Você está na página 1de 3

Artikel

TUGAS PPKN
MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

OLEH :
NAMA : SARI MAHARANI KARIM
NIS : 176144
KELAS : X MIPA 2

SMA NEGERI 3 WAJO


SENGKANG
2017
MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Dalam kehidupan kita, tidak lepas dari yang namanya agama. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, agama merupakan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kerukunan beragama dalam keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah menjadi
aset bangsa Indonesia yang harus terus tetap dijaga. Kita tahu bahwa agama masyarakat
Indonesia sangat beragam dan berbeda-beda. Di sisi lain, perbedaan adalah budaya Indonesia.
Kita lihat perbedaan agama sebagai kekayaan bangsa Indonesia dimana dengan perbedaan
tersebut, masyarakat dapat saling menghargai atau menghormati satu sama lain dan
memperkaya keimanan dan nilai keagamaannya masing-masing. Perbedaan tidak perlu kita
jadikan sebagai alasan adanya sebuah pertentangan yang dapat merusak kerukunan umat
beragama di Indonesia. Namun kita harus menganggap perbedaan itu sebagai satu dorongan
untuk menciptakan ruang lingkup yang aman, nyaman dan jauh dari pertentangan.
Sepanjang sejarah, perbedaan tersebut dapat diatasi karena kita memiliki alternatif
untuk mempersatukan perbedaan tersebut dengan mengacu pada Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 dengan berbagai tatanan yang sistematis dan terinci di dalamnya. Pancasila
merupakan dasar negara yang mengatur tentang beragama seperti pada sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari sila pertama tersebut, kita tahu bahwa kita berhak memeluk
agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Selain itu, perbedaan keyakinan juga diatur
dalam UUD 1945 BAB XI AGAMA yaitu tepatnya pasal 29 ayat 1 Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaan itu. Ketetapan MPR No.IV tahun 1999 tentang GBNH, UU No.1/PNPS/1965
tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama, Surat Edaran Menteri
Agama RI No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan peringatan hari besar keagamaan dan
masih banyak lagi yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum yang mengatur tentang agama.
Dilihat dari dasar hukum di atas, kita tahu bahwa negara Indonesia membebaskan
masyarakatnya untuk memilih agamanya masing-masing tanpa ada unsur paksaan dari
Pemerintah, karena hal tersebut merupakan hak kita masing-masing sebagai warga negara
Indonesia. Oleh karena itu kecil kemungkinan warga negara Indonesia tidak memiliki agama,
kaena hal tersebut sudah jelas ada dalam dasar negara kita sendiri, yaitu Pancasila.
Upaya mewujudkan kerukunan hidup beragama tidak terlepas dari faktor penghambat
dan penunjang. Faktor penghambat kerukunan hidup beragama selain warisan politik penjajah
juga fanatisme dangkal, sikap kurang bersahabat, cara-cara agresif dalam dakwah agama yang
ditujukan kepada orang yang telah beragama, pendirian tempat ibadah tanpa mengindahkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan pengaburan nilai-nilai ajaran agama antara
suatu agama dengan agama lain, juga karena munculnya berbagai sekte dan faham keagamaan
serta kurangnya memahami ajaran agama dan peraturan Pemerintah dalam hal kehidupan
beragama.
Faktor-faktor pendukung dalam upaya kerukunan hidup beragama antara lain adanya
sifat bangsa Indonesia yang religius, adanya nilai-nilai luhur budaya yang telah berakar dalam
masyarakat seperti gotong royong, saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya, kerjasama di kalangan intern umat beragama, antar umat beragama
dan antara umat beragama dengan Pemerintah. Dari segi Pemerintah, upaya pembinaan
kerukunan hidup beragama telah dimulai sejak tahun 1965, dengan ditetapkannya Penpres
Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama yang
kemudian dikukuhkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969. Pada zamam
pemerintahan Orde Baru, Pemerintah senantiasa memprakarsai berbagai kegiatan guna
mengatasi ketegangan dalam kehidupan beragama, agar kerukunan hidup beragama selalu
dapat tercipta, demi persatuan dan kesatuan bangsa serta pembangunan. Pada tanggal 30
November 1967 Pemerintah menyelenggarakan suatu Musyawarah Antar Agama di Jakarta,
dengan tujuan untuk menyepakati adanya Piagam tentang penyebaran agama serta upaya untuk
membentuk Badan Konsultasi Agama, kearifan lokal yang dimiliki Indonesia. Di Negara lain
kita tidak akan menemukan lokal wisdom yang sehebat di Indonesia.
Kerukunan beragama bukan merupakan kebutuhan atau tuntutan dari Pemerintah.
Tetapi merupakan kewajiban, yang lebih luasnya mengenai kemanusiaan. Karena hidup rukun
dan damai adalah kewajiban kemanusiaan dari diri setiap orang. Oleh sebab itu, orang yang
tidak menghargai atau tidak toleransi antar umat beragama berarti dia menolak kemanusiaan.
Berdasarkan Pacasila kita harus memiliki agama yang pasti. Oleh karena itu bangunlah
kehidupan beragama dengan kerukunan dan kedamaian antar umat beragama. Kerukunan
beragama bertujuan untuk menciptakan interaksi sosial yang baik dan merupakan kepentingan
negara dalam mewujudkan negara yang aman, damai dan nyaman.

Você também pode gostar