Você está na página 1de 6

ANALISA PENGAKTIFAN NUKLIR(INTI)

1. Pengertian
Analisis pengaktifan nuklir atau inti merupakan suatu teknik atau cara untuk
menganalisis unsur di dalam suatu bahan dengan cara mendeteksi radiasi yang memiliki
karakteristik tertentu yang dipancarkan dari hasil transformasi inti unsur tersebut.
Analisis pengaktifan nuklir memiliki sensitifitas yang tinggi , sehingga dapat
menentukan unsur dengan kandungan sampai 10-12 gram.

2. Prinsip
Secara umum reaksi inti yang terjadi saat analisas pengaktifan nuklir adalah
ketika isotop dari unsur X yang stabil ditembaki dengan neutron, partikel bermuatan
atau proton , sehingga tereksitasi menjadi B*. Keadaan inti yang tereksitasi kemudian
meluruh ke tingkat dasar atau radionuklida menjadi C dengan laju peluruhan B.
Peluruhan ke tingkat dasar dilakukan dengan melepaskan seluruh energi yang dimiliki.
Berikut ini reaksi inti yang terjadi :

Prinsip analisis pengaktifan nuklir dapat digambarkan dengan skema berikut ini :

Gambar 1. Prinsip Analisis Pengaktivan Inti


Suatu unsur ditembak dengan neutron , partikel bermuatan atau foton sehingga unsur
tersebut berada pada keadaan tereksitasi . Kemudian inti tereksitasi dapat berubah
dengan memancarkan satu atau lebih sinar gamma (prompt gamma rays) yang terpancar
dalam waktu 10-14 detik menghasilkan produk radionuklida. Produk radionuklida
tersebut kemudian meluruh dengan memancarkan partikel , , dan delayed neutron.
3. Jenis Analisis Pengaktifan Nuklir
a. Analisis Pengaktifan Neutron (Neutron Activation Analysis)
Analisis pengaktifan neutron merupakan salah satu jenis analisis pengaktifan nuklir
yang paling sering digunakan. Analisis pengaktifan neutron atau NAA dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam suatu material. Pada analisis
pengaktifan neutron (NAA) neutron merupakan partikel pengaktivasi. Neutron
dapat menginduksi bermacam-macam reaksi nuklir , hal ini bergantung pada energi
yang digunakan. Berikut ini merupakan skema prinsip dari analisis pengaktivasi
nerutron (NAA) :

