Você está na página 1de 28

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONEA

I. I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Bronchopneumonea adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
berbecak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).

B. Etiologi
1. Bakteri contohnya : Diplococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia.
2. Virus contohnya : Virus Influenza, Virus Parainfluenza.
3. Jamur contihnya : Histoplasma cospulatum, Caudida, Kriptococcus
dan blastomises.

C. Patofisiologi
Bakteri, virus ataupun jamur menyerang ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi
influenza yang terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu
gerakan dan difusi oksigen dan karbondioksida, sel-sel darah putih, neotrofil juga
bermigrasi ke alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya berisi udara. Area paru
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi edema mukosa dan
broncospasme menyebabkan okulusi partial bronki atau alveoli yang
mengakibatkan penurunan tekanan oksigen alveoli. Keadaan demikian
mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh harus meningkatkan
frekuensi ke dalam bernapasnya.
Penyimpangan KDM
Virus / Bakteri / Jamur

Infeksi saluran pernapasan

Peradangan pada sel pernapasan (Paru-paru)

Migrasi lekosit, netrofil dan eksudat ke daeraj radang

Peningkatan permeabilitas kapiler dan edema mukosa

Peningkatan produksi mukus

Akumulasi lendir di dalam napas

Peningkatan frekuensi napas Obstrubsi saluran napas perubahan irama dan


jumlah pernapasan

sesak bersihan jalan napas


pola
tidak efektif pernapasan tidak efektif

gangguan pertukaran gas

perubahan status kesehatan


perubahan fungsi
pernapasan
kurang informasi
tentang penyakit
kebutuhan energi
meningkat
stessor meningkat

intake tidak adekuat


koping tidak adekuat

kelemahan kecemasa
n
intoleransi aktivitas
D. Manifestasi klinik
Demam dan menggigil karena proses peradangan.
Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas
dan batuk.
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
Napas sesak dan cepat
Tampak pernapasan cuping hidung
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya
serius.
Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelektasis absorbsi.

E. Komplikasi
Hipotensi dan syok
Atelektasis
Efusi pleura
Deliriu
Superinfeksi
F. Perangkat Diagnostik
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau
beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrat
Pemeriksaan laboraturium di dadapati lekositosit antara 15000 sampai
40000 /mm3.
Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodefiensi
G. Penatalaksanan
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,
gentamisin.
Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan iritasi broncia
Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-tandapenyembuhan.
Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.
Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan
mengurangi resiko atelektasis.

II. PROSES KEPERAWATAN.


1. Pengkajian
Pada pengkajian dengan pasien Bronkopnemonia maka harus diidentifikasi
akan adanya demam, mengigil, dan adanya nyeri dada yang dicetuskan pada
saat bernapas dan batuk,kaji akan adanya bunyi napas tambahan seperti
ronchi, whezzing, apakah napasnya sesak dan cepat, apakah dalambernapas
tampak pernapasan kuping hidung.Identifikasi akan adanya rasa lelah akibat
peradeangan dan hipoksia periksa atau tanda-tanda sianosis yang mungkin
timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
lendir di jalan napas.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
pernapasan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran
pernapasan
Kecemasan berhubung dengan kurangnya pengetahuan dengan
penyakit yang terjadi
3. Interfensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi lendir di jalan napas.
Tujuannya : menunjukan jalan napas yang efektif atau bersih
Intervensi :
Kaji atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai
indikasi dasar gangguan pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang menandakan
gangguan pernapasan.
Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru
lebih maksimal
Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : mengeluarkan sekret.
Lakukan program pengobatan
Rasionalnya : memperbaiki pernapasan.
2) Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif berhubung dengan
obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pola napas efektif
Interfensinya :
Berikan O2 sesuai program.
Rasionalnya : mempertahankan O2 arteri.
Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasionalnya : indikasi adanya gangguan pernapasan.
Berikan posisi semi fowler
Rasionalnya : meningkatkan pengembangan paru.
Bantu dalam terapi inhalasi
Rasionalnya : kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut.
3) Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pertukaran gas menjadi adekuat.
Interfensi :
Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi
stomal.
Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
Alat emergensi harus tersedia dengan baik.
Rasionalnya : persiapan emergensi terjadinya masalah akut
pernapasan.
Suction jika ada indikasi
Rasionalnya : meningkatkan pertukaran gas.
Berikan terapi inhalasi.
Rasionalnya : melonggarkan saluran pernapasan.
4) Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan
perubahan fungsi pernapasan.
Tujuannya : intoleransi aktivitas tertasi.
Interfensi :
Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas.
Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.
Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.
Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.
Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.
Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.
5) Diagnosa keperawatan : kecemasan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang terjadi.
Tujuannya : kecemasannya teratasi.
Interfensi :
Kaji tingkat kecemasan.
Rasionalnya : mengetahui sejauh mana kecemasan yang di alalmi.
Berikan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan penyakit
yang sedang terjadi.
Rasionalnya : menghilangkan kecemasan karena ketidaktahuan.
Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang
nyaman.
Rasionalnya: lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan
pikiran.
Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Rasionalnya: menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa
nyaman.
Membantu pasien dalam kemampuan koping.
Rasionalnya : koping yang positif dapat menurunkan kecemasan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI

Oksigen merupakan salah satu komponen gas yang dibutuhkan dalam


proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Tarwotoh & Wartonah, 2004). Secara normal oksigen diperoleh melalui proses
respirasi dan penyampaian oksigen kejaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan haematologi.
Respirasi adalah transpor oksigen kedalam sel tubuh dan transfer
karbondioksida dari sel keatmosfir. Tujuan dari proses respirasi ini adalah untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh dan membuang karbondioksida ke
atmosfir. Untuk mencapai tujuan itu, maka sistem pernapasan menjalankan fungsinya
melalui empat (4) tahap diantaranya:
1. Ventilasi Paru, yaitu proses masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke
alveoli paru
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
3. Transport oksigen dan karbondioksida antara darah dan jaringan
4. Perfusi gas yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida dijaringan
Respirasi terdiri dari proses inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi terjadi setiap 1-5,5
detik dan ekspirasi setiap 2-3 detik. Inspirasi terjadi karena adanya kontraksi
diafragma, diafragma turun menyebabkan desakaan kerongga abdomen
sehingga rongga dada membesar, dan diikuti oleh terangkatnya iga-iga sehingga
diameter anterior posterior dada menjadi lebih besar. Oleh karena itu iga
menonjol kedepan dan sternum menjauhi tulang punggung dan dengan
demikian diafragma menjadi lebih luas. Sedangkan ekspirasi terjadi pada saat
diafragma relaksasi. Diafragma naik bersamaan dengan kontraksi otot-otot
abdomen daan tekanan organ-organ dalam abdomen keatas sehingga iga-iga
ikut tertarik kebelakang dan rongga dada mengecil.
Volume paru ditentukan oleh proses spirometri yang mengukur atau
menghitung volume udara yang keluar dan masuk paru. Volume paru diantaranya:
1. Volume tidal, yaitu volume udara yang secara normal dihirup dan
dihembuskan pada setiap terikan napas. Nilainya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara maksimum yanag dapat
dihembuskan melebihi ekspirasi normal. Nilainya rata-rata 1100 ml.
3. Volume cadangan inspirasi, yaitu volume udara diatas inspirasi tidal volume
yang dapat secara maksimum dihirup pada setiap terikan napas. Besarnya sekitar
3000 ml.
4. Volume residual yaitu volume udara yang tetap berada didalam paru setelah
ekspirasi maksimum, besarnya sekitar 1200 ml.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu :
1. Faktor fisiologi
Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan atas.
Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya pemenuhan oksigen.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, dan luka.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada diantaranya
pada kehamilan, obesitas, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan
Bayi prematur yang disebabkan oleh kekurangaan surfaktan
Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasaan akut.
Anak usia sekolah dan remaja resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas
dan stres.
Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arterosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor perilaku
Nutrisi, misalnya pada obesitas yang menyebabkan penurunan
ekspansi paru, gizi buruk menyebabkan anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Merokok, nikotinnya menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer daan koroner.
Substansi abuse (alkohol dan obat-obatan) menyebabkan intake nutrisi
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin.
Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor lingkungan
Tempat kerja karena adanya polusi.
Suhu lingkungan.
Ketinggian tempat dari permukaan laut.

