Você está na página 1de 25

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Dispepsia adalah gangguan pencernaan makanan. (Kamus Kedokteran,
2000)
Dispepsia adalah kumpulan gejala/keluhan klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. ( Hadi sujono.2002 )
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. ( Mansjoer, Arief. Kapita Selekta jilid 1, 2001)
Dapat disimpulkan dispepsia adalah gangguan pencernaan makanan
yang berupa kumpulan gejala/keluhan klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap/mengalami kekambuhan.
Dispepsia terbagi 2, yaitu:
1. Dispepsia organik: bila diketahui kelainan organik
sebagai penyebabnya.
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional: bila
tidak jelas penyebabnya.

B. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat
anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:


1. Menelan udara (aerofagi)

1
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan
produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
(Kapita Selekta jilid 1, 2001)

C. Pathofisiologi
1. Dispepsia organik
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang
nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia tukak dan dispepsia bukan tukak dengan gejala nyeri
ulu hati waktu makan, refluk gastro esofagal berupa rasa panas di dada dan
mengiritasi makan. Penyakit saluran empedu karsinoma dengan gejala
nyeri perut dan bertambah jika makan, anoreksia dan menyebabkan berat
badan turun. Pankreatitis nyeri dirasakan di epigastrium setelah makan
banyak/minum alkohol. Nyeri disesbabkan pembengkakan dan peregangan
duktus pankreatikus sindrom malabsorbsi dengan gejala diare dan
berlendir, steatore, penurunan berat badan dan gangguan tumbuh kembang
pada anak.
2. Dispepsia non organik
Faktor Dispepsia non-organik atau dispepsia fungsional, atau
dispesia non-ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi
fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ

2
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(teropong saluran pencernaan).
asam lambung yang meningkat, keadaan psikis, stress, dan
faktor lingkungan, gangguan motilitas, pengosongan lambung yang
lambat, akan mengakibatkan peradangan lambung/irtasi karena
berkurangnya sekresi lambung sehingga menyebabkan nyeri karena iritasi
pada lambung.

D. Manifestasi klinik
Klasifikasi klinis praktik didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan membagi dispepsia menjadi 3 tipe:
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like-
dyspepsia) dengan gejala:
a. Nyeri apigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
c. Nyeri saat lapar
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas
(dysmotility-likedyspepsia) dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut terasa cepat penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Rasa tidak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti di atas)
(Crowin (Pathofisiologi):2001;Kapita Selekta jilid 1:2001)

3
E. Pathway

Stress Obat-obatan Pankreatitis


(anti inflamasi & steroid)

Produksi asam lambung Bersifat iritan Hipolipidemia alkoholisme


Meningkat kronik

Agresif terhadap mukosa Iritasi pada lambung Terbentuk batu empedu


Lambung

Hipersekresi Hd Peradangan pada mukosa Terjadi sumbatan ductus


Lambung pankreatikus

Mual, muntah Pembentukan dan peradangan


Ductus pankreatikus

Anoreksia Nyeri

Resiko kekurangan volume Perubahan nutrisi kurang Gangguan pola istirahat, tidur
cairan dari kebutuhan

(Crowin, Kapita Selekta jilid 1, 2001)


F. Penatalaksanaan penyakit.
Adapun sebelum menentukan suatu penanganan pada kasus dispepsia dilakukan
Pemeriksaan yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah
yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil
pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi.
Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung
lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga
menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002).
Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya
dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas
perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau
muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau
memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung
atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari
lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop
untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.
Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik
sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi
adalah:
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD
dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test
(belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis
dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras
ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang
menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang
meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang
masuk ke intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di
duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari
tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya
reguler, semisirkuler, dengan dasar licin (Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di
lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat
peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah (Shirakabe cit Hadi,
2002). Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat
tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi
dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Hadi, 2002).
Setelah diketahui jenis dari dispepsianya, tinggal di lakukan tindakan keperawatan
yang dibagi menjadi beberapa golongan obat yaitu :
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat,
Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-
menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg
triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
respetor H2. antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)


Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-
depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti
cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)

G. Pengkajian.
o Pada data subyektif sering ditemukan :
pasien sering mual.
Anoreksia
nyeri perut pada bagian atas atau pada daerah tertentu dengan
frekuensi lama.
tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.
o Sedangkan pada Data obyektif meliputi
- muntah dengan jumlah banyak.
- Frekuensi muntah sering dan banyak.
- Adanya rasa haus.
- penurunan turgor kulit.
- selaput mukosa kering.
- oliguria, otot lemah.
- Nyeri pada perut bagian atas

H. Diagnosa keperawatan.
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual muntah.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
d. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri
I. Fokus intervensi/rencana tindakan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus dispepsia menurut
Doenges (1999)
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil:
- Skala nyeri menurun
- Klien dapat mengantisipasi saat nyeri muncul
Intervensi:
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi yang nyaman
- Ajarkan teknik penanggulangan nyeri, distraksi,
relaksasi.
- Kolaborasi pemberian analgetik dengan medis
b. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
- Berat badan tidak turun/stabil
- Klien tidak mual dan muntah, nafsu makan baik
Intervensi:
- Kaji ulang status nutrisi pasien ( BB, intake dan out put )
- Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tetapi
sering.
- Instruksikan klien dan keluarga untuk menghindari
makanan /minuman yang dapat mengiritasi lambung
- Kolaborasi pemberian cairan parenteral dan
pemberian obat anti mual, muntah
- Sajikan makanan semenarik mungkin
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tanda-tanda tidak seimbang
cairan dan elektrolit tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Cairan dan elektrolit seimbang
- Tanda dehidrasi tidak muncul
Intervensi:
- Monitor Input dan Output cairan
- Monitor TTV secara rutin
- Pertahankan terapi intravena untuk penggantian
cairan dan tidak terjadi dehidrasi
- Beri cairan peroral sampai 2600 ml/hari
- Awasi keadaan kulit, warna, kelembaban, dan turgor
kulit.
d. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur klien bisa
terpenuhi
Kriteria hasil:
- Pola istirahat klien terpenuhi
- Klien dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
- Kaji ulang status istirahat tidur pasien
- Beri kesempatan kepada klien untuk istirahat
- Kondisikan ruangan senyaman mungkin untuk
istirahat klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2000. keperawatan medikal bedah, edisi 9

Crowin, J. Elisabeth, 2001. Buku Saku Pathofisiologi. EGC. Jakarta

Doenges, Marylin E., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Media Aesaulapius. FKUI:
Jakarta

Pamoentjak, dkk. 2003. Kamus Kedokteran. Djambatan. Jakarta.

Nanda, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005 2006, Editor Budi Santosa,
Prima Medika, Jakarta.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian ini dilakukakan di RSUD Purbalingga pada :
Hari : Senin
Tanggal : 11 februari 2008
Jam : 12.30 WIB
Ruang : Flamboyan

1. Identitas
a. Identitas pasien.
Nama : Ny. U
Umur : 48 tahun.
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Purbalingga Wetan. RW.2 RT.5
Tangagal masuk : 11 februari 2008
No. RM : 193321
Diagnosa medis : Dispepsia

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.T
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil
Alamat : Purbalingga Wetan RW.2 RT.5
Hubungan dengan pasien : Suami

2. Riwayat kesehatan
a. keluhan utama :
nyeri perut bagian atas ( nyeri ulu hati ).
b. keluhan tambahan :
dada sakit, kadang perut sakit dan pedih, pusing
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang lewat IGD dengan keluhan nyeri pada perut bagian atas ( ulu
hati ) kurang lebih satu minggu terakhir, disertai pusing, nyeri pada punggung,
mata susah dibuka.
Pasien datang sendiri dengan di antar oleh keluarganya dan disarankan dokter
untuk rawat inap.
c. riwayat penyakit dahulu :
pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang.
d. riwayat penyakit keluarga :
dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien, dan tidak ada penyakit keturunan dan menular.

Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan
: Meninggal

: Klien
: Menikah

: Tinggal serumah
: Garis keturunan

3. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum : baik
b. kesadaran : compos mentis.
c. tanta-tanda vital ( TTV )
tekanan darah : 120/80 MmHg
suhu : 36 C.
nadi : 84 X/menit.
pernapasan/respirasi : 24 X/menit

d. pemeriksaan sistematis
pemeriksaan kepala :
- kepala
bentuk mesocepal, warna rambut hitam beruban dengan panjang sebahu,
lurus, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi
- mata
mata tampak cembung ke depan, conjungtiva amemis ( - ), skelera
ikkterus ( - ), pupil isokor.
- telinga/hidung
tidak ada discharge
- leher
tyroid tidak teraba.
pemeriksaan dada :
- dada
dada datar, retraksi ada ( + ).
- jantung
S1 > S2 reguler, mur-mur ( - ), gallop ( - ).
- paru-paru
suara paru vesikuler, wheasing ( + ), rhonki ( + )

pemeriksaan perut :
- dinding perut
perut tampak cembung, kalau di tekan sakit terutama pada bagian atas
( ulu hati ), bagian bawah tanpak keras kalau di tekan dan ada
penimbunan cairan.
- hepar
hepar tampak membesar dan sakit kalau di tekan.
- lien
tampak membesar dan sakit kalau di tekan
- usus
bunyi usus ada ( + ) dan meninggi.
genetalia : perempuan, tidak ada kelainan seksual
ekstremitas atas : tangan knan pasien di pasang infus satu jalur.
ekstremitas bawah : baik, tidak ada oedema
pemeriksaan turgor : turgor kulit cukup
pemeriksaan akral : akral hangat.

4. Pengkajian pola fungsional ( Gordon )


a. Pola persepsi dan manajemen terhadap kesehatan
Klien menganggap kesehatan merupakan hal yang penting, oleh karna itu
apabila klien sakit, maka klien selalu berobat ke puskesmas atau dokter.
b. Pola Nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, dan lauk seadanya
habis satu porsi. Minum 6-8 gelas/hari.
Selama sakit : Klien kurang nafsu makan, porsi makan dari RS tidak pernah
habis, dan tersisa/ habis porsi. Klien minum 3 gelas sehari.
c. pola eleminasi
Sebelum sakit : Klien BAB 1x sehari, warna feses jernih, bau khas. BAK 4-5 x
sehari, warna kuning jernih.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB 1x sehari, konsistensi feses lembek,
warna coklat, terdapat lendir sebelum BAB, perut terasa sakit tetapi saat
dilakukan pengkajian sekarang pasien sudah tidak diare lagi. BAK 2-3x sehari,
warna urine kuning, bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebagai ibu Rumah tangga dan menjalankan
aktivitas mencuci, masak, mandi dan kegiatan personal higiene lainnya.
Selama sakit : Aktivitas klien sedikit terganggu karena mengalami nyeri pada
perut sehingga aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
e. pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam sehari, tidak ada
gangguan saat tidur.
Selama sakit : Klien mengatakan tidak bisa tidur atau mengalami gagguan
karena keadaan lingkungan yang kurang nyaman. Klien tidur 4-5 jam sehari.
f. Pola persepsitual
Klien masih mampu merasakan sentuhan, masih dapat melihat dan mendengar
dengan jelas.
g. Pola peran dan hubungan
Klien berperan sebagai Ibu rumah tangga dan hubungan klien dengan keluarga
dan masyarakat baik, hal ini dilihat dari para pengunjung yang datang
menjenguk.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang.
i. Pola koping terhadap stress
Dalam mengambil keputusan klien selalu musyawarah dengan suami dan
anak-anaknya.
j. Pola Sexualitas
Klien seorang perempuan dan mempunyai 5 orang anak.
k. Sistem nilai dan kepercayaan
Sebelim sakit : Klien memeluk agama islam, dan selalu menjalankan sholat 5
waktu.
Selama Sakit : Klien tidak dapat menjalankan ibada seperti biasa.

5. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 11 februari 2008

Hasil
satuan
Normal
Gula Darah
sewaktu 224 mg % 60 100
Lemak
kolesterol 199 mg % 150 200
Trigliserit 111 mg % 74 172
Fungsi Ginjal
Ureum darah 31 mg % 10 50
Creatinin darah 0,7 mg % L. 0,6-1,1 P. 0,5-0,9
Asam urat darah 6,2 mg % L. 3,5-7 P. 2,4-5,7

Pengobatan
Infus : KAEN 3A 20 tetes/menit
Oral : Antasid 3x1
Injeksi : Genta 3x mg/ IV
Diaform 2x 80 mg/ IV
B. ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah


1. DS : Klien mengatakan nyeri di Iritasi mukosa Nyeri
perut bagian atas. lambung

DO : Klien tampak menahan nyeri


saat bergerak
Skala nyeri 5 6
2. DS : Klien mengatakan nafsu Anoreksia, mual, Ketidakseimbangan
makan kurang dan kadang mual. muntah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO : Porsi maklan habis porsi
3. DS : Klien mengatakan masih sulit Nausea Gangguan pola
tidur karna menahan nyeri, mual istirahat dan tidur

DO : Klien tampak lemas, pucat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
3. Gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan nausea.

D. Intervensi/ Rencana Tindakan


Nama : Ny.U
Ruang/ tanggal : Flamboyan/ 11 februari 2008
Umur : 48 Tahun Dx Medis
: Dispepsia
No Dx Tujuan Tindakan ttd
1. I Setelah dilakukan tindakan - pantau tanda-tanda vital
keperawatan selama 3 x 24 jam - kaji skala nyeri pasien
diharapkan nyeri dapat - berikan posisi yang nyaman
berkurang dengan kriteria hasil - ajarkan teknik penanggulangan
- skala nyeri dapat berkurang nyeri relaksasi dan distraksi
- klien dapat mengantisipasi - kolaborasi untuk pemberian
saat nyeri muncul analgesik atau antasida
2 II Setelah dilakukan tindakan - mengkaji ulang status
keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi pasien
diharapkan kebutuhan nutrisi - Anjurkan untuk makan
terpenuhi dengan kriteria hasil dengan porsi sedikit tetapi
- - Berat badan klien sering.
sebelumnya 47 kg tidak turun - Instruksikan klien dan
atau stabil keluarga untuk menghindari
- - Klien tampak segar makanan atau /minuman yang
atau bertenaga dapat mengiritasi lambung
- Klien tidak mual dan - Kolaborasi pemberian
muntah, nafsu makan baik cairan parenteral dan pemberian
obat anti mual, muntah
- Kolaborasi ahli gisi
3. III Setelah dilakukan tindakan - - kaji ulang status istirahat
keperawatan selama 3 X 24 jam, tidur pasien
maka pola tidur klien bisa - - berikan posisi yang
terpenuhi dengan nyaman untuk tidur pasien
Kriteria hasil: - - anjurkan klien untuk
- Pola istirahat klien terpenuhi istirahat
dan lebih nyaman - - anjurkan klien untuk
- Klien dapat beristirahat tenang
dengan cukup - - ciptakan suasana dan
lingkungan yang tenang

