Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(Coffea arabica )
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan
penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber
pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan
pengembangan wilayah. Tanaman kopi selain diekspor ke negara lain juga
dikonsumsi oleh penduduk di Indonesia.
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau
faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan
pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang
tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.
Analisis Kelayakan adalah suatu cara untuk menganalis layak atau tidaknya
usahatani yang dijalankan oleh petani kopi. Analisis ini didasarkan pada beberapa
kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan analisis finansial yaitu
NPV (NPV (Net Present Value), Net Benefit/ Cost (B/C) dan IRR (Internal Rate
of Return).
Penelitian Terdahulu
Hosanna (2009) dalam analisis usahatani dapat diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
yaitu pupuk organik, pupuk anorganik dan tenaga kerja. Dilihat dari segi analisis
finansial usahatani kopi di daerah penelitian layak diusahakan dan dikembangkan
dengan nilai NPV > 0 yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C > 1 yaitu
sebesar 30,80. Dengan Total biaya produksi per petani adalah sebesar
Rp3.194.223,89 per hektar dan pendapatan usahatani kopi adalah sebesar
Rp11.536.269,54 per petani dan Rp15.642.088,95 per hektar.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purpossive yakni ditetapkan secara
sengaja dengan mempertimbangkan tujuan dari penelitian. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten
Humbang Hasundutan dengan alasan bahwa Kabupaten Humbang Hasundutan
merupakan salah satu penyumbang produksi kopi yang tinggi di Sumatera Utara
dan Kecamatan Lintongnihuta dengan produksi kopi tertinggi di Kabupaten
Kabupaten Humbang Hasundutan dengan produksi sebesar 1.467,91 ton serta
Desa Dolokmargu penyumbang kedua tertinggi yang merupakan salah satu desa
dengan total produksi sebesar 342,20 ton di Kecamatan Lintong nihuta.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman kopi yang telah
menghasilkan, dengan jenis kopi Arabika yang terdapat di desa Dolok Margu
Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Jumlah populasi
petani kopi Arabika dalam penelitian ini sebanyak 288 KK. Penentuan sampel
dilakukan secara Simple Random Sampling dimana semua unsur dari populasi
petani kopi Arabika mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi. Jumlah sampel adalah sebesar 60 KK yang
ditentukan dengan metode Slovin dengan batas toleransi kesalahan 12 persen.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif dan analisis usaha tani,
analisis regresi linier berganda, analisis kelayakan finansial. Dapat dirangkum
melalui Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Metode Analisis Data
Metode
No Aspek yang Dianalisis Alat Analisis
Analisis
1 Analisis Menganalisis biaya Untuk menghitung biaya digunakan
usaha tani produksi dan rumus :
pendapatan petani kopi TC = FC + VC
Untuk menghitung Pendapatan digunakan
rumus : TR= Q x P
Sementara itu produktifitas kopi di daerah penelitian 0.65 Ton/Ha lebih tinggi
dibandingkan dengan produktifitas kopi tingkat kecamatan. Selanjutnya bila
dibandingkan dengan produktifitas kopi di daerah Kabupaten Humbang
Hasundutan yakni sebesar sebesar 0,8 Ton/Ha maka hal ini menunjukkan bahwa
produktifitas kopi di daerah penelitian lebih tinggi 0,7 Ton/Ha dibandingkan
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dimana:
Y = Produksi
X1 = Bibit (Batang)
X2 = Pupuk (Kg)
X3 = Pestisida (Ltr)
X4 = Tenaga Kerja (HKO)
X5 = Lahan (Ha)
Hubungan variabel input dan output pada usahatani kopi dapat diketahui melalui
uji-F. Besarnya pengaruh masing- masing penggunaan input tersebut dapat dilihat
dari koefisien regresi (i) dan Uji-t dari fungsi regresi linier berganda pada
usahatani kopi diuraikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai Koefisien Regresi Linier Berganda dan Variabel Input Produksi
UsahataniKopi Arabika Petani Responden, di desa Dolokmargu,
Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2014.
Input Unstandardized Standardized
No t-hitung Significant
Produksi (Xi) Coefficients (B) Coefficients (i)
Constant -124,830 -2,315 0,024
1 Bibit (B) 0,470 0,284 2,549* 0,014
2 Pupuk (PU) 0,142 0,020 0,175 tn 0,862
tn
3 Pestisida (PE) 120,385 0,147 0.976 0,333
4 Tenaga Kerja 12,299 0,232 3,382 * 0,001
(TK)
5 Luas Lahan 395,094 0,348 1,937 tn 0,058
(LL)
R Square = 0,876 F Hitung = 76,49
ttabel = 2, 00 F tabel = 2,38
Keterangan : * = berpengaruh nyata tn = berpengaruh tidak nyata
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2014
Berdasarkan data pada Tabel 2, maka persamaan fungsi produksi regresi linier
berganda usahatani Kopi Arabika di desa Dolokmargu sebagai berikut :
Y = -124,830 + 0,470X1 + 0,142X2 +120,385X3 + 12,299X4 + 395,094X5 + e
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,876
yang berarti bahwa variabel tidak bebas (Y) pada model dijelaskan oleh variabel
bebas (Xi) secara bersama-sama sebesar 87,6% dan sisanya sebesar 12,4 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel pada taraf
kepercayaan 95 % (76,49 > 2,38) yang berarti bahwa variabel bebas secara
keseluruhan (bersama-sama) sangat berpengaruh nyata terhadap produksi kopi.
Sedangkan secara parsial pengaruh penggunaan masing-masing variabel terhadap
produksi kopi berdasarkan nilai thitung dan koefisien regresi linier berganda
adalah sebagai berikut :
Bibit
Rata- rata penggunaan bibit oleh petani di daerah penelitian adalah sebesar 1.356
batang/ Ha. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel (2,54 > 2,00) pada
taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa bibit berpengaruh nyata terhadap
produksi kopi. Dari hasil Uji Unstandardized Coefficients () dimana variabel
Bibit memberikan kontribusi sebesar 0,470 dimana bila bibit ditambah sebesar 1
batang tanaman akan menaikkan produksi kopi sebesar 0,470 kg. Namun hal ini
harus disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada juga input usahatani yang
digunakan.
Pupuk
Pada umumnya penggunaan pupuk sangat tergantung dari luas lahan yang
diusahakan petani. Untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, tidak
selamanya tanah pertanaman yang luas diberikan pupuk dalam jumlah yang besar,
dan begitu pula sebaliknya.
Dari hasil uji-t menunjukkan nilai thitung < ttabel (0,175 < 2,00) pada taraf
kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi kopi. Selanjutnya pada hasil Uji Unstandardized Coefficients (),
variabel pupuk memberikan kontribusi sebesar 0,142. Artinya setiap penambahan
pupuk sebesar 1kg akan menaikkan produksi kopi sebesar 0,142 kg.
Pestisida
Pemakaian Pestisida dan Pupuk tidak dapat sembarangan harus sesuai dengan
jenis tanaman yang digunakan serta harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan
oleh tanaman. Dari hasil uji-t menunjukkan nilai thitung < ttabel (0.976 < 2,00)
pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pestisida tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi kopi di daerah penelitian. Hasil Uji Unstandardized
Coefficients (), variabel pestisida memberikan kontribusi sebesar 120,385 yang
artinya setiap penambahan pestisida sebesar 1liter akan dapat menaikkan produksi
kopi sebesar 120,385 kg.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja berhubungan dengan efisiensi waktu yang digunakan dalam proses
berusahatani. Semakin banyaknya tenaga kerja maka akan semakin efisien waktu
yang dipergunakan dalam berusahatani. Hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai
thitung > ttabel (3,382 > 2,00) pada taraf kepercayaan 95 % yang berarti bahwa
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. Hasil Uji Unstandardized
Coefficients () sebesar 12,29 yang berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja
sebesar 1 HOK, akan menaikkan produksi kopi sebesar 12,29 kg.
Luas Lahan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung < ttabel (1,937 < 2,00) pada taraf
kepercayaan 95%, yang berarti bahwa luas lahan tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi kopi. Hasil perhitungan Unstandardized Coefficients (),
variabel luas lahan memberikan kontribusi 395,094 yang berarti setiap bertambah
1Hektar pada luas lahan, akan menaikkan produksi kopi sebesar 395,094 kg.
