Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009). Mickley (1992)
menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan
dimensi agama. Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi
yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal.
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
b. Menemukan arti dan tujuan hidup.
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan diri sendiri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha Tinggi
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengambalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan tuhan
B. ETIOLOGI
Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang
yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa
yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua
mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama
anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya
diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar
pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga.
Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang
dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
C. Manifestasi
Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai
oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual.
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan
distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
Misalnya seorang istri mengatakan, Saya merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung. Biasanya klien
meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama
untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang
kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat
sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang
dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.
Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual.
Ada yang bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu
situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari keluarga
atau teman.
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan
perubahan fungsi spiritual.
D. MASALAH
Faktor Predisposisi Penyakit akut,
kronis, terminal
Distress spiritual
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan
spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada
yang menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat
membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang paling
besar adaalah bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan
timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini
adalah tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan tuhan
(Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah
yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka
pasien akanlebih membutuhkan dukungan spiritual.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling
memahami penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas utnuk merelakan dan
menemukan bersama makna penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna
dan tujuan hidup klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan
perawat member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan (clark et
al.1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran perawat
meliputi member I perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan
memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa kehadiran
dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat punggung dengan
penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati memposisikan klien tanpa
menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut dan bekerja bersama
klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke kursi.
Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan rasa percaya diri
dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan akan membantu menciptakan
kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan mencari seseorang untuk
memberikan arahan dan perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien:
1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.
2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien. Harapan
adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan untuk
mengahdapi segla tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien menemukan
hal-hal yang dapat diajdikan sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit terminal
mungkin berharap data menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup
setiap hari dengan penuh makna.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk
mampu mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai
kepercayaan klien dan mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap
penyembuhannya akan dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991).
Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi
klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat dapat memulai dari apa yang ingin
klien ketahui dan kemudian memberikan informasi terbaik untuk menghilangkan
ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
c. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991) mengetahui
bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di
rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi
perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh
klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien dan jaringan
pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat penting untuk
penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber penyembuhan. Sitem
pendukung member sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien.
Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual
kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk dedikasih diri yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi
kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang
maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat
komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang
untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet.
Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala
mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus
beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainya, seperti evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan
tembakau. Sebagai penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang
mengandung daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi
perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak
dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan untuk membawa
makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber
koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas
dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam
perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai
kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti
penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter dan
farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi
herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau
menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya,pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi
pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan
dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya dilakukan
setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika klien menanyakan tentang
aspek psikososial ini, perawat langsung dapat menjelaskan bahwa keyakinan spritual
seseorang juga merupakan bagian penting untuk memelihara kesehatan.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif. Dalam buku
ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven (1996) pada dasarnya,
informasi awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam
Craven &Hirnle (1996) mencakup 4 area, yaitu :
1) Konsep tentang tuhan atau ketuhanan
2) Sumber harapan dan kekuatan
3) Praktik agama dan ritual
4) Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan. Pertayaan yang dapat diajukan
perawat untuk memperoleh informasi tentang pola fungsi spritual klien antara lain ,
sebagai berikut :
a) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalm kehidupan anda ?
b) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ?
c) Apakah anda merasa kepercayaan ( agama ) membantu anda? Jika ya ? jelaskan
bagaimana dapat membantu anda ?
d) Apakah sakit ( atau kejadian penting lainnya yang pernah anda alami) telah mengubah
perasaan anda terhadap tuhan atau praktik kepercayaan yang anda anut ?
Fish dan shelly dalam Creven dan Hirnle (1996) juga menambahkan beberapa
pertanyaan yang bermanfaat untuk mengkaji data subjektif yaitu :
a) Mengapa anda berada di rumah sakit ?
b) Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara anda memandang kehidupan?
c) Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan anda dengan orang yang
paling berarti dalam kehidupan anda ?
d) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi cara anda melihat diri
sendiri ?
e) Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?
Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual anak, antara lain
sebagai berikut
1) Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan ?
2) Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa takut ( selain kepada
orang tua ?
3) Apakah kegemaran yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang merasa bahagia /gembira
?ketika sedang bersedih ?
4) Engkau tahu siapakah tuhan itu ? seperti apakah tuhan itu ?
2. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif dilakukan melalui melalui pengkajian
klinis yang meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal
dan lingkungan pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.
Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data objektif atau data
klinis
a) Afek dan sikap
1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi, apatis atau preokupasi ?
b) Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan ?
2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk
gangguan tidur lainnya , serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan
kemarahannya terhadap agama ?
c) Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka agama ?
3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiaan , kepedulian terhadap
arti kehidupan , konflik batin tentang kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan
dengan penguasa, pertanyaan tentang arti keberadaannya di dunia, arti penderitaan atau
implikasi terhadap nilai normal/etik?
d) Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien ?
2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan tenaga keperawatan ?
e) Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang lainnya ?
2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan ?
Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual adalah
sebagai berikut
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung
2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan /agama.
4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian
5. Klien yang akan dioperasi
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
7. Mengubah gaya hidup
8. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan
9. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama
10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual
11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan hukuman dari tuhan
12. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap tuhan
13. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan agama
14. Sedang mengadapi sakatul maut
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress Spiritual
a. Definisi
Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam, dan atau
kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri
b. Batasan Karakteristik
- Hubungan dengan diri sendiri
1) Marah
2) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
3) Mengungkapan kurangnya motivasi
4) Mengungkapakan kurang dapat memaafkan diri sendiri
5) Mengungkapkan kekurangan harapapan
6) Mengungkapkan kekurangan cinta
7) Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup
8) Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup
9) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (misalnya kedamain)
10) Merasa bersalah
11) Koping tidak efektif
- Hubungan dengan orang lain
1) Mengungkapkan rasa terasing
2) Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
3) Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
4) Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dengan sistem pendukung
- Hubungan dengan seni, musik, literature, alam
1) Tidak berminat pada alam
2) Tidak berminat membaca literature spiritual
3) Kertidakmampuan mengungkapkan kondisi krieatifitas sebelumnya (misalnya
menyanyi/mendengarkan music/menulis)
- Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri
1) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya
2) Mengungkapkan telah diabaikan
3) Mengungkapkan ketidakberdayaan
4) Mengungkapkan penderitaan
5) Ketidakmampuan berintrospeksi
6) Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
7) Ketidakmampuan berpartisipasi aktivitas keagamaan
8) Ketidakmampuan berdoa
9) Meminta menemui pemimpin keagamaan
10) Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual
c. Faktor yang berhubungan
1) Menjelang hajal
2) Ansietas
3) Sakit kronis
4) Kematian
5) Perubahan hidup
6) Kesepian
7) Nyeri
8) Keterasingan diri
9) Keterasingan sosial
10) Gangguan sosiolultural
2. Ansietas
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang
disebabkan oleh antisifasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghapdapi ancaman.
b. Batasan karakteristik
- Perilaku
1) Penurunan produktivitas
2) Gerakan yang irelevan
3) Gelisah
4) Melihat sepintas
5) Insomnia
6) Kontak mata yang buruk
7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
8) Agitasi
9) Mengintai
10) Tampak waspada
- Afektif
1) Gelisah
2) Kesedihan yang mendalam
3) Distress
4) Ketakutan
5) Perasaan tidak adekuat
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Peningkatan kewaspadaan iritabilitas
8) Gugup
9) Senang berlebihan
10) Rasa nyari yang meningkatkan ketidakberdayaan
11) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
12) Bingung
13) Menyesal
14) Ragu atau tidak peracaya diri
15) Khawatir
- Fisiologis
1) Wajah tegang
2) Tremor tangan
3) Peningkatan keringat
4) Peningkatan ketegangan
5) Gemetar
6) Tremor
7) Suara bergetar
- Simpatik
1) Anoreksia
2) Eksitasi kardiovaskular
3) Diare
4) Mulut kering
5) Wajah merah
6) Jantung berdebar-debar
7) Peningkatan tekanan darah
8) Peningkatan denyut nadi
9) Peningkatan refleks
10) Peningkatkan frekuensi pernapasan
11) Pupil melebar
12) Kesulitan bernafas
13) Vasokontriksi superficial
14) Kedutan pada otot
15) Lemah
- Parasimpatik
1) Nyeri abdomen
2) Penurunan tekanan darah
3) Penurunan denyut nadi
4) Diare
5) Vertigo
6) Letih
7) Mual
8) Gangguan tidur
9) Kesemutan pada ekstremitas
10) Sering berkemih
11) Anyang-anyangan
12) Dorongan sering berkemih
- Kognitif
1) Menyadari gejala fisiologis
2) Bloking pikiran
3) Konfusi
4) Penurunan lapang persepsi
5) Kesulitan berkonsentrasi
6) Penurunan kemampuan untuk belajar
7) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
8) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
9) Lupa
10) Gangguan perhatian
11) Khawatir
12) Melamun
13) Cenderung menyalahkan orang lain
c. Faktor yang berhubungan
- Perubahan dalam
1) Status ekonomi
2) Lingkungan
3) Status kesehatan
4) Pola interaksi
5) Fungsi peran
6) Status peran
a. Pemajanan toksin
b. Terkait keluarga
c. Heriditer
d. Infeksi atau kontaminan interpersonal
e. Krisis maturasi
f. Krisis situasional
g. Stress
h. Penyalahgunaan zat
i. Ancaman kematian
j. Ancaman pada:
1) Status ekonomi
2) Lingkungan
3) Status kesehatan
4) Pola interaksi
5) Fungsi peran
6) Status peran
7) Konsep diri
8) Konflik yang tidak disadari mengenal tujuan penting hidup
9) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
10) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
3. Ketidakefektifan Koping
A. Definisi
Ketidakmampuan untuk membentuk penilian valid tentang stressor, ketidakadekuatan
pilihan respons yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber
daya yang tersedia
B. Batasan Karakteristik
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Perilaku destruktif terhadap orang lain
d. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
e. Kesulitan mengorganisasi informasi
f. Letih
g. Angka penyakit yang tinggi
h. Ketidakmampuan memerhatikan informasi
i. Keidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
j. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
k. Pemecahan masalah yang tidak adkuat
l. Kurangnya perilaku yang berfocus pada pencapaian tujuan
m. Kurangnya resolusi masalah konsentrasi buruk mengungkapkan ketidakmampuan meminta
bantuan
n. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
o. Pengambilan risiko
p. Gangguan tidur
q. Penyalahgunaan zat
r. Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaftif
C. Factor yang berhubungan
a. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
b. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan
c. Perbedaan gender dalam strategi koping
d. Derajat ancaman yang tinggi
e. Ketidakmampuan untuk mengubah energy yang adaftif
f. Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan mengatasi masalah.
g. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
h. Ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap stressor
i. Sumber yang tersedia tidak adekuat
j. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
k. Krisis maturasi
l. Krisis situasi
m. Ragu
4. Keputusasaan
a. Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada sedikit atau
bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy
demi kepentingan sendiri.
b. Batasan Karakteristik
a. Menutup mata
b. Penurunan afek
c. Penurunan selera makan
d. Penurunan respon terhadap stimulus
e. Penurunan verbalisasi
f. Kurang inisiatif
g. Kurang keterlibatan dalam asuhan
h. Pasif
i. Mengangkat bahu sebagai respons terhadap yang mengajak bicara
j. Gangguan pola tidur
k. Meninggalkan orang yang mengajak bicara
l. Isyarat verbal (misalnya isi putus asa saya tidak dapat menghela nafas)
c. Faktor yang berhubungan
a. Diasingkan
b. Penurunan kondisi fisiologis
c. Stress jangka panjang
d. Kehilanagan kepercayaan pada kekuatan spirirtual
e. Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
f. Pembatasan aktivitas jangka panjang
g. Isolasi sosial
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tindakan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Distres Spiritual Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya 1.
keperawatan selama 3x24 indicator langsung Agar dapat
jam diharapkan pasien status spiritual mengetahui
menunjukkan kesehatan pasien bagaimana
spiritual dengan kriteria status spiritual
hasil : 2. Komunikasikan pasien
1. Mengungkapkan kebutuhan nutrisi 2.
tentang keyakinan, arti dengan ahli gizi Agar pasien dapat
hidup dan kedamaian 3. Buat peubahan terpenuhi status
diri yang diperlukan gizinya
2. Memahami bahwa segera untuk 3.
penyakit adalah sesuatu membantu Agar pasien
tantangan terhadap memenuhi mendapatkan
system keyakinan kebutuhan pasien kebutuhan
3. Memahami bahwa 4. Jaga privasi dan nutrisinya depat
terapi bertentangan beri waktu kepada cepat
dengan system pasien untuk
kepercayaan mengamati praktik 4.
4. Menunjukkan teknik keagamaan Agar mengurangi
koping untuk
kesalahpahama
menghadapi distress
n antara pasien
spiritual
dengan tim
5. Mengungkapkan
5. Terbuka terhadap medis sehingga
penerimaan terhadap
ungkapan pasien dapat
keterbatasan ikatan
tentang kesepian bekerjasama
budaya atau keagamaan
6. Mendiskusikan praktik dan dengan baik
dan keluhan spiritual ketidakberdayaan 5.
7. Pasien menjelang ajal 6. Ungkapkan empati Agar pasien dapat
akan : terhadap perasaan percaya dengan
a. Mengungkapkan klien tim medis
penerimaan atau
kesiapan 6.
menghadapi Agar pasien
kematian merasakan
b. Berbahagia dengan 7. Beri jaminan bahwa tim
hubungan kepada pasien medis juga
sebelumnya bahwa perawat dapat
c. Mengungkapkan selalu ada untuk merasakan apa
kasih sayang mendukung pasien yang dirasakan
terhadap orang saat pasien oleh pasien
terdekat merasakan 7.
penderitaan Agar pasientidak
8. Anjurkan merasa
kunjungan kesepian
pelayanan
keagamaan
9. Beri artikel
keagamaan yang
diinginkan 8.
Agar kebutuhan
spiritual pasien
terpenuhi
9.
Agar pasien juga
tetap
mempelajari
agamanya
Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan
JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu