Você está na página 1de 8

1.

1 Penelitian Etnografi
2.2.1 Pengertian Penelitian Etnografi
Istilah etnografi memiliki arti menulis tentang sekelompok orang.
Dengan menggunakan desain kualitatif ini, kita dapat mengidentifikasi
sekelompok orang, mempelajari mereka di rumah atau tempat kerjanya, mencatat
bagaimana cara mereka berperilaku, berpikir, dan berbicara, serta
mengembangkan gambaran umum dari kelompok tersebut. Penelitian etnografi
merupakan prosedur penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisis,
dan menjelaskan pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari
waktu ke waktu dalam suatu kelompok budaya. Hal terpenting dari definisi
tersebut adalah budaya. Budaya merupakan segala hal yang menyangkut
kepercayaan dan tingkah laku manusia. Budaya mencakup bahasa, ritual,
struktur politik dan ekonomi, tahapan kehidupan, interaksi, dan gaya
komunikasi. Untuk memahami pola kelompok yang memiliki kesamaan budaya,
peneliti etnografi perlu menghabiskan waktu di lapangan untuk mewawancarai,
mengobservasi, dan mengumpulkan dokumen tentang kelompok tersebut untuk
memahami tingkah laku, kepercayaan, dan bahasanya (Creswell, 2014).
Cohen (2007) mengemukakan bahwa penelitian etnografi adalah proses
yang melibatkan metode penyelidikan, hasil dan catatan penyelidikan. Tujuan
dari penelitian adalah untuk menciptakan sebuah rekonstruksi yang nyata
mungkin dari budaya atau kelompok sedang belajar. Ada beberapa tujuan dari
penelitian kualitatif, misalnya deskripsi dan pelaporan, penciptaan konsep kunci,
generasi teori dan pengujian.
Menurut Fraenkel (2009) penelitian etnografi merupakan penelitian yang
paling kompleks dari semua metode penelitian. Berbagai pendekatan yang
digunakan dalam upaya untuk mendapatkan gambaran holistik yang
memungkinkan dari masyarakat, kelompok, lembaga, aturan, atau situasi
tertentu. Penekanan dalam penelitian etnografi yaitu pada
mendokumentasikan atau menggambarkan pengalaman sehari-hari
individu dengan mengamati serta mewawancarai mereka dan lain-lain yang
relevan. Pada kenyataannya alat utama semua studi etnografi adalah
wawancara yang mendalam dan terus-menerus, observasi partisipan dari
situasi yang sedang berlangsung.
Jadi bisa disimpulkan penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif
yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan sistem budaya atau
kelompok social tertentu. Peneliti memeriksa pola-pola perilaku, kebiasaan,
dan cara-cara hidup suatu kelompok masyarakat. Peneliti mempelajari
tema-tema budaya perilaku, bahasa, dan interaksi kelompok yang
bersangkutan.
2.2.2 Jenis Penelitian Etnografi
Menurut Creswell (2014) dengan perkembangan pendidikan saat ini,
desain etnografi pendidikan dapat menggambarkan berbagai jenis etnografi.
Terdapat tiga bentuk penelitian etnografi, yaitu etnografi realis, studi kasus, dan
etnografi kritis.

Gambar 2. Jenis Penelitian Etnografi (Sumber: Creswell, 2014)


2.2.2.1 Etnografi Realis
Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh ahli
antropologi budaya. Etnografi realis adalah catatan objektif suatu situasi,
biasanya ditulis dari sudut pandang orang ketiga, dan dapat melaporkan
informasi dari partisipan di lapangan secara objektif. Berikut ini adalah
karakteristik etnografi realis.
a. Peneliti etnografi realis menceritakan penelitian dari sudut pandang orang
ketiga, laporan pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer
tidak menuliskan pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan tetap
berada di belakang layar sebagai reporter yang meliput tentang fakta-fakta
yang ada.
b. Peneliti melaporkan data objektif yang tidak terkontaminasi oleh prasangka
pribadi, tujuan politis, dan penilaian tertentu. Peneliti dapat menyediakan
detail kehidupan sehari-hari di antara kelompok individu yang diteliti.
Peneliti juga menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya
(misalnya kehidupan keluarga, kehidupan pekerjaan, jejaring sosial, dan
sistem status sosial).
c. Peneliti menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang
diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi
dan penyajian budaya.
d. Peneliti juga menempatkan kasusnya di dalam konteks yang lebih besar,
seperti konteks geografis, politis, sosial, atau ekonomi.

2.2.2.2 Studi Kasus


Studi kasus adalah suatu jenis etnografi yang penting, walaupun studi
kasus berbeda dari etnografi dalam beberapa hal yang penting. Peneliti studi
kasus lebih berfokus pada program, kejadian, atau aktivitas yang melibatkan
individu-individu daripada yang melibatkan suatu kelompok. Ketika penulis
studi kasus meneliti suatu kelompok, mereka lebih tertarik untuk
mendeskripsikan aktivitas kelompok tersebut daripada mengidentifikasi pola
perilaku yang ditunjukkan oleh kelompok tersebut. Di sisi lain, peneliti etnografi
selalu mencari pola-pola yang dikembangkan ketika suatu kelompok saling
berinteraksi dari waktu ke waktu. Jadi, peneliti studi kasus kurang suka untuk
mengidentifikasi tema budaya yang akan diuji pada permulaan penelitian, tetapi
mereka lebih berfokus pada eksplorasi yang mendalam dari kasus aktual. Studi
kasus adalah eksplorasi mendalam tentang sistem yang terbatas (misalnya
aktivitas, kejadian, proses, atau individu-individu) yang didasarkan pada
pengumpulan data yang luas.
Jenis kasus yang biasanya diteliti oleh peneliti kualitatif adalah sebagai
berikut.
a. Kasus dapat berupa individu tunggal, beberapa individu yang terpisah atau
yang tergabung dalam kelompok, suatu program, kejadian, atau aktivitas
(misalnya seorang guru, beberapa guru, atau implementasi program).
b. Kasus dapat merepresentasikan sebuah proses yang terdiri atas langkah-
langkah yang membentuk urutan aktivitas (misalnya proses kurikulum
perguruan tinggi)
c. Suatu kasus dapat dipilih untuk diteliti karena bersifat tidak biasa (unik) dan
memiliki kegunaan di dalamnya. Kasus intrinsik adalah kasus yang menarik
dari dalam dirinya sendiri. Kasus instrumental adalah kasus yang digunakan
untuk mengilustrasikan suatu isu. Studi kasus kolektif adalah istilah untuk
menyebut studi kasus yang melibatkan berbagai kasus untuk
mengilustrasikan suatu isu.
d. Peneliti mengembangkan pemahaman mendalam mengenai suatu kasus
dengan cara mengumpulkan berbagai bentuk data (misalnya gambar,
kliping, video, dan email). Pemahaman mendalam seperti ini dapat tercapai
ketika hanya ada sedikit kasus yang diteliti karena untuk setiap kasus yang
diteliti, peneliti akan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk meneliti kasus
yang lain secara mendalam.

Gambar 3. Tipe kualitatif dari studi kasus (sumber: Creswell, 2014)