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dimana penggunaanya tidak
habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah pajak,
penyusutan alat dan bangunan. Selain biaya tetap terdapat juga biaya tidak tetap
(Variable Cost) dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya
yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah bibit, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja. Berikut ini merupakan komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam kegiatan usahatani :
a. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti diantaranya adalah biaya penyusutan alat
dan Pajak yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penyusutan Peralatan
Penyusutan Biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan
diantaranya terdiri atas cangkul, parang, sabit dan mesin semprot. Dimana rincian
perhitungan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Rata-Rata Biaya Tetap (penyusutan Peralatan) Usahatani Kopi Per Hektar
dan Per Petani
No. Alat Biaya per petani (Rp) Biaya per hektar
(Rp)
1 Cangkul 44,537.70 227,247.47
2 Sabit 12,062,50 61,758.75
3 Parang 12,344.44 63,424.44
4 Mesin Semprot 72,553.57 453,885.64
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014
2. Pajak
Dengan status kepemilikan lahan sendiri petani juga tetap membayar pajak untuk
tanah mereka. Berdasarkan hasil yang diperoleh rata-rata pajak didapat sebesar Rp
11.440 per petani kopi dan sebesar Rp 30.699,52 per hektar. Dimana rincian
perhitungan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Biaya Tetap Usahatani Kopi Per Hektar dan Per Petani
b. Biaya Variabel
Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Bibit
Bibit dalam usaha tani kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,
Kabupaten Humbang Hasundutan, berasal dari jenis Sigarar Utang dan kopi jagur
(USDA 762). Kebutuhan bibit tanaman kopi untuk jenis Kopi Sigarar Utang
dengan jarak tanam 1,5 m X 2,0 m = 4.000. Pada umumnya harga bibit yang
dibeli oleh petani kopi Rp 2.000/ batang. Dalam satu hektar lahan penggunaan
bibit di daerah penelitian rata-rata adalah 1.356 batang/ha, dengan biaya rata-rata
sebesar Rp 2.712.087,00/ha. Jumlah ini tergantung dari jarak tanam dan
penyulaman yang digunakan petani.
2. Pupuk
Petani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten
Humbang Hasundutan, Menggunakan berbagai macam pupuk dalam kegiatan
usahataninya, diantaranya pupuk Urea dibutuhkan biaya Rp 353.908,73/ Ha untuk
pupuk TSP Rp 370.322,42/Ha dan untuk pupuk NPK Rp 1.165.428,08/Ha.
3. Pestisida
Petani kopi di Desa Dolokmargu menggunakan pestisida untuk melindungi
tanaman kopi dari hama dan penyakit tanaman kopi. Rata-rata biaya yang
dikeluarkan oleh petani kopi di daerah penelitian untuk pengendalian hama
penyakit yang menyerang tanaman kopi adalah Rp 99.288,57 per hektar.
4. Tenaga Kerja
Petani kopi di Desa Dolokmargu pada umumnya menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga (TKDK). Namun pada masa-masa tertentu jumlah tenaga kerja
dalam keluarga sering tidak cukup. Didaerah penelitian jika petani menggunakan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sistem pembayaran yang dilakukan petani
adalah dengan pemberian upah harian. Upah tenaga kerja dilokasi penelitian
ditetapkan sebesar Rp 50.000,- per hari untuk tenaga kerja wanita dan Rp 60.000,-
per hari untuk tenaga kerja laki-laki. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan
oleh petani dapat dilihat pada tabel 6 Sebagai berikut:
Tabel 6. Rata-rata biaya variabel usahatani kopi per petani dan per hektar
No. Komponen Biaya Per Biaya Per Persentase Biaya Persentase Biaya
petani (Rp) Hektar (Rp) Per petani (%) Per Hektar (%)
1 Bibit 742,000.00 2,712,087.00 33,05 29,64
2 Pupuk:
NPK 327.000,00 1.165.428,08 14,56 12,74
TSP 96.250,00 370.322,42 4,28 4,04
Urea 107.166,67 353.908,73 4,77 3,86
3 Pestisida 34.580,67 99.288,57 1,54 1,08
4 Tenaga Kerja 938.010,42 4.446.753,72 41,78 48,61
Total 2.245.007,76 9.147.788,52 100 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014
Berdasarkan hasil pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa biaya variabel tertinggi
yang dikeluarkan petani di daerah penelitian adalah biaya upah tenaga kerja yaitu
36,6 % dari total biaya variabel per petani. Besar biaya variabel yang dikeluarkan
per petani kopi tersebut yaitu Rp 938.010,42/petani dan Rp 4.446.753,72/Ha.
