
carter helikopter... Si pilot menerangkan tarif sekali naik: Begitu
naik, wajib bayar 1 juta. Kalau anda bicara di atas, kena denda 5jt.
Tapi kalau tidak bicara sepatah katapun, akan berikan hadiah
sebagai penumpang yang baik, masing-masing 10 juta." Pak Jono
setuju, Lumayan, pikirnya. Bayar 1 juta. Kalo tidak ngomong, dapat
10 juta. Wow, bagus juga ini. Lalu, helicopter pun diterbangkan
oleh pilot. Sang pilot sangat mahir karena sudah berpuluh-puluh
tahun menjalankan tugasnya itu. Mula-mula terbang pelan, datar.
Lama-lama helicopter mulai berputar-putar dan jungkir balik.

Setelah heli mendarat kembali, si pilot berkata ke pak jono: "Wah


anda hebat, tidak bicara sepatah kata pun...".

Langsung Pak Jono menjawab: "Sebenarnya, tadi waktu kita di atas,


saya mau ngmong. Tapi karena saya ingat peraturannya, jadi
kutahankan. Saya takut kena denda. Lalu pilot Tanya: emang pak
Jono tadi mau bilang apa? Kata pak Jono: "Aku tadi mau bilang
sama bapak, kalau istri saya jatoh..!!"

Saudara-saudara terkasih.

Dalam perikop sebelumnya para murid telah diajar oleh Yesus untuk
hanya takut kepada Allah dan tidak kuatir akan hidup mereka yang
selalu dijaga dan dipelihara oleh Allah. Dalam perikop ini, mereka
diingatkan untuk waspada kepada ketamakan karena hidup mereka
tidak tergantung kepada kekayaan. Hidup manusia tidak tergantung
pada banyaknya harta, tetapi tergantung pada Allah.

Pengajaran tentang tidak tergantung pada harta ini dibuka


dengan kedatangan seorang yang tidak dikenal dari antara orang
banyak. Ia datang kepada Yesus dan meminta agar ia menjadi hakim
atas pembagian harta warisan dengan saudaranya. Yesus menolak
menjadi pengadil atas persoalan mereka, tetapi permintaan orang itu
membuka jalan bagi Yesus untuk memberikan pengajaranNya
mengenai harta kekayaan. Yesus mengingatkan agar orang berhati-
hati terhadap ketamakan. Peringatan itu tentunya ditujukan juga
kepada kita semua yang hidup di zaman ini. Kita tidak hanya harus
berhati hati terhadap uang, tetapi terlebih terhadap ketamakan, pada
hasrat untuk memiliki lebih banyak. Ketamakan bisa memecah belah
orang, bahkan dengan saudara sendiri seperti yang ada dalam kisah ini.
Ketamakan membuat orang mengukur hidup dengan
uang,harta, kepemilikan dan mengabaikan relasi dan harmoni dalam
perjumpaan dengan Allah dan sesama.

Lukas menyampaikan ilustrasi dalam bentuk perumpamaan untuk


menekankan pengajaran di atas. Ilustrasi itu adalah orang kaya yang
sampai bingung di mana mau menyimpan hartanya, maka ia
merombak lumbung-lumbungnya menjadi besar dan menempatkan
hasil tanahnya di lumbung-lumbung tersebut. Dalam ayat 17-19 jelas
sekali bahwa orang kaya ini hanya mementingkan dirinya sendiri , di
mana terdapat 13 kali kata AKU yang menandakan hal itu.

Saudara-saudara.

Mengapa Yesus mengatakan orang itu sebagai orang bodoh ? Kata


bodoh itu mempunyai makna yang penting karena dalam Perjanjian
Lama, kata ini digunakan untuk menunjuk seseorang yang bertindak
tanpa Allah atau tanpa kebijaksanaan dan menghadapi sebuah ancaman
kehancuran (bdk. Pkh 2,1-11,Mzm 14,1). Orang ini dikatakan bodoh
karena ia tidak menyadari bahwa hidupnya tidak tergantung pada
hartanya yang berlimpah (bdk Luk 12,15). Ketika ia merasa hidupnya
aman karena banyak barang di lumbungnya utuk kebutuhan hidupnya
selama bertahun tahun, rupanya Allah mempunyai rencana lain.
Malam itu juga jiwa orang itu akan diambil oleh Allah. Orang kaya itu
menguasai banyak harta , tetapi Allahlah yang menguasai jiwanya.
Orang bisa berlimpah harta ,tetapi hidupnya tergantung pada Allah,
bukan pada hartanya yang banyak.Maka tidak cukuplah orang menjadi
kaya, tetapi orang harus kaya di hadapan Allah. Inilah inti ajaran Yesus
ini.

Saudara-saudara..

Siapa yang tidak ingin kaya? Atau siapakah orang yang cita-citanya
menjadi orang miskin? Lalu, Apa yang salah dengan orang kaya
tersebut? Ia menempatkan harta kekayaan sebagai yang utama, dan
melupakan sang Pencipta. Ia mengandalkan hartanya, dan melupakan
sang Penguasa atas hidup manusia. Orang itu diberkati Tuhan secara
materi, ia kaya dan tanahnya berlimpah-limpah hasilnya (Luk. 12:16),
namun ia tidak menggunakan hartanya dengan bijak seturut dengan
kehendak Tuhan. Apa yang ada dalam hatinya hanyalah tentang cara
menimbun hartanya dan hidup bersenang-senang (Luk. 12:17-19).
Akibatnya, akhir hidupnya sia-sia belaka.

Sebagai Murid Kristus, kita harus bijak terhadap harta, agar akhir
hidupnya tidak sia-sia.

Caranya:

Pertama, menempatkan harta pada posisi yang benar. Jangan menjadi


hamba uang (Ibr. 13:5a). Jadikan Tuhan sebagai Tuan atas diri kita,
dan jadikan uang yang dikaruniakan-Nya sebagai hamba yang kita
manfaatkan sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua, bersikap benar terhadap harta, yaitu memiliki rasa cukup.
Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan yang besar
(2 Tim. 6:6). Rasa cukup menjauhkan orang dari ketamakan dan
memburu uang (2 Tim. 6:7-10). Rasa cukup membuat orang
senantiasa bersyukur kepada Tuhan, hidup akur dengan saudara, dan
menjadi berkat bagi orang-orang lain.

Ketiga, memakai uang dengan benar, untuk mendatangkan manfaat


bagi sesama dan memuliakan Allah. Alkitab mengajar kita untuk
memuliakan Allah dengan harta yang kita miliki (Ams. 3:9).
Janganlah hanya menimbun harta di dunia untuk diri sendiri, tetapi
pakailah uangmu untuk mendukung misi Allah di dunia ini dan
menjadi berkat bagi sesama. Itulah cara untuk menyimpan harta di
surga (Mat. 6:19-21).

Orang-orang percaya harus menjadi bijak terhadap harta, yaitu


menempatkan harta, menyikapi harta, dan menggunakan harta dengan
benar, untuk menghindari akhir hidup yang sia-sia.

Amin

Você também pode gostar