E. Implementasi
Tgl Jam No.Dx Tindakan Respon Ttd
12/2/08 07.15 I,II,III mengobservasi ku pasien Ku cukup
07.20 I,II,III Memonitor TTV TD : 130/80
N : 80 x/m
R : 24x/m
S : 37,2 C
07.40 II,III Mengkaji keluhan pasien Nyeri perut,
mual, muntah
08.00 I Memberikan therapi oral dan Obat masuk
injeksi,
-
G
e
09.50 I,II n Infus lancar D5
t %
12.30 I,II a Pasien kooperatif
-
D
i
a
f
o
r
m
-
A
n
t
a
s
i
d

Monitor tetes infus

Memotifasi pasien untuk


istirahat
13/2/08 07.15 I,II,III Mengobservasi ku pasien Ku cukup
07.40 I,II,III Memonitor TTV TD : 120/80
N : 82 x/m
S : 37 C
R : 22x/m
08.00 I,II Memberikan therapi oral Obat masuk
- Antasid
09.20 I,II Memonitor tetesan infus Inf, D5 % 20
tts/m
10.10 II Mengkaji status nutrisi Pasien
mengatakan
masih mual
11.40 II Menganjurkan pasien makan Pasien kooperatf
dengan porsi sedikit tapi sering
12.00 I,III Memberikan posisi yang nyaman Pasien merasa
untuk istirahat nyaman dengan
posisi terlentang

14/2/08 21.10 I,II,III Mengobservasi Ku pasien Ku cukup


21.30 I,II Monitor tetesan infus Infus lancar,D5%
20 tts/m
21.50 I Mengkaji ulang status nyeri Skala nyeri 4-5
( berkurang)
I Memberikan teknik Klien kooperatif
penanggulangan nyeri
22.00 I,II Memberikan therapi oral Obat masuk
22.50 II Menganjurkan klien untuk Kooperatif
menghindari makanan yang
meningkatkan asam lambung
23.00 III Motivasi klien untuk istirahat Kooperatif
05.20 III Mengkaji ulang istirahat pasien Pasien tidur 5-6
jam
06.00 I,II,III Memonitor TTV TD : 120/80
MmHg
N : 80x/m
S : 36,5 C
R : 24 x/m
F. Evaluasi
Tgl/jam No.Dx Catatan perkembangan Ttd
12/2/200 I S : Pasien mengatakan perut (ulu hati) masih terasa perih
8 dan melilit
13. 30 O : Ekspresi wajah tampak menahan nyeri, Skala 5 6
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
- relaksasi
- kompres hangat
II S : Pasien mengatakan masih mual, napsu makan kurang
O : Porsi makan habis 1/3 porsi, pasien kelihatanlemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
III S : klien mengatakan susah beristirahat karna keadaan
rumah sakit yang tidak tenang
O : wajah klien tampak pucat
A : masalah belum teratasi
13/2/200 I S : Pasien mengatakan perut masih sakit dan rasa nyeri
8 O : Skala nyeri 4 5
13. 40 A : masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
II S : pasien mengatakan masih mual, napsu makan kurang
O : porsi makan habis , klien tampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- kaji status nutrisi
pasien
- motivasi untuk
makan sedikit tapi
sering
- kolaborasi medis

III S : Pasien mengatakan masih susah beristirahat


O : Wajah pucat, kurang istirahat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
!4/2/2008 I S :Pasien mengatakan nyeri berkurang
06.30 O : Ekspresi wajah tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan Intervensi
II S : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
O : Porsi makan habis
A : masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
III S : Pasien mengatakan sudah agk tenang untuk
beristirahat
O : Pasien tidur 5 6 jam
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. U
DENGAN DISPEPSIA DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD PURBALINGGA

Disusun Oleh :
1. Melciana D Alle ( 05.020 )
2. Melkisedek Banamtuan ( 05.021 )
3. Mery Sukrisno ( 05.022 )
4. Mutharom ( 05.023 )
5. Vivi Haryani ( 04.0 )

AKADEMI KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS


Jln. Raya Jompo Kulon. Sokaraja. Banyumas
2008

Você também pode gostar