Você está na página 1de 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia terutama

menyangkut air minum untuk kebutuhan sehari-hari. Mengingat pentingnya

air minum bagi manusia terkhusus bagi para pekerja, air minum dapat

mempengaruhi proses pekerjaan tersebut apabila air minum tersebut tidak

sesuai standard an mengandung beberapa senyawa yang berbahaya. Untuk

mengetahui air minum tersebut layak atau tidak dapat dilakukan beberapa

analisa salah satunya analisa kesadahan pada air minum. Oleh sebab itu pada

laporan ini, saya mengangkat judul Analisa Kesadahan Air Minum Pada PT.

GUANG CHING NICKEL AND STAINLESS STEEL dengan metode titrasi

kompleksometri.

B. Tujuan Melakukan Kuliah Kerja Praktek

Tujuan dari pelaksanaan praktek kerja industri ini adalah :

1. Sebagai syarat kelulusan program D1 Dalam Politeknik Akademi Teknik

Industri Makassar, terutama Program Teknik Kimia Logam yang

dilaksanakan oleh PT. Indonesia Morowali Industrial Park.

1
2. Mengetahui penerapan dan praktek dari teori teori yang telah didapat

selama di kampus terutama dalam proses peleburan Ferronickel.

3. Melatih dan meningkatkan disiplin dan tanggung jawab bagi pihak yang

melaksanakan sebelum terjun ke dunia kerja.

4. Untuk mengetahui nilai kesadahan pada air minum.

C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan KKP

1. Waktu

Waktu yang digunakan dalam melaksanakan kuliah kerja praktek

yaitu tiga (3) bulan, terhitung mulai tanggal 04 Februari 2017 - 05 Mei

2017 dengan jam kerja efektif jam 08:00 WITA sampai jam 15:00 WITA.

2. Tempat

Tempat pelaksanaan kuliah kerja praktek yaitu PT. Guang Ching

Nickel And Stainless Steell, Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi Kabupaten

Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

D. Metodologi KKP

Dalam penyusunan laporan kuliah kerja praktek ini, penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain sebagai

berikut :

2
1. Pengamatan (observasi)

Penyusun mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan.

2. Wawancara (interview)

Mengumpulkan informasi dari instruktur dan bertanya kepada

operator lapangan dari setiap devisi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Umum Perusahaan

PT. Guang Ching Nickel and Stainless Steel (GCNS) merupakan pabrik

smelter Nickel Pig Iron yang berlokasi di kawasan PT. Indonesia Morowali

Industrial Park (IMIP) perusahaan patungan antara Shanghai Decent

Invesment (Group) Co.,Ltd dan PT. Bintang Delapan Group yang terletak di

Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Kawasan industri ini di bangun sebagai salah satu perwujudan dari rencana

pemerintahan Joko Widodo untuk menciptakan roda perekonomian

Indonesia dengan pembangunan infrastruktur dan kawasan industry (Arsip

Perusahaan, 2016).

Melalui kementerian perindustrian, pemerintah menargetkan

membangun 15 kawasan industri baru hingga tahun 2019. Adapun 13

kawasan akan di bangun di luar pulau jawa. Pemerintah Indonesia juga akan

membangun infrastruktur penunjang lainnya, seperti kawasan perumahan

yang ditujukan untuk para pekerja yang terlibat di kawasan industri ini.

Selain itu, akan menugaskan pihak kepolisian serta imigrasi untuk beroperasi

di sekitar kawasan industri untuk menjaga kawasan dan selalu mengawasi

imigran cina yang bekerja di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial

Park (IMIP). Institut Teknologi Bandung (ITB) beserta Universitas Tsinnghua

4
juga direncanakan membangun pusat pelatihan perindustrian (Arsip

Perusahaan, 2016).

PT. Guang Ching Nickel And Stainless Steel (GCNS) mulai beroperasi

pada bulan Desember 2015 dengan kapasitas produksi 600.000 ton dan

didukung dengan PLTU sebesr 2x150 MW dengan nilai investasi sebesar USD

1,04 miliar. Selain mengolah bijih mentah menjadi ferronickel, pabrik smelter

ini dalam jangka panjang akan menghasilkan stainless stell yang mayoritas

produksinya akan di ekspor ke Cina. Sedangkan untuk pemasaran di dalam

negri akan di sesuaikan dengan permintaan (Arsip Perusahaan, 2016).

B. Perkembangan Perusahaan

Pengembangan kawasan industri morowali dengan skenario yang

dititik beratkan pada pembangunan pabrik smelter dan pembangkit listrik

serta indutri stainless steel yang merupakan champion bagi pengembangan

industri berikutnya. Dengan terbangunnya kegiatan industri tersebut akan

menarik berbagai industri yang memanfaatkan Stainless steel yang berbentuk

slab, HRC, sheet sebagai bahan bakunya. (Arsip Perusahaan, 2016)

Pengaturan tata ruangan lahan didasarkan pada rencana

pengembangan terlihat secara jelas pada muster plan sehingga rencana

pengembangan dapat di sesuaikan dan saling menyesuaikan dengan rencana

marketingnya (Arsip Perusahaan, 2016).

5
Secara garis besar muster plan kawasan industri morowali dibagi

kedalam 5 zona utama, yaitu terdiri dari :

1. Zona pelabuhan dengan luas 10,35 ha

2. Zona smelter stainless steel dan pembangkit listrik dengan luas 230 ha

3. Zona industri hilir nickel dengan luas 360 ha

4. Zona industri terkait dan pergudangan dengan luas 300 ha

5. Zona komersial, perumahan dan pendidikan

Pembangunan tahap pertama (2014-2017) di areal seluas 230 ha,

telah dibangun smelter pertama dengan kapasitas sebesar 300.000 ton per

tahun dan PLTU dengan kapasitas 2 X 65 MW. Pada tanggal 03 Mei 2013

telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan smelter kedua

dengan kapasitas 600.000 ton per tahun dan PLTU dengan kapasitas 300 MW

dan akan dilanjutkan dengan pembangunan smelter ketiga dengan kapasitas

300.000 ton per tahun dan didukung oleh PLTU dengan kapasitas 300 MW.

Selain itu akan dibangun industri stainlees steel dengan kapasitas 2 (dua) juta

ton per tahun yang membutuhkan ferronickel sebesar 1,5 juta ton dan sekitar

500.000 ton ferrocrom (Arsip Perusahaan, 2016).

Tahap pembangunan kedua (2017-2020), akan dikembangkan lahan

seluas 360 ha, direncanakan untuk indutri turunan stainlees steel sebanyak

40-50 perusahaan (Arsip Perusahaan, 2016).

6
Tahap pembangunan ketiga (2020-2025), akan dikembangkan lahan

seluas 300 ha dengan tenant direncanakan untuk industri, pergudangan,

komersial, hotel dan pendidikan (Arsip Perusahaan, 2016).

C. Visi Dan Misi Perusahaan

1. Visi :

Menjadi kawasan industri terintegrasi, nyaman, kompetitif dan

berwawasan lingkungan.

2. Misi :

a. Berkomitmen menjalankan manajemen profesional (Professional

Management Commitment Standart).

b. Menerapkan standar internasional (Implementation of International

Standart).

c. Berkomitmen untuk perbaikan berkelanjutan (Continuous

Improvement Commitment).

d. Pemenuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku.

D. Produk Perusahaan

Produk yang dihasilkan dari PT. Guang Ching Nickel And Stainless Steel

ialah ingot ferronickel yang berbobot 15 kg per ingotnya.

