Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Step 1
1. Disritmia cordis : kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi dan irama atau
keduanya
2. Aspilet : salah satu nama paten dari aspirin yang merupaka obat NSAID yang
mempunyai fungsi sebgaai antipiretik, antiinflamasi, analgesik, menghambat agregasi
trombosit
3. Digoxin : salah satu obat gagal jantung yang mempunyai efek inotropik positif dan
kronotropik negatif
Ada intravena dipakai di ggal jantung akut akibat AF respon ceat dan
peroral waktu paruh panjang masuk ke sirkulasi enterohepatik
Step 2
1. Jelaskan sistem konduktorium jantung
2. Etiologi dari disritmia cordis
3. Klasifikasi dari disritmia cordis
4. Patofisiologi disritmia
5. Mengapa penderita mengalami jantung berdebar lebih dari 100x / menit?
6. Hubungan mitral stenosis dengan gejala dan penyakit yang timbul
7. Pengaruh aspilet dan digoxin pada gejala
8. Mengapa bisa didapatkan gelombang ekg seperti skenario?
9. Mengapa frekuensi nadi dan jantung berbeda
10. DD
11. Faktor resiko dari diagnosis
12. PF dan pemerikaan penunjang
13. Penatalaksanaan diagnosis
14. Komplikasi disritmia
Step 3
- Tirotoksikosis
4. Patofisiologi disritmia
Ada gangguan produksi impuls atau hantaran
- Produksi impuls : nodus SA tertutup, produksi abnormal
- Hantaran : dijalurnya ada blokade
- Pengambil alihan oleh nodus yang lain
5. Mengapa penderita mengalami jantung berdebar lebih dari 100x / menit?
Karena kompensasi dari jantung, ada stenosis mitral maka mengkompensasi supaya
jantung berdetak lebih cepat
Stenosis mitral peningkatan tekanan atrium kiri dilatasi atrium kiri disritmia
6. Pengaruh aspilet dan digoxin pada gejala
Aspilet : penghambtaan cox1 prekursor arakhidonat penghasil prostaglandin tidak
terjadi inflamasi
Menjaga ruptur plak tidak menyebabkan aterotrombosis
Untuk menghambat agregasi tromposit dan melepaskan tromboplaq di dalam vaskuler
Digoxin : curah jantung berkurang tachycardi meningkatkan curah jantung dan
mengurangi efek tachycardi
7. Mengapa bisa didapatkan gelombang ekg seperti skenario?
Di gelombang P = disritmia atrium
Interal R ke R? Depolarisasi ventrikel juga terhambat
8. Mengapa frekuensi nadi dan jantung berbeda
Karena jantung memompa dengan cepat tapi CO yang keluar tidak bisa maksimal
9. DD
Disritmia atrium : prematur atrium contraction, proximal atrium tachycardi, atrium fibrilasi
= Atrial fibrilasi : dilihat dari ekg, sama faktor resiko : mitral stenosis
10. Faktor resiko dari diagnosis
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Merokok
d. Penyakit katup : mitral
e. Obat obatan
Simpul SA membangkitkan impuls dengan rate normal sekitar 70 bpm (beat per menit).
Impuls ini melalui bachmanns bundle disebarkan ke seluruh dinding atrium, sehingga
membuat sel-sel dalam dinding atrium mengalami depolarisasi. Depolarisasi pada atrium ini
kemudian diikuti oleh kontraksi atrium. Dari atrium, impuls diteruskan ke Simpul AV
melalui internodal fiber. Di dalam Simpul AV, impuls mengalami penundaan sekitar 100 ms
yang fungsinya memberikan waktu kepada atrium untuk menyelesaikan kontraksinya
sebelum ventrikel mulai berkontraksi. Dari Simpul AV, impuls diteruskan ke Bundle of
His, ke Left dan Right Bundle branches, dan menyebar ke seluruh dinding ventrikel
melalui Purkinje fibers. Menyebarnya impuls ke seluruh dinding ventrikel membuat ventrikel
mengalami depolarisasi yang kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikel. Setelah itu proses
berulang kembali dimulai dari Simpul SA.
http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/sinyal-biopotensial-jantung/
Irama normal :
dikenadalikan nodis SA di atriunm
Frekuensi 60-100/ menit
Terekam EKG aktivitas kelistrikannya di mulai dari gelombang P dan di ikuti dengan
gelombang QRST.
