Você está na página 1de 20

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

SISTEM SARAF OTONOM

Dipersiapkan dan disusun oleh


Khalifah Maryam N.
150201500092

Telah dipertahankan di asisten pendamping


Pada tanggal November 2016

Telah disetujui oleh :

Asisten pendamping

Zulfa Kadir, S.Farm Tanggal November 2016


(Nama Asisten)
LAPORAN PRATIKUM

SISTEM SARAF OTONOM

Khalifah Maryam N.1, Zulfa Kadir, S.Farm2

1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI
2
Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, UMI

Email : kmnahumarury@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan
tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom
bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom
juga disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran.
Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung,
pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara
umu, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis.
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari kemampuan
obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan
fisiologi, resorpsi dan nasipnya didalam organisme hidup. Untuk menyelidiki semua
interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaan pada
pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup
beberapa bagian yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetik dan
farmakodinamika, toksikologi dan farmakoterapi.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat
dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
(sola dosis facit venenum yang artinya hanya dosis membuat racun.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu
mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Dua perangkat
neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen atau
sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke
sistem saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima
impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke
sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi menjadi dua
cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem saraf ini
bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan
agar tercapainya homeostatis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau
menekan.
Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat hubungannya dengan
farmakologi dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat
yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom itu sendiri.
Tujuan Pratikum : untuk menentukan efek farmakodinamik dari obat pada hewan
coba mencit dengan parameter pengamatan berupa grooming, saliva, vasokontriksi,
vasodilatasi, takikardia, bradikardia, straub,piloereksi dan diare,
Metode : penelitian ini menggunakan 10 ekor mencit dibagi dalam 5 kelempok,
dimana masing-masing kelompok menggunakan 2 mencit. Kelompok 1 diberi obat
cendocarpin secara I.p , kelompok 2 diberi obat cendotropin secara i.p, kelompok 3
diberi obat cendocarpin dan cendotropin , dan kelompok 4 diberi epinefrin secara
1.p. sedangkan pada kelompok 5 di beri obat propanolol secara oral. Kemidian
dilanjutkan dengan pemberian epinefrin secara i.p. pengamatan dilakukan pada menit
15, 30, 60, dan 90 dan setelah diberikan obat pengamatan meliputi pupil mata, diare,
tremor, kejang, wrna daun telinga gromming dan sebagainya.
Kesimpulan : Sesuai pengamatan pada kelompok 1 dengan sampel obat cendocarpin
efek yang didapatkan hewan coba (mencit) ketika disuntikkan sampel obat yaitu Pada
menit 15 mencit mengalami vasokontriksi, dan taki kardia, Pada menit 30 terdapat
efek groming,. Pada menit ke 60 mencit mengalami miosis, vasokontrriksi,
piolereksi, tak kardiadan bradikardia.
Kata Kunci : Sistem otonom, simpatis dan parasimpatis, epinefrin.
PENDAHULUAN
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari kemampuan
obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan
fisiologi, resorpsi dan nasipnya didalam organisme hidup. Untuk menyelidiki semua
interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaan pada
pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup
beberapa bagian yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetik dan
farmakodinamika, toksikologi dan farmakoterapi.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat
dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
(sola dosis facit venenum yang artinya hanya dosis membuat racun.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu
mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Dua perangkat
neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen atau
sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke
sistem saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima
impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke
sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi menjadi dua
cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem saraf ini
bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan
agar tercapainya homeostatis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau
menekan.Dimana kedua system saraf ini bekerja pada organ-organ yang sama tetapi
menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya homeostatis (keseimbangan).
Kerja obat-obat pada system saraf simpatis dan system parasimpatis dapat
berupa respon yang merangsang atau menekan.
Dalam dunia farmasi sangat erat hubungannya dengan farmakologi toksikologi
karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat.
Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat hubungannya dengan
farmakologi dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat
yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari susunan saraf
tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf
otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh
darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya sistem saraf otonom
dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatik dan parasimpatik. Kedua sistem ini bekerja
secara berlawanan dalam mengendalikan kinerja suatu organ tubuh. Berikut akan
diberikan perbedaan antara saraf simpatik dan parasimpatik (Giri wiarto; 2014).
Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur fungsi
visceral tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi
gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas
lain. Karakteristik utama dari sistem saraf otonom adalah kemampuan memengaruhi
yang sangat cepat (misalnya: dalam beberapa detik saja denyut jantung dapat
meningkat hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam
belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik,
juga pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan sistem saraf otonom tepat
untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis dengan mengingat gangguan
terhadap homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan
demikian, sistem saraf otonom merupakan komponen dari refleks visceral (Pearce,
2002).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
eksternal dipantau dan diatur (Sloane, 2004).
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi
yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf otonom
mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan
alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatik dan
parasimpatik. Kedua sistem ini bekerja secara berlawanan dalam mengendalikan kinerja
suatu organ tubuh. Berikut akan diberikan perbedaan antara saraf simpatik dan parasimpatik
(Giri wiarto; 2014).
Organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan
saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan eksternal dipantau dan
diatur (Sloane, 2004).
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari susunan saraf
tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf
otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh
darah, jantung dan alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatik
dan parasimpatik. Kedua sistem ini bekerja secara berlawanan dalam mengendalikan
kinerja suatu organ tubuh. Berikut akan diberikan perbedaan antara saraf simpatik
dan parasimpatik (Giri wiarto; 2014):
a. Saraf simpatik
1. Melebarkan pupil mata
2. Menghambatsekresikelenjarludah
3. Mempercepatdenyutjantung
4. Menghambataktivitaslambungdanusus
5. Menghambataktivitaspankreas
6. Merangsang pelepasan glukosa dan menghambat kantung empedu
7. Menghambatpengosongankantungkemih
8. Meningkatkanejakulasidankontraksi vagina
b. Saraf parasimpatik
1. Menyempitkan pupil mata
2. Merangsangkelenjarludah
3. Memperlambatdenyutjantung
4. Merangsangaktivitaslambungdanusus
5. Merangsangaktivitaspankreas
6. Merangsangkantungempedu
7. Meningkatkanpengosongankantungkemih
8. Meningkatkanereksi genitalia
Berdasarkan macam-macam saraf otonom tersebut, maka obat berkhasiat pada
sistem saraf otonom digolongkan menjadi :
a. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatik, yang diantaranya sebagai berikut:
1. Simpatomimetik atau adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan
dari saraf simpatik (oleh noradrenalin). Contohnya, efedrin, isoprenalin, dan
lain-lain.
2. Simpatolitik atau adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf
parasimpatik ditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya alkaloida
sekale, propanolol, dan lain-lain.
b. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatis antara lain adalah:
1. Parasimpatomimetik atau kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan
dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan
phisostigmin.
2. Parasimpatolitik atau antikolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf
parasimpatik ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida
belladonna (Pearce, 2002).
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah
kemampuan menaggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu (Giri wiarto; 2014):
a. reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indra.
b. Konduktor (penghantar impuls), dilakukan oleh sitem saraf itu sendiri. Sistem
saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
c. Efektor, dalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling
penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi
rangsangan yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menanggapi rangsang
dengan meningkatkan/menurunkan aktivitas organ tubuh tertentu. Misalnya
mempercepat/memperlambat denyut jantung, melebarkan atau menyempitkan
pembuluh darah dan lain sebagainya.
Sistem saraf kita terdiri dari dua kelompok yakni Susunan Saraf Pusat (SSP)
yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, dan Sistem Saraf Perifer dengan
saraf-saraf yang secara langsung atau tak langsung ada hubungannya dengan SSP.
Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua bagian, yaitu Susunan Saraf Motoris yang
bekerja sekehendak kita, misalnya otot-otot lurik (kaki, tangan, dan sebagainya) serta
Susunan Saraf Otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri (Tjay dan
Rahardja, 2002: 450).
Perjalanan SSO dimulai dari persarafan sistem saraf pusat (selanjutnya disebut
SSP). Neuron orde pertama berada di SSP, baik di sisi lateral medulla spinalis
maupun di batang otak. Akson neuron orde pertama ini disebut dengan serabut
preganglion (preganglionic fiber). Serabut ini bersinaps dengan badan sel neuron
orde kedua yang terletak di dalam ganglion. Serabut pascaganglion menangkap sinyal
dari serabut preganglion melalui neurotransmiter yang dilepaskan oleh serabut
preganglion. Seperti yang telah diketahui, ganglion merupakan kumpulan badan sel
yang terletak di luar SSP. Akson neuron orde kedua, yang disebut dengan serabut
pascaganglion (postganglionic fiber) muncul dari ganglion menuju organ yang akan
diinervasi. Organ efektor menerima impuls melalui pelepasan neurotransmiter oleh
serabut pascaganglion. Kecuali untuk medulla adrenal, baik sistem saraf simpatis dan
parasimpatis mengikuti pola seperti yang telah dijelaskan di atas (Regar, 2010).
Didalam sistem saraf otonom terdapat obat otonom. Obat otonom adalah obat
yang bekerja pada berbagai bagaian susunan saraf otonom, mulai dari sel saraf
sampai dengan sel efektor. Banyak obat dapat mempengaruhi organ otonom, tetapi
obat otonom mempengaruhinya secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Obat-
obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf otonom
dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau penguraian
neurohormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor spesifik (Pearce, 2002).
Berdasarkan macam-macam saraf otonom tersebut, maka obat berkhasiat pada
sistem saraf otonom digolongkan menjadi :
1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatik, yang diantaranya sebagai berikut :

a. Simpatomimetik atau adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan
dari saraf simpatik (oleh noradrenalin). Contohnya, efedrin, isoprenalin, dan
lain-lain.
b. Simpatolitik atau adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf
parasimpatik ditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya alkaloida
sekale, propanolol, dan lain-lain.
2. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatik, yang diantaranya sebagai
berikut
a. Parasimpatomimetik atau kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan
dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan
phisostigmin
b. Parasimpatolitik atau antikolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf
parasimpatik ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida
belladonna (Pearce, 2002).
Obat adrenergik merupakan obat yang memiliki efek yang ditimbulkankannya
mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitor epinefrin (yang
disebut adrenalin) dari susunan sistem saraf sistematis. Kerja obat adrenergik dapat
dibagi dalam 7 jenis :
a. Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa dan
terhadap kelenjar liur dan keringat
b. Penghambat perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot
rangka
c. Perangsang jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi
d. Perangsang Sistem saluran pernapasan
e. Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenilisis dihati dan otot dan pelepasan
asam lemak bebas dari jaringan lemak
f. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, rennin dan hormon
hipofisis
g. Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitor (Mycek, 2001).
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena
melepaskan neurohormonasetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya. Tugas utama
SP adalah mengumpulkan energi darimakanan dan menghambat penggunaannya,
singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SPdirangsang, timbullah sejumlah efek
yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting
seperti: stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi
kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, memperkuat
sirkulasi,antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan darah,memperlambat pernafasan, antara lain dengan menciutkan
bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekananintraokuler akibat lancarnya
pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter denganefek memperlancar
pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekanSSP setelah
pada permulaan menstimulasinya, dan lain-lain. (Tan dan Rahardja, 2002).
Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi
antara lain saraf-saraf dan ganglia (majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf)
yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung,
usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah otot
jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan). Dengan
demikin, sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya adalah
mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan,
dan peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).
Susunan Saraf Otonom (SSO) dapat dipecah lagi dalam dua cabang yaitu
Susunan (Ortho) Simpatik (SO) dan Susunan Parasimpatik (SP). Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja antagonis: bila suatu sistem
merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya justru menstimulasinya. Tetapi, dalam
beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali bahkan bersifat sinergis (Tjay dan
Rahardja, 2002: 450).
Susunan saraf motoris mengatur otot-otot lurik dengan impuls listrik
(rangsangan) yang secara langsung dikirim dari SSP melalui saraf motoris ke otot
tersebut (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).
