Você está na página 1de 7

See more Article in rochmataldy.blogspot.

com
1

ARTIKEL

PEMBANGUNAN INDONESIA MASA KINI

Dihubungkan dengan Kontribusi Pemikir Ekonomi Pembangunan Modern


Semakin baik... atau semakin......????

Rochmat Aldy Purnomo

Pembangunan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan keadaan


negara yang sedang membangun itu sendiri. Banyak persoalan yang dihadapi oleh negara
Indonesia dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan hal yang berusia lanjut, dapat


dikatakan bahwa pembangunan merupakan kunci yang menentukan hidup matinya bangsa
Indonesia. Di Indonesia, masalah penduduk tergolong sangat serius disamping merupakan
negara yang relatif belum sejahtera secara ekonomi jika dibandingkan dengan negara
tetangga. Kepadatan penduduk juga sangat tinggi dan perkembangan penduduk yang
tergolong sangat cepat.

Oleh karena itu, mengadakan pembangunan ekonomi di negara Indonesia merupakan


suatu keperluan yang sangat mendesak, yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan,
pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengisi kemerdekaan dalam
bidang politik dengan pembangunan ekonomi. Pada saat ini, banyak para pemikir-pemikir
ekonomi yang memberikan kontribusi pemikirannya dalam berbagai aspek mengenai
pembangunan ekonomi untuk diterapkan di Indonesia.

Negara Indonesia sepertinya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk
melakukan pembangunan ekonomi yang terlantar dan terbelakang sebagai akibat penjajah
belanda dan jepang yang telah berlangsung sekian lama. Sedikit demi sedikit namun pasti,
Indonesia mulai menyadari bahwa kemerdekaan politik saja tanpa dibarengi dengan
kemerdekaan ekonomi tidak akan banyak artinya. Ketidakstabilan politik akan menghambat
kemajuan ekonomi, namun sebaliknya ketergantungan di bidang ekonomi dapat
menimbulkan kerawanan politik di dalam negeri.

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
2

Dari sisi pembentukan modal, Nurkse (1963) menyebut adanya sebuah lingkaran
setan (vicious circle) yang menyebabkan Indonesia tidak mampu menggulirkan ekonomi di
atas kemampuannya sendiri. Dari mata rantai buruknya tingkat pendapatan, dilanjutkan oleh
ketidakmampuan menyisihkan tabungan dan rendahnya kapasitas pembentukan modal serta
efisiensi yang rendah. Urutan terakhir mata rantai tersebut adalah rendahnya pendapatan
perkapita penduduk yang dengan sendirinya dilanjutkan oleh rendahnya tabungan.
Michael P. Todaro hampir selalu mengidentikkan Dunia Ketiga (termasuk Indonesia)
dengan produktivitas sumber daya manusia yang rendah, kemiskinan, pertumbuhan penduduk
yang tinggi, tidak demokratis, feodal, dan cenderung militeristik, pasar yang tidak sempurna,
atau standar hidup yang rendah (Todaro, 1998). Begitulah lingkaran tanpa putus yang
menantang ahli-ahli ekonomi pembangunan dalam merumuskan exit strategy, sebelum
mendorong mereka mengejar negara-negara yang lebih maju.
Karena itulah, dari pengetahuan akan teori tersebut. Kita bisa melihat dalam sejarah
pembangunan Indonesia dimana pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai pro
terhadap investasi asing dengan maksud agar terdapat pembentukan modal yang lebih baik
dan lebih banyak di Indonesia. Yang nantinya diharapkan tingkat pendapatan per kapita
meningkat dan masyarakat memiliki kemampuan untuk menabung yang lebih baik dan
diharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan.
Dalam khasanah ilmu ekonomi pembangunan, ada hal-hal menjadi sangat populer dan
berkembang setelah Perang Dunia 2, Roy F. Harrod dan Evsey Domar contohnya. Dua
ekonom yang membangun teori masing-masing ini, jelas tidak bisa dilupakan dalam sejarah.
Gagasan dalam teori Harrod-Domar berfokus pada satu pernyataan penting bahwa kunci
pertumbuhan ekonomi ada pada investasi. Dengan demikian, terdapat ekspektasi terhadap
kenaikan pendapatan masyarakat dan kapasitas produktif yang selalu berkait dengan
pertanyaan mengenai seberapa besar laju kenaikan investasi.
Meski tidak lepas dari kritik di sana sini, Harrod-Domar dianggap membongkar
tradisi Keynesian yang mengabaikan variabel-variabel jangka panjang, kendati masih bekerja
dengan kerangka dasar berpikir yang diletakkan Keynes, khususnya mengenai asumsi full
employment. Dan lebih penting dari itu adalah bahwa model Harrod-Domar telah memberi
inspirasi kepada ilmuwan-ilmuwan lain untuk membentuk perkembangan teori pertumbuhan
modern yang semuanya menempatkan faktor modal dan investasi pada posisi vital dalam
peningkatan pendapatan, kapasitas produksi dan employment.

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
3

Kita bisa melihat relevansinya terhadap pembangunan Indonesia, pada kala dipimpin
oleh Soeharto. Indonesia menjalankan proyek Repelita, dan secara jangka pendek. Indonesia
mengalami kenaikan pendapatan GDP dan terdapat full employment secara signifikan. Dan
sampai saat ini pun, konsep kenaikan investasi masih dilakukan oleh presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dengan tetap memperhatikan sektor-sektor yang tidak hanya ekonomi,
namun juga sektor sosial dan sektor politik.
Model Harrod-Domar, begitu juga teori-teori yang merupakan hasil kolaborasi model
itu, dibangun berdasar pengalaman negara maju. Harrod sendiri, menyadari benar hal itu
sehingga merasa perlu untuk membuat modifikasi agar modelnya bisa beroperasional di
negara terbelakang. Ia, melihat problem tabungan yang rendah di negara berkembang seperti
Indonesia bisa diselesaikan dengan ekspansi kredit bank dan penanaman modal otomatis dari
keuntungan di pasar modal.
Kita bisa melihat secara sekilas, bahwa di negara berkembang, kebutuhan investasi
biasanya memang lebih tinggi daripada kemampuan masyarakat membentuk tabungan.
Karenanya, campur tangan pemerintah menjadi mutlak diperlukan bila alternatif yang dipilih
adalah ekspansi kredit perbankan dengan tingkat suku bunga bersubsidi. Mungkin sedikit
menyimpang dengan model Harrod-Domar yang tidak memasukan variabel campur tangan
pemerintah.
Namun kita bisa melihat kondisi di Indonesia saat ini, bahwa pada tahun 2000-an.
Indonesia sudah masuk kedalam era rezim Reformasi dimana masyarakat yang memegang
kendali atas negara. Tetapi yang mengatur dalam investasi dan penanaman modal tetap
pemerintah. Termasuk Fiskal-Moneter nya. Karena itu, ketika Indonesia ingin lebih sejahtera
dengan investasi yang seimbang. Maka kebijakan pemerintah dalam mengatur investasi di
Indonesia juga harus diperbaiki terus sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Terlebih,
pada 2014 besok. Akan diadakan pemilihan presiden, maka diharapkan pemerintah tetap
menjalankan posisinya sesuai dengan kondisi masyarakat, bukan atas dasar kepentingan
politik semata.
Sampai di sini, logika dorongan besar (big push) Paul Rosenstein-Rodan tampaknya
menjadi pