Você está na página 1de 45

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

A DENGAN KEHAMILAN HIPEREMISIS


GRAVIDARUM GRADE I DI POLY OBGYN
RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH

YUNI ARYASTANTI
058 SYEBID 14

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEBIDANANJENJANG D.III
MATARAM
2017

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. d DENGAN KEHAMILAN


HIPEREMISIS GRAVIDARUM GRADE I DI RUANG NIFAS RSUD
KOTA MATARAM

Laporan INDIVIDU
TelahMemenuhi Persyaratan Dan Disetujui
Tanggal................................

Disusun Oleh :

Nama :
Nim :

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Dwi Aprilianti amd,keb Ni Putu Ariani S,St.M.Kes


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan ................................................................................................ 3
1.4. Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 5
2.1 Kehamilan .......................................................................................... 5
2.2 Konsep hiperemesis gravidarum ........................................................ 10
2.3 Konsep manajemen kebidanan .......................................................... 18
2.4 Landasan hukum kewenangan bidan ................................................. 22
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 24
I. Pengumpulan data dasar .................................................................... 24
II. Interpretasi dasar ................................................................................ 29
III. Identifikasi diagnosa .......................................................................... 30
IV. Identifikasi kebutuhan ........................................................................ 30
V. Rencana asuhan menyeluruh.............................................................. 30
VI. Pelaksanaan asuhan menyeluruh........................................................ 31
VII. Evaluasi .............................................................................................. 31
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 37
4.1. Pengumpulan data dasar .................................................................... 37
4.2. Interpretasi data dasar ........................................................................ 39
4.3. Identifikasi diagnosa .......................................................................... 40
4.4. Identifikasi kebutuhan segera ............................................................ 41
4.5. Rencana asuhan menyeluruh.............................................................. 42
4.6. Pelaksanaan asuhan menyeluruh........................................................ 43
4.7. Evaluasi .............................................................................................. 44
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 46
5.2 Saran .................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 Angka
Kematian Ibumerupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan millennium (MDGs) ke lima yaitu meningkatkan
kesehatan ibu. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
serta nifas.WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (WHO, 2012).
Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 2012 sebesar 214 per
kelahiran hidup, menurut SDKI (2012). Akan tetapi pemerintah masih
dituntut bekerja keras untuk menurunkannya hingga tercapainya target
Millennium Development Goals (MDGs). Angka Kematian Ibu pada tahun
2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup.
Nusa Tenggara Barat jumlah atau Angka Kematian Ibu (AKI) pada
tahun 2012 mencapai 100 kasus kematian ibu, dengan kejadiankematianibu
paling banyak pada waktu ibu bersalinsebanyak43%, kematian
padawaktunifas sebanyak38%danpadasaathamil19%(Dinas kesehatan
Provinsi NTB, 2012).
Kota Mataram tahun 2012 angka kematian ibu mencapai angka
tertinggi di wilayah NTB yaitu sebanyak 8 kasus.Kematian ibu dibagi
menjadi kematian langsung dan tidak langsung.Kematian ibu langsung
adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas,
dan segala intevensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut.Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan (25%, biasanya
perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan
(12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13
%).Hiperemesis (3.37%) pada tahun 2012 Sedangkan pada tahun 2013

1
2

menjadi (3,94%) dan sebab-sebab lain (8%) (Dinas kesehatan Provinsi


NTB, 2014).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada
ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu
memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu
sangat turun, turgor kulit kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Insiden dari hiperemesis gravidarum adalah 0,5-10/1.000 kehamilan.
Kemungkinan terjadinya penyakit ini adalah tinggi pada orang kulit putih
(16/1.000 kelahiran)dan rendah pada orang kulit hitam (17/1.000 kelahiran).
Penyakit ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu
(Wiknjosastro, 2010).
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat inanisia.Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa penulis antara lain; 1) Faktor predisposisi
yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan
kehamilan ganda, 2) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolic hamil serta resistensi yang menurun, 3) Alergi, sebagai
salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, 4) Faktor psikologik
memegang peranan yang penting pada penyakit ini (Jannah 2012).
Bagi ibu yang mengalami hiperemesis gravidarium beberapa
langkah dibawah ini akan membantu ibu dalam mengatasinya seperti: 1)
Mengkonsumsi susu dan vitamin, 2) Menu makan yang sedikit akan tetapi
sering, 3) Dalam mengurangi rasa pusing ketika bangun tidur ibu dapat
memiringkan badan kesebelah kanan ataupun kiri kemudian duduk secara
perlahan, setelah merasa kuat ibu dapat berdiri (Rukiyah, 2010).
Dari data tersebut merupakan salah satu masalah yang cukup penting
mengingat resikonya sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kematian ibu.
Sehubungan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas mengenai
kasus yang berjudul Asuhan KebidananKehamilan dengan Hiperemesis

Gravidarum Tingkat 1 Ny. A dengan di RSUD Kota Mataram Tahun


2017.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diambil
perumusan masalah sebagai berikut Bagaimanakahgambaran asuhan
kebidanan yang diberikan pada Ny. A denganHyperemesis Gravidarum
di RSUD Kota Mataram, dengan menggunakan Manajemen Varney?.