Gambar 2. Prinsip Analisis Pengaktivan Neutron


Suatu unsur ditembakan dengan neutron sehingga terbentuk unsur yang berada
pada keadaan tereksitasi karena unsur tersebut menangkap 1 neutron. Kemudian inti
yang tereksitasi tersebut mengalami deeksitasi menjadi suatu unsur yang lebih stabil
dengan memancarkan prompt gamma rays. Kemudian pada beberapa reaksi, deeksitasi
tersebut menghasilkan inti radioaktif yang kemudian inti radioaktif tersebut mengalami
deeksitasi lagi menghasilkan produk inti yang lebih stabil dengan memancarkan
delayed gamma rays dan partikel beta.
Analisa pengaktifan neutron dikelompokkan menjadi dua , yaitu prompt gamma
ray-neutron activation analysis (PGNAA) dan delayed gamma ray-neutron activation
analysis (DGNAA) . PGNAA merupakan teknik analisis multiunsur secara online
irradiation, dapat dikalibrasi secara internal dan merupakan teknik uji yang
tidak merusak sampel yang dipreparasi secara sederhana. Teknik ini mampu
mendeteksi semua unsur yang ada pada tabel periodik kecuali unsur helium. Tenik ini
sangat berguna dan sensitif untuk mendeteksi unsur ringan (H, B, C, N, Si, P, S, Cl)
yang tidak mudah dideteksi oleh teknik analisis lainnya. Tenik PGNAA berdasarkan
sumber neutron yang digunakan untuk analisis dibedakan menjadi dua, yaitu Teknik
PGNAA yang menggunakan sumber neutron termal atau dingin , sehingga teknik ini
disebut pula PGNAA . Namun, ketika teknik PGNAA menggunakan sumber neutron
cepat maka disebut PGFNAA. E nergi neutron cepat (E > 1 MeV) yang ditembakkan
ke sampel dapat dihamburkan secara tak elastik oleh inti suatu sampel, pada proses ini
neutron kehilangan energi dan terjadi eksitasi inti ketingkat energi yang lebih tinggi.
Inti yang tereksitasi ini merupakan inti tak stabil sehingga akan segera terjadi de-
eksitasi menjadi inti stabil dengan memancarkan prompt gamma ray. Sedangkan pada
PGNAA, neutron termal (E = 0,025eV) dan dingin (E < 10 meV) ketika ditembakkan
ke sampel akan mengalami reaksi inti tangkapan neutron dengan inti suatu sampel. Pada
reaksi inti tangkapan neutron ini terbentuk inti majemuk dalam keadaan eksitasi dan
pada saat bersamaan inti majemuk akan mengalami de-eksitasi dengan memancarkan
prompt gamma ray. PGFNAA mampu mendeteksi unsur oksigen dan unsur ringan
lainnya namun sensitivitasnya rendah. Analisis sampel dengan teknik
PGNAA/PGFNAA dilakukan selama proses iradiasi berlangsung.
Delayed gamma ray-neutron activation analysis (DGNAA) dapat mengukur
unsur yang meluruh terlalu cepat , unsur yang menghasilkan hanya isotop stabil atau
unsur dengan intensitas peluruhan sinar gamma yang lemah. DGNAA (kadang-kadang
disebut NAA konvensional) berguna untuk sebagian besar unsur yang menghasilkan
nuklida radioaktif. Teknik ini fleksibel terhadap waktu sehingga sensitivitas untuk
radionuklida berumur panjang yang terhindar dari interferensi oleh radionuklida
berumur pendek dapat ditingkatkan dengan menunggu radionuklida berumur pendek
meluruh. Selektivitas ini adalah keuntungan utama dari DGNAA lebih metode analisis
lainnya. Analisis sampel dengan teknik dengan teknik DGNAA adalah beberapa saat
setelah proses iradiasi atau setelah bahan radioaktif meluruh.
Teknik analisa pengaktifan neutron juga terbagi dalam dua kategori , yaitu
analisis pengaktifan neutron tanpa diperlukan perlakuan kimia atau disebut pula
instrumental neutron activation analysis (INAA). Sedangkan analisis pengaktifan
neutron yang dilakukan pemisahan kimia setelah iradiasi atau memekatkan
radionuklida dinamakan radiochemical neutron activation analysis (RNAA). Dan jika
dilakukan pemisahan kimia sebelum iradiasi disebut chemical neutron activation
analysis (CNAA).
Kemudian NAA dapat dikelompokkan pula berdasarnya energi elekton yang
digunakan, yaitu thermal neutron activation analysis (TNAA) dengan menggunakan
neutron termal yang memiliki energi 0,04 eV dan epithermal neutron activation
analysis (ENAA) menggunakan neutron epitermal dengan rentang energi pada 0,02 eV
sampai 100 eV.
Pada analisis pengaktifan neutron sejumlah sampel yang akan ditentukan
ditransformasi dengan reaksi (n,) menjadi isotop radioaktif kemudian keaktifan
radionuklida yang terbentuk diukur. Dari hasil pengukuran keaktifan ini dapat dihitung
jumlah sampel yang menjadi aktif tersebut. Teknik ini sangat baik digunakan
khususnya untuk unsur yang memiliki penampang lintang penangkapan neutron yang
tinggi dan dapat ditentukan untuk sampel yang jumlahnya sekitar 10-12 gram. Analisis
unsur mineral dalam pertambangan yang dilakukan dengan teknik ini , yaitu Na, P, Ca,
Sc , Sr , Mn , Co , Cu , Zn , Gr , As , Ag , In , W , Ir , Pt dan Au serta banyak unsur
lainnya lagi. Beberapa unsur tanah jarang , seperti Sm , Eu , Gd , Dy , Ho , Yb memiliki
penampang lintang penangkapan neutron yang tinggi , sehingga dapat ditentukan
dengan teknik analisis pengaktifan neutron.
Jika x gram sampel yang mengandung N atom unsur ditempatkan dalam flux
neutron termal dalam waktu t detik, maka akan dihasilkan keaktifan terukur At . Jika
ada unsur lain dalam sampel yang juga bersifat radioaktif , maka aktifitas yang
dihasilkan dapat dibedakan dari aktivitas semua berdasarkan radiasi , waktu paruh dan
lain lain. Aktifitas , At yang dihasilkan adalah :
At = N (1-e-t)
Keterangan :
At = Aktivitas terukur
N = jumlah atom
= fluks neutron (jumlah neutron )
= penampang lintang penangkapan neutron (cm2)
= Konstanta peluruhan
Jumlah inti produk yang diperoleh adalah :