Nodus SA sebagai Pace maker terbesar dekat VCS ke internodal atrial ( atrium kiri) gelombang P
yang setengah dan P setengahnya ketika arus listrik setelah melewati atrium kiri. ( internodal
posterior dan medial ke nodus av)( posisi masih di atrium dextra, bundle of his di septum
atrioventrikularis. Serabut purkinje di myocardium. ) akan dicabangkan menjadi bundle HIS
bervabang dextra menjadi 3 , dan sinistra menjadi 2. ( disertakan gambar ya )
Lalu ke
Aliran gelobang Q sudah melerwati bundle HIS dan tiba di serabut purkinje listrik akan
hilang Tidak terdeteksi = relaksasi dari ventrikel menhasilkan gelombang T
Jawab:
KLASIFIKASI DISRITMIA
a. Bradikardi Sinus
Karakteristik :
Irama : regular
b. Takikardi Sinus
frekuensi 100 kali/menit atau lebih. Batas tertinggi dari sinus takikardi 160
Karakteristik :
Irama : regular
2. DISRITMIA ATRIUM
ketika impuls atrial ektopik keluar secara prematur dan pada kebanyakan kasus,
impuls ini dikonduksi dalam gaya normal melalui sistem konduksi AV ke ventrikel.
Karakteristik :
gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium telah
Kompleks QRS : bisa normal, menyimpang atau tidak ada. Bila ventrikel
adalah takikardi atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian
yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan pengisian artei
koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung.
Karakteristik :
Irama : regular
c. Fluter Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama
jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 350 kali per menit. Karakter
penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi pada nodus AV, yang
tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantran 1 :1 impuls atrium yang
dilepaskan 250 sampai 350 kali per menit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel,
Karakteristik :
Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 350 denyut per menit
Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
d. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
3. DISRITMIA VENTRIKEL
secara prematur pada tingkatan ventrikel. Impuls ini juga menunjukkan KPV
QRS tidak hanya prematur, tetapi akan melebar dan aneh dengan gelombang T
yang berlawanan defleksinya dengan kompleks QRS. Denyut ini jarang, kadang-
jumlah DVP/menit. Jika DVP terjadi setelah tiap-tiap denyut sinus, berarti ada
ventrikular bigemini. Ventrikuler trigemini adalah DVP yang terjadi setelah dua
b. Takikardi Ventrikel
TV didefenisikan sebagai tiga atau lebih DVP dalam satu baris. Ini dikenali
dengan kompleks QRS yang lebar dan dalam satu baris. Ini dikenali dengan
kompleks QRS yang lebar dan aneh terjadi pada irama yang hampir teratur pada
frekwensi lebih dari 100 denyut/menit. Gelombang P biasanya tidak terlihat dan
jika terlihat tidak berhubungan dengan QRS. TV dapat terjadi sebagai irama yang
kompleks QRS . 0,12 detik lebarnya. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan
harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan
teratur. Tidak ada jarak kompleks yang terlihat. Pada disritmia ini denyut jantung
tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler
dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi
aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi
4. ABNORMALITAS HANTARAN
a. Penyekat AV Derajat-Satu
disebabkan pleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark
b. Penyekat AV Derajat-Dua
jantung).
c. Penyekat AV Derajat-Tiga
Tidak akan terjadi kompleks QRS. Tisdak ada denyut jantung, denyut
fatal.
http://www.scribd.com/doc/78278901/DIsritmia
4. Patofisiologi disritmia
http://www.scribd.com/doc/88424601/Disritmia
PATOFISIOLOGI
1. DISRITMIA NODUS SINUS
a. Bradikardi Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan
intracranial, atau infark miokard. Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahraghawan berat,
orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin,
metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison,
panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan
bedah nodus SA.
Karakteristik :
Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per menit
Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
Kompleks QRS : biasanya normal
Hantaran : biasanya normsl
Irama : regular
b. Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebablkan oleh demam, kehilangan darah
akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme,
kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Karakteristik :
Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per menit
Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T
yang mendahuluinya; interval PR normal
Kompleks QRS : biasanya mempunyai durasi normal
Hantaran : biasanya normsl
Irama : regular
2. DISRITMIA ATRIUM
a. Kontraksi Prematur Atrium
Kontraksi Prematur Atrium (PAC = premature atrium contraction) dapat disebabakan oleh
iritabilitas otot atrium kerana kafein, alcohol, nikotin, miokardium Atrium yang teregang
seperti pada gagal jantung kongestif, stress atu kecemasan, hipokalemia (kadar kalium
rendah), cedera, infark, atau keadaan hipermetabolik.
Karakteristik :
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit
Gelombang P : biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P
yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium telah menjadi iritabel (peningkatan
otomatisasi) dan melepaskan impuls sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal.
Interval PR dapat berbeda dengan interval PR impuls yang berasal dari nodus SA.
Kompleks QRS : bisa normal, menyimpang atau tidak ada. Bila ventrikel sudah
menyelesaikan fase rep[olarisasi, mereka dapat merespons stimulus atrium ini dari
awal.Hantaran : biasanya normsl
Irama : regular, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih awal dalam
siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang lengkap.
b. Takikardi Atrium Paroksismal
Takikardi Atrium Paoksismal (PAT = paroxysmal atrium tachychardia) adalah takikardi atrium
yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan oleh
emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik, atau alcohol. PAT
biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekuensi yang sangat tinggfi
dapat menyebabkan angina akibat pebnurunan pengisian artei koroner. Curah jantung akan
menurun dan dapat terjadi gagal jantung.
Karakteristik :
Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit
Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi disbanding gelombang P normal; dapat
ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek (kurang dari 0,12 detik)
Kompleks QR : biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi
penyimpangan hantaran
Hantaran : biasanya normal
Irama : regular
c. Flutter Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan
membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per menit. Karakter penting pada disritmia ini
adalah terjadinya penyekat terapi pada nodus AV, yang mencegah penghantaran beberapa
impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenartnya masih normal, sehingga
komp;leks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantran 1
:1 impuls atrium yang dilepaskan 250 sampai 400 kali per menit akan mengakibatkan
fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam jiwa.
Karakteristik :
Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 denyut per menit
Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh
focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini disebut sebagai
gelombang F.
Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
Gelombang T : ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter
Irama : regular atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (mis., 2:1, 3:1, atau
kombinasinya)
d. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi)biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit
katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung
congenital.
3. DISRITMIA VENTRIKEL
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC = premature ventricular contraction) terjadi akibat
peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa disebabkan oleh toksisitas digitalis,
hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, MI
akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di mana setiap denyut adalah
premature.
c. Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada PVC. Penyakit ini
biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi
ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat
darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
d. Fibrilasi Ventrikel
Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak
terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat
dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung,
maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
4. ABNORMALITAS HANTARAN
a. Penyekat AV Derajat-Satu
Biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan pleh efek
digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark miokard dinding inferior
jantung.
b. Penyekat AV Derajat-Dua
Juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, IM, atau intoksikasi digitalis. Bentuk
penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah
jantung(curah jantung = volume sekuncup x frekuensi jantung).
c. Penyekat AV Derajat-Tiga
Juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI. frekuensi
jantung berkurang drastis, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital. Seperti otak,
jantung, paru, dan kulit.
5. ASISTOLE VENTRIKEL
Tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernafasan.