1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mampu melaksanakan studi kasus pada Ny. A
menggunakan manajemen asuhan 7 langkah Varney
1.3.2 TujuanKhusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data dasarpada Ny. A
dengan Hyperemesis Gravidarum diRSUD Kota Mataram.
2. Mampu melakukan interprestasi data dasar pada Ny. A
denganHyperemesis Gravidarum diRSUD Kota Mataram.
3. Mampu merumuskan diagnosa dan masalah pada Ny. A
denganHyperemesis Gravidarum diRSUD Kota Mataram.
4. Mampu menentukan kebutuhan terhadap tindakan segera pada
Ny. A dengan Hyperemesis Gravidarum diRSUD Kota
Mataram.
5. Mampu menyusun rencana asuhan menyeluruh pada Ny. A
denganHyperemesis Gravidarum di RSUD Kota Mataram.
6. Mampu memberikan penatalaksanaan tindakan sesuai dengan
tencana pada Ny. A dengan Hyperemesis Gravidarumdi
RSUD Kota Mataram.
7. Mampu melakukan Evaluasi pada Ny. A denganHyperemesis
Gravidarum di RSUD Kota Mataram.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah ilmu wawasan
kebidanan khususnya manajemen kebidanan di masyarakat.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Bagi Lahan
Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan
evaluasi permasalahan yang ada khususnya permasalahan ibu
hamil Hyperemesis Gravidarum.Guna meningkatkan kualitas
pelayanan.
2. Bagi Stikes Yarsi
Diharapkan dapat menambah referensi bagi mahasiswa
lain dalam membuat tugas.
3. Mahasiswi
Menambah pengalaman mahasiswa dalam hal menerapkn
ilmu yang telah didapat selama perkuliahan terutama mengenai
Hyperemesis Gravidarum.
4. Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
Hyperemesis Gravidarum dan bisa menjadi pembelajaran pada
kehamilan berikutnya.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Kehamilan adalah di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Wiknjosastro, 2012 :
89).
Kehamilan adalah matarantai yang bersenambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Yeyeh,
2013 : 75).
2.1.2 Etiologi
Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Tiap
spermatozoa terdiri dari tiga bagian yaitu: kaput/kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,
dan bagian yang silindrik menghubungkan kepala dengan ekor, dan
getaran ekor spermatozoa dapat bergerak cepat (Wiknjosastro, 2012
:139).

Gambar 2.1 Bentuk Dan Bagian Sperma (Wiknjosastro, 2012)

5
6

2.1.3 Fisiologi (Wiknjosastro, 2012 :140-146 )


1. Fertilisasi
a. Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah
ampula tuba fallopii.
b. Sekitar 100 sperma berhasil mencapai telur, namun hanya 1
sperma yang dapat membuahi sel telur. Terdapat berbagai
rintangan yang menghambat jalan sperma, lapisan keras
yang melindungi ovum sangat sukar untuk ditembus, namun
sperma dilengkapi sistem khusus untuk membantunya
memasuki sel telur yaitu di bawah lapisan pelindung pada
kepala sperma terdapat kantung-kantung kecil yang berisi
enzim-enzim pelarut yaitu enzim-enzim akrosom.
c. Sperma melepas enzim-enzim akrosom untuk menembus
zona pellusida yaitu sebuah perisai glikoprotein disekeliling
sel telur yang mempermudah dan mempertahankan
pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.

Gambar 2.2 Sperma yang memasuki ovum(Wiknjosastro, 2012)


2. Perkembangan Embrio
a. Pembelahan Zigot
Setelah pembuahan terjadi mulailah pembelahan
zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum
mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Setelah
zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani pembelahan
mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan

cepat. Sel yang menjadi semakin kecil ini disebut


blastomer dan sampai tingkat delapan sel, sel-selnya
membentuk sebuah gumpalan longgar. Segera setelah
pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan
selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari
terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama besarnya. Sel-
sel embrio yang termampatkan kemudian membelah lagi,
kemudian hasil konsepsi berada pada stadium morula
dengan 16 sel. Morula terdiri dari inner cell mass
(kumpulan sel-sel sebelah dalam, yang akan tumbuh
menjadi jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass
( lapisan sebelah luar yang akan membentuk trofoblas
yang akan tumbuh menjadi plasenta).

Gambar 2.3 Pembelahan Sel (Wiknjosastro, 2012)


3. Tanda Tanda Kehamilan ( Asriman, 2012 : 78-81 )
Tanda Pasti
a. Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10 20
minggu. Didengar dengan stetoscop leanec, alat
kardiotokografi, alat dopler atau dilihat dengan
ultrasonografi.
b. Terasa gerakan janin dalam rahim. Pada primigravida bisa
dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan
pada mulitigravida di usia 16 minggu. Terlihat atau teraba
gerakan janin dan bagian bagianjanin.

c. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangkanya janin.


d. Terlihat kantung kehamilan melalui USG pada 4 6
minggu minggu sesudah pembuahan.
Tanda Tidak Pasti
a. Amenore ( tidak adanya menstruasi )
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi.Gejala ini sangat
penting karena umumnya perempan hamil tidak
mendapatkan haid. Penting diketahui tanggal hari pertama
haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan
dan diperkirakan kapan persalian akan terjadi. Namun ini
tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk mendeteksi
adanya kehamilan, bisa juga akibat dari keletihan, stress
atau menyusui.
b. Mual dipagi hari tanpa muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.Enek terjadi
pada umumnya pada bulan bulan petama kehamilan,
kadang kadang disertai oleh emesis.Ini sering terjadi pada
pagi hari tetapi tidak selalu.Keadaan ini sering disebutkan
morning sickness.
c. Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan pertama akan
tetapi menghilang seiring semakin tuanya usia kehamilan.
d. Sering buang air kecil
Pada awal masa kehammilan, karena adanya
desakan rahim kedepan, kandung kemih cepat terasa
penuh.Pada trimester II, sudah mulai menghilang karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.Pada
trimester III gejala ini bisa ditimbulkan karenan janin mulai
masuk keruang panggul dan menekan kembali kandung
kencing.

e. Pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala
(sentral) menyebabkan adanya iskemia susunan saraf pusat
dan menimbulkan syncope atau pingsan. Keadaan ini akan
menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. Sering
dijumpai ibu pingsan bila berada pada tempat tempat
ramai pada bulan bulan pertama kehamilan.Kondisi ini
menghilang sesudah kehamilan 16 minggu.
f. Mammae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan
alveoli pada mamma glandula montgomeri.Ujung saraf
tertekan sehingga menyebabkan rasa sakit, terutama pada
hamil pertama.
g. Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit
h. Varises: sering di jumpai pada trimester terakhir di dapat
pada daerah genetalia eksterna,fosa paplitea kaki dan betis
pada multi grafidakadang-kadang varises di temukan pada
kehamilan terdahulu,timbul kembali pada trimester
pertama, kadang-kadang timbul varisesmerupakan gejala
kehamilan.
4. Kemungkinan
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. Tanda hegar (hipertropi ismus, menjadi panjang dan lunak)
d. Tanda chadwik ( hipervaskularisasi pada vagina dan vulva,
tampak lebih merah dan kelam )
e. Tanda piscacheck ( uterus membesar ke salah satu jurusan )
f. Kontraksi kontaksi kecil atau braxtron hicks
g. Teraba ballottement.

10

h. Ukuran-ukuran fundus uteri sesuai umur kehamilan.

Gambar 2.4. Tinggi fundus

Tabel 2.1. Ukuran tinggi fundus uteri berdasarkan umur kehamilan


Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(Minggu)
12 3 jaari di atas simpisis
16 Pertengahan pusat-simpisis
20 3 jari bawah simpisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari bawah pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat prosesus xiphoideus (px)

2.2 Konsep Hiperemesis Gravidarum


2.2.1 PengertianHiperemesis Gravidarum
Hyperemesis Gravidarum adalah Muntah yang menetap
sepanjang hari selama jangka waktu yang lama dan menyebabkan
kehilangan berat badan, pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk (Cuningham, 2013).
Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita Hyperemesis
Gravidarumjika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan
diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun (Wiknjosastro,
2012).


11

Hyperemesis Gravidarumadalah muntah yang terjadi pada


awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.keluhan muntah
kadang- kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum
dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin seperti gejala penyakit
apendisitis, pielititis, dan sebagainya (Cuningham, 2013).
Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-
hari dan kedaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi,biasanya terjadi pada usia kehamilan trimester I. gejala
tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu(Marmi,
2011).
2.2.2 EtiologiHiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor
toksik, juga ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan
anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisia.Beberapa faktor
predisposisi dan factor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulakan dugaan
bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.

12

3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organic.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keenggananmenjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup(Rukiyah,2010).
Menurut Teori Psikosomatik, hiperemesis gravidarum
merupakan keadaan gangguan psikologik yang dirubah dalam bentuk
gejala fisik. Kehamilan yang tidak di rencanakan dan tidak diinginkan
serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya
perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat
menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum (Runiari,
2010).
2.2.3 KlafikasiHiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya
dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I (Ringan)
Ditandai dengan muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak
ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium, nadi meningkat
sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II (Sedang)
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang lidah
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikteris berat badan turun dan mata
cekung, tensi turun dan hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula di temukan dalam kencing.

13

3. Tingkat III (Berat)


Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dan samnolen sampai koma nadi kecil dan cepat, suhu meningkat
dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf
yang di kenal sebagai ensefalopati wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B
komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Rukiyah, dkk, 2010).
Batas antara mual dan muntah dan kehamilan yang masih
fisiologik dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi
muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan
dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif (Rukiyah, dkk, 2010)Resiko
1. Maternal,akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan
terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,nistagmus, ataksia, dan
kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (anemia, menerunnya kemampuan untuk beraktivitas),
atau pun kematian.Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat II
perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
2. Fetal, penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan
kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)
(Hanifa, 2012).
2.2.4 Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat
dari meningkatnya kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi
pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone hormone
esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
berlangsung berbulan-bulan.

14

Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan


muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokoremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan
faktor utama, disamping itu pengaruh hormonal. Yang jelas, Wanita
yang sebelum kehamilan sesudah menderita lambung spastik dengan
gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum
yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karna
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
menambah frekuensi mual-muntah yang lebih banyak, dapat merusak
hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lender dan esofagus dan lambung(Sindroma
Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastro intestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.
Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif
(Prawirohardjo, 2012).
2.2.5 Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar,
dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah
yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan

15

tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya,


oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah
dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit
lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi dengan dokter
tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit tukak lambung.
Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan
hamil yang disertai penyakit (Manuba, 2012).
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebi yang dapat pula memberikan gejala
muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat
menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan(Prawirahardjo, 2012).
2.2.6 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan
dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula. (Rukiyah, dkk, 2010)

16

Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak


berkurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk
tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan
adalah Phenobarbital. Menurut Prawihardjo (2012) vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6, Anti histaminika juga
dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokkloride atau
khlorpromasin.
1. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola dirumah sakit.
2. Hyperemesis Gravidarumtingkatan II dan III harus dirawat inap
diRumah Sakit Adapun terapi dan perawatan yang diberikan
adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar
dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita
mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama
24 jam. Kadang- kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik,
anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi

17

organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk


mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh
menunggu sampai terjadi irreversiblepada organ vital.
4. Diet Hiperemesis Gravidarum
a. Diet HiperemesisTingkat I diberikan pada hiperemesis tingkat
II.Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet HiperemesisTingkat I diberikan bila rasa mual dan
muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
makananyang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat
gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet HiperemesisTingkat II diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Prawirohardjo,
2012).
2.2.7 KomplikasiHiperemesis Gravidarum
1. Komplikasi Ringan
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan
gizi, alkalosis hipokalemia, kelemahan otot, kelainan
elektrokardiografik, tetani dan gangguan psikologi.
2. Komplikasi yang mengancam kehidupan, Ruptur oesophageal
berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophatywernickes, mielinolisis pusat pontine,
retinalhaemorage, kerusakanginjal, keterlambatan
pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin (Salmah,
2013).