2.2.2.3 Etnografi Kritis
Etnografi saat ini memasukkan pendekatan kritis untuk melibatkan
perspektif advokasi dalam etnografi. Etnografi kritis adalah jenis penelitian
etnografi di mana penelitinya tertarik untuk membela emansipasi kelompok yang
termarginalkan dalam masyarakat kita. Peneliti kritis merupakan orang yang
berpikiran politis dan melakukan pembelaan untuk melawan ketidakadilan dan
dominasi melalui penelitiannya. Komponen utama etnografi kritis adalah faktor-
faktor seperti orientasi bermuatan nilai, penguatan sekelompok orang dengan
cara memberikan kewenangan lebih pada mereka, menantang status quo, dan
memperhatikan tentang kekuasaan dan kontrolnya.
Berikut ini karakteristik spesifik dari penelitian etnografi yang berkaitan
dengan faktor-faktor di atas.
a. Peneliti etnografi kritis melakukan studi tentang isu sosial, seperti
kekuasaan, ketidakrataan, ketidakadilan, penindasan, dan penipuan yang
menimbulkan korban.
b. Peneliti melaksanakan etnografi kritis dengan syarat penelitiannya tidak
menimbulkan marginalisasi yang lebih besar kepada kelompok orang yang
diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan kolaborasi, partisipasi
aktif, negosiasi hasil penulisan final, menggunakan kepedulian saat
memasuki dan meninggalkan suatu tempat, dan memberikan timbal-balik
dengan cara memberikannya kembali pada partisipan yang terlibat dalam
penelitian.
c. Peneliti etnografi kritis memiliki kesadaran diri mengenai interpretasinya
dan mengenali bahwa interpretasinya merefleksikan sejarah dan budayanya.
Interpretasi hanya dapat bersifat tentatif dan memperhatikan bagaimana
pandangan partisipan terhadap interpretasi tersebut.
d. Peneliti etnografi kritis menempatkan dirinya di dalam tulisannya sehingga
menjadi refleksif dan sadar terhadap peranannya, serta menjadi yang
terdepan dalam pelaporan tulisan penelitiannya. Hal ini berarti
mengidentifikasi prasangka dan nilai-nilai, mengakui pandangan, dan
representasi tekstual antara penulis, partisipan, dan pembaca.
e. Peneliti etnografi kritis memiliki posisi yang tidak netral sehingga mereka
akan menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah masyarakat
tertentu agar tidak tertindas dan termarginalisasi lagi.
f. Laporan penelitian etnografi kritis akan memiliki banyak kontradiksi, tidak
dapat diperhitungkan, dan memberikan tegangan tertentu.
2.2.3 Karakteristik Penelitian Etnografi
Karakteristik yang menggambarkan studi etnografi adalah 1) tema budaya;
2) kelompok yang memiliki kesamaan budaya, 3) pola perilaku bersama,
keyakinan, dan bahasa; 4) penelitian lapangan; 5) deskripsi, tema, dan
interpretasi; 6) konteks atau pengaturan; 7) efleksivitas peneliti.
2.2.3.1 Tema Budaya
Tema budaya dalam etnografi bersifat umum dan tidak dimaksudkan untuk
mempersempit penelitian, sebaiknya menjadi lensa yang memperluas peneliti
pada saat awal memasuki lapangan untuk mempelajari kelompok, dan mereka
mencari manifestasi dari hal tersebut. Tema-tema budaya dapat ditemukan dari
teks-teks pengantar antropologi budaya, menemukan melalui kamus konsep
antropologi budaya dan pendekatan lain adalah untuk menemukan tema budaya
dalam studi etnografi dalam pendidikan. Biasanya penulis mengumumkannya
dalam judul atau pada awal laporan penelitian.
2.2.3.2 Kelompok yang Memiliki Kesamaan Budaya
Peneliti etnografi mempelajari suatu kelompok yang memiliki kesamaan
budaya dalam di satu lokasi. Dalam mempelajari suatu kelompok, etnografer
mengidentifikasi satu situs (misalnya, ruang kelas SD), mencari kelompok di
dalamnya (misalnya, kelompok membaca), dan mengumpulkan data tentang
kelompok (misalnya, mengamati saat kegiatan membaca). Ini membedakan
etnografi dari bentuk-bentuk penelitian kualitatif lainnya (misalnya, penelitian
narasi) yang berfokus pada individu, bukan kelompok. Sebuah kelompok
budaya dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang telah berbagi
perilaku, keyakinan, dan bahasa. Contoh kelompok yang dipelajari dalam
penelitian etnografi adalah dalam Tabel 1. kelompok tersebut dapat bervariasi
jumlah anggotanya, tetapi anggota kelompok tersebut harus saling bertemu dan
berinteraksi selama kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pola perilaku,
pemikiran, dan pembicaraan yang sama.
Tabel 1. Contoh Kelompok dengan Kesamaan Budaya di Kelas 3 Sekolah Dasar
Karakteristik Kelompok yang Contoh
Memiliki Kesamaan Budaya
Kelompok terdiri atas dua atau lebih Kelompok kecil: dua pembaca di dalam kelas
individu yang jumlahnya bisa kecil atau Kelompok besar: 6-10 pembaca di dalam kelas
besar
Kelompok berinteraksi secara regular Kelompok bertemu tiga kali seminggu untuk
mendiskusikan bacaan
Kelompok telah berinteraksi dalam kurun Kelompok membaca telah bertemu tiga kali
waktu tertentu seminggu sebanyak tiga periode, terhitung sejak
awal bulan September
Kelompok adalah representasi dari Kelompok kecil membaca adalah representasi dari
kelompok yang lebih besar pembaca di kelas 3 SD
Kelompok mengadopsi beberapa pola Kelompok melakukan ritual tertentu ketika mereka
perilaku, pemikiran, dan pembicaraan mulai membaca, seperti duduk di lantai, membuka
yang sama buku pada halaman yang ditugaskan, dan menunggu
untuk berbicara hingga gurunya memanggil nama
mereka untuk menjawab pertanyaan
2.2.3.3 Pola Gabungan Perilaku, Kepercayaan, dan Bahasa
Peneliti Etnografi mencari pola bersama perilaku, keyakinan, dan bahasa
suatu kelompok budaya yang diadopsi dari waktu ke waktu. Tujuan untuk
menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki
bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama, kelompok yang
diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang dapat dideteksi oleh
peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti sama-sama mengadopsi
setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga unsur
itu. Pola tersebut dalam etnografi terdiri atas interaksi sosial yang cenderung
tetap sebagai aturan yang dipahami dan merupakan tujuan bersama, dan salah
satu dari kombinasi dari tingkah laku, keyakinan, dan bahasa.
Perilaku dalam etnografi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dalam
pengaturan budaya.
Keyakinan dalam etnografi adalah bagaimana seorang individu berpikir
tentang atau merasakan hal-hal dalam pengaturan budaya.
Bahasa dalam etnografi adalah bahasa dalam etnogafi merujuk pada
bagaimana individu berbicara dengan orang lain dalam sebuah latar cultural.
2.2.3.4 Penelitian lapangan
Etnografer mengumpulkan data dengan menghabiskan waktu ditempat di
mana mereka tinggal, bekerja, atau bermain dan menghabiskan waktu yang
cukup lama dengan kelompok tersebut. Untuk memahami pola terbaik dari
suatu kelompok budaya, etnografer menghabiskan waktu yang cukup lama
dengan kelompok tersebut. Pola-pola tersebut tidak dapat dengan mudah dilihat
melalui kuesioner atau dengan pertemuan singkat. Sebaliknya, etnografer pergi
"ke lapangan," tinggal bersama atau sering mengunjungi orang-orang yang
sedang dipelajari, dan perlahan-lahan belajar cara-cara budaya di mana
kelompok berperilaku atau berpikir. Lapangan (field) dalam etnografi berarti
bahwa peneliti mengumpulkan data dalam lingkungan di mana partisipan berada
dan di mana pola-pola budaya dapat dipelajari. Data-data yang dikumpulkan
etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu
Tabel 2. Perbedaan 3 jenis data etnografi
Jenis data Pengertian
Data emic informasi yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering
disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk bahasa
lokal, pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang
dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan.
Data Etic informasi berbentuk interpretasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep
tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat
peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang
diungkapkan para partisipan.
Data Negosiasi informasi yang peserta dan peneliti setujui untuk digunakan dalam
penelitian. Negosiasi terjadi pada berbagai tahap dalam penelitian, seperti
menyetujui prosedur entri untuk situs penelitian, saling menghormati
individu di lokasi, dan mengembangkan rencana untuk memberikan
kembali atau reciprocating dengan individu.
Selama berlangsungnya penelitian lapangan, etnografer menggunakan
berbagai teknik untuk mengumpulkan data. Tabel 3. yang merupakan daftar
komposit dari LeCompte dan Schensul (1999) dan Wolcott (2008), menampilkan
bentuk pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Teknik observasi dan
wawancara terstruktur populer di kalangan ahli etnografi.
Tabel 3. Format Pengumpulan Data yang Biasa Digunakan Etnografi
Percakapan biasa
Riwayat kehidupan
Informan kunci
Interview semi terstruktur
Survei
Sensus keluarga
Kuesioner
Teknik proyektif
Observasi
Tes
Analisis konten
Teknik elisitasi
Pemetaan spasial
Analisis lingkup