Pada susunan saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan (efektor, organ
ujung) secara tak langsung. Saraf otonom di beberapa tempat terkumpul di sel-sel
ganglion, dimana terdapat sinaps, yaitu sela di antara dua neuron (sel saraf). Saraf
yang meneruskan impuls dari SSP ke ganglia dinamakan neuron preganglioner,
sedangkan saraf antara ganglia dan organ ujung disebut neuron post-ganglioner.
Impuls dari SSP dalam sinaps dialihkan dari satu neuron kepada yang lain secara
kimiawi dengan jalan neurotransmitter (juga disebut neurohormon). Bila dalam suatu
neuron impuls tiba di sinaps, maka pada saat itu juga neuron tersebut membebaskan
suatu neurohormon di ujungnya, yang melintasi sinaps dan merangsang neuron
berikutnya. Pada sinaps yang berikut dibebaskan pula neurohormon dan seterusnya
hingga impuls tiba di organ efektor (Tjay dan Rahardja, 2002).
Saraf kolinergik. Semua neuron preganglioner, baik dari SO maupun dari SP,
menghasilkan neurohormon asetilkolin, begitu pula neuron post-ganglioner dari SP.
Saraf-saraf ini disebut saraf kolihnergik. Asetilkolin (ACh) merupakan transmitter
pula untuk saraf motoris pada penerusan impuls ke otot-otot lurik (Tjay dan Rahardja,
2002).
Saraf adrenergik. Sebaliknya, neuron post-ganglioner dari SO meneruskan
impuls dari SSP dengan melepaskan neurohormon adrealin da atau non-adrenalin
(NA) pada ujungnya. Neuron ini dinamakan saraf adrenergik. Adrenalin juga
dihasilkan oleh bagian dalam (medulla) dari anak ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).
Guna menghindari kumulasi neurohormon dan terangsangnya saraf secara
kontinu, maka terdapat suatu mekanisme inaktivasi. Setelah meneruskan implus,
transmitter diuraikan oleh enzim yang terdapat dalam darah dan jaringan. Asetilkolin
diuraikan oleh sepasang enzim koinesterase. Non-adrenalin dalam darah mengalami
metilasi oleh metiltransferase (COMT) dan deaminasi oleh monoamin-oksidase
(MAO) dalam hati serta di jung neuron (setelah diresorpsi kembali). Enzim MAO ini
juga bertanggung jawab atas penguraian neurohormon lain dari kelompok kimiawi
catecholamin yang aktif dalam SSP, misalnya serotonin dan dopamin (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi penerusan
impuls dalam susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan, atau penguraian neurotransmitter atau mempengaruhi kerjanya atas atas
reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ,
jantung, dan kelenjardopamin (Tjay dan Rahardja, 2002).
Menurut khasiatnya obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Zat-zat yang bekerja terhadap SO, yakni:
a. Simpatomimetika (adrenergika), yang meniru efek dan perangsangan SO oleh
misalnya non-adrenalin, efedrin, isoprenalin, dan amfetamin.
b. Simpatolitika (adrenolitika), yang justru menekan saraf simpatik atau melawan
efek adrenergika, umpamanya alkaloida sekale dan propranolol.
2. Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:
a. Parasipatomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang
dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan dengan asetilkolin,
misalnya pilokarpin dan fisostigmin.
b. Parasimpatolitika (antikolinergika) yang justru melawan efek-efek
parasimpatomimetika, misalnya alkaloida belladona, propantelin, dan
mepenzolat.
3. Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel
ganglionik simpatik dan parasimpatik. Efek perintangan ini dampaknya luas,
antara lain vasodilatasi karena blokade susunan simpatik dopamin (Tjay dan
Rahardja, 2002).
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu spoit injeksi 1 mL, kandang
mencit, kanula, stopwatch, dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alkohol, atropin sulfat
(cendotropin), cendocarpin, epinefrin, Na-CMC, dan propanolol.
Prosedur Kerja
Pemilihan dan penyiapan hewan uji
Sebanyak 5 ekor mencit (Mus Musculus) yang telah disiapkan kemudian