Tanpa penatalaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal.
http://www.scribd.com/doc/109698069/askep-disritmia
Digitalis
Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan
menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih efisien.
Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang abnormal dari
atrium ke ventrikel. Hal ini mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari
kontraksi atrium yang abnormal.
http://www.scribd.com/doc/116681785/57994737-Atrial-Fibrilasi
Digoxin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), yaitu suatu kelompok
senyawayang mempunyai efek khusus pada miokardium. Digoxin diekstraksi dari
daun Digitalis lanata. Digoxin merupakan kristal putih tidak berbau. Digoxin memiliki
cincin aglycone, yang merupakan tempat aktivitas farmakologik Senyawa ini praktis
tidak larut dalam air dan dalameter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform
dan sangat larut dalam piridin. Digoxin dikenal sebagai racun namun pada akhirnya
dapat digunakan sebagai obat gagal jantung kongestif khususnya pada kasus fibrikasi
atrial.
http://www.scribd.com/doc/54321238/Mekanisme-kerja-Digoxin
Digoxin
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai
obat memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat
dan
dengan irama yang lebih teratur. Digoxin memiliki indikasi untuk mengobati gagal
jantung kongestif, juga digunakan untuk mengobati fibrilasi atrial, gangguan irama
jantung pada atrium (serambi bagian atas jantung yang membiarkan darah mengalir
ke
jantung).
Efek Samping dari penggunaan obat ini biasanya dalam kaitan dengan
keracunan Digoxin atau kelebihan dosis dan biasanya Digoxin dapat diterima dengan
baik apabila diberikan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan untuk gagal
jantung kongestif. Tanda tanda keracunan Digoxin antara lain, yaitu anoreksia,
diare, dan sakit di bagian perut biasanya merupakan tanda-tanda pertama dari
keracunan Digoxin. Tanda-tanda lain dari keracunan Digoxin yaitu sakit kepala,
kelelahan, sakit di bagian wajah, kelemahan, kepeningan, kebingungan mental,
gangguan penglihatan (mengaburkan penglihatan, gangguan warna), racun dapat
menyebabkan efek yang serius memperburuk gagal jantung. Selain itu dapat
menimbulkan reaksi hipersensitif yang agak jarang terjadi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25708/3/Chapter%20II.pdf
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/115378-P2007.005%20(1)-
Perkembangan%20penatalaksanaan.pdf
http://www.scribd.com/doc/116681785/57994737-Atrial-Fibrilasi
9. DD
Atrial Fibrilasi
a. Definisi
Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang ditandai
dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan peningkatan frekuensi denyut
jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya atrial fibrilasi merupakan
suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi atrial yang tidak terkoordinasi dan
deteriorisasi fungsi mekanik atrium. Keadaan ini menyebabkan tidak efektifnya
proses mekanik atau pompa darah jantung2,5,6.
a. Klasifikasi
Menurut AHA (American Heart Association), klasifikasi dari atrial fibrilasi
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu2 :
a. AF deteksi pertama
Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi pertama. Tahap
ini merupakan tahapan dimana belum pernah terdeteksi AF sebelumnya dan
baru pertama kali terdeteksi.
b. Paroksismal AF
AF yang berlangsung kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai episode
pertama kali kurang dari 48 jam dinamakan dengan paroksismal AF. AF jenis ini
juga mempunyai kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam waktu kurang dari
24 jam tanpa bantuan kardioversi.
c. Persisten AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7
hari. Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF perlu penggunaan dari
kardioversi untuk mengembalikan irama sinus kembali normal.
d. Kronik/permanen AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari. Pada permanen AF,
penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena dinilai cukup sulit untuk
mengembalikan ke irama sinus yang normal.
1. Warfarin
Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses
pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi.
Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai
puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1 jam dengan bioavailabilitas
100%. Warfarin di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi
(bentuk D), yang kemudian diikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama
kerja 40 jam.
2. Aspirin
Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit
(COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari COX2
ini adalah menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di
dalam trombosit. Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi
dari trombosit. Tetapi, penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat
menyebabkan pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan
darah, terutama faktor II, VII, IX dan X.
b. Mengurangi denyut jantung
Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan
peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, -blocker dan antagonis
kalsium. Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual ataupun kombinasi.
1. Digitalis
Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan
menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih
efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang
abnormal dari atrium ke ventrikel. Hal ini mengakibatkan peningkatan
pengisian ventrikel dari kontraksi atrium yang abnormal.
2. -blocker
Obat -blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf
simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut
jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi
kinerja jantung.
3. Antagonis Kalsium
Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas
jantung akibat dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler
melewati Ca2+ channel yang terdapat pada membran sel.
c. Mengembalikan irama jantung
Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri
adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan
irama dan menurunkan denyut jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi
menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan
pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion).
1. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)
a. Amiodarone
b. Dofetilide
c. Flecainide
d. Ibutilide
e. Propafenone
f. Quinidine
2. Electrical Cardioversion
Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat
logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah
mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR
(nodus sinus rhythm).
3. Operatif
a. Catheter ablation
Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan
sayatan pada daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam
pembuluh darah utma hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung
kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkan fokus ektopik
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.
b. Maze operation
Prosedur maze operation hamper sama dengan catheter ablation, tetapi
pada maze operation, akan mengahasilkan suatu labirin yang berfungsi
untuk membantu menormalitaskan system konduksi sinus SA.
c. Artificial pacemaker
Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di
jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/115378-P2007.005%20(1)-
Perkembangan%20penatalaksanaan.pdf
g. Pembahasan
AF sebenarnya merupakan bagian dari aritmia, yaitu suatu keadaan
abnormalitas dari irama jantung yang ditandai dengan pola pelepasan sinyal elektrik
yang sangat cepat dan berulang. Keadan ini secara umum bisa diakibatkan oleh
gangguan potensial aksi, gangguan konduksi ataupun bisa gangguan dari keduanya.
Pada AF, gangguan terjadi pada ketidakteraturan irama jantung dan peningkatan
denyut jantung. Secara umum, gangguan AF dapat dikatakan sebagai takikardi,
karena denyut jantung pada AF mencapai lebih dari 100x/menit. Takikardi sendiri
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu takikardi supraventrikuler dan takikardi
ventrikuler. AF merupakan takikardi supraventrikuler, dimana gangguan potensial
aksi ataupun konduksi berasal dari sistem konduksi diatas berkas HIS, yang meliputi
nodus SA, nodus AV dan berkas HIS sendiri. Sedangkan takikardi ventrikuler lebih
disebabkan tidak hanya dari sistem konduksi serabut purkinje, tetapi peran takikardi
supraventrikuler juga bisa menyebabkan takikardi ventrikuler.
Takikardi supravenrikuler tidak hanya AF, tetapi meliputi ekstrasistol atium,
flutter atrium dan takikardi supraventrikuler. Pada AF, mekanisme terjadinya melalui
2 proses, yaitu aktivasi lokal atau multiple wavelets reentry. Pada aktivasi lokal lebih
didominasi karena adanya fokus ektopik pada vena pulmonalis superior, sedangkan
multiple wavelets reentry lebih cenderung disebabkan oleh pembesaran atrium,
pemendekan periode refractory dan penurunan kecepatan konduksi. Selain itu,
sebenarnya masih ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya AF, yaitu detak
jantung prematur, aktivitas saraf otonom, iskemik atrium, konduksi anisotropik dan
peningkatan usia.
Terjadinya AF akan menimbulkan disfungsi hemodinamik jantung, yaitu
hilangnya koordinasi aktivitas mekanik jantung, ketidakteraturan respon ventrikel
dan ketidakteraturan denyut jantung. Ketiga hal ini akan berpengaruh pada
penurunan cardiac output, karena kontraksi jantung tidak sempurna walaupun
terjadi proses depolarisasi yang berulang. Hilangnya koordinasi proses mekanik lebih
disebabkan karena cepat dan seringnya depolarisasi. Depolarisasi yang cepat dan
berulang pada AF mempunyai sifat yang tidak sempurna, sehingga proses
kontraktilitas jantung juga tidak bisa maksimal. Selain itu, peningkatan depolarisasi
dan denyut jantung pada atrium akan direspon secara fisiologis oleh ventrikel
dengan penurunan denyut jantung. Hal ini bertujuan untuk mengurangi peningkatan
potensial aksi pada atrium yang menyebabkan ketidakteraturan penerimaan denyut
pada ventrikel. Penurunan denyut pada ventrikel terjadi karena proses fisiologis yang
diperankan oleh sistem nodus AV. Nodus AV akan memperantarai proses ini dengan
meningkatkan kinerja sistem saraf parasimpatis dan menurunkan kinerja saraf
simpatis pada sistem konduksi AV. Sedangkan untuk ketidakteraturan denyut
jantung akibat AF, memang diakibatkan dari peningkatan depolarisasi dan masuknya
sinyal elektrik secara berulang-ulang.
Efek dari terjadinya AF disamping ketidakteraturan denyut jantung dan
peningkatan denyut jantung, tromboembolisme juga merupakan efek yang
berbahaya pada jantung akibat dari AF. Tromboembolisme terjadi akibat dari 3
faktor, yaitu statis, disfungi endotel dan hiperkoagulasi. Mekanisme ini terjadi dari
statis dan kerusakan endotel darah akibat kontraksi dan aliran darah yang tidak
sempurna. Selain itu adanya hiperkoagulasi meningkatkan adanya proses bekuan
darah yang merupakan bagian penyebab dari tromboembolisme.
http://www.scribd.com/doc/116681785/57994737-Atrial-Fibrilasi
http://www.escardio.org/guidelines-surveys/esc-
guidelines/guidelinesdocuments/guidelines-afib-ft.pdf
Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
http://www.scribd.com/doc/109698069/askep-disritmia
12. Penatalaksanaan diagnosis
3. Warfarin
Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses
pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi.
Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai
puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1 jam dengan bioavailabilitas
100%. Warfarin di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi
(bentuk D), yang kemudian diikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama
kerja 40 jam.
4. Aspirin
Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit
(COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari COX2
ini adalah menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di
dalam trombosit. Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi
dari trombosit. Tetapi, penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat
menyebabkan pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan
darah, terutama faktor II, VII, IX dan X.
e. Mengurangi denyut jantung
Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan
peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, -blocker dan antagonis
kalsium. Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual ataupun kombinasi.
4. Digitalis
Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan
menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih
efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang
abnormal dari atrium ke ventrikel. Hal ini mengakibatkan peningkatan
pengisian ventrikel dari kontraksi atrium yang abnormal.
5. -blocker
Obat -blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf
simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut
jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi
kinerja jantung.
6. Antagonis Kalsium
Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas
jantung akibat dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler
melewati Ca2+ channel yang terdapat pada membran sel.
f. Mengembalikan irama jantung
Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri
adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan
irama dan menurunkan denyut jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi
menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan
pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion).
4. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)
a. Amiodarone
b. Dofetilide
c. Flecainide
d. Ibutilide
e. Propafenone
f. Quinidine
5. Electrical Cardioversion
Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat
logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah
mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR
(nodus sinus rhythm).
6. Operatif
d. Catheter ablation
Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan
sayatan pada daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam
pembuluh darah utma hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung
kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkan fokus ektopik
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.
e. Maze operation
Prosedur maze operation hamper sama dengan catheter ablation, tetapi
pada maze operation, akan mengahasilkan suatu labirin yang berfungsi
untuk membantu menormalitaskan system konduksi sinus SA.
f. Artificial pacemaker
Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di
jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung.
13. Komplikasi disritmia