Berdasarkan rincian dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap yang telah
disebutkan diatas, dapat diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per
petani dan per hektar sebagai berikut:
Tabel 7. Rata-Rata Biaya Produksi Petani Kopi Per Petani dan Per Ha
No Biaya Per Petani Per Ha
FC (Fixed VC (Variable FC (Fixed VC(Variable
Cost) Rp Cost) Rp Cost) Rp Cost) Rp
1. Rata-Rata 152,938.21 2,245,173.75 837,015.82 9,147,788.82
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap per petani Rp 152,938.21
dan biaya tidak tetap per petani Rp 2,245,173.75. Sedangkan rata-rata biaya tetap
per hektar Rp 837,015.82 dan biaya tidak tetap per hektar Rp 9,147,788.82.
Dari tabel diatas dapat diketahui pendapatan per petani sebesar Rp 9,583,128.44
per tahun. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih petani yang sudah
ditambahkan dengan upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Net Family Income).
Analisis Finansial Usaha Tani Kopi
Dalam analisis finansial usahatani kopi yang dikerjakan oleh Petani Kopi di Desa
Dolokmargu terdapat kriteria yang harus dipenuhi antara lain B/C Ratio, IRR
(Internal Rate of Return), dan NPV (Net Present Value).
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa discount factor (tingkat bunga bank)
pada 7,5% didapat nilai NPV positif sebesar Rp 5.485,543,34 selama satu tahun.
Dengan demikian diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yang berarti bahwa
usahatani kopi di desa Dolokmargu layak diusahakan. Melalui analisis NPV juga
diketahui bahwa usahatani kopi di desa Dolokmargu layak untuk dikembangkan.
Dari hasil analisis diperoleh B/C sebesar 20,38. Hasil B/C sebesar 20,38 dapat
memberikan suatu gambaran bahwa setiap pengorbanan atau biaya sebesar Rp
1.000,00 akan mampu memberi manfaat atau benefit sebesar Rp 20.380,00 Ini
berarti pengembangan usahatani Kopi di Desa Dolokmargu dapat memberi
manfaat yang lebih besar dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu
10 tahun.
Hasil perhitungan ketiga Kriteria Kelayakan Finansial diperlihatkan sebagai
berikut:
Tabel 9. Kriteria Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa
Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang
Hasundutan 2014.
No Kriteria Kelayakan Hasil Perhitungan Kesimpulan
Finansial
1 Net Present Value NPV 0 (Rp5.485.543,340) Layak
2 Internal Rate of Return IRR i (31% 7,5%) Layak
3 Net Benefit Cost Ratio B/C > 1 (20,38 >) Layak
(B/C)
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa usahatani Kopi Arabika di Desa
Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, secara
finansial layak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, hipotesis dapat diterima.
Saran
Untuk memperoleh produksi yang optimal petani kopi perlu memperhatikan
penggunaan pupuk, pestisida dan tenaga kerja agar memberikan pengaruh yang
nyata untuk peningkatan produksi kopi. Serta petani kopi juga perlu
mengoptimalkan penggunaan bibit dan lahan, agar dapat meningkatkan jumlah
produksi kopi yang lebih tinggi di daerah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dkk, 2001. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonimusa, 2012. Perbedaan Kopi Arabika dan Robusta. Dikutip dari:
http://www.kopistory.com/artikel/perbedaan-kopi-arabika-dan-robusta.
Diakses pada 19 Februari 2014. Medan.
Anonimusb, 2013. Kopi Arabika. Dikutip dari:
http://epetani.pertanian.go.id/berita/teknik-budidaya tanaman-kopi-
yang-diterapkan-oleh-kelompok-tani-puncak-lestari-8325. Diakses
pada 19 Februari 2014. Medan.
AnonimusC. 2014. Budidaya Tanaman Kopi. Dikutip dari:
http://epetani.pertanian.go.id/berita/teknik-budidaya-tanaman-kopi-
yang-diterapkan-oleh-kelompok-tani-puncak-lestari-8325. Diakses
pada 24 agustus, 2014.Medan.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2011. Sumatera Utara Dalam Angka 2013,
Publikasi BPS. Medan.
Boediono, 1995. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter.
BPFE. Yogyakarta.
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Najiyati, Sri dan Danarti. 2007. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahim, A. dan Diah R. D. H. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya.
Rajawali Pers. Jakarta.
2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
2003. Teori Ekonomi Produksi Pertanian. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Soemarno, dkk. 2009. Peningkatan nilai tambah pengolahan kopi arabika metode
basah menggunakan Model Kemitraan Bermediasi (Motramed). Unit
Pengolahan Hasil diKabupaten Ngada NTT, Pelita Perkebunan 25
(2): 38-55.
Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.