7
E. Struktur Organisasi

DEWAN DIREKSI

DIREKSI

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

8
F. Proses Produksi Ferronickel

Gambar 2.2 Overview Produksi ferronickel

1. Rotary Dryer

Udara Listrik Solar

Pug dust (25-29% )


ROTARY DRYER Debu/Off-Off Gas
(Dari Kiln, Furnace dan
Ore Basah (35-40% )

Batu-Batuan -6 Inchi
(GAN ZAO YAO) Dryer)

Debu Benda Asing Batu

Ore Setengan Kering

(Moisture 23%
)
Gambar 2.3 Flow Diagram Input dan Output

9
Rotary dryer atau tanur pengering adalah bejana silinder yang

berukuran panjang 50 meter dan diameter 5 meter yang diletakkan pada

posisi horizontal dengan kemiringan 3. Di dalam rotary dryer terjadi

proses drying atau pengeringan untuk mengurangi kadar moisture dalam

bijih. Pada umumnya kadar moisture dalam bijih sekitar 35%-40% HO

dan diturunkan menjadi 23% HO.

Gambar 2.4 Rotary Dryer

Dalam rotary dryer, pengeringan di lakukan dengan mengalirkan

gas panas dari furnace dan rotary kiln serta dari stove chamber dryer itu

sendiri yang di alirkan secara co-current (searah) pada temperature 800

hingga 900C. Ore yang masuk di Rotary dryer membutuhkan waktu 25

menit untuk keluar sebagai Ore setengah kering (Manyal, 2016).

10
2. Rotary Kiln

Gambar 2.5 Rotary Kiln

Rotary Kiln adalah tempat terjadinya proses kalsinasi ore yang

berukuran panjang 100 meter dan diameter 5 meter yang diletakkan

pada posisi horizontal dengan kemiringan 3. Di dalam rotary kiln terjadi

3 tahapan :

a. Pengeringan kadar air bebas

b. Pengurangan kadar air Kristal

c. Kalsinasi

Bijih yang masih mengandung kadar air (23%) dan bercampur

batu bara dan silica, dikeringkan hingga kadar air bebasnya habis.

Kemudian terjadilah tahapan pengurangan kadar air Kristal (<1%).

Kemudian memasuki proses kalsinasi. Hasil dari rotary kiln disebut

11
calcine dan ditampung di penampungan calcine atau disebut dengan

surge bin (Kapri, 2016) .

3. Furnace

Furnace atau tanur pelebur atau tanur listrik merupakan bagian

atau tempat untuk melebur calcine dengan panas listrik dari transformer

yang disalurkan melalui elektroda. Furnace berukuran tinggi 7 meter dan

diameter 18 meter. Furnace membutuhkan suhu 1550c untuk mampu

melebur calcine menjadi matte dan slag (Pasali, 2016).

Terjadi 3 proses yang terjadi di dalam furnace, yaitu :

a. Peleburan

Furnace melebur calcine yang diterima dari rotary kiln dengan

bantuan panas listrik dari 3 buah transformer yang disalurkan melalui

3 buah elektroda. Daya yang dipakai furnace untuk melebur calcine

adalah 33000 KVA. Arus listrik yang mengalir di ke tiga elektroda di

ubah menjadi panas pada ujung bawah elektroda. Selain panas dari

ujung elektroda, panas dari slag juga membantu proses pelebur

calcine.

b. Reduksi

Dengan adanya penambahan batu bara yang tercampur

dengan ore dari mixing feeder maka, nikel oksida (NiO) dan besi

12
oksida (FeO) tereduksi menjadi logam nikel (Ni) dan besi (Fe) dalam

bentuk cair.

c. Pemisahan

Hasil dari proses peleburan di dalam furnace adalah cairan

logam, yang karena perbedaan berat jenisnya maka cairan logam

akan terpisah, yang banyak mengandung logam yang berat jenisnya

lebih berat akan berada pada lapisan bawah dan disebut matte dan

yang kurang mengandung logam akan berada pada lapisan bagian

atas disebut slag. Cairan slag dan matte secara berkelanjutan

dikeluarkan dari dalam furnace.

4. Moulding

Gambar 2.6 Moulding

13
Moulding adalah tempat atau lokasi pencetakan cairan ferronickel

yang sudah dikeluarkan dari dalam furnace. Matte yang dikeluarkan dari

dalam furnace ditampung di dalam leadle yang berkapasitas 70 ton.

Kemudian leadle yang berisi matte tersebut diangkat dengan

menggunakan hot metal crane untuk di posisikan diatas tundish yang

sudah dilapisi castable (semen tahan api) kemudian cairan ferronickel

dialirkan ke cetakan berjalan yang sudah di lapisi cairan kapur untuk

memudahkan ferronickel yang sudah di cetak terlepas, kemudian jatuh

melalui chute/corong di ujung putaran cetakan (Chaerudin, 2016).

5. Grinding

Gambar 2.7 Grinding

14
Coal grinding atau penggilingan batubara gunanya agar

memudahkan pada waktu penyalaan hingga dapat menghasilkan panas

optimal dan efisien (menurunkan flash point).

Batubara yang berasal dari gudang penyimpanan batubara dikirim

melalui belt conveyor ke mesin penggilingan dengan jumlah yang

ditentukan, dengan hasil kehalusan yang diharapkan. Sebelum batubara

masuk keperalatan penggilingan terlebih dahulu batubara melalui

conveyor yang dilengkapi dengan sistem timbangan (weigh scale). Batu

bara yang telah halus hasil dari grinding setelah ditentukan banyaknya

disalurkan ke alat pembakar rotary dryer dan rotary kiln dengan bantuan

udara untuk memudahkan penyaluran dan terjadi pengabutan, sehingga

akan mudah menyala (Kapri, Coal Grinding, 2016).

15
BAB III

TEORI DASAR

A. Air

Air merupakan sala satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi

perkehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat

berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu

kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi

faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sumber daya

air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain ; untuk

kepentingan rumah tangga (domestic), industri, pertanian, perikanan, dan

sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan kemajuan

teknologi, air permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi antara lain untu

sumber baku air minum dan air industry (Sumantri, 2010).

Tanpa disadari pada saat ini kita telah membayar biaya yang cukup

tinggi untk mendapatkan segelas air yang layak untuk kesehatan. Bagi

Indonesia yang merupakan Negara agraris yang tengah merintis arah

pembangunan nasionalnya menuju era industrialisasi, peranan sumber daya

air sangatlah menentukan. Di samping itu, sejalan dengan pertambahan

penduduk Indonesia yang terus meningkat, peranan sumber daya air

tersebut dirasakan semakin menentukan dalam kehidupan sehari-hari. Di lain

pihak, keberadaan sumber daya air yang dapat memenuhi kebutuhan

16
penduduk dan kegiatan pembangunan diberbagai sector semakin

manghawatirkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti

pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertaniann yang mengabaikan

kelestarian lingkungan, dan berubahnya fungsi-fungsi daerah-daerah

tangkapan air (Sumantri, 2010).

Untuk kelangsungan hidup perlu disadari bahwa sumber daya air, baik

air permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan dari

manusia dengan sebaik-baiknya, supaya mendapatkan manfaat yang

optimum dari keberadaan sumber sumber daya air dan mencegah terjadinya

penurunan kuantitas dan kualitas dari sumber daya air. Dalam memenuhi

kebutuhan akan air, manusia selalu memperhatikan aspek kuantitas dan

kualitas air. Kuantitas air yang cukup dimungkinkankarena adanya siklus

hidrologi, yaitu siklus alami yang mengatur tersedianya air permukaan dan air

tanah (Sumantri, 2010).

B. Air Minum

Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama.

Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia

pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air

minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.

(Slamet, 2000)

17
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa,

dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman

pathogen dan segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak

mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat

diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu

seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan

distribusinya. (Slamet, 2000)

C. Kesadahan

Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air

untuk mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi

berkurang atau hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang

berfungsi menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat

berbusa. Air sabun akan membentuk emulsi atau sistem koloid dengan zat

pengotor yang melekat dalam benda yang hendak dibersihkan (Anonim,

2008).

Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium

(Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air

mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan

magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-

kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun, tetapi karena

18
kation polivalen umumnya berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil

dengan zat organik yang ada, maka peran kesadahannya dapat diabaikan.

Oleh karena itu penetapan kesadahan hanya diarahkan pada

penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah

miliekivalen (mek) ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air (Anonim, 2008).

Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki

oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+,

Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent

metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk

garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (Anonim, 2008).

Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal

sebagai air sadah, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa

kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan

mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium

dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu

cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau

presipitat yang akhirnya menjadi kerak (Anonim, 2008).

Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan

sabun, di mana sabun ini diendapkan oleh ion-ion. Karena penyebab

dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti

dari kesadahan dibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang menggambarkan

19
konsentrasi jumlah dari ion Ca2+dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3.

Ada dua jenis kesadahan, yaitu (Anonim, 2008) :

1. Kesadahan sementara

Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam

bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini

dapat / mudah dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga

terbentuk encapan CaCO3 atau MgCO3.

Reaksinya:

Ca(HCO3)2 dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)

Mg(HCO3)2 dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)

2. Kesadahan tetap

Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam

klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.

Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda

kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida)

sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan

magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air.

Reaksinya:

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)

MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)

MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)

20
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan

penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar

kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut kesadahan

karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan non-

karbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari

penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan

adalah kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat tidak ada.

Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter,

bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya

(Anonim, 2008).

D. Metode Penentuan Kesadahan

Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah Titrasi

kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks

(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan

jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil

berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut

kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam

titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun

disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga

dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks

ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.

21
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan

tinggi. Selain titrasi kompleksometri ada juga yang dikenal sebagai titrasi

kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin

tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis

asam amina polikarboksilat (Anonim, 2008).

EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam

amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion

logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk

kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang

dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat

gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari

dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat

(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen

penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Anonim,

2008).

Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang

merupakan bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi

kesadahan air. Di dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna

biru. Lalu berubah menjadi merah ketika membentuk komplek dengan kalsium,

magnesium atau ion logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,

Solochrome Black T atau EBT (Anonim,2008).

22
Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila

disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu

tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan

indikator Calmagite. Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama

dengan Erio T (Anonim, 2008).

E. Standar Jenis Kesadahan

Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan

tidak juga berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah

atau berlebih kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total

adalah 5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air

akan terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10

derajat Jerman maka akan merugikan bagi manusia (Resthy, 2011).

Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan

mana air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa

memperkirakan saja berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya

mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci memberikan

sedikit pemahaman pada masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu

tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang

ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya

masih tergolong rendah (Resthy, 2011).

Standar kesadahan air meliputi (Resthy 2011):

23
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :

a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3.

b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3.

c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3.

d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3.

e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.

2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :

a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3.

b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3.

c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3.

d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3.

e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.

3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :

a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3.

b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3.

c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3.

d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3.

e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.

4. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan

air disebabkan adanya ion ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar

kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air

24
minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas

maksimum maka harus diturunkan (pelunakan) (Resthy, 2011).

Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah

adalah air yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-

180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika

mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag

dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan menurut

PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan

yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus

diturunkan (pelunakan) (Resthy, 2011).

F. Prosedur Pengambilan Sampel Air Minum

1. Sebelum sampel diambil, kran air dibersihkan dengan kapas yang diberi

alkohol dan dibuka 3 5 menit , lalu keran dibuka lagi 1 menit baru

mengambil sampel.

2. Saat pengambilan sampel, terlebih dahulu diambil untuk mikrobiologi

(1/3 botol) lalu diambil untuk pemeriksaan fisik / kimia.

3. Selesai pengambilan sampel, diberi keterangan Tanggal, nomor sampel,

perihal yang dianalisis.

4. Saat pengambilan sampel untuk mikroba, tidak boleh membilas wadah

(sudah disterilkan).

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Tujuan

Untuk mengetahui tingkat kesadahan air minum yang sesuai standar.

B. Prinsip dasar

Analisa dengan kompleksometri dengan titran EDTA. E D T A d a n

garamnya membentuk senyawa kompleks yang mudah larut

b i l a bereaksi dengan kation logam Ca 2+ dan Mg 2+. Bila sampel dititrasi

dengan EDTA ion Ca2+ dan Mg2+ akan dikomplekskan.