Perubahan pada fungsi pernapasan diantaranya adalah :


1. Hiperventilasi, yaitu peningkatan frekuensi dan kedalaman dalam bernapas
untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru.
2. Hipoventilasi, yaitu ventilasi alveolaar yang tidaak adekuat untuk memenuhi
penggunaan oksigen tubuh atau pengeluaran karbondioksida yang cukup.
3. Hipoksia, yaitu tidak adekuatnya penggunaan oksigen seluler akibat dari
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan
karbondioksida pada tingkat seluler.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Salekta Kedokteran, Media Aescculapius, Jakarta.

Corwin, Elizabeth J., 2000, Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

Doenges, Marlyn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Meubin, Halim, 2001, Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Brunner
dan Suddarth, EGC, Jakarta.

Tarwoto & Martonah, 2004, Konsep Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta.
PENGKAJIAN FISIK

I. DATA BIOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 27 hari
Pekerjaan : tidak ada
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sejiwa No. 37
Status : Dibawah umur
Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
Diagnosa Medik : Bronchopneumonia
Tanggal Pengakajian : 08 Agustus 2005
Nomor Medik : 05 74 74
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama : Sesak napas.
2. Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit Labuang Baji, pada tanggal 4 agustus 2005 dengan
keluhan sulit bernapas sejak enam hari yang lalu disertai batuk. Ibu klien
mengatakan anaknya bertambah sesak ketika menangis, dan berkurang ketika
anaknya tertidur. Klien tidak mampu beraktivitas bila sesaknya timbul, keluhan
ini dirasakan secara bertahap dengan kualitas yang agak berat serta menyebar
disekitar dada klien.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di rumahsakit
dengan keluahan yang sama.
Klien tidak pernah mengalamikecelakan sebelumnya.
Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya.
4. Informasi Kesehatan Sekarang
Klien tidak pernah alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
Klien mempunyai kebiasaan minum susu.
Klien belum mendapatkan imunisasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram

X X X X

G.1 ? ?
? ? ?
35 35 35 37

G.2 ? ? ? ? ? ? ? ?

18 18

27
hari
G.3
Keterangan :
G1 : Generasi peretama : Laki-laki
G2 : Generasi kedua : Perempuan
G3 : Generasi ketiga.
X X : Telah meninggal

? ? : Tidak diketahui umur


: Serumah
: Klien

Riwayat keluarga
Klien adalah anak pertama dari orangtuanya
Klien tinggal serumah dengan bapak, ibu, nenek dan kakek
serta tantenya.
Tidak ada riwayat keluarga klien perokok.