N=

At merupakan aktivitas yang dihasilkan pada saat iradiasi terakhir. Biasanya hal
itu sulit dilakukan dan waktu tertentu t diukur antara akhir iradiasi dan awal
pencacahan yang mana telah terjadi peluruhan beberapa waktu.
Aktivitas yang terukur pada saat t setelah iradiasi adalah :
At = N (1-e-t) e-t
Dalam praktek, massa analit ditentukan dengan cara iradiasi identik terhadap
sampel standar dan sampel analit. Jika massa sampel standar bermassa W s setelah
iradiasi memberikana keaktifan sebesar As . Jika hasil pengukuran aktivitas analit
memberikan nilai sebesar Aa maka massa analit adalah Wa diperoleh melalui hubungan:

=


=

Dalam analisis pengaktifan neutron biasanya lebih dari satu unsur target yang
dihasilkan dan aktivitas dari isotop tersebut dapat dibedakan berdasarkan energi atau
energi serta perbedaan waktu paruh untuk membedakan isotop-isotop yang
dihasilkan tersebut.
Dengan spektrometer sinar gamma yang beresolusi tinggi dengan detektor padat
(seperti Ge-Li , Si-Li) dapat dilakukan analisis pengaktifan neutron terhadap sejumlah
zat analit seperti :
51
Cr di alam diperoleh dari reaksi 50Cr(n,)51Cr selama 22,2 hari. Dengan
iradiasi neutron lambat dibawah kondisi identik , crom dalam batu
delima campuran Al2O3 dan Cr2O2 akan diketahui kandungan kromnya.
Melalui cara ini diketahui bahwa dalam batu delima terdapat 0,1 0 ,4%
kandungan Cr.
Kandungan mangan dalam daun teh. 56
Mn diperoleh dari reaksi
55
Mn(n,) . Dengan iradiasi neutron selama 2,58 jam terhadap daun teh
kering yang beratnya diketahui bersama standar, menunjukkan bahwa
kandungan Mn dalam daun teh kira kira 0,13%.
Penentuan umur batu dalam arkeologi.
Penentuan kandungan arsen dalam rambut.

b. Analisis Pengaktifan Partikel Bermuatan (Charged Particle Activation Analysis


(CPAA))
Pada CPAA , sejumlah partikel bermuatan digunakan untuk mengaktivasi
analit. Partikel yang biasa digunakan adalah proton , deutron dan partikel . Partikel
yang digunakan berada pada rentang energi berskala MeV. Pada umumnya
pengukuran dilakukan terhadap delayed gamma ray yang dipancarkan oleh produk
radionuklida. CPAA tidak digunakan seluas NAA, karena terdapat hanya sedikit
partikel bermuatan yang dapat digunakan.

c. Analisis pengaktifan foton (Instrumental Photon Activation Analysis (IPAA))


Pada IPAA , foton bernergi tinggi digunakan sebagai pengaktivasi sampel .
Radiasi yang dihasilkan dari percepatan elektron dalam suatu pemercepat linier atau
dalam suatu sumber cahaya digunkan sebagai sumber foton.. Cara ini tidak banyak
digunakan.

Você também pode gostar