C. Alat dan bahan

1. Alat

a. Pipet gondok 25 mL

b. Pipet tetes

c. Labu ukur 300 mL tiga buah

d. Filler

e. Pipet volum 10 mL dua buah

f. Buret 50 mL

g. Buku catatan

h. pulpen

26
2. Bahan

a. Sampel air minum

b. Triethanolamin (C6H15NO3)

c. Amonia (NH4Cl + NH3)

d. EDTA (C = 0,0108 mol/L)

e. Indicator black-T (eriocrome hitam T)

f. aquades

Gambar 4.1 Bahan-Bahan Uji

D. Cara kerja

1. Sampel aquades diambil sebanyak 50 mL menggunakan pipet gondok

50 mL dengan bantuan filler, lalu dimasukan ke dalam labu ukur 1#

(sebagai larutan standar).

27
2. Sampel air minum diambil sebanyak 25 mL menggunakan pipet

gondok 25 mL dengan bantuan filler, lalu dimasukan ke dalam labu

ukur 2# simplo dan 2# duplo dan di tambahkan 25 mL aquades.

3. Triethanolamin ditambahkan sebanyak 3 mL menggunakan pipet

volum 1#, 5 mL larutan penyangga amonia menggunakan pipet volum

2#, dan 2 tetes black-T menggunakan pipet tetes ke dalam masing-

masing labu ukur 1#, 2# simplo, dan 2# duplo lalu diaduk sehingga

larutan akan berwarna merah muda.

Gambar 4.2 Sampel yang telah diberi black-T

4. Sampel larutan standar (sampel 1#) dititrasi menggunakan EDTA yang

sebelumnya di masukan ke dalam buret 50 mL (isi full) secara sedikit

demi sedikit dan perlahan hingga berubah warna menjadi biru cerah.

28
5. Dicatat hasilnya yang digunakan EDTA untuk sampel 1# lalu isi full

kembali EDTA tadi.

6. Sampel 2# simplo dititrasi menggunakan EDTA secara sedikit demi

sedikit dan perlahan sampai sama/hampir sama dengan warna

sampel 1# (biru cerah).

7. Dicatat hasilnya yang digunakan EDTA untuk sampel 2# simplo, lalu isi

full kembali EDTA yang di buret tadi.

8. Sampel 2# duplo dititrasi menggunakan EDTA secara sedikit demi

sedikit dan perlahan sampai sama/hampir sama dengan warna

sampel 1# (biru cerah).

9. Dicatat hasilnya yang digunakan EDTA untuk sampel 2# duplo.

10. Dibersihkan semua peralatan setelah digunakan.

Gambar 4.3 Perbadingan antara larutan standar dan sampel

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Record
Jenis Sampel Jumlah Sampel Sampel Hasil
Analisa
Aquades 50 mL 1# 0,01 mL -
110,4643
Air Minum 50 mL 2# Simplo 5,12 mL
mg/L
110,4643
50 mL 2# Duplo 5,12 mL
mg/L
Gambar 4.4 Tabel Hasil Analisa

Rumus :

Kesadahan = ( V2-V1 ) . C . 100,08 x 1000


V0

Keterangan :

V0 = Volume sampel (mL)

V1 = Volume titrasi larutan standar (mL)

V2 = Volume titrasi sampel (mL)

C = Konsentrasi EDTA (M mol/L)

Mr CaCO3 = 100.08

Untuk Sampel 1# tidak dilakukan perhitungan karena merupakan larutan

standar

Untuk Sampel 2# simplo

Kesadahan = ( 5,12-0,01 ) . 0,0108 . 100,08 x 1000

30
50

= 5,11 . 0,0108 . 100,08 x 1000


50

= 110,4643 mg/L

Untuk Sampel 2# duplo

Kesadahan = ( 5,12-0,01 ) . 0,0108 . 100,08 x 1000


50

= 5,11 . 0,0108 . 100,08 x 1000


50

= 110,4643 mg/L

Jadi, dapat disimpulkan bahwa air minum yang diteliti layak

dikonsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan.

