Você está na página 1de 30

3.

2 Analisis Risiko Bencana Pariwisata Tanah Lot


A. Background Pura Tanah Lot

Gambar 2.1 Peta Tanah Lot

Obyek wisata tanah lot merupakan salah satu daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Tabanan yaitu di Desa Adat Beraban Kecamatan Kediri. Sifat dan keberadaan
obyek wisata ini adalah merupakan wisata budaya, dimana terdiri atas bangunan-
bangunan sejarah berupa peninggalan umat hindu yang sampai saat ini masih disungsung
oleh umat hindu yang ada di Bali.
Walaupun obyek wisata tanah lot memiliki daya tarik tersendiri yang mana sudah
terkenal di mancanegara namun dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh
manajemen operasional obyek wisata tanah lot menunjukkan bahwa kunjungan tamu
asing sebesar 14% dari total wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tanah lot dan
sebesar 20% wisatawan yang datang dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke bali,
dengan rata-rata tamu menikmati obyek wisata tanah lot selama 2 jam. Permasalahan di
atas membutuhkan suatu pemahaman dan analisis yang lebih lanjut terhadap situasi
seperti tersebut di atas, dan tentunya dengan perubahan-berubahan kebutuhan wisatawan
harus sejalan dengan perubahan-perubahan atau pengembangan pada obyek wisata tanah
lot sebagai tempat tujuan wisata, sehingga pada masa mendatang Obyek Wisata Tanah
Lot tidak berpaku pada satu daya tarik untuk dapat dikunjungi.
1. Daya Tarik (Atraction)
a. Nilai Historis
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara
dari Jawa. Beliau adalah Dang Hyang Nirartha yang berhasil menguatkan
kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan
tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa TanahLot,BendesaBeraben,iri
terhadapbeliaukarenaparapengikutnyamulaimeninggalkannyadanmengikuti
Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk
meninggalkanTanahLot.IamenyanggupidansebelummeninggalkanTanahLot
beliaudengankekuatannyamemindahkanBongkahanBatuketengahpantaidan
membangunpuradisana.Iajugamengubahselendangnyamenjadiularpenjaga
pura.Ularinimasihadasampaisekarangdansecarailmiahularinitermasukjenis
ular laut yang mempunyai ciriciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam
berbelangkuningdanmempunyairacun3kalilebihkuatdariularcobra.
AkhirdarilegendamenyebutkanbahwaBendesaBerabenakhirnyamenjadi
pengikutDanghyangNirartha.Ternyatatidaksemuaorangbolehmasukkedalam
puratersebut.Parawisatawanhanyadiperbolehkanmelongokdaribawahpura
dan hanya orangorang tertentu yang hendak bersembahyang atau melakukan
kegiatankeagamaanyangdiperkenankanmasukkedalampura.Terkaitdengan
konseptriangga(penggambarantubuhmanusiadarikepala,badanhinggakaki),
pura ini menjadi terkait dengan 2 tempat suci lainnya di Tabanan, yaitu Pura
Luhur Batukaru (hulu) dan Pura Puser Tasik (madya) serta Pura Tanah Lot
sebagaihilirnya.Purahuludanhilirinipundigambarkansebagaisimbolisasi
linggadanyoni,PuraLuhurBatukarusebagailingga(purusa)danPuraTanahLot
sebagai yoni (segara). perpaduannya menjadi sumber kehidupan yang
mensejahterakanmanusiadisekitarnya.
b. Atraksi wisata
Potensi yang menarik wisatawan untuk datang ke tanah lot dimana Pura Tanah
Lot berupa bangunan fisik yang tua dan kokoh merupakan faktor utama sebagai
promotor pergerakan wisatawan untuk melihat secara langsung keberadaannya,
dimana bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dari warisan budaya, dan
didirikan pada tahun 1512 yang telah diperhatikan oleh dunia. Nilai sejarah itulah
yang menjadi daya tarik tersendiri dimana pada air laut pasang posisinya diliputi
oleh air laut yang ganas, dan pada air laut pasang posisinya berada pada pesisir
dan tepi lautan. Di samping itu nilai budaya dan pelestarian oleh umat hindu
dilaksanakan dengan baik dengan nilai religius pada setiap piodalan yaitu pada
buda wage langkir memiliki daya tarik dari kebudayaan dari umat hindu yang ada
di Bali. Dipandang dari sisi alam atau natural bangunan Pura Tanah Lot yang
memiliki nilai sejarah tinggi akan sangat menarik bilamana untuk dipandang dan
diperhatikan seiring dengan perputaran bumi dimana matahari menunjukkan
cahayanya yang merah tatkala mau tenggelam dari peredarannya bahwa telah
memberikan makna tersendiri tentang sunset yang ditunjukkan dengan
membelakangi bangunan tua yaitu Pura Luhur Tanah Lot. Sunset inilah yang
sangat digemari para wisatawan dengan tujuan wisata alam tentang keindahan
alam semesta ini. Jadi dapat diidentifikasi bahwa beberapa poin tentang daya tarik
Obyek Wisata Tanah Lot adalah sebagai berikut;
1) Bangunan Tua dengan nilai sejarah yang tinggi merupakan arah wisata alam
yang merupakan tujuan pendidikan dan penggemar sejarah.
2) Adanya sunset yang menarik untuk dilihat yang membelakangi bangunan
sejarah. Upaya dan pengembangan fasilitas untuk menikmati sunset ini telah
disediakan oleh masyarakat lokal yang mempunyai tempat usaha pada
sebelah timur dan utara pura luhur tanah lot, serta menyediakan sofdrink,
food, dan event, merupakan tempat yang strategis untuk menyimak sunset.
Tempat ini dihiasi dengan taman-taman bunga serta pegangan pengaman
pada ujung-ujung tebing ke timur sampai ke barat. Keberadaan usaha ini
adalah salah satu komponen untuk menarik wisatawan, karena sistem
penjualan dan promosi yang dilaksanakan yaitu dengan metode personal
selling cooperation dengan travel agent dan secara tidak langsung fungsi
promotion obyek wisata dilaksanakan oleh pelaku usaha yang ada ditempat
tersebut dengan sifat yang paling menguntungkan.
3) Adanya kehidupan organisme laut berupa ular laut yang jinak, dimana perlu
dilestarikan untuk komponen pendukung daya tarik pada areal obyek Wisata
Tanah Lot.
4) Adanya event atau piodalan pura luhur tanah lot yaitu 2 kali per tahun yang
memberikan kontribusi untuk daya tarik wisatawan untuk dapat melihat
prosesi keagamaan dan kebudayaan yang ada di Bali.
5) Adanya lokasi atau tempat madya mandala, yang digunakan sebagai
penunjang-penunjang kegiatan keagamaan, sekaligus berfungsi sebagai
tempat dan kegiatan wisata budaya dan kesenian.
c. Kondisi lingkungan
Potensi Sumber Daya Alam dilihat dari sisi pariwisata, obyek wisata tanah
lot adalah merupakan potensi yang baik untuk dapat menarik wisatawan, baik
daya tarik secara fisik, kultur, dan sejarah. Hal ini ditunjukkan dengan data
perkembangan wisatawan yang datang serta proyeksi kedepan dimana setiap
tahunnya menunjukkan data yang positif dan mengalami peningkatan.
d. Daya tarik pendukung
Tanah Lot merupakan pura laut yang dijadikan sebagai tempat untuk
pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu
besar. Satu tertelak benar-benar di atas bongkahan batu dan satunya terletak di
atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu.
2. Aksesibilitas/Transportation
Tanah lot terletak di Desa Beraban di kabupaten Tabanan. Daerah ini berjarak
sekitar 13 kilometer dari Tabanan. Perjalanan sekitar 30 hingga 40 menit dari
Denpasar, dengan mengendarai mobil pribadi atau dalam bentuk mobil sewa.
3. Infrastruktur
a. Areal Batu Mejan.
1) Dimanfaatkan sebagai tempat permandian pada areal pantai, dimana akan
menjadi satu kesatuan pada pendayaagunaan jetski yang launching dari pantai
batu bolong.
2) Pemanfaatan tebing-tebing yang tinggi sebagai tempat pemanjatan tebing
tingkat yunior.
3) Memperkenalkan dan mempromosikan 9 sumber mata air tawar.
b. Areal Tugu Pahlawan
1) Perbaikan Tugu Pahlawan dan pembuatan taman keliling pada tugu pahlawan.
2) Pemanfaatan lokasi pada sebelah barat tugu pahlawan sebagai taman rekreasi
dan hiburan anak-anak sebagai berikut;
a) Pembuatan kolam renang air tawar, dengan mengambil lokasi tepi tebing.
b) Pembuatan permainan anak-anak
c) Pembuatan tempat party coctail.
d) Pembuatan tempat pameran lukisan.
e) Pembangunan mini cafe untuk kebutuhan soft dink pada lokasi kolam
renang.
c. Areal Yeh Kutikan.
Pembangunan area arung jeram untuk anak-anak.
d. Areal Enjung Sibun.
Areal enjung sibun merupakan tempat yang sangat strategis untuk
dikembangkan sebagai panggung alami untuk pementasan-pementasan kesenian
yang bernuansa alami. Posisi dan lokasinya sangat menarik untuk melaksanakan
atraksi kesenian dimana menggunakan tanah lot dan sunsetnya sebagai latar
belakang. Jadi yang diperlukan dalam pengembangan areal enjung sibun adalah
penataan-penataan tebing-tebing yang ada untuk dibentuk sebagai tempat yang
datar untuk melaksanakan pementasan, yang memuat tempat penonton maksimal
100 orang dan penari 100 orang. Disamping hal di atas, pada areal enjung sibun
pada sisi timur cocok untuk dikembangkan budidaya organisme laut yang bernilai
tinggi seperti udang laut.
4. Fasilitas
Beberapa fasilitas yang tersedia di obyek wisata Tanah Lot antara lain :
a. Areal Parkir dan Pasar.
Tempat parkir merupakan permasalahan yang ada di Obyek Wisata Tanah Lot,
khususnya tempat parkir untuk musim-musim ramai, dimana para costumer atau
pengunjung tidak dapat dilayani dengan baik karena kurangnya kapasitas parkir
yang ada pada hari-hari tersebut. Hari-hari yang tergolong ramai biasanya sebagai
berikut ; hari tahun baru, hari natal, hari lebaran, hari Piodalan Pura Luhur Tanah
Lot, Piodalan Pura Luhur Pakendungan, liburan murid bulan Juni-Juli dan setiap
ke 7 hari besar tersebut di atas, rata-rata kekurangan luas parkir adalah dari luas
parkir yang ada sekarang, yang dipersiapkan untuk roda 4 dan roda 6. Untuk
menentukan besarnya luas parkir bersama ini disajikan data akomodasi kendaraan
dengan mengambil sampel pada tahun 2001.
b. Keamanan
Tanah Lot telah memiliki fasilitas: kamera CCTV, metal detector dan mirror
detector, life guard team untuk keamanan pantai.
c. Prasarana
Adapun Proyek yang diusulkan untuk pengoptimalan potensi obyek wisata tanah
lot dengan pemberdayaan potensi wisatanya adalah;
1) Pembuatan taman dengan motif bunga pada areal sebalah timur pura penataran
ketimur sampai batas NBR, yang dialokasikan pada ujung tebing yang disertai
dengan pengaman tebing, dengan tujuan memberikan dampak positif kepada
pengusaha mini restaurant yang ada di lokasi ini serta kenyamanan dan
keindahan pemandangan untuk melihat sunset sebagai faktor penunjang wisata
alam. Penempatan taman bunga dengan ketinggian tanaman maksimal 100 cm
sehingga tidak menggangu wisatawan untuk melihat sunset sambil duduk pada
kursi yang telah disediakan.
2) Pemanfaatan wantilan yang ada di madya mandala yang sebelumnya sebagai
open stage untuk event-event wisata yang memberikan dampak positif pada
sektor kesenian yang ada di masyarakat Desa Adat Beraban, baik pementasan
langsung maupun pelaksanaan proses pendidikan kesenial.
3) Pembuatan jalan untuk pengangkutan sampah pada lokasi ini, sehingga dapat
dilalui oleh mobil sampah. Dimana sampah-sampah yang ada saat ini ditimbun
dan dibakar pada belakang bangunannya atau tempat-tempat luang dan untuk
kedepan tidak baik untuk pengembangan kawasan.
4) Metode pelestarian potensi laut khususnya ular laut. Potensi ini dibutuhkan
pengamatan kebudayaan dan religius yang lebih tinggi, untuk dijadikan
penunjang komersial. Pendayagunaan dan pelestarian udang laut dengan
menggunakan pantai yang ada pada areal enjung sibun. Tiga poin 1, 2, 3 di
atas merupakan potensi yang dapat dikembangkan sehingga menambah makna
wisata alam dan kegiatan-kegiatan kebudayaan maupun kesenian.
5) Areal Enjung Galuh Dan Arel Batu Bolong.
Potensi yang ada dalam area Enjung Galuh ini adalah sebagai berikut ;
a) Tersedianya lahan yang dimanfaatkan untuk taman dan penempatan bale
payung yang biasanya digunakan sebagai tempat piknik dan coctail party.
b) Tersediannya tempat untuk melihat Pura Luhur Tanah Lot dari sebelah
Barat.
c) Tersedianya tempat untuk untuk melihat Pura Batu Bolong, yang
merupakan panorama alam yang menarik dan indah, dan adanya jalan turun
ke bawah menuju pantai atau pasir yang ada pada sebelah timur Pura Batu
Bolong. Pada masyarakat lokal, tempat ini biasanya digunakan sebagai
tempat memancing dan surfing pada pantainya.
d) Potensi yang ada pada Batu Bolong menyamai dengan situasi yang ada
pada areal Enjung Galuh, yang membedakan adalah kapasitas tempat untuk
wisatawan yang ada pada areal Batu Bolong lebih kecil daripada areal yang
ada di Enjung Galuh.
e) Pembuatan pemagaran pada sisi-sisi tebing dengan penanaman pohon
bunga pucuk, sehingga keamanan wisatawan lebih terjamin. Pembuatan
pagar ini dibuat sepanjang kawasan tebing sampai pada batas sebelah barat
Obyek Wisata Tanah Lot yaitu pada areal Yeh Kutikan.
f) Pembuatan penerangan pada areal Enjung Galuh berupa lampu-lampu
taman dan lampu mercuri.
g) Perbaikan jalan setapak dan saluran drainase, serta penempatan tong
sampah portable mengingat tempat ini merupakan tempat piknik, sehingga
kenyamanan dan kebersihan sangat diutamakan. Serta perbaikan jalan pada
tebing menuju pantai batu bolong, yang biasanya digunakan sebagai tempat
surfing untuk warga lokal.
5. Keramahtamahan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Pura tanah lot oleh masyarakat setempat
diantaranya adalah odalan, yang merupakan hari raya dari berbaga pura yang ada di
sekitar Tanah lot. Perayaan odalan ini biasanya berdekatan dengan waktu saat
dirayakannya kegiatan Galungan dan Kuningan, perayaan akan diadakan sekitar 210
hari sekali. Berdirinya Pura Tanah Lot dan perkembangan sejarahnya menjadi
kawasan wisata sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat desa setempat.
Ini merupakan kesatuan history dan cultural antara masyarakat desa dengan kawasan
wisata Tanah Lot bahwa masyarakat desa harus berperan penting dalam
pengembangan kawasan wisata yang mereka miliki. Merupakan hak dan kewajiban
bagi setiap tempat atau daerah yang memiliki kawasan wisata untuk mengatur dan
mengelola, dengan cara pendekatan kepada tokoh-tokoh Desa Adat setempat,
menjelaskan hak-hak kita sebagai orang Desa Beraban, peluang-peluang yang bisa di
garap demi kemakmuran masyarakat, memotivasi pergerakan-pergerakan dan
menyediakan konsep-konsep perjuangan. Memotivasi kaum muda Desa Beraban
yang terangkum dalam organiasasi Karang Taruna Gapera (Gabungan Pemuda
Beraban).

B. Analisis Geografis Pantai Tanah Lot


Tanah Lot adalah objek wisata di Bali yang berupa pura. Letak keunikan dari
Tanah Lot adalah pura yang letaknya berada di batu karang yang berada di luar garis
daratan tepatnya di laut, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Tanah Lot
sebenarnya merupakan bagian dari pura Dah Kayangan, terdiri dari dua pura yaitu pura
Batu Bolong dan pura Enjung Galuh, keduanya terletak di tebing yang berada di lepas
daratan Bali. Luas lokasi sekitar 202.830 m2 dan kelilingnya sekitar 2.509 m.
Lokasi objek wisata Tanah Lot secara geografis berada pada wilayah Barat Daya
pulau Bali. Secara administratif objek wisata Tanah Lot terletak di desa Beraban,
kecamatan Kediri, Kebupaten Tabanan, Provinsi Bali. Tanah Lot berbatasan langsung
dengan :
Utara : Sawah
Selatan : Samudera Hindia
Timur : Bali Nirvana Resort
Barat : Samudera Hindia dan Sungai Kutikan
Untuk mencapai Tanah Lot, wisatawan menempuh jarak sekitar 13 km dari arah
Barat kota Tabanan atau 25 km dari arah Barat kota Denpasar. Wisatawan dapat
menggunakan jasa taksi, sewa mobil, sewa motor, atau jasa travel.

Kondisi Fisik Tanah Lot

Tanah Lot
Tanah Lot
Gambar 2. Kontur topografi darat dan laut pulau Bali Gambaran 3 dimensi topografi dasar laut perairan Selatan
pulau Bali

Tanah Lot merupakan pantai dengan jenis pantai berbatu dan memiliki tebing
serta karang-karang yang besar dan kokoh. Pura yang menjadi objek utama berada di
sebuah karang besar di luar dari garis tebing daratan pulau Bali. Sepanjang garis pantai
mengalami terjangan ombak besar dari samudera Hindia. Untuk jenis batuan yang ada
masih dipengaruhi Tuff dari aktivitas vulkanik di pulau Bali. Mengenai kondisi iklim
masih dipengaruhi iklim Bali secara keseluruhan dan sangat dipengaruhi angin musim.
Aktivitas pasang surut air laut menyebabkan pura Tanah Lot kadang berada di tengah
laut kadang berada di daratan. Kondisi ekosistem pun juga di jaga dengan
mempertahankan habitat terumbu karang dan beberapa organisme laut seperti ular laut.
1) Kondisi Geologi
Orientasi batuan yang ada di Tanah Lot mengarah Tuff (abu Vulkanik terbawa
menuruni lereng dan tercampur breksi). Tuff merupakan batuan piroklastik yang
terbentuk dari material vulkanik klastik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang
berkaitan dengan letusan gunung api yang memiliki ukuran butir debu halus-kasar
(<0,04 mm). Biasanya dapat dijumpai efek bakar yang merupakan ciri dari batuan
piroklastik. Termasuk di daerah letusan gunung Batur maupun gunung Agung.
Batuannya konglomerat (sedimen) dan hasil abrasi pantai dengan jenis batuan yang
berbeda.
2) Kondisi Geomorfologi
Kenampakan morfologi di daerah Tanah Lot tergolong bentuk lahan asal marine.
Daerah ini mengalmi pengikisan hebat sehingga permasalahan yang paling utama di
hadapi oleh daerah ini adalah adanya abrasi yang tinggi yang dapat berpengaruh
terhadap keberadaan lahan di daerah ini sehingga pemerintah setempat mengambil
langkah solusi dengan membuat pemecah gelombang pada daerah yang mengalami
gelombang tinggi.
3) Kondisi Tanah
Tanah di daerah ini tergolong aluvial grumof, andosol, reandosol. Tanahnya
mempunyai berat jenis yang rendah dan berasal dari ordo eulotropet, mediteran dan
Habluands.
4) Vegetasi
Vegetasinya tergolong vegetasi pantai yang paling dominan seperti kelapa, randu, dan
sebagainya.
5) Hidrologi
Secara umum, kondisi hidrologi di Bali cukup baik. Banyak terdapat sungai-sungai
besar dan kecil serta terdapat danau. Sumber-sumber hidrologi tersebut sangat
bermanfaat bagi penduduk sekitar. Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut
diantaranya untuk kegiatan sehari-hari penduduk seperti mandi, mencuci, memasak
dan sebagainya serta digunakan untuk pengairan atau irigasi yang biasa disebut subak
oleh masyarakat setempat. Begitu pula pada obyek wisata Tanah Lot, kondisi
hidrologi di sini cukup baik karena selain berada pada tepi laut, di daerah sekitar
obyek tersebut juga terdapat aliran-aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun yang
dimanfaatkan penduduk setempat untuk kegiatan sehari-hari.
6) Konservasi Lahan
Tanah Lot merupakan salah satu obyek wisata di Bali. Selain terkenal dengan
keindahan alam serta terdapatnya Pura yang berada di tengah laut, di Tanah Lot juga
digunakan sebagai tempat konservasi makhluk yang hidup di laut. Seperti ikan,
terumbu karang, kura-kura serta tidak ketinggalan ular yang dipercaya penduduk
sekitar sebagai penjaga pura. Oleh karena itu, ular tersebut sangat dihormati oleh
penduduk sekitar. Penduduk sekitar percaya bahwa barang siapa yang berani
mengusik bahkan membunuh ular penjaga pura di Tanah Lot, maka orang tersebut
akan menerima balasan yang setimpal dan hal tersebut merupakan salah sau cara
masyarakat Bali untuk melindungi satwa-satwa maupun tumbuhan agar terjaga
kelestariannya, yaitu salah satunya dengan cara mengkeramatkannya, sehingga orang
tidak berani untuk mengusik bahkan membunuh satwa tersebut sehingga satwa
tersebut terjaga kelestariannya.

C. Analisis Risiko Bencana di Pura Tanah Lot


Ring of fire (sebutan untuk rangkaian gunung api di pasifik), dengan
vulkanisme aktif dari Sumatera Utara hingga Kepulauan Timur Indonesia. Posisi
geologis Indonesia sendiri terletak pada pertemuan beberapa lempeng tektonik aktif yang
membawa implikasi terhadap kemungkinan bencana alam. Sekitar 70% gempa bumi
tektonik terjadi di dasar laut yang berpotensial menyebabkan tsunami. Sebagai
konsekuensi perkembangan kegiatan sosial-ekonomi global, banyak daerah pesisir di
Indonesia yang terkategori rawan tsunami dan bencana kegempaan berkembang dengan
cepat yang terindikasi dari besarnya konsentrasi penduduk yang menghuni kawasan
pesisir khususnya pada kota-kota pantai, yang ditandai dengan besarnya potensi ekonomi
yang dimiliki kawasan pesisir.
Kawasan pesisir merupakan kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi, karena
wilayahnya yang berbatasan dengan perairan, membuatnya rentan akan pengaruh dan
tekanan dari perairan tersebut. Namun pada kenyataannya, saat ini sekitar 70% penduduk
dunia tinggal pada kawasan yang berbatasan dengan perairan tersebut. Hal ini
dikarenakan kawasan pesisir membuka sejumlah peluang yang tidak diberikan oleh
kawasan lainnya, seperti kemudahan akses dan dukungan sumber daya.
Berdasarkan peta indeks resiko bencana yang dikeluarkan oleh BNPB, kawasan
pesisir setidaknya merupakan kawasan yang rentan terekspos oleh bencana gempa bumi,
gunung api, erosi, tsunami dan banjir. Tingginya tingkat kerentanan di kawasan pesisir
ini merupakan ancaman yang sangat nyata bagi kota-kota di Indonesia yang ternyata
sebagian besar berada di kawasan pesisir.
Ancaman (bahaya) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis,
klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan
korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard merupakan salah satu komponen penyusun
risiko (risk) bencana, berikut hazard yang terdapat di Pura Tanah Lot:
1. Gempa bumi
2. Tsunami
3. Gelombang ekstrim dan abrasi pantai
4. Tanah longsor/longsoran tebing
Karena sifatnya yang kompleks, penilaian ancaman seringkali harus diserahkan
kepada para ahli yang bersangkutan. Sebagai contoh, pada bencana gempa, penentuan
kelas ancaman rendah, sedang dan tinggi sebaiknya dilakukan oleh ahli geologi dan
kegempaan. Data untuk ancaman biasanya diperoleh dari instansi-instansi terkait atau
dari perguruan-perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada daerah tujuan Wisata Pura
Tanah Lot, dan mengacu pada UU No 24 Tahun 2007, pasal 1 ayat 2 menyebutkan:
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Berdasarkan pengertian
dan jenis bencana alam tersebut, maka dapat kita asumsikan bahwa bencana alam yang
mungkin atau berisiko terjadi di Pura Tanah Lot yaitu: gempa bumi, tsunami dan longsor
(runtuhnya tebing).
1. Gempa Bumi
Seperti yang kita ketahui, sebelum terjadinya tsunami, maka diawali dengan
adanya gempa di dasar laut yang ditimbulkan oleh tumbukan atau patahan
lempeng akibat dari arus konveksi dalam kerak bumi. Gempa bumi yang terjadi di
dasar laut, tidak hanya dirasakan pada ekosistem perairan itu sendiri, melainkan
juga pada populasi dan ekosistem di darat, terutama manusia. Sehingga, baik
daerah pesisir maupun daerah yang ada di sekitarnya, merasakan pula getaran
yang ditimbulkan akibat fenomena yang terjadi di dasar laut, dan tidak menutup
kemungkinan peristiwa seperti gempa bumi, juga dapat terjadi di Pura Tanah Lot.

2. Longsoran Tebing
Pura Tanah Lot seperti yang kita ketahui berdiri di atas keindahan tebing. Di
sekitar tebing terdapat banyak wisatawan asing maupun domestic berkunjung dan
menikmati keindahan alam dan sekitarnya. Tidak luput pula, masyarakat Hindu di
Bali yang melaksanakan kegiatan upacara persembahyangan. Terjadinya
longsoran tentu akan menimbulkan dampak yang cukup serius bagi orang-orang
yang ada di sekitar tebing. Longsoran dapat terjadi akibat adanya gempa dengan
kekuatan yang cukup besar sehingga menimbulkan runtuhnya kekuatan dasar
tebing, serta akibat gelombang pasang yang tinggi maupun oleh abrasi yang
mengikis bebatuan pada dasar atau sekitar tebing.
Abrasi adalah suatu fenomena alam berupa terjadinya proses pengikisan
tanah / pantai yang disebabkan oleh hantaman tenaga gelombang laut, arus laut,
sungai, pasang surut laut, gletser dan angin yang bersifat merusak di sekitarnya.
Abrasi disebut juga dengan erosi pantai. Abrasi berasal dari bahasa Latin yakni
Abradre atau Abrasio, yang berarti "keributan". Intensitas Abrasi tergantung pada
konsentrasi kecepatan kekerasan ombak dan massa partikel yang bergerak. Akibat
dari abrasi ini adalah terjadinya pengikisan tebing yang lambat laun dapat
mengakibatkan longsoran tebing.
3. Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan name
berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang
pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang karena
panjang gelombang tsunami sangat besar. Pada saat berada di tengah laut, para
nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun, setibanya kembali ke
pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah.
Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di
wilayah sekitar pelabuhan dan tidak di tengah lautan yang dalam.
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh
macam-macam gangguan di dasar samudera. Gangguan ini dapat berupa gempa
bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak terlihat saat masih
berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal,
gelombangnya yang bergerak cepat dan akan semakin membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat
mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang
tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh
tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan
dengan peristiwa pasang surut air laut.
Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu harus
memulai dari penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan. Tsunami selalu
diawali suatu pergerakan dahsyat yang lazim kita sebut gempa. Meski diketahui
bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun 90% tsunami disebabkan oleh
pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang letaknya kebetulan ada di dalam
wilayah lautan. Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan
munculnya tekanan ke arah vertical sehingga dasar lautan akan naik dan turun
dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini kemudian akan memicu
ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong menjadi gelombang
besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.
Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Ia
bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan saat mencapai
bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam.
Meski berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan
kerusakan yang parah bagi manusia.
Tanah Lot merupakan pantai dengan jenis pantai berbatu dan memiliki tebing.
Juga memiliki karang-karang yang besar dan kokoh. Pura yang menjadi objek
utama berada di sebuah karang besar di luar dari garis tebing daratan pulau Bali.
Sepanjang garis pantai mengalami terjangan ombak besar dari samudera Hindia.
Dari fakta tersebut diketahui bahwa destinasi tujuan wisata pura tanah lot
memiliki potensi terjadinya tsunami karena berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia dan Sungai Kutikan. Selain itu diperkuat pula dengan ketinggian
gelombang yang terjadi di sepanjang pantai selatan.

D. Bencana yang Pernah Terjadi di Pura Tanah Lot


Berdasarkan sumber Radar Bali, penyengker Pura Luhur Tanah Lot juga tak luput
dari dahsyatnya amukan ombak di Pantai Tanah Lot, Desa Beraban, Kediri, Tabanan.
Tembok penyengker Pura Penataran Luhur Tanah Lot tersebut roboh sepanjang tiga
meter. Hal tersebut dibenarkan Manajer Daerah Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot, I Ketut
Toya Adnyana, Jumat (10/6). Dirinya menambahkan, ombak tinggi mengakibatkan jalan
setapak beton yang berada di sebelah pengayatan Pura Tanah Lot rusak sepanjang 1,5
meter.
Kendatipun fenomena alam tersebut terjadi setiap tahun, namun menurut Toya,
ombak tidak pernah setinggi itu saat ini. Setiap tahun gelombang pasang memang
terjadi di Pantai Tanah Lot, namun tidak pernah setinggi ini sehingga menyebabkan
penyengker roboh,. Pihaknya pun melakukan langkah antisipasi dengan menyiagakan
sebanyak 14 penjaga pantai atau balawista untuk mengawasi para wisatawan yang
berkunjung ke daerah tujuan wisata Tanah Lot.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas Manajemen Operasional Daya Tarik
Wisata Tanah Lot menyebutkan bahwa sejak tahun 1900 tidak pernah terjadi bencana di
pura Tanah Lot, namun ia membenarkan pernah terjadi abrasi setiap tahunnya. Abrasi
yang terjadi mulai dapat ditangani pada tahun 1987 oleh pemerintah Bali melalui proyek
pengamanan daerah pantai Bali, yaitu dengan pemasangan tetrapod sebagai pemecah
gelombang dan memperkuat tebing di sekeliling pura berupa karang buatan. Renovasi
pertama dilakukan sejak tahun 1987 sebagai proyek perlindungan tahap I.
Pada tahap ini, pemecah gelombang (tetrapod) seberat dua ton diletakkan di
depan pura Tanah Lot. Selain itu, bantaran beton serta dinding buatan juga dibangun
sebagai pelindung hantaman gelombang. Namun, peletakkan tetrapod mengganggu
keindahan dan keasrian alam di sekitarnya sehingga diadakan studi kelayakan dengan
melibatkan tokoh agama dan masyarakat setempat pada tahun 1989. Desain bangunan
pemecah gelombang di bawah permukaan air dan pembuatan karang buatan dibuat pada
tahun 1992 dan diperbaharui lagi pada tahun 1998. Perlindungan pura mulai
dilaksanakan sekitar bulan Juni 2000 dan selesai pada februari 2003 melalui dana
bantuan pinjaman Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebesar 95 miliar.
Akibat yang ditimbulkan oleh abrasi, beberapa tembok penyengker pura dan
tebing di sekitar pura menjadi rusak, akan tetapi tidak pernah menimbulkan korban jiwa
baik berupa luka-luka maupun sampai meregang nyawa. Begitu pula setiap gempa bumi
yang terjadi, tidak pernah menimbulkan kerugian dan kerusakan baik secara fisik
maupun materiil, karena tercatat gempa yang terjadi berada dengan batas skala yang
masih normal dan wajar, dengan durasi yang terhitung beberapa menit saja.

E. Elemen Kerentanan dan Kapasitas


Risiko bencana dinilai berdasarkan ada atau tidaknya ancaman pada suatu daerah,
besar kecilnya tingkat kerentanan faktor fisik/infrastruktur, penduduk, dan sosial-ekonomi
serta seberapa kuat atau lemah kapasitas masyarakat untuk melakukan pencegahan,
adaptasi maupun mitigasi dalam rangka meminimalkan korban dan kerugian akibat
bencana. Kerangka penilaian risiko tersebut didasarkan pada tiga buah elemen utama
kegiatan penilaian risiko bencana: ancaman, kerentanan dan kapasitas. Masing-masing
komponen memiliki peranan tersendiri dalam menentukan tingkat risiko, sehingga perlu
dilakukan analisis untuk memperoleh nilai risiko sebagai kombinasi dari semua elemen
tersebut. Untuk itu, akan digunakan metode AHP untuk memberikan proporsi bobot yang
sesuai dengan peran masing-masing komponen tersebut. Berikut elemen kerentanan dan
kapasitas yang terdapat di Pura Tanah Lot.
1. Ancaman (Bahaya) Risiko Bencana
Jenis ancaman yang dapat terjadi di Tanah Lot:
a. Gempa bumi
b. Tsunami
c. Gelombang ekstrim dan abrasi pantai
d. Tanah longsor/longsoran tebing
2. Kerentanan Bencana
Keberadaan bencana pada dasarnya tidak diharapkan oleh pihak manapun. Akan
tetapi ketika bencana merupakan hal yang mungkin terjadi, maka tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan kesigapan untuk menghadapi bencana. Model
atau perkiraan terhadap bencana susulan hanya dapat dilakukan apabila pernah terjadi
kejadian sebelumnya. Dalam menghadapi ancaman bencana, terdapat kelompok
masyarakat yang melakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur keselamatan yang
telah ditetapkan. Namun di pihak lain terdapat kelompok masyarakat yang belum siap
dan sigap ketika terjadi bencana.
Kerentanan merupakan kondisi masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan
dalam menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
kerentanan yang ada di masyarakat berupa:
a. Kerentanan fisik (infrastruktur), menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan
terhadap infrastruktur bila ada faktor berbahaya (hazard). Berbagai indikator
yang merupakan kerentanan fisik: persentase kawasan bangunan, kepadatan
bangunan, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi,
jaringan PDAM
Analisis DTW Pura Tanah Lot:
Kawasan bangunan di sekitar Pura Tanah Lot adalah berfokus pada area wisata
dan wisata belanja. Infrastruktur banyak terdiri atas bangunan berupa wantilan
dan ruko pedagang. Bangunan di sekitar area Tanah Lot cukup luas, sebagian
besar terisi oleh ruko-ruko yang terdiri dari penjual baju, aksesoris, makanan,
dsb. Dengan jarak bangunan yang satu dengan yang lain berdekatan. Antara
yang satu dengan yang lain dihubungkan pula dengan jaringan listrik di
sepanjang jalan, dan listrik antara satu ruko dengan ruko yang lain terhubung.
b. Kerentanan ekonomi, menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya
kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila timbul ancaman bahaya.
Indikator yang menunjukkan tingginya tingkat kerentanan ekonomi adalah
persentase rumah tangga yang bekerja disektor rentan (sektor jasa dan
distribusi) dan presentase rumah tangga miskin di daerah rentan bencana.
Analisis:
Sebagian besar penduduk di desa Beraban adalah berprofesi sebagai pedagang.
Mayoritas dari mereka berjualan di sekitar obyek wisata Pura Tanah Lot. Jika
terjadi bencana, baik secara langsung dan tidak langsung, para pedagang tentu
akan merasakan dampaknya. Salah satunya yaitu karena penurunan jumlah
kunjungan wisatawan yang dapat menimbulkan surutnya perekonomian
pedagang, ditambah lagi jika berdagang merupakan mata pencaharian pokok
mereka.
c. Kerentanan sosial, menggambarkan perkiraan tingkat kerentanan terhadap
keselamatan penduduk apabila ada bahaya. Indikatornya antara lain:
kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase penduduk tua,
balita dan wanita yang tinggi.
Analisis:
Banyak komponen masyarakat di sekitar Pura Tanah Lot, yang bisa dibedakan
atas peran dan tujuan, serta umur. Berdasarkan peran dan tujuan, mereka
terdiri dari: kelompok pedagang, pemangku, petugas keamanan pantai (life
guard), petugas manajemen operasional DTW, pengunjung baik asing maupun
domestik, maupun umat Hindu dengan tujuan persembahyangan. Berdasarkan
kelompok umur, sebagian besar masyarakat yang berkunjung adalah
masyarakat remaja sampai usia pertengahan. Sebagian kecil terdiri dari anak-
anak dan lansia. Sulit digambarkan pengunjung berdasarkan usia, karena
persentase setiap tahunnya berbeda dan tidak menentu. Seperti hasil berita dari
kabar Nusa, pada tahun 2016 tercatat 52% adalah pengunjung asing, dan 48%
termasuk wisatawan domestik.
d. Kerentanan lingkungan, menunjukkan kondisi suatu wilayah yang rawan akan
bencana. Kondisi geografis, kondisi geologis serta data statistik kebencanaan
merupakan indikator kerentanan lingkungan.
Analisis:
Kondisi Geologi
Kawasan Destinasi Wisata Tanah Lot utamanya pada bagian pura terbentuk
atas tebing akibat abrasi pantai.
Kondisi Geografis
Lokasi objek wisata Tanah Lot secara geografis berada pada wilayah Barat
Daya pulau Bali. Secara administratif objek wisata Tanah Lot terletak di desa
Beraban, kecamatan Kediri, Kebupaten Tabanan, provinsi Bali. Tanah Lot
berbatasan langsung dengan:
Utara : Sawah
Selatan : Samudera Hindia
Timur : Bali Nirvana Resort
Barat : Samudera Hindia dan Sungai Kutikan

Berikut adalah Kerentanan yang terjadi di Pura Tanah Lot Bali

No Komponen Penjelasan Indikator


Kerentanan
1 Kerentanan Ukuran kerentanan Terdapat banyak ruko
Fisik sarana dan prasarana pedagang di areal destinasi
pada suatu daerah wisata Pura Tanah Lot
terhadap kejadian Terdapat banyak bangunan
bencana yang berdekatan
Jumlah Fasilitas penting
seperti : wantilan
pertemuan, pos polisi,
kantor Manajemen
Operasional DTW, serta
klinik layanan Kesehatan.
2 Kerentanan Ukuran kondisi rentan Kepadatan penduduk di
Sosial- pada unsur sosial- sekitar pura tanah lot cukup
Budaya kemasyarakatan terhadap banyak, selain itu dari data
kejadian bencana kunjungan terhitung sekitar
3 juta pengunjung tiap
tahunnnya baik wisatawan
asing maupun domestik,
ditambah lagi dengan umat
hindu yang melakukan
upacara persembahyangan.
Kunjungan pada destinasi
wisata Tanah Lot dihadiri
oleh berbagai kelompok
usia, bahkan termasuk pula
di dalamnya balita, ibu
hamil, remaja, maupun
lansia.
3 Kerentanan Ukuran seberapa kuat Di area destinasi wisata
Ekonomi suatu komunitas Pura Tanah Lot, banyak
bertahan secara ekonomi lahan produktif yang
menghadapi kejadian dimanfaatkan sebagai ruko
bencana pedagang, juga beberapa
meter beranjak dari
kawasan wisata terdapat
persawahan penduduk.
Apabila timbul ancaman
bahaya yang luas, maka ini
dapat menimbulkan banyak
kerugian tidak hanya di
sekitar area destinasi
wisata, juga melanda
daerah di sekitarnya.
4 Kerentanan Ukuran seberapa kuat Luas wilayah pantai tanah
Lingkungan lingkungan hidup di Lot sekitar 202.830 m2 dan
suatu komunitas kelilingnya sekitar 2.509 m.
bertahan menghadapi Adanya tebing disekitar
kejadian bencana pura tanah lot

3. Kapasitas Bencana

No Komponen Penjelasan Contoh Indikator


Kapasitas
1 Aturan dan Ukuran Adanya anggaran khusus untuk
kelembagaan seberapa siap penanggulangan bencana
kebencanaan unit analisis Adanya Tagana di desa Beraban, Tabanan,
dalam hal Bali
peraturan- Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007
peraturan dan tentang penanggulangan bencana. Dalam UU
keberadaan ini Pemerintah dan pemerintah daerah
dan fungsi dari menjadi penanggung jawab dalam
lembaga- penyelenggaraan penanggulangan bencana.
lembaga yang Setiap orang berhak mendapatkan
menanggulangi pelindungan sosial dan rasa aman,
bencana khususnya bagi kelompok masyarakat rentan
bencana, mendapatkan pendidikan,
pelatihan, dan ketrampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana,
mendapatkan informasi secara tertulis
dan/atau lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana, berperan serta
dalam perencanaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan program penyediaan bantuan
pelayanan kesehatan termasuk dukungan
psikososial, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan terhadap kegiatan
penanggulangan bencana khususnya yang
berkaitan dengan diri dan komunitasnya dan
melakukan pengawasan sesuai dengan
mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana. Selain itu setiap
orang yang terkena bencana berhak
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar, memperoleh ganti kerugian karena
terkena bencana yang disebabkan oleh
kegagalan konstruksi.
Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 29
tahun 2009 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah yang di
dalamnya memuat tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana, kegiatan
pencegahan bencana, kesiapsiagaan,
peringatan dini, mitigasi, tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Juga di dalam
BAB II memuat pembentukan perangkat
daerah Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 tahun
2013 tentang Rencana Kontijensi Tsunami
yang bermaksud sebagai pemberdayaan dan
optimalisasi seluruh sumber daya di daerah
baik lembaga pemerintah maupun lembaga
swasta untuk mengambil langkah-langkah
antisipasi dan kesiap-siagaan terhadap
kemungkinan terjadinya tsunami agar
anggota masyarakat dapat terhindar dari
kemungkinan risiko buruk dan sebagai
pedoman dalam menangani darurat tsunami
di Provinsi Bali sehingga penanganannya
dapat dilakukan secara sistematis, cepat dan
efektif.
Ada struktur organisasi yang berfungsi untuk
menangani kondisi darurat saat bencana
yaitu penjaga keamanan pantai (life guard)
2 Peringatan Mengukur Adanya sistem peringatan dini berupa
dini dan seberapa siap imbauan yang direkam sehingga setiap ada
kajian risiko unit analisis tanda-tanda bahaya rekaman tersebut akan
bencana menghadapi dinyalakan sebagai sistem peringatan dini.
bencana dari Selain itu jika terjadi gelombang pasang
keberadaan yang melebihi batas 13 meter maka akan
mekanisme dipasang rantai sebagai pembatas agar
peringatan dini pengunjung atau wisatawan tidak memasuki
dan penerapan daerah tersebut.
kajian risiko Telah ada jalur evakuasi yang akan
bencana di digunakan pada saat kejadian bencana.
daerah tersebut Belum ada kajian-kajian mengenai risiko
bencana di daerah tersebut dan penerapannya
3 Pendidikan Mengukur Pernah diadakan acara simulasi
kebencanaan seberapa kuat penanggulanan bencana gempa bumi dan
suatu tsunami yang diikuti oleh pihak terkait
komunitas seperti BPBD, Satpol PP, PMI, TNI - Polri,
apabila terjadi dan beberapa penjaga keamanan pantai (life
bencana guard), siswa SD, Pemadam Kebakaran,
melalui Tagana, dan perwakilan dari tokoh
ada/tidaknya masyarakat yang dilaksanakan di lapangan
pendidikan umum Beraban,Tabanan, Bali. Namun pada
kebencanaan di kenyataannya anggota tim manajemen
daerah tersebut operasional daya tarik wisata tanah lot,
satpam, dan petugas informasi banyak yang
tidak tahu tentang simulasi kebencanaan, dan
titik kumpul evakuasi.
4 Pengurangan Mengukur Adanya sarana-prasarana yang mendukung
faktor risiko faktor-faktor aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Seperti
dasar dasar yang kata Humas Manajemen Operasional Daya
diperlukan Tarik Wisata Tanah Lot bahwa sebagian
untuk bertahan besar penduduk desa beraban adalah
pada saat pedagang, hanya sebagian kecil yang
terjadinya bermata pencaharian sebagai petani,
bencana sehingga keberadaan destinasi tujuan wisata
tanah lot memberikan dampak peningkatan
ekonomi penduduk di sekitar destinasi tujuan
wisata tanah lot.
Ada fasilitas kredit untuk membantu
ekonomi masyarakat seperti BRI Unit Tanah
Lot, Bank sadhu Artha, BPR Luhur Damai,
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Beraban,
KSP Karidana, KSP Artha Sari, dll.
5 Pembangunan Ukuran tingkat Ketika terjadi bencana penjaga keamanan
kesiapsiagaan komunikasi pantai (life guard) akan berkoordinasi
di semua lini dan kerjasama dengan BPBD Tabanan untuk menangani
antar bencana, namun jika BPBD Tabanan
komponen mengalami kesulitan dengan sarana
yang bertugas prasarana maka BPBD Tabanan akan
mengawal berkoordinasi dengan BPBD pusat.
kelompok Media yang digunakan untuk komunikasi
masyarakat pada saat terjadi bencana adalah HT dan
pada saat TOA
terjadi
bencana.
F. Matrik Penilaian Risiko dan Scoring

No Variabel Gempa Bumi Tsunami Longsoran Tebing


1 BAHAYA
a. Frekuensi 3 1 1
b. Intensitas 3 1 1
c. Dampak 2 3 1
d. Keluasan 2 3 1
e. Uluran Waktu 2 3 1
Total 12 11 5
2 KERENTANAN
f. Fisik 2 3 1
g. Sosial 3 3 3
h. Ekonomi 2 3 2
Total 8 9 6
3 MANAJEMEN
i. Kebijakan 1 1 1
j. Kesiapsiagaa 2 2 2
n
k. PSM 2 2 2
Total 5 5 5
NILAI 25 25 16

Dari hasil skoring kebencanaan dapat diketahui bahwa risiko terjadinya bencana
gempa bumi dan tsunami lebih besar dibanding dengan risiko terjadinya bencana
longsoran tebing.

H. Peta Risiko Bencana


I. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam
menginterpretasikan suatu bidang, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks
dimana faktor eksternal dan faktor internal memegang peranan yang sama pentingnya.
Analisis SWOT yang digunakan ini bertujuan untuk menentukan arahan-arahan
penanganan yang akan dilakukan dalam penanggulangan bencana.
Tujuan analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) adalah
untuk mensinergikan kecepatan, ketepatan, kesigapan dan keputusan yg efektif dan
efisien dalam pengelolaan bencana alam.
1. Faktor Strength (kekuatan) adalah ketersediaan SDM ahli di bidang bencana
alam, antara lain ahli-ahli geologi, geofisika, kegunungapian, geografi, geodesi,
teknik sipil, manajemen, informasi, telekomunikasi, dsb. Demikian juga
keberadaan berbagai instansi yang terkait dengan bencana alam. Selain itu
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk hasil-hasil riset di
berbagai bidang yang terkait dengan bencana alam akan sangat mendukung
rencana ini.
2. Faktor Weakness (kelemahan) adalah belum adanya koordinasi dan sinkronisasi
dari berbagai pihak (institusi dan kepakaran) di dalam pengelolaan bencana alam.
Selain itu belum tersedianya suatu wadah yang resmi dan mampu untuk
mengkoordinasi dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan
tersebut,
3. Faktor Opportunity (peluang) adalah banyaknya kerjasama yang telah terbina
sampai dengan saat ini, baik dengan institusi Nasional maupun Internasional yang
memungkinkan adanya transfer teknologi dan kolaborasi. Pendanaan dapat
berasal dari PEMDA Tk I dan II, Menteri RISTEK, UNESCO, dan Kerja Sama
penelitian dengan negara-2 Perancis, Jerman, Jepang dll.
4. Faktor Threat (ancaman/tantangan), untuk kawasan objek wisata adalah peristiwa
alam yang menjadi ancaman bagi kawasan objek yaitu musim hujan yang
membuat akses jalan semakin buruk dan longsor. Peristiwa yang tidak kita
ketahui yang bisa merugikan bagi masyrakat, pemerintah dan pihak lainya hal ini
yang berpengaruh besar yang membuat kekwatiran pengunjung ataupun
masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Jamaris dalam Anjela
(2014) mengungkapkan bahwa objek wisata merupakan segala sesuatu yang
dapat dilihat, di nikmati dan menimbulkan kesan tersendiri, seseorang apabila di
dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Apabila sarana tidak memadai
maka akan merusak dan membahayakan bagi pengunjung, objek dan atraksi
sering kali dikaitkan dengan pengertian produk industri pariwisata dengan
objek dan atraksi wisata. Ancaman (Threats) merupakan kondisi yang
mengancam dari luar. Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri (Freddy, 2014)

Analisis SWOT DTW Pura Tanah Lot


ANALISA SWOT
1. STRENGTH Adanya anggaran khusus untuk
penanggulangan bencana
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana.
Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 29
tahun 2009 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 tahun
2013 tentang Rencana Kontijensi Tsunami.
Ada struktur organisasi yang berfungsi untuk
menangani kondisi darurat saat bencana di
Destinasi Wisata Tanah Lot.
Sarana dan prasarana yang terdapat di Tanah
Lot untuk menanggulangi bencana.
Pernah diadakan acara simulasi
penanggulanan bencana gempa bumi dan
tsunami.

2. WEAKNESS Infrastruktur dan fasilitas pada DTW Tanah


Lot sebagian besar terisi oleh ruko-ruko yang
terdiri dari penjual baju, aksesoris, makanan,
dsb dengan jarak bangunan yang satu dengan
yang lain berdekatan.
Sebagian besar penduduk di desa Beraban
berprofesi sebagai pedagang. Mayoritas dari
mereka berjualan di sekitar obyek wisata Pura
Tanah Lot.
Tanah Lot merupakan daerah Bali Selatan
dengan dataran rendah yang luas dan landai.
Belum adanya sosialisasi kebencanaan kepada
para pekerja di Destinasi Wisata Tanah Lot.

3. OPPORTUNITY Banyaknya kerjasama yang telah terbina


sampai dengan saat ini, baik dengan institusi
Nasional maupun Internasional yang
memungkinkan adanya transfer teknologi dan
kolaborasi.
4. THREAT Iklim yang tidak menentu akibat pemanasan
global.
Pura Tanah Lot berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia dan Sungai Kutikan.
Dalam setahun terakhir jumlah pengunjung
tanah lot baik wisatawan asing maupun lokal
berjumlah 3 juta jiwa.

1. Faktor Strength (Kekuatan)


a. Adanya anggaran khusus untuk penanggulangan bencana.
b. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Dalam UU ini Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Setiap orang berhak
mendapatkan pelindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok
masyarakat rentan bencana,mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, mendapatkan informasi
secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana,
berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial,
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan
bencana khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya dan
melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana. Selain itu, setiap orang yang terkena bencana berhak
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, memperoleh ganti kerugian
karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi.
c. Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 29 tahun 2009 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah yang di dalamnya memuat tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana, kegiatan pencegahan bencana, kesiapsiagaan,
peringatan dini, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Juga
di dalam BAB II memuat pembentukan perangkat daerah Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
d. Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 tahun 2013 tentang Rencana Kontijensi
Tsunami yang bermaksud sebagai pemberdayaan dan optimalisasi seluruh
sumber daya di daerah baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta
untuk mengambil langkah-langkah antisipasi dan kesiap-siagaan terhadap
kemungkinan terjadinya tsunami agar anggota masyarakat dapat terhindar
dari kemungkinan risiko buruk dan sebagai pedoman dalam menangani
darurat tsunami di Provinsi Bali sehingga penanganannya dapat dilakukan
secara sistematis, cepat dan efektif.
e. Ada struktur organisasi yang berfungsi untuk menangani kondisi darurat saat
bencana di Destinasi Wisata Tanah Lot yaitu penjaga keamanan pantai (life
guard), terdapat pula Tagana di desa Beraban, Tabanan, Bali.
f. Sarana dan prasarana yang terdapat di Tanah Lot untuk menanggulangi
bencana adalah adanya sistem peringatan dini berupa imbauan yang direkam
sehingga setiap ada tanda-tanda bahaya rekaman tersebut akan dinyalakan
sebagai sistem peringatan dini, adanya sirine tsunami yang dipasang oleh
BPBD Provinsi Bali untuk memperingatkan adanya bahaya tsunami, selain
itu jika terjadi gelombang pasang yang melebihi batas 13 meter maka akan
dipasang rantai sebagai pembatas agar pengunjung atau wisatawan tidak
memasuki daerah tersebut, tanda zona bahaya berupa bendera berwarna
merah, perahu karet dan pelampung untuk penyelamatan jika terjadi
pengunjung yang tenggelam, tetrapod untuk memecah gelombang sebagai
pencegah abrasi, dan sudah terpasang jalur evakuasi dan peta evakuasi yang
akan digunakan oleh masyarakat maupun wisatawan sebagai petunjuk arah
evakuasi pada saat kejadian bencana.
g. Pernah diadakan acara simulasi penanggulanan bencana gempa bumi dan
tsunami yang diikuti oleh pihak terkait seperti BPBD, Satpol PP, PMI, TNI -
Polri, dan beberapa penjaga keamanan pantai (life guard), siswa SD,
Pemadam Kebakaran, Tagana, dan perwakilan dari tokoh masyarakat yang
dilaksanakan di lapangan umum Beraban,Tabanan, Bali. Namun pada
kenyataannya anggota tim manajemen operasional daya tarik wisata tanah
lot, satpam, dan petugas informasi banyak yang tidak tahu tentang simulasi
kebencanaan, dan titik kumpul evakuasi.

2. Faktor Weakness (Kelemahan)


a. Infrastruktur dan fasilitas pada DTW Tanah Lot sebagian besar terisi oleh
ruko-ruko yang terdiri dari penjual baju, aksesoris, makanan, dsb dengan jarak
bangunan yang satu dengan yang lain berdekatan. Selain itu, ruko satu dengan
yang lain dihubungkan pula dengan jaringan listrik di sepanjang jalan.
b. Sebagian besar penduduk di desa Beraban berprofesi sebagai pedagang.
Mayoritas dari mereka berjualan di sekitar obyek wisata Pura Tanah Lot. Jika
terjadi bencana, baik secara langsung dan tidak langsung, para pedagang tentu
akan merasakan dampaknya. Salah satunya yaitu karena penurunan jumlah
kunjungan wisatawan yang dapat menimbulkan surutnya perekonomian
pedagang, ditambah lagi jika berdagang merupakan mata pencaharian pokok
mereka.
c. Tanah Lot merupakan daerah Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas
dan landai.
d. Belum adanya sosialisasi kebencanaan kepada para pekerja di Destinasi
Wisata Tanah Lot.

3. Faktor Opportunity (Peluang)


Banyaknya kerjasama yang telah terbina sampai dengan saat ini, baik dengan
institusi Nasional maupun Internasional yang memungkinkan adanya transfer
teknologi dan kolaborasi. Pendanaan dapat berasal dari PEMDA Tk I dan II,
Menteri RISTEK, UNESCO, dan kerja sama penelitian serta pembangunan
tetrapod seberat 10 ton dengan negara Perancis, Jerman, dan Jepang.

4. Faktor Threat (Ancaman/Tantangan)


a. Iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global membuat ahli kebencanaan
sulit memprediksi waktu ombak sedang pasang dan ombak sedang surut
b. Pura tanah lot berbatasan langsung dengan samudera hindia dan sungai
kutikan sehingga pura tanah lot berisiko terkena bencana longsoran tebing,
gempa bumi hingga tsunami
c. Dalam setahun terakhir jumlah pengung tanah lot baik wisatawan asing
maupun lokal berjumlah 3 juta jiwa sehingga menimbulkan tantangan
tersendiri bagi pengelola tanah lot untuk meningkatkan manajemen risiko
bencana.

J. Rencana Aksi
Berdasarkan hasil skoring didapatkan bahwa nilai risiko terjadinya bencana
gempa bumi dan tsunami lebih besar dari bencana longsoran tebing sehingga untuk
rencana aksi kami lebih memprioritaskan pencegahan dan penaggulangan untuk
bencana gempa bumi dan tsunami. Dalam hasil analisa SWOT didapatkan beberapa
hal yang patut diberikan perhatian lebih dengan cara menentukan rencana aksi dalam
manajemen risiko bencana. Diantaranya adalah :
1. Meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas daerah dan
implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat dan dukungan
kuat serta keikutsertaan masyarakat di sekitar Tanah Lot.
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana lebih lanjut untuk
mengoptimalkan manajemen bencana di Destinasi Tujuan Wisata Tanah Lot.
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan terutama dalam
melakukan kajian kebencanaan di Destinasi Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot
karena sejauh ini belum didapatkan kajian mengenai kebencanaan di daerah
Destinasi Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot.
4. Menyediakaan lahan perekonomian kedua bagi penduduk sekitar tanah lot
karena berdasarkan hasil observasi sebagian penduduk desa Beraban, Tabanan
menggunakan tanah lot sebagai lahan mata pencaharian mereka sehingga
perekonomian mereka bergantung pada keberlangsungan Destinasi Tujuan Wisata
Tanah Lot. Dapat dibayangkan bagaimana perekonomian penduduk daerah
tersebut jika suatu saat nanti terjadi bencana di Destinasi Tujuan Wisata Tanah
Lot.
5. Memberikan pelatihan dan sosialisasi serta simulasi mengenai bencana gempa
bumi dan tsunami bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga masyarakat dapat
mengetahui tindakan apa yang harus mereka lakukan jika terjadi gempa bumi
yang berpotensi tsunami.
6. Memasang jalur evakuasi di tempat yang mudah dilihat pengunjung atau
wisatawan sehingga wisatawan dapat mengetahui jalur yang tepat untuk dilalui
menuju titik kumpul ketika terjadi bencana. Karena situasi yang didapatkan di
lokasi menunjukkan ketidakefektifan pemasangan jalur evakuasi sehingga
mempersulit pengunjung ataupun wisatawan untuk menemukan titip berkumpul.
7. Melakukan survey atau penilaian tanda evakuasi di areal pura tanah lot untuk
mengetahui tanda evakuasi lama yang tidak dibutuhkan lagi atau
mengetahui tanda evakuasi lama yang hilang atau rusak dan perlu diganti karena
berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa tanda evakuasi yang di corat-
coret dan di tempel dengan berbagai macam stiker. Hal itu mencerminkan bahwa
tanda evakuasi tersebut tidak digunakan secara efektif. Dalam hal ini juga
mencerminkan kurangnya pengetahuan dari pengunjung ataupun wisatawan
tentang tanda evakuasi.
8. Memasang suatu peringatan yang berisikan apa-apa yang harus mereka
lakukan ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami dalam dua bahasa agar
pengunjung ataupun wisatawan baik lokat maupun asing dapat mengetahuinya
dengan mudah.
9. Strategi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
a. Merumuskan sistem, prosedur dan kegiatan-kegiatan Penanggulangan
Bencana Berbasis Masyarakat serta cara-cara yang dimiliki masyarakat untuk
memahami, meramalkan, pemberian peringatan dan menghadapi bencana
perlu diinventarisasi, dimanfaatkan dan ditingkatkan atau dikembangkan
seperti pemanfaatan kulkul di setiap banjar.
b. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat merupakan penyaluran aspek-
aspek fisik, mental dan emosional dari anggota-anggota masyarakat yang
terlibat. Proses merumuskan berarti menjamin pengelolaan sumber-sumber
(dana, waktu, peralatan, informasi dan teknologi) secara baik dan efisien.
Untuk itu perlu ada program dan pelayanan kepada pendamping sosial yang
membantu masyarakat.

Você também pode gostar