18

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan


Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian /
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2007).
Penatalaksanaan kebidanaan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisa diaplikasikan dalam semua situasi.Akan tetapi, setiap langkah tersebut
bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.
Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat
mengelola klien : ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan balita
dimanapun tempatnya.
Proses ini akan membantu para bidan dalam berpraktek memberikan
asuhan yang aman dan bermutu.
1. Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari hasil
anamnesa dengan klien, suami/keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari
dokumentasi pasien/ catatan tenaga kesehatan yang lain.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
a. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan
sosial.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
c. Pemeriksaan khusus.
d. Pemeriksaan penunjang.
e. Melihat catatan rekam medik pasien.


19

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah


pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang komprehensif
meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
mengambarkan kondisi/ menilai kondisi klien yang sebenarnya dan valid.
2. Langkah II : Merumuskan Diagnosa/ Masalah Kebidanan
Pada langkahini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada
langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.
Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien,
apakah klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir?Apakah
kondisinya dalam keadaan normal?Diagnosa ini dirumuskna
menggunakan nomenklatur kebidanan.
Sedangkan masalah dirumuskan apabila bidan menemukan
kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir.
Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan
diagnosa yang ada, karena maslah tersebut membutuhkan penangan/
intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa. (masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering
menyertai diagnosa).
10 diagnosa dalam kebidanan
1. Hamil / Tidak
2. Primi / multi
3. Usia kehamilan
4. Tunggal/ganda
5. Hidup/ mati
6. Intra / ekstra uteri
7. Letak janin / persentasi janin

20

8. k/u ibu dan janin baik


9. kesan panggul
10. penyerta / penyulit
3. Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yan ada/ sudah terjadi.
Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah
ada, dan merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah
atau menghindari masalah/ diagnosa potensial yang akan terjadi.
Pada langkah ini diharapkan bidan selalu waspada dan bersiap-
siap mencegah/ masalah potensial ini menjadi bener-bener tidak terjadi

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang


aman.Langkah ini perlu dilakukakan secara cepat, karena sering terjadi
dalam kondisi emergensi.
4. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan, baik
tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain, atau rujukan berdasarkan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat
terjadi pada saat mengelola Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien
membutuhkan tindakan segera untuk menangani atau mengatasi diagnosa/
masalah yang terjadi.Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru
yang lebih spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah
yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui
penyebab masalah.
Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi atau
pemeriksaan.Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang

21

gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan


keselamatan jiwa Ibu dan anak (misalnya menghentikan perdarahan).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga memerlukan
tindakan rujukan dengan segera.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokteratau tim kesehatan
lainnya.Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan :
5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik
yang sifatnya segera atau rutin.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi dengan merumuskan tindakan yang sifatnya mengevaluasi atau
memeriksa kembali.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dlaksanakan dengan efektifkarena
klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
6. Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif
dan aman.Pelaksanaan dapat dilakuakan seluruhnya oleh bidan atau
bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
7. Langkah VII :Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

22

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang


telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari
awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian ulang. Proses
evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan
efektif atau tidak serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut (Varney, 2007).

2.4 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Pada Hiperemesis Gravidarum


1. Kewenangan bidan
Pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi bidan di
indonesia, dalam kasus hamil dengan hiperemesis gravidarum, bidan
memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam kepmenkes
RI/No.900/Menkes/SK/VII/2002 Bab V pasal 1416 tentang registrasi dan
praktik bidan. Dalam kasus ini pengelolaan kasus hamil dengan
Hyperemesis Gravidarumsesuai dengan pasal 1416.
2. Praktik kebidanan pasal 14
Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi:
1. Pelayanan kebidanan pasal 15
a. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalampasal 14 huruf A
ditunjukkan kepada ibu dan anak.
b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pernikahan, prahamil,
masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
c. Menyusui, dan masa antara (periode interval).
2. Pelayanan kebidanan pasal 16
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal


23

d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup


Ibu hamil dengan abortus iminens, Hyperemesis Gravidarumtingkat
I,II,dan III.
Dalam kasus Hyperemesis Gravidarumbidan menggunakan 4
standar pemeriksaan meliputi,anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
langsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan, khususnya
anemia, kurang gizi, PMS/ infeksi memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat,penuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang berikan oleh puskesmas.
Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A DENGAN HIPEREMISIS
GRAVIDARUM
DI RUANG POLI OBGYN RSUD KOTA MATARAM

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2017 jam 08.00
Tempat Pengkajian : Ruang Poli Obgyn Kota Mataram
No Rekam Medis :219722
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Biodata Istri Suami
Nama Ny A Tn s
Umur 27 tahun 30 tahun
Agama Hindu Hindu
Suku / Bangsa Bali / Indonesia Bali / Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta Swasta
Alamat Btn papabri perempuan

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 12 minggu, mengeluh mual muntah sejak
awal kehamilan sampai sekarang
b. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu mengatakan hamil 12 minggu, mengeluh mual muntah sejak
awal kehamilannya yang ke dua.
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari

24
25

Jumlah : 3 kali ganti pembalut


Flour albous : tidak ada
Kelainan : Tidak ada
HPHT :7 November 2016
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil ke :3
Umur kehamilan :12 minggu
Riwayat KB yang lalu
Lama menggunakan KB : 2 Tahun
Riwayat Jenis KB yang digunakan : kb suntik
Rencana KB :-
e. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Per Keh UK JP Tempat Penolo Riwayat BBL KB Ket
ka ami persali ng Penyaki
win lan nan persali t
an no nan H P N B J Um
no B K ur
1 1 9 bln Norm PKM Bidan - - - 290 P 13 Sunik H
0 Thn
Ini

f. Riwayat Penyakit Yang Pernah di Derita


1) Penyakit kardiovaskuler : Tidak Ada
2) Penyakit hipertensi : Tidak Ada
3) Penyakit diabetes : Tidak Ada
4) Penyakit hepatitis : belum dilakukan
pemeriksaan lab
5) Penyakit Ginjal : Tidak Ada
6) Penyakit kelamin/HIV/AIDS : belum dilakukan
pemeriksaan lab
7) Penyakit malaria : Tidak Ada
8) Penyakit campak : Tidak Ada


26

9) Penyakit TBC : Tidak Ada


10) Penyakit anemia berat : Tidak Ada
11) Gangguan mental : Tidak Ada
12) Penyakit asma : Tidak Ada
13) Riwayat kembar : Tidak Ada
3. Nutrisi

Makanan Sebelum hamil Selama hamil/saat ini


Porsi 1 piring piring
Nasi,sayur,telur,ikan,tah,
Komposisi Nasi, sayur,lauk
tempe,buah
Frekuensi 2-3x sehari 3x sehari
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Masalah mual-mual, mintah

4. Eliminasi
BAK Sebelum hamil Selama hamil/saat ini
Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
Warna Kuning jernih jernih
Penyulit Tidak ada Tidak ada

BAB Sebelum Hamil Selama Hamil/Saat ini


Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning,kecoklatan kuning kecoklatan
Masalah Tidak ada Tidak ada

5. PersonalHygiene
Personal Hygiene Sebelum hamil Selama hamil/saat ini
Mandi 2x sehari 1x sehari
Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
Cuci Rambut 2 x seminggu 1x seminggu

27

Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari


Gunting Kuku Jika panjang Jika panjang
6. Pola istirahat/tidur
Istirahat/tidur Sebelum hamil Selama hamil/saat ini
Siang 2 jam 1 jam
Malam 7-8 jam 5-6 jam
Ibu Tidak Nyaman
Penyulit Tidak ada karena mual dan
muntah

B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosi : Stabil
d. Berat Badan sebelum hamil : 50 kg
e. Berat Badan selama hamil : 50 kg
f. Tinggi badan : 162 cm
g. Lila : 26 cm
h. Tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 100x/menit
3) Respirasi : 26 x/ menit
4) Suhu : 37,0 C
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala
Inspeksi : Bersih, distribusi merata, tidak rontok , warna
rambut hitam
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
Muka
Inspeksi : Tidak ada cloasma gravidarum, bersih
Palpasi : Tidak ada oedema dan nyeri tekan

28

Mata : Konjungtiva Pucat, Mata Cekung dan skelera


berwarna putih kekuningan
Hidung
Inspeksi : Simetris antara kedua lubang hidung, bersih,
tidak ada polip, pernafasan pada cuping hidung (-
)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : Mulut dan gigi bersih, tidak ada stomtitis, tidak
ada caries,gusi t pucat, gigi tidak caries, bibir
kering, pucat dan lidah kotor
Telinga
Inspeksi : Simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak secret
atauserumen, tidak ad\a lesi/luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe
Dada
Inspeksi : Bentuk payudara simetris, terdapat
hiperpigmentasi pada areola, puting susu
menonjol
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi dan nyeri tekan
3) Palpasi
Leopold I : 3 jari diatas simpisis
Leopold II : Tidak Dilakukan
Leopold III : Tidak Dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang
Pada tanggal 15 januari 2017

29

Hb 10,0gr% (12,0-15,0)
Wbc 6.40 (5.00-10.0)
Plt 247 (150-450)
II. INTERPRETASI DATA DASAR
1. Diagnosa :
Ibu : Ny A G3P1A0H1. Usia kehamilan 12 minggu,
keadaan umum ibu lemah dengan Hiperemisis
Gravidarum tingkat I.
subyektif :
a. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang kedua dan Tidak pernah
mengalami keguguran.
b. Ibu mengatakan umurnya 27Tahun
c. Ibu mengatakan HPHT :711 2016 (HTP : 24 08 2017)
d. Ibu mengatakan sering mual dan muntah pada pagi hari, sejak awal
kehamilannya 6 x/hari berupa cairan setelah makan dan minum.
Obyektif :
a. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Raspirasi : 26 x/ menit
Suhu : 37,0C
2) BB Sebelum Hamil : 50Kg
BB Sekarang : 50Kg
Palpasi
Leopold I :3 jari di atas symfisis
Leopold II : Tidak Dilakukan
Leopold III : Tidak Dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
b. Masalah
1) Kecemasan ibu Teradap dirinya
2) Kurangnya nutrisi ibu hamil Trimeser 1
3) Kekurangan cairan


30

c. Kebutuhan
1) Memberikan support mental terhadap ibu
2) Memberikan informasi tentang keadaan kehamilanya saat ini
3) Memberikan penjelasan tentang mual muntah yang sedang
dialami ibu

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Masalah potensial :Hiperemisis Gravidarum tingkat I

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA


a. Mandiri : Tidak ada
b. Kolaborasi : Kolaborasi dengan dokter spog terkait tindakan dan
terapi 0bat yang di berikan
c. Rujukan : Tidak ada