dibagi dalam 5 kelompok, masing kelompok terdiri dari 1 hewan coba, adapun
pembagian kelompoknya sebagai berikut :
1. Kelompok 1 Cendotropine (i.p)
2. Kelompok 2 Cendocarpine (i.p)
3. Kelompok 3 Epinefrin (i.p)
4. Kelompok 4 Epinefrin (i.p) + Na-CMC (oral)
5. Kelompok 5 Propanolol (oral)
Perlakuan terhadap hewan uji
Hewan uji mencit (mus musculus) dikeluarkan dari kandang, kemudian
dihitung berat badan dan volume pemberian pada masing-masing mencit, kemudian
diberi tanda pada bagian tubuh mencit (ekor dan bagian leher mencit). Setelah itu,
mencit dipegang pada bagian ekornya dan bagian leher belakang dengan ibu jari dan
jari telunjuk agar mencit lebih mudah diinjeksi. Mencit diusap-usap kepalanya
terlebih dahulu agar tidak stress ketika diberi perlakuan. Sebelum mencit diberi
perlakuan, mencit dipuasakan sehari terlebih dahulu agar berat badan yang sudah
ditimbang tidak berubah.
1. Pemberian Cendotropine (i.p)
Kelompok 1 mendapat sampel Cendotropine yang disuntikan kepada hewan
coba secara (i.p) atau pada bagian bawah perut. Pertama hewan coba disiapkan.
Padapraktikum ini hewan coba yang digunakan yaitu 2 ekor mencit yang sudah di
berita dengan berat yang berbeda.Lalu dihitung volume pemberiannya (Vp)
dengan membagikan antara berat mencit yang telah ditimbang dengan berat
maksimal mencit dan dikali dengan volume pemberian maksimal dari mencit.
Kemudian Kedua mencit disuntikkan dengan cairan Cendrotropine. Lalu amati
perlakuan dari mencit.
2. Pemberian Cendocarpine (i.p)
Kelompok 2 mendapat sampel Cendocarpine yang diberikan kepada hewan
coba dalam hal ini yaitu mencit dengan cara disuntikkan pada bagian bawah perut.
Disiapkan hewan coba yang sudah diberi tanda dengan masing-masing berat yang
berbeda. Dihitung volume pemberian atau Vp dengan membagikan antara berat
mencit yang telah ditimbang dengan berat maksimal mencit lalu dikali volume
pemberian mencit. Lalu mencit di suntikan secara i.p lalu diamati perlakuan dari
mencit tersebut.
3. Pemberian Epinefrin (i.p)
Pada kelompok 3 hewan coba (mencit) diberikan Epinefrin (i.p). Mula-mula
hewan coba dihitung volume pemberian dengan membagikan antara berat mencit
yang ditimbang dengan berat maksimal mencit dan dikali dengan volume
pemberian maksimal mencit sehingga didapatkan vp dari mencit yang beratnya 20
gr adalah 3,3 ml. Dengan itu, maka hewan coba akan diinduksi Epinefrin 3,3 ml.
Setelah itu diamati hewan coba (mencit).
4. Pemberian Epinefrin (i.p) dan Na-CMC (oral)
Pada kelompok 4 hewancoba (mencit) diberikan Epinefrindan Na-CMC.
Mula-mula hewan coba dihitung volume pemberian dengan membagikan antara
berat mencit yang ditimbang dengan berat maksimal mencit dan dikali dengan
volume pemberian maksimal mencit. Kemudian menit disuntikkan cairan
Epinefrin dan Na-CMC diberikkan seara oral.
5. Pemberian Propanolol (oral)
Dan untukkelompok 5 hewancoba (mencit) diinduksi kan propanolol yang
diberikan secara oral atau cairan diberikan melalui mulut. Dihitung volume
pemberian dengan membagikan antara berat yang ditimbang dengan berat
maksimal mencit dan dikali dengan volume pemberian maksimal dari mencit.
Setelahdiberikancairan propranolol, hewan coba diamati.
Analisis Data
Data penelitian yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian dianalisis secara
statistic berdasarkan analisis uji obat yang dilakukan pada masing-masing kelompok.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pengujian dilakukan adalah miosis,
midriasis, diare, tremor, vasodilatasi, vasokontrksi, grooming, piloereksi, takikarda,
bradikardia dan saliva. Sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan yaitu pada
menit ke 15, 30, 60 dan 90.
Tabel Pengamatan
Kelompok III (Epinefrin secara i.p )
Tabel pengamatan
Berat badan mencit = 20 gram
Vp mencit = 3,3 ml

BB Pengamatan pada menit


.Perlakuan
15 30 60 90
Obat Epinefrin - - - - - - - -
Miosis - - - - - - - -
Midriasis + - + - - - - -
Diare - - - - - - - -
Tremor - - - - - - - -
Vasodilatasi 20 - - - - - - - -
Vasokontriksi gram - - + - + - - -
Grooming - - - - - - - -
Piloereksi - - + - - - - -
Takikardia + - + - - - - -
Brakikardia - - - - - - - -
Saliva - - - - - - - -

PEMBAHASAN
Praktikum farmakologi kali ini mengenai obat sistem syaraf otonom atau obat
kolinergik, dimana dilakukan pengujian terhadap pengaruh aktivitas obat-obat sistem
syaraf otonom pada mencit. Syaraf otonom atau dapat disebut juga sebagai sistem
saraf tak sadar merupakan syaraf-syaraf yang bekerja tanpa disadari atau bekerja
secara otomatis tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada
sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom ini terdiri dari neuron-neuron motorik
yang mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal,
kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan dan otot polos pembuluh darah. (Tjay
dan Rahardja, 2002: 452).
Sistem saraf otonom, juga disebut sistem saraf vegetatif, meliputi antara lain
saraf-saraf dan ganglia yang merupakan persarafan ke semua otot polos dari berbagai
organ (lambung, usus, pembuluh darah). Termasuk dalam kelompok ini adalah
beberapa kelenjar dan juga otot jantung, yang sebagai pengecualian bukan me-
rupakan otot polos, tetapi otot lurik. Dengan demikian, sistem saraf otonom tersebar
luas di seluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otomatis unsur-unsur
fisiologis yang konstan, seperti suhu badan, tekanan dan peredaran darah, serta
pernafasan.
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat di kendalikan oleh
kemauan kita melalui otak. Dibagikan menjadi dua yaitu sistem saraf simpatik dan
parasimpatik. Obat-obat yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan cara
menyerupai atau mengubah fungsi system saraf otonom disebut obat-obat otonom.
Obat-obat otonom ini bekerja dengan cara merangsang bagian system saraf otonom
atau kerja system saraf ini.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga
disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran (Giri wiarto; 2014).
SSO dapat dipecah lagi dalam dua cabang, yaitu sistem simpatis dan sistem
parasimpatis. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja
antagonistis: bila satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya justru
menstimulasinya. Tetapi, dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau
bahkan bersifat sinergistik.
Epinefrin adalah salah satu dari empat katekolamin yang sering digunakan
dalam terapi. Epinefrin disintesis dari tirosin dalam medula adrenal dan dilepaskan,
bersama dengan sejumlah kecil norepinefrin, ke dalam darah. Epinefrin berinteraksi
dengan reseptor maupun (vasodilatasi) pada sistem vascular mendominasi,
sedangkan efek (vasokontriksi) paling kuat pada dosis tinggi.
Efedrin adalah salah satu obat yang masuk dalam golongan agonis adrenergik
kerja langsung. Agonis kerja-langsung berikatan dengan reseptor adrenergic tanpa
berinteraksi dengan neuron prasinaps. Reseptor yang teraktifkan memiu sintesis
pembawa pesan kedua dan sinyal-sinyal intraseluler yang timbul setelahnya.
Obat yang digunakan dalam praktium ini yaitu Epinefrin efek
farmakodinamiknya yaitu pada menit ke 15 terjadi midriasis, vasokontriksi dan
takikardia. Pada menit ke 30 terjadi midriasis, vasokontriksi, piloereksi dan
takikardia. Epinefrin termasuk golongan obat simpatomimetik, efek farmakodinamik-
nya terhadap sistem saraf dan organ tubuh ada dua macam tergantung reseptornya.
Obat ini bekerja secara langsung berikatan dengan reseptor sehingga memberikan
efek seperti efek farmakodinamik dari system saraf simpatis.
Pengujian efek terapi obat epinefrin dengan parameter waktu diberikan secara
intraperitonial. Sebelum perlakuan, hewan uji dipuasakan 1x24 jam hal ini agar berat
badan mencit yang telah ditimbang tidak berubah.
Pemberian obat secara intra peritorial dilakukan dengan menyutikkan pada
daerah abdomen sampai agak menepi dari garis tengah dengan volume 1 ml. Mencit
dipegang jarum disuntikkan dari abdomen yaitu pada daerah yang menepi dari garis
tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya
tidak terkena penyutikkan pada hati. Pemberian obat secara intraperitorial dilakukan
pada rongga perut. IP serng digunakan pada hewan daripada manusia. Pada hewan,
injeksi IP digunakan terutama dalam pengujian hewan untuk pemberian obat sistemik
dan cairan karena kemudahan administrasi parenteral dibandingkan dengan metode
lainnya.
Dengan menginjeksikan obat cendotropin pada hewan coba, perangsangan
yang tampak adalah telinga hewan coba pucat karena vasokontriksi. Demikian pula
efek terhadap kelenjar eksokrin lain seperti air liur, air mata, keringat maupun air
kemih, harus lebih cermat mengamatinya dan membandingkan dengan kontrol.
Efek-efek farmakodinamik yang terjadi pada hewan coba tersebut
menunjukan hasil yang sama dengan literatur bahwa obat epinefrin termasuk
golongan obat simpatomimetik (agonis adrenergik) yaitu kerja langsung
KESIMPULAN
Sesuai pengamatan pada kelompok 3 dengan sampel obat epinefrin efek yang
didapatkan hewan coba (mencit) ketika disuntikkan sampel obat yaitu pada menit 15
terjadi midriasis, vasokontriksi dan takikardia. Pada menit ke 30 terjadi midriasis,
vasokontriksi, piloereksi dan takikardia.mencit mengalami vasokontriksi, dan taki
kardia, Pada menit 30 terdapat efek groming,. Pada menit ke 60 mencit mengalami
miosis, vasokontrriksi, piolereksi, tak kardiadan bradikardia.

DAFTAR PUSTAKA

Mycek, Mary. J. dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya
medika.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Kompoitindo Gramedia

Judha Muhammad, Rizky Irwanto, dan Listyana Natalia Rutnaningsih. 2012.


Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Gosyen Publishing. P 40

Malole, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Laboratorium.


Bogor: IPB Dirjen Pendidikan Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

Syaifuddin. 2013. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika. P 359-360

Sarpini, Rusbandi. 2014. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: In Media.
P 115-121

Wiarto, Giri. 2014. Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Gosyen


publishing. P 112, 114.
Mycek, J. M. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi ke-2. PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta.

Wiarto, giri. 2014. Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Gosyen


publishing.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC

LAMPIRAN

Siapkan alat dan bahan dan hewan coba

Kelompok 1 Cendotropine (i.p)


Kelompok 2 Cendocarpine (i.p)
Kelompok 3 Epinefrin (i.p)
Kelompok 4 Epinefrin (i.p) + Na-CMC (oral)
Kelompok 5 Propanolol (oral)

Amati perubahanyang terjadi


(pupil mata, diare, tremor, kejang, wrna daun telinga gromming dll.)

