Você está na página 1de 5

Dwibahasa dan Multilingualisme dalam Karya Sastra Indonesia

Oleh Viona Widya Anugrahani / 5213415006


Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Sastra Indonesia tumbuh dan berkembang dari budaya Indonesia yang


beraneka ragam. Oleh karena itu, keberadaan sastra di Indonesia pun beraneka
ragam, mulai keragaman genre sastra, hingga ke masalah sosial, politik, dan
budaya etnik. Keberagaman genre sastra tersebut juga menyebabkan keberagaman
dalam hal tokoh yang ditampilkan, gaya bahasa, serta masalah sosial, politik, dan
budaya etnik dari sastrawan yang menuliskan karya tersebut. Bahasa Indonesia
merupakan sarana utama pengucapan Sastra Indonesia. Namun, bagi sebagaian
besar pengarang sastra Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua,
setelah bahasa daerahnya. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam karya
sastra yang mereka tulis terdapat sejumlah kosakata, frasa, dan kalimat bahasa
daerah. Karena dalam situasi tertentu, pengarang akan lebih mudah dan leluasa
menciptakan situasi menggunakan dwibahasa, yakni menggunakan bahasa
campuran (Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerahnya). Multilingualisme dalam
Bahasa Indonesia dengan Bahasa daerah itu sengaja digunakan karena bahasa
Indonesia tidak mampu mewadahi konsep, tujuan, dan maksud bahasa daerah.
Ada semacam hambatan atau kesukaran menerjemahkan beberapa kosakata khas
bahasa daerah itu ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pengarang sengaja menggunakan bahasa daerah pada karya
sastra ciptaannya. Selain masalah pemilihan kata, para sastrawan juga sering
menyisipkan unsur budaya daerah bahkan budaya modern kedalam karya
sastranya. Lalu bagaimanakah pengaruh penggunaan dwibahasa dalam karya
sastra Indonesia terhadap pembaca ataupun penikmat karya sastra?

Kata Kunci : Bahasa Indonesia ; bahasa daerah ; dwibahasa ; multilingual


A. Pendahuluan

Keberadaan sastra di Indonesia saat ini beraneka ragam, mulai keragaman


genre sastra, hingga ke masalah sosial, politik, dan budaya etnik. Keberagaman
genre sastra tersebut juga menyebabkan keberagaman dalam hal tokoh yang
ditampilkan, gaya bahasa, serta masalah sosial, politik, dan budaya etnik dari
sastrawan yang menuliskan karya tersebut. Bahasa Indonesia merupakan sarana
utama pengucapan Sastra Indonesia. Namun, bagi sebagaian besar pengarang
sastra Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua, setelah bahasa
daerahnya. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam karya sastra yang mereka
tulis terdapat sejumlah kosakata, frasa, dan kalimat bahasa daerah. Karena dalam
situasi tertentu, pengarang akan lebih mudah dan leluasa menciptakan situasi
menggunakan dwibahasa, yakni menggunakan bahasa campuran (Bahasa
Indonesia dan Bahasa Daerahnya). Bahasa daerah itu sengaja digunakan karena
bahasa Indonesia tidak mampu mewadahi konsep, tujuan, dan maksud bahasa
daerah. Ada semacam hambatan atau kesukaran menerjemahkan beberapa
kosakata khas bahasa daerah itu ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan jika pengarang sengaja menggunakan bahasa daerah pada
karya sastra ciptaannya. Selain masalah pemilihan kata, para sastrawan juga
sering menyisipkan unsur budaya daerah bahkan budaya modern kedalam karya
sastranya. Adanya unsur budaya dalam karya sastra tentunya sangat berpengaruh
terhadap pembaca maupun penikmat karya sastra, dapat pula memberikan manfaat
bagi pembaca secara langsung maupun tidak. Dengan demikian pembaca
diharapkan dapat mengerti bagaimana tujuan penggunaan dwibahasa dan
multilingualisme dalam karya sastra Indonesia.

B. Dwibahasa dan Multilingualisme dalam Karya Sastra

Istilah kedwibahasaan merupakan hal yang berkenaan dengan pemakaian


dua bahasa oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari. Secara harfiah,
kata kedwibahasaan berarti penggunaan dua bahasa, sedangkan kata
keanekabahasaan berarti penggunaan lebih dari dua bahasa. Dengan demikian,
berarti baik kedwibahasaan maupun keanekabahasaan sama-sama mengacu pada
penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang secara bergantian, dalam arti
pada suatu saat tertentu ia menggunakan suatu bahasa (yang dikuasai) dan pada
saat yang lain ia menggunakan bahasa yang lain pula.

Ada suatu permasalahan yang sangat menarik untuk diungkapkan yaitu


permasalahan tentang adanya penggunaan bahasa yang unik dalam karya sastra
Indonesia. Keunikan penggunaan bahasa dalam karya sastra Indonesia itu dapat
dilihat dari penggunaan dua buah bahasa atau lebih dalam karya sastra Indonesia.
Penggunaan dua buah bahasa atau lebih itu kita sebut multilingualisme dalam
karya sastra Indonesia.