V. RENCANA ASUHAN MENYELURUH


Tanggal : selasa 30 Januari 2017 Pukul : 08.30
1. Beritahu Ibu hasil pemeriksan dan jelaskan kepada ibu tentng keadaan
yang dialaminya sekarang.
2. Lakukan kolaborasi dengan Dokter
3. Anjurkan kepada ibu untuk makan bubur dan minum sedikit tapi sering
dengan fekuensi 3-4x/hari dengan porsi sedang dan menghindari
makanan berminyak dan berbau menyengat.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi

VI. PELAKSANAAN ASUHAN MENYELURUH


Tanggal : selasa 30 Januari 2017 Pukul : 09.00 Wita
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan memberikan penjelasan pada
ibu tentang keadaannya sekarang merupakan gejala mual muntah yang
berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
TTV : TD :100/70
N : 80x/menit


31

RR : 20x/menit
S : 36,5
2. Melakukan kolaborasi dengan Dokter dengan Dokter untuk memberikan
terapi obat oral yaitu 1 tablet cpz,2 x 25 mg antaside sirup 3x1 dan
menganjurkan ibu untuk segera minum obat setelah makan
3. Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering, seperti makan
makanan ringan seperti biskuit
4. Diperoleh hasil hb 10
5. Menganjurkan ibu Kunjungan 1 bulan lagi dan jika ada keluhan segera
ke puskesmas atau ke rs

VII. EVALUASI
Tanggal : 30 Januari 2017 Pukul 10.00 Wita.
Tempat: Ruang p0li obgin RSUD Kota Mataram
1. Ibu sudah mengerti tentang keadaanya saat ini
2. Ibu mau memeriksa kehamilanya dan bersedia makan makan makanan
yang bergizi
3. Dilkukan kolaborasi dengan dokter dan terapi obat oral sudah diberikan
kepada ibu yaitu: 1 tablet cpz 1x 25 mg antaside sirup 3x1
4. Ibu sudah makan beberapa potong biscuit
5. Ibu sudah mengetahui hbnya
6. Ibu mau melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi dan bila ada keluhan
segera ke puskesmas

BAB IV


32

PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data Dasar


Asuhan kebidanan telah dilakukan terhadap Ny. A umur 27
tahun usia kehamilan 12 minggu G3P1A1H1 dengan Hiperemesis
gravidarum tingkat I dan Pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data
dasar tentang pasien.
A. Data Subjektif
Setelah dilakukan anamnesa tanggal 30 januari 2017 pada
Ny.A umur 27 tahun yang mengeluh mual muntah berlebihan sejak
awal kehamilan. Dari anamnesa tersebut dapat dikatakan bahwa
Ny.A mengalami hiperemesis gravidarum tingkat I (ringan) dan
tingkat II (sedang).
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah
yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu
hamil.Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan
antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila
tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan
kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3
% atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Winkjosastro, 2009).
Hiperemesis gravidarum diawali dengan mual dan muntah
yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah
turun dan diuresis menurun.Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan,
menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.Oleh karena
itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik
dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat.Muntah yang
berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah
menjadi lebih tinggi.Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan fungsi alat vital (Manuaba 2010).
Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya
dimulai pada usia kehamilan 9- 10 minggu, puncaknya pada usia
kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada


33

umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-


gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.Kejadian hiperemesis
dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953)
melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia,
menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan
faktor risiko untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya.
Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali hamil, 27
diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari
19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga (Gunawan,
2011).
B. Data Objektif
Setelah dilakukan pengkajian data objektif pada Ny.A
didapatkan hasil keadaan umum ibu lemah, Tekanan Darah: 100/70
mmHg, Suhu: 36,5C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20 x/menit, umur
kehamilan: 12 minggu, pada pemeriksaan fisik didapatkan bibir kering.
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum
yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi.Jika terus
berlanjut, pasien dapat mengalami syok.Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.Oleh karena
itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas
tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per
menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran.Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari
tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan
berat badan (Gunawan, 2011).
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum
yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi.Jika terus
berlanjut, pasien dapat mengalami syok.Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.Oleh karena
itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas
tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per
menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan

34

kesadaran.Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari


tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan
berat badan (Gunawan, 2011).
4.2. Interpretasi Data Dasar dan Identifikasi Diagnosa/Masalah
Ny. A mengatakan ini kehamilan yang ketiga,pernah mengalami
keguguran satu kali, usia kehamilan 12 minggu, mengeluh mual muntah
dan pusing serta nafsu makannya kurang, menstruasi terakhir pada tanggal
17-11 2016 Keadaan umum ibu lemas, tekanan darah 100/70 mmHg,
Suhu: 36,5 C, Nadi: 80 x/menit, Respirasi: 20 x/menit.
Dari hasil pengkajian data ditemukan data fokus : Ny.A, ibu
mengatakan saat ini mengeluh mual muntah lebih dari 10 x dalam 24 jam,
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari ibu, tubuh terasa lemas, kepala
terasa pusing mata terlihat cekung dan lidah kering, nyeri epigastrium dan
nafsu makannya berkurang.
Gejala muntah lebih dari 10 kali dan apabila keadaan umum ibu
berpengaruh maka disebut hiperemesis, menurut gejala dan tingkat pada
kasus ini membahas hiperemesis gravidarumtingkat I. Dimana ciri-ciri
hiperemesis tingkat I (ringan) adalah mual muntah terus menerus
menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun, rasa
nyeri epigastrium, nadi sekitar 100 kali/menit, turgor kulit kurang, lidah
kering, dan mata cekung (Runiari, 2010).
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secaraklinis
menjadi hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III.Hiperemesis
gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yangterus-menerus disertai
dengan penurunan nafsu makan danminum. Terdapat penurunan berat
badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan,
kemudianlendir beserta sedikit cairan empedu, dan dapat keluar darahjika
keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkatsampai 100 kali
per menit dan tekanan darah sistolik menurun.Pada pemeriksaan fisis
ditemukan mata cekung, lidah kering,penurunan turgor kulit dan
penurunan jumlah urin (Gunawan, 2011).