B. Pembahasan

Pada analisa kali ini penentuan kesadahan air minum di laboratorium

Quality Control. Langkah yang dilakukan pertama kali mengambil sampel air

dan dimasukkan dalam labu ukur sebanyak 25 mL dan ditambahkan 25 mL

aquades. Penambahan 3 mL triethanolamin, 5 mL larutan penyangga amonia,

dan 2 tetes black-T dan larutan menjadi berwarna merah muda. Selanjutnya

dititrasi dengan EDTA. EDTA dijadikan sebagai titran maka larutan berubah

warna dari merah muda menjadi biru cerah. Pada titik akhir titrasi diperoleh

volume titran sebesar 0,01 mL untuk sampel 1#, 5,12 mL untuk sampel 2#,

31
dan 5,12 mL untuk sampel 3#. Hasilnya adalah sampel 2# yaitu 110,4643

mg/L, dan sampel 3# yaitu 110,4643 mg/L. Berdasarkan standar kesadahan

menurut PERMENKES RI 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang

dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 dapat dikatakan bahwa air minum yang

diteliti layak dikonsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang

dianjurkan. Prinsip percobaan ini adalah analisa dengan kompleksometri

dengan titran EDTA dan indikator black-T.

Jika kandungan kesadahan >500 mg/L maka dapat menyebabkan

beberapa penyakit namun dapat dilalukan pelunakan untuk menurunkan

kadar kesadahan tersebut dan apabila <500 mg/L dapat dikomsumsi oleh

manusia karena sesuai dengan standar PERMENKES RI 2010 batas maksimum

kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3.

32
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kandungan kesadahan pada air minum yaitu 110,464 mg/L dan dan

air tersebut layak untuk dikomsumsi karena tidak melewati standar

kesadahan menurut PERMENKES RI 2010 batas maksimum kesadahan air

minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 dapat dikatakan bahwa air

minum yang diteliti layak dikonsumsi karena tidak melebihi nilai ambang

batas yang dianjurkan.

B. Saran

Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP) di PT. Guang Ching

Nickel And Stainless Steel selama 3 bulan, penyusun banyak mendapat

pengalaman. Pada kesempatan kali ini penyusun juga ingin memberikan

saran, yakni :

1. Operator harus memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang baik dan benar.

2. Operator harus berpakaian rapi dan menghindari pemakaian benda yang

bisa tersangkut pada benda yang berputar.

3. Operator harus memperhatikan kebersihan dan kerapian diarea tempat

kerja.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2010, Water Hardness: EDTA Titrimetric Method, New York USA

Arsip Perusahaan. (2016). PT. Guang Ching Nickel And Stainless Steel .

Chaerudin, D. (2016). Ferronickel Moulding. Morowali: PT. Exergreen Energi,


Efficiency, Optimitazion.

Sumantri. (2010). KESEHATAN LINGKUNGAN. Jakarta: Kencana Perdana Media


Group.

Kapri, K. (2016). Coal Grinding. Morowali: PT. Exergreen Energi, Efficiency,


Optimitazion.

Kapri, K. (2016). Rotary Kiln. Morowali: PT. Exergreen Energi, Efficiency,


Optimitazion.

Manyal, S. (2016). Rotary Dryer. Morowali: PT. Exergreen Energi, Efficiency,


Optimitazion.

Pasali, C. (2016). Furnace Manual. Morowali: PT. Exergreen Energi, Efficiency,


Optimitazion.

Pasali, C. (2016). Water Supply Pump. Morowali: PT. Exergreen Energi, Efficiency,
Optimitazion.

Resthy, 2011. Laporan Akhir Kesadahan.

Slamet, J. S. (2004). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Wardana, F. (2017, April 24). Prosedur Pengumpulan Sampel Air. (W. Rahardy,
Interviewer).

34
35

Você também pode gostar