Sebuah karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kehidupan yang


diamati pengarang terhadap kehidupan itu. Dengan perkataan lain, karya sastra
merupakan pengungkapan pengarang terhadap kehidupan, yaitu peristiwa yang ia
tangkap maupun pengalaman dalam hidupnya. Untuk itu, latar belakang budaya
dan pribadi setiap pengarang akan mendasari kreativitasnya Hal ini juga
berpengaruh terhadap pengarang dalam pemakaian bahasa dalam karya sastranya.
bagi sebagaian besar pengarang sastra Indonesia, bahasa Indonesia merupakan
bahasa kedua, setelah bahasa daerahnya. Maka tidaklah mengherankan apabila
dalam karya sastra yang mereka tulis terdapat sejumlah kosakata, frasa, dan
kalimat bahasa daerah. Karena dalam situasi tertentu, pengarang akan lebih
mudah dan leluasa menciptakan situasi menggunakan dwibahasa, yakni
menggunakan bahasa campuran (Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerahnya).
Multikultural dalam Bahasa Indonesia dengan Bahasa daerah itu sengaja
digunakan karena bahasa Indonesia tidak mampu mewadahi konsep, tujuan, dan
maksud bahasa daerah. Ada semacam hambatan atau kesukaran menerjemahkan
beberapa kosakata khas bahasa daerah itu ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan jika pengarang sengaja menggunakan bahasa daerah
pada karya sastra ciptaannya. Selain masalah pemilihan kata, para sastrawan juga
sering menyisipkan unsur budaya daerah bahkan budaya modern kedalam karya
sastranya.

Dalam membicarakan karya sastra Indonesia, khususnya, yang


menggunaan terhadap lebih dari satu bahasa, pemahaman tentang kedwibahasaan
atau keanekabahasaan dalam karya sastra itu dipandang perlu. Bagaimanapun
juga, karya sastra Indonesia yang terselipi dengan bahasa lain (asing atau daerah)
harus dipahami. Pengarang tentunya memiliki tujuan sehingga terciptanya karya
sastra tersebut. Kalau banyak pengarang karya sastra Indonesia memanfaatkan
unsur-unsur bahasa lain (asing atau daerah) dalam karangan mereka, maka sebagai
pembaca kita perlu memahami pesan atau makna apa yang ingin disampaikan
oleh pengarang.

C. Adanya Unsur Budaya dalam Karya Sastra.

Kesusastraan Indonesia dapat menjadi cerminan budaya masyarakat


Indonesia. Dalam penggunaan multilingualisme karya sastra Indonesia, tak jarang
pengarang sering menyisipkan bahasa ibu (bahasa daerah) mereka ke dalam karya
sastra tersebut. Tentunya dengan penggunaan bahasa daerah tersebut sering pula
diikuti dengan pengenalan unsur budaya daerah tersebut secara langsung maupun
tidak langsung. Tak hanya budaya daerah, sebagian pengarang juga memilih
menyisipkan unsur budaya asing di dalam karya sastranya. Tentunya hal ini
bukanlah tanpa tujuan. Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu sama
lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat
dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra. Menambahkan unsur budaya di
dalam karya sastra dapat bermanfaat:

1. Sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, mengadakan integrasi, dan


adaptasi sosial.
2. Sebagai alat untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Alat informasi, memperkenalkan budaya daerah maupun asing seseorang
kepada orang lain
4. Pembaca dapat mengenal lebih dalam mengenai gaya bahasa pengarang
dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai budaya-budaya daerah-
daerah tertentu maupun budaya asing, serta dapat menumbuhkan kecintaan
terhadap budaya daerah maupun budaya nasional

D. Penutup

1. Simpulan

Dwibahasa dan multilingualitas dalam karya sastra adalah penggunaan dua


bahasa atau lebih oleh pengarang dalam suatu karya sastra. Dengan adanya unsur
multilingual dan unsur budaya dalam suatu karya sastra tentunya akan
berpengaruh pada pembaca, salah satunya dapat menjadi sarana informasi serta
menambah rasa nasionalisme Ini berarti menunjukkan bahwa keberagaman sastra
di Indonesia yang mulikultural itu tidak menyurutkan semangat membangun
Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, dan lebih bermartabat. Perkembangan
sastra di Indonesia secara nyata menunjukkan bahwa kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara itu pun berkaitan erat dengan kehidupan bersastra.
Sastra Indonesia merefleksikan kehidupan masyarakat Indonesia yang
multimajemuk sehingga secara nyata dapat menjadi cerminan hidup berbangsa,
bernegara, serta bermasyarakat yang beradab dan bermartabat.

2. Saran

Dengan adanya multilingualisme dalam karya sastra Indonesia diharapkan


pengarang lebih mampu meningkatkan penguasaan kosakata, tidak hanya dalam
bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa daerah. Dengan adanya kebebasan
dalam penggunaan multilingualisme dalam karya sastra, diharapkan pengarang
dapat terus berkarya untuk pembaca dan penikmat karya sastranya, menciptakan
karya-karya yang kreatif dengan tetap memperhatikan norma-norma kesusastraan.
E. Daftar Pustaka

Rosidi, Ajip. 1991. Sastra Daerah dan Sastra Indonesia. Dalam Sitanggang et.al.
(Ed.). Kongres Bahasa Indonesia V. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Damono, Sapardi Djoko. 1998. Pengaruh Asing dalam Sastra Indonesia


Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Santosa, Puji.2010. Keberagaman Sastra di Indonesia dalam Membangun


Keindonesiaan.Sumber elektronik diakses dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id. Diakses pada 01 Desember 2015.

Você também pode gostar