35

Berdasarkan data di atas maka penulis menegakkan diagnosa Ny.


A adalah hiperemesis Gravidarum tingkat I dan tingkat II. Diagnosis
tersebut secara prinsip tidak bertentangan dengan teori, dan tidak ada
kesenjangan.
4.3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny. A adalah
dehidrasi, ibu kehilangan berat badan, Anemia dan BBLR. Pada tinjauan
teori apabila Hyperemesis gravidarum tingkat 1 dengan salah satu tanda
adalah dehidrasi saat ini mata cekung, lidah ibu kering dan disertai nafsu
makan berkurang karena dehidrasi ringan apabila tidak segera ditangani
akan mengakibatkan keadaaan ibu lebih parah dan diagnosa potensial yang
mungkin terjadi adalah akan menjadi Hyperemesis gravidarum tingkat
selanjutnya.
Pada kasus Ny. A terdapat tanda-tanda hiperemesis gravidarum
tingkat I yaitu dehidrasi ringan seperti mata ibu cekung dan lidah kering,
serta nafsu makannya berkurang. tanda-tanda hipermesis gravidarum
tingkat II yaitu ditandai dengan Penderita lebih lemah dan apatis, lidah
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikteris berat badan turun dan mata cekung, tensi
turun dan hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi, aseton dapat tercium
dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula di temukan dalam kencing dan masalah akan segera ditangani agar
tidak terjadi hiperemesis gravidarum tingkat lanjut (Manuaba, 2010).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan
cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan
menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang (Gunawan, 2011).
Selain penurunan nafsu makan dan minum yang mengakibatkan zat
gizi yang dibutuhkan selama kehamilan kurang tercukupi, hiperemesis


36

gravidarum juga mengakibatkan dehidrasi yang menyebabkan


hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang sehingga
terjadi anemia (Prawirohardjo, 2012).
Ibu dengan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan
yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR). Bayi dengan ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum beresiko tinggi untuk lahir dengan berat badan lahir yang
rendah dan resiko lahir preterm (Prawirohardjo, 2012).
Dalam kasus di atas terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus karenaNy. A terdapat tanda-tanda Hiperemesis
gravidarum tingkat I dan telihat tanda-tanda dehidrasi ringan yaitu mata
cekung, lidah kering.Dehidrasi ringan yang disebabkan oleh mual muntah
yang dialaminya lebih dari 4 kali dalam sehari sejak 14 dari yang lalu.
Dehidrasi sedang yang disebabkan oleh mual muntah yang dialaminya
lebih dari 8 kali dalam sehari sejak 10 hari yang lalu dan kurangnya intake
cairan yang apabila tidak cepat ditangani akanmemperburuk keadaannya.
4.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Karena keadaan ibu lemah dilakukan Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat oral seperti antacid, dan cpz untuk pemberian terapi
yang tepat dengan kondisi pasien. Sedangkan rujukan tidak dilakukan
karena pasien masih bisa di tangani langsung.
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure
dehidration).Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu
mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang
efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam basa.
Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat
berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit
kalium dan ada tidaknya asidosis (Gunawan, 2011).
4.5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Ny. A didiagnosis G3P1A1H1 UK 12 minggu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I. Kriteria hasil yang diinginkan adalah


37

mual muntah berkurang, maka dilakukan perencanaan yaitu: anjurkan ibu


untuk makan sedikit tapi sering dan minum air putih minimal 8 gelas per
hari; konseling tentang nutrisi ibu hamil. Rasionalnya agar nutrisi ibu dan
janin terpenuhi; agar tidak banyak cairan tubuh dan tenaga ibu yang
hilang; dan untuk pemberian terapi yang tepat dengan kondisi pasien.
Kasus hiperemesis gravidarum tingkat I dapat direncanakan
pemberian informasi dan edukasi tentang kehamilan, berikan terapi obat
menggunakan antiemesis , anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering,
terapi psikologis dan penambahan cairan (Manuaba, 2010).
4.6. Pelaksanaan Asuhan Menyeluruh
Pada tanggal 30 Januari 2017 dilakukan pelaksanaan pada Ny. A
yaitu menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur, tidur siang
1 2 jam/hari, tidur malam 8 jam/hari;memberikan konseling tentang
nutrisi ibu hamil yaitu makan makanan yang cukup energi seperti roti
panggang, biskuit, dan buah, makan sedikit tapi sering menghindari
makanan yang merangsang mual seperti berlemak dan berbau khas; dan
menganjurkan ibu untuk membaca buku KIA tentang tanda bahaya
kehamilan.
Pada tanggal 30 Januari 2017 pelaksanaan pada Ny. A
ditambahkan yaitu Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang diberikan
bidan yaitu obat dan vitamin untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
Pada tanggal 30 Januari 2017 pelaksanaan pada Ny. A
ditambahkan dengan menganjurkan kepada ibu untuk makan sedikit tapi
sering untuk meningkatkan nafsu makan ibu sehingga nutrisi ibu dan janin
tetap terpenuhi.
Kasus hiperemesis gravidarum memiliki penatalaksanaan dengan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan, memberikan
penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan
muda.Menganjurkan ibu untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.Menganjurkan pada waktu