Você também pode gostar

  • Spektroskopi
    Spektroskopi
    Documento15 páginas
    Spektroskopi
    AchmadShandy
    Ainda não há avaliações
  • Hemoglobin
    Hemoglobin
    Documento10 páginas
    Hemoglobin
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Hematokrit (HT) Darah
    Hematokrit (HT) Darah
    Documento15 páginas
    Hematokrit (HT) Darah
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Spektroskopi UV-vis
    Spektroskopi UV-vis
    Documento68 páginas
    Spektroskopi UV-vis
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • BPJS
    BPJS
    Documento2 páginas
    BPJS
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • BPJS
    BPJS
    Documento2 páginas
    BPJS
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • BPJS
    BPJS
    Documento16 páginas
    BPJS
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Diuretik
    Diuretik
    Documento14 páginas
    Diuretik
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Artikel Tentang Bawang Merah
    Artikel Tentang Bawang Merah
    Documento8 páginas
    Artikel Tentang Bawang Merah
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Reseptor β1-β3
    Reseptor β1-β3
    Documento3 páginas
    Reseptor β1-β3
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • 1 Kardiovaskular
    1 Kardiovaskular
    Documento13 páginas
    1 Kardiovaskular
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • BPJS
    BPJS
    Documento2 páginas
    BPJS
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Maternitas SC (Sectio Caesarea)
    Asuhan Keperawatan Maternitas SC (Sectio Caesarea)
    Documento24 páginas
    Asuhan Keperawatan Maternitas SC (Sectio Caesarea)
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Hemoglobin
    Hemoglobin
    Documento10 páginas
    Hemoglobin
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Hadis Antikanker
    Hadis Antikanker
    Documento11 páginas
    Hadis Antikanker
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Anxiety Farter 1
    Anxiety Farter 1
    Documento20 páginas
    Anxiety Farter 1
    Ahmad moel
    Ainda não há avaliações
  • Modul 1 Radiasi Elektromagnetik Dan Interaksinya Dengan Materi
    Modul 1 Radiasi Elektromagnetik Dan Interaksinya Dengan Materi
    Documento5 páginas
    Modul 1 Radiasi Elektromagnetik Dan Interaksinya Dengan Materi
    ApepNurdiyan
    100% (1)
  • SAP Basic Life Skills 1
    SAP Basic Life Skills 1
    Documento17 páginas
    SAP Basic Life Skills 1
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Anxiety Farter 1
    Anxiety Farter 1
    Documento20 páginas
    Anxiety Farter 1
    Ahmad moel
    Ainda não há avaliações
  • Uji Sensitivitas FD
    Uji Sensitivitas FD
    Documento13 páginas
    Uji Sensitivitas FD
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • 819 Asma
    819 Asma
    Documento6 páginas
    819 Asma
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Reaksi Karbohidrat
    Reaksi Karbohidrat
    Documento1 página
    Reaksi Karbohidrat
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Analisis AntiMO Bahan Alamm
    Analisis AntiMO Bahan Alamm
    Documento19 páginas
    Analisis AntiMO Bahan Alamm
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Farmakoepi
    Tugas Farmakoepi
    Documento3 páginas
    Tugas Farmakoepi
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Senyawa Aromatik Dan Turunannya
    Senyawa Aromatik Dan Turunannya
    Documento13 páginas
    Senyawa Aromatik Dan Turunannya
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Ekstraksi
    Laporan Ekstraksi
    Documento24 páginas
    Laporan Ekstraksi
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Asam Salisilat
    Laporan Asam Salisilat
    Documento21 páginas
    Laporan Asam Salisilat
    Khalifah Nahumarury
    100% (1)
  • Laporan Ekstraksi
    Laporan Ekstraksi
    Documento27 páginas
    Laporan Ekstraksi
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Tugas PPT Instrumen
    Tugas PPT Instrumen
    Documento13 páginas
    Tugas PPT Instrumen
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações
  • Laporan BLSLT Iiss
    Laporan BLSLT Iiss
    Documento27 páginas
    Laporan BLSLT Iiss
    Khalifah Nahumarury
    Ainda não há avaliações