III. KEADAAN KESEHATAN UMUM


1. Keadaan umum : Klien nampak sesak dan batuk
2. Pemeriksaan Atropometri
LK : 34 cm LLA : 10 cm
LD : 32 cm LLB : 9 cm
LP : 30 cm TB : 50 cm
LPA :13 cm BB : 2,7 Kg
3. Tanda-tanda Vital :
Nadi : 150 x/mnt
Pernapasan : 64 x/mnt
Suhu : 37,4 C.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Kulit
Kulit klien halus dan turgornya baik
Tidak terdapat lesi pada kulit klien
Warna kulit klien sawomatang.
2. Kepala Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : rambut klien hitam dan penyebarannya rata, bentuk
kepala mesochepalus, rambut klien lurus, tidak terlihat luka pada
kepala klien, ubun-ubun besar belum tertutup
Palpasi : Tidak teraba adanya massa, rambut tidak mudah
tercabut.
b. Mata
Inspeksi : Sklera berwarna putih, konjungtifa merah muda,
bola mata dapat bergerak kesegalah arah.
Palpasi : tidak terdapat benjolan bola mata.
c. Telinga
Inspeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda
peradangan, tidak memakai alat bantu.
Palpasi : tidak teraba adanya massa.
d. Hidungan dan Sinus
Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada obstruksi
peradangan dan pendarahan, terpasang O2 liter/mnt, pernapasan
cuping hidung.
e. Mulut dan tenggorokan.
Inspeksi : tidak terlihat peradangan pada gusi, gigi belum ada.
Palpasi : tidak teraba adanya massa.
f. Leher
Inspeksi : Tidak nampak pembesaran tiroid, tidak nampak
adanya massa.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak
teraba adanya massa.
g. Payudara
o Inspeksi : Tidak terlihat lesi pada putting susu, tidak tampak
adanya massa.
o Palpasi : Tidak teraba adanya massa.
h. Dada Dan Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada menyerupai pigeon chist, frekwensi
napas 64 x/mnt, irama ireguler, ekspansi dada simetris kiri dan kanan.
Palpasi : Terdapat retraksi dinding dada, tidak teraba adanya
massa.
Auskultasi : Bunyi napas bronkofesikuler, terdengar bunyi
napas tambahan yaitu ronchi.
i. Jantung
Inspeksi : Ictuscordis terlihat pada ICS 5.
Palpasi :.Apeks teraba pada ICS 5 midclavicularis kiri.
Perkusi : Suara perkusi redup (dulrus).
Auskultasi : Bunyi jantung satu : Murni (penutupan katup
mitralis dan trihuspidalis), bunyi jantung dua :murni(terbukanya katup
mitralis dan trihuspidalis).
j. Abdomen
Inspeksi : tidak nampak pembesaran pada abdomen, tidak
tampak lesi.
Palpasi :.tidak teraba adanya massa, hepar tidak teraba.
Perkusi :.suara perkusi tympani.
Auskultasi :peristaltik 10 x/mnt.
k. Genitalia Dan Anus
Inspeksi : tidak ada kelainan pada organ kelamin.
Palpasi :. Tidak teraba adanya massa.
l. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Tidak terdapat atropi ataupun hipertropi.
Kuku klien tumbuh dengan baik.
Tidak terdapat edema.
Kedua tangan dapat bergerak bebas.
2. Ekstremitas bawah
Tidak terdapat atropi maupun hipertropi.
Kuku klien tumbuh dengan baik
Tidak terdapat edema.
Kedua kaki dapat bergerak bebas.
m. Status Neurologis
(Tidak dikaji)

V.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
WBC : 2.400 /mm3 (N : 5.000-10.000/ mm3)
RBC : 4.18 Jt/ mm3 (N : 4.5-5.5 Jt/ mm3)
HGB : 14,0 gr % (N : 13-16 gr %)
NCT : 43,4 % (N : 40-48 %)
Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks hasilnya : terdapat bercak-bercak halus pada kedua paru.

VI. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI


No Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi
Makanan dan minuman Susu dan air putih Susu dan air putih
2. Eliminasi
BAK : Frekuensi 6 10 kali/hari 6 10 kali/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Amoniak Amoniak
BAB : Frekuensi 1 2 kali/hari 1 2 kali/hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
3. Istirahat/tidur
Tidur malam Pkl. 19.00 05.00 Pkl. 20.00 06.00
Tidur siang Pkl. 10.00 16.00 Pkl. 09.00 15.00
Kebiasaan tidur Disusui Disusui
4. Personal Hygiene
Mandi 1 2 kali/hri 1 kali sehari dengan
lap hangat
Kebersihan rambut Setiap kali mandi 1 kali setiap kali
mandi
Potong kuku Tidak pernah Tidak pernah

VII. POLA INTERAKSI SOSIAL


Orang yang terdekat dengan klien adalah Ibunya.

VIII. KESEHATAN SOSIAL


Status rumah milik kakek dan nenek klien.
Tidak terkena banjir.
Rumah klien tenang.