2.2.3.5 Deskripsi, Tema, dan Interpretasi


Peneliti etnografi mendeskripsikan dan menganalisis kelompok budaya dan
membuat interpretasi tentang pola dari segala yang dilihat dan didengar. Selama
pengumpulan data, etnografer mulai membentuk sebuah penelitian. Kegiatan ini
terdiri dari menganalisis data untuk deskripsi dari individu dan tempat kelompok
budaya, menganalisa pola perilaku, keyakinan, dan bahasa, dan mencapai
beberapa kesimpulan tentang makna dari mempelajari orang-orang dan
lokasi/tempat.
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang
individu-individu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi
tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus mampu menggugah
seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa seolah-olah hadir di lapangan
penelitian dan berinteraksi dengan para partisipan
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat
dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi
atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat
informasi atau fakta bermakna. Dalam etnografi, tema-tema yang dihasilkan
selalu mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki
secara bersama-sama oleh para partisipan.
Interpretasi dalam etnografi yaitu etnografer menarik kesimpulan tentang
apa yang telah dipelajari. Fase analisis adalah yang paling subjektif. Peneliti
terkait dengan diskripsi dan tema dari apa yang telah dipelajari, yang sering
merefleksikan beberapa kombinasi dari peneliti untuk membuat penilaian
pribadi, kembali ke literatur tentang tema budaya, dan menimbulkan pertanyaan
lebih lanjut berdasarkan data . Hal ini juga mungkin termasuk dalam hal
menangani masalah yang muncul selama kerja lapangan yang membuat hipotesa
sementara.
2.2.3.6 Konteks atau Pengaturan
Peneliti menyajikan deskripsi, tema, dan interpretasi dalam konteks atau dari
kelompok budaya. Konteks dalam etnografi adalah pengaturan, situasi, atau
lingkungan yang mengelilingi kelompok/budaya yang dipelajari. Hal ini
berlapis-lapis dan saling terkait, yang terdiri dari faktor-faktor seperti sejarah,
agama, budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan. Konteks juga bisa
berupa lokasi fisik (seperti sebuah sekolah, keadaan gedung, warna dinding
kelas, atau suara yang ada), sejarah seperti pengalaman yang berkesan, kondisi
kepribadian seseorang, dan kondisi sosial individu seperti profesi, pendapatan,
mobilitas geografis. Kondisi ekonomi juga dapat mencakup tingkat pendapatan,
kelas pekerja, atau sistem pendanaan seseorang.
2.2.3.7 Kemampuan Reflektif Peneliti
Etnografer memuat suatu intepretasi dan menulis refleksi mereka.
Kemampuan reflektif peneliti dalam etnografi adalah kemampuan peneliti untuk
dengan sadar dan terbuka melakukan diskusi mengenai penelitian mereka dan
menghargai partisipan. Hal ini disebabkan karena penelitian etnografi
membutuhkan suatu upaya untuk tinggal di suatu tempat, peneliti juga perlu
memikirkan pengaruh kegiatan mereka baik tempat dan masyarakat. Menjadi
reflektif juga berarti bahwa kesimpulan penulis sering tentatif atau tidak
meyakinkan, khususnya yang mengarah ke pertanyaan-pertanyaan baru untuk
menjawab. Studi mungkin berakhir dengan pertanyaan untuk
mempertimbangkan beberapa perspektif atau sudut pandang bagi pembaca.

Você também pode gostar