38

bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat.Menghindari kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.Obat obatan sedative adalah phenobarbitol.Vitamin
yang dianjurkan vitamin B1 dan B6.Anti histaminika juga dianjurkan
seperti dramamin, avomin (Manuaba 2010).
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi
tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian makanan.Pada
prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan.Obat-
obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,
antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine
(vitamin B6) (Widayana,2013)
4.7. Evaluasi
Ny. A telah diberikan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan selama
3 kali kunjungan. Asuhan kebidanan yang diberikan pada dengan kasus
hiperemesis gravidarum dapat dikatakan berhasil karena dari hari pertama
sampai hari ketiga dengan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
mual-muntah berkurang, TTV: TD 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, respirasi
20 x/mnt dan suhu 36,50C. Dengan diberikannya asuhan secara
menyeluruh, pemasalahan pada Ny A dapat teratasi,dan Ny A pun
dapat menjalani kehamilannya. Ny A dianjurkan untuk selalu menjaga
kehamilannya dengan memperhatikan pola makan, istirahat, aktivitas yang
tidak terlaluberat, dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
atau apabila ada keluhan maka segera datang ke tenaga kesehatan.
Evaluasi dilakukan dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji
ulang aspek asuhan yang tidak efekif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang diberikan.Pada
langkah terakhir dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan (Soepardan, 2008).


39

Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk


mencegah komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. Jika sudah
terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi
tersebut.Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan
laboratoris.Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan
frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan
tanda-tanda vital dandehidrasi.Parameter laboratorium yang perlu dinilai
adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Widayana,
2013).

BAB V
PENUTUP

Dari hasil yang penulis uraikan dalam laporan study kasus kebidanan
terhadap Ny. A dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di RSUD Kota
Mataram, maka penulis menentukan kesimpulan dan saran yang bermanfaat.
5.1 Kesimpul
1. Pengumpulan data dasar terhadap Ny. A dengan hiperemesis
gravidarum, meliputi data subyektif yaitu: mengeluh muntah-muntah,
mual, pusing, tidak ada nafsu makan dan nyeri ulu hati dan data obyektif
yaitu k/u ibu lemah, TTV : TD : 100/70-mmHg, Nadi: 80/menit, suhu
36,5 RR: 21 x/menit, kemudian perubahan/ peningkatan berat badan 1-1,5
kg antara sebelum hamil sampai dengan hamil trimester I2
2. Interpretasi data dasar berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap Ny.
yaitu umur 27 tahun G3P1A1H1 usia kehamilan 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I.
3. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial yang akan mungkin terjadi
terhadap Ny. A adalah dehidrasi, penurunan berat badan,
4. Identifikasi kebutuhan segera pada Ny. A adalah pemasangan infus RL
28 tpmdan pemberian obat dari dokter spog
5. Rencana asuhan yang sesuai dengan kebutuhan Ny. A meliputi
melakukan Informed consent, menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan, melakukan kolaborasi dengan dokter, melakukan konseling
tentang nutrisi ibu hamil serta menganjurkan ibu untuk makan sedikit tapi
sering.
6. Penatalaksanaan menyeluruh terhadap Ny. A Pelaksanaan dilakukan
berdasarkan hasil perencanaan yang telah dituliskan sebelumnya dimana
perencanaan dilaksanakan secara efisien dan aman berdasarkan
kebutuhan klien.
7. Evaluasi berdasarkan hasil asuhan yang telah dilakukan terhadapNy A
dengan G3P1A1H, usia kehamilan 12 minggu telah dilakukan sehingga
tidak terjadi mual-muntah lagi atau hiperemesis gravidarum.

40
41

5.2 Saran
Saran yang penulis berikan ditujukan kepada :
5.2.1 Teoritis
Mengembangakan teori dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya tentang asuhan kebidanan pada Hiperemisis Gravidarum
(HG) serta tambahan untuk ilmu.
5.2.2 Praktis
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan/pedoman bagi intitusi jurusan
kebidanan untuk penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya
2. Bagi rsud kota mataram
Sebagai masukan dan gambaran informasi untuk tenaga
kesehatandalam melakukan konseling/informasi fisiologi ibu
hamil trimester I dengan hiperemesis gravidarum dan kebutuhan
nutrisinya sehingga hiperemesis gravidarum tidak terjadi atau
tidak terjadi hiperemesis gravidarum tingkat lanjut.
3. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman yang dapat menambah
kemampuan dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
khususnya hiperemesis gravidarum tingkat 1
4. Bagi Keluarga Pasien
Dapat memberikaninformasi pada ibu hamil agar dapat
sedini mungkin mengetahui penyakit yang akan menghambat
kehamilannya. Dan agar ibu tidak segan untuk memeriksakan
kehamilannya bila ada keluhan ke tenaga kesehatan terdekat untuk
mendapat penanganan lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Arisman 2012.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Arisman, M.B. 2011.Gizi Dalam Daur Kehidupan (Edisi 2). Jakarta: EGC

Cuningham,2013.Ilmu Kandungan. Jakarta :PT Bina Pustaka

Depkes RI, 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Jakarta

Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi
Offset.

Karwati. 2012. Gizi dalam kehamilan. Jakarta :PT Bina Pustaka

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan, Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan, Edisi
Pertama.Kerjasama WHO, Kemenkes RI, POGI, dan IBI.

Manuaba, IA, dkk. 2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:


EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta :PT Bina Pustaka.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.

Saminem. 2012. Kehamilan normal. Jakarta: EGC

Salmah.2013. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. Ilmu Gizi. 2013. Jakarta: Dian Rakyat.

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Yeyeh, Rukiyah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta: CV Trans


Info Media.

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
(Diakses tanggal 8 Juni 2015, Pukul : 16.00 wita).

Você também pode gostar