IX. KEGIATAN KEAGAMAAN


Klien belum dapat melakuakan kegiatan keagamaannya.
X. PENGOBATAN DAN PERAWATAN
a. Pengobatan
Ampicilin 3 x 80 mg/IV
Gentamicin 2 x 8 mg/IV
Dexametazon 2 x 1 mg/IV
Invus Dextrose 5 % 7 tts/dtk
b. Perawatan
Pasang O2 liter/detik.
PENGKAJIAN KEBUTUHAN OKSIGENASE

Pengkajian kebutuhan oksigenase :


1. Klien tidak pernah menderita penyakit sesak napas dan batuk
sebelumnya.
2. Klien menderita batuk dan sifatnya produktif.
3. Batuk klien tidak tentu waktunya.
4. Klien juga menderita sesak napas.
5. Irama pernapasan klien Ireguler, frekwensi pernapasan 64 x/mnt.
6. Terdengar ronchi, terjadi retraksi interhostal
7. Ibu klien mengatakan anaknya seasak.
8. Ibu klien mengatakan anaknya batuk berlendir.
9. Keluarga klien tidak ada yang merokok.
Pemeriksaan Laboratorium
WBC : 2.400 /mm3 (N : 5.000-10.000/ mm3)
RBC : 4.18 Jt/ mm3 (N : 4.5-5.5 Jt/ mm3)
HGB : 14,0 gr % (N : 13-16 gr %)
NCT : 43,4 % (N : 40-48 %)
Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks hasilnya : terdapat bercak-bercak halus pada kedua paru.
DATA FOKUS

Nama : An. A
No. Med. Rec : 05 74 74
Ruangan rawat : Bajiminasa

Data Subyektif Data Obyektif


- Ibu klien mengatakan anaknya sulit - Klien nampak sesak
untuk bernapas. - Frekuensi pernapasan 64 x/mnt.
- Ibu klien mengatakan anaknya batuk - Klien nampak batuk.
berlendir. - Terdengar bunyi ronchi
- Terjadi retraksi intercostal.
- Terpasang O2 liert/mnt.
ANALISA DATA

Nama : An. A
No. Medical Record : 05 74 74
Ruangan rawat : Bajiminasa

Data Etiologi Masalah


DS Invasi bakteri, virus, jamur Bersihan jalan napas
kesaluran napas tidak efektif.
- Ibu klien mengatakan anaknya sulit
untuk bernapas. Peradangan pada selaput
pernapasan (Paru-paru)
- Ibu klien mengatakan anaknya batuk
berlendir. Migrasi leukosit, neutrofil,
dan eksudat kedaerah
DO
radang
- Klien nampak sesak
Penigkatan permeabilitas
- Frekuensi pernapasan 64 x/mnt.
kapikler dan edema
- Klien nampak batuk. mukosa
- Terdengar bunyi ronchi
Peningkatan produksi
- Terjadi retraksi intercostal. mukus
- Terpasang O2 liert/mnt.
Akumulasi lendir di jalan
napas

Obstruksi saluran napas

Bersihan jalan napas tidak


efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. A
No. Medical Record : 05 74 74
Ruangan rawat : Bajiminasa

Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


Bersihan jalan napas tidak efektif 08 Agustus 2005 Belum teratasi
berhubungan dengan akumulasi lendir
dijalan napas yang ditandai dengan;
DS :
- Ibu klien mengatakan
anaknya sulit untuk bernapas.
- Ibu klien mengatakan
anaknya batuk berlendir.
DO :
- Klien nampak sesak
- Frekuensi pernapasan 64
x/mnt.
- Klien nampak batuk.
- Terdengar bunyi ronchi
- Terjadi retraksi intercostal.
- Terpasang O2 liert/mnt.

RENCANA TINDAKAN

Nama : An. A
No. Medical Record : 05 74 74
Ruangan rawat : Bajiminasa

NDx dan Data Tujuan Intervensi Rasional


Bersihan jalan napas Klien menunjukan - Kaji atau Mengetahui freku-
tidak efektif berhu- jalan napas efektif pantau ensi pernapasan
bungan dengan aku- dengan kriteria :
mulasi lendir dijalan - Klien
pernapasan klien klien sebagai indi-
napas yang ditandai tidak sesak. kasi dasar gangguan
dengan; - Klien pernapasan.
DS : tidak batuk
- Ibu klien - Irama Adanya bunyi napas
mengatakan anaknya napas teratur - Auskultasi tambahan yang me-
sulit untuk bernapas. - Tidak ada
- Ibu klien bunyi ronchi
bunyi napas nandakan gang-
mengatakan anaknya - Frekuensi tambahan guan pernapasan.
batuk berlendir. pernapasan
DO : normal 20-30 Posisi semi fowler
- Klien nampak kali/menit. memungkinkan eks-
sesak
- Frekuensi
- Berikan pansi paru lebih
pernapasan 64 x/mnt. posisi yang maksimal.
- Klien nampak nyaman
batuk. misalnya posisi Mempertahankan
- Terdengar semi fowler. oksigen perifer yang
bunyi ronchi
- Terjadi retraksi
adekuat.
intercostal. - Berikan
- Terpasang O2 oksigen sesuai Kortikosteroid di-
liert/mnt. program. gunakan untuk men-
cegah reaksi alergi
atau menghambat
- Penatalaksan pengeluaran hista-
aan pemberian min, menurunkan
obat berat dan frekuensi
kortikosteroid. spasme jalan napas.

RENCANA TINDAKAN

Nama : An. A
No. Medical Record : 05 74 74
Ruangan rawat : Bajiminasa

Hari/tgl NDx Jam Implementasi dan Hasil


Selasa, 1 20.30 - Mengkaji frekuensi pernapasan klien.
09 Agustus 2005 Hasil : Pernapasan 64 x/mnt
- Auskultasi bunyi napas tambahan.
20.35 Hasil : Terdengar bunyi ronchi.
- Penatalaksanaan pemberian oksigen sesuai
program.
20.50 Hasil : Pemberian oksigen liter/mnt
06.00
- Mengatur posisi yang nyaman pada klien.
Hasil : klien merasa lebih nyaman.
Rabu, - Penatalaksanaan pemberian obat
10 Agustus 2005 1 15.20 Dexametazone 1 mg / iv.
15.30
- Mengkaji pernapasan klien.
Kamis, 15.40 Hasil : pernapasan 44 x / menit.
11 Agustus 2005 - Memantau pemberian O2 sesuai program.
Hasil : pemberian O2 liter / menit.
1 10.00 - Mengatur posisi yang nyaman pada klien.
Hasil : klien merasa lebih nyaman.

- Mengkaji pernapasan klien.


Hasil : pernapasan 40 x / menit.
- Mengatur posisi yang nyaman.
Hasil : klien merasa agak nyaman.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An. J
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar

Hari/tgl NDx Jam Evaluasi


Rabu, 1 15.00 S : - Ibu klien mengatakan sesak napas anaknya
10 Agustus anaknya berkurang.
2005 - Ibu klien mengatakan anaknya batuk
berlendir.
O : Klien nampak sesak, irama napas cepat, frekuensi
pernapasan 44 x / menit, masih terdengar bunyi
ronchi, retraksi dinding dada.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Kaji atau pantau pernapasan klien.
2. Berikan posisi yang nyaman.
4. Berikan oksigen sesuai program
5. Penatalaksanaan pemberian obat
kortikosteroid.
S : - Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak.
Kamis, 1 10.00 - Ibu klien mengatakan batuk anaknya
11 Agustus berkurang dan masih disertai lendir.
2005 O : Klien nampak sesak, irama napas cepat, frekuensi
pernapasan 40 x/mnt, masih terdengar bunyi
ronchi, retraksi dinding dada.
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji atau pantau pernapasan klien.
3. Berikan posisi yang nyaman.
4. Berikan oksigen sesuai program.
S : - Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak.
- Ibu klien mengatakan batuk anaknya
berkurang dan masih disertai lendir.
Jumat, 1 22.00 O : Klien nampak sesak, irama napas cepat, frekuensi
12 Agustus pernapasan 40 x/mnt, masih terdengar bunyi
2005 ronchi, retraksi dinding dada.
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji atau pantau pernapasan klien.
3. Berikan posisi yang nyaman.
4. Berikan oksigen sesuai program.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. A
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEUMONIA
DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA
RSU. LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 8 s/d 13 AGUSTUS 2005
OLE H
KE LOMPOK IV

Risal Cresensia B. M.
Muliana Fahri A. Hasyim
Irmayani Magdalena Tinsia
Satriani Maria Roseni
Icsan Soba Imelda Indra Dewi

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2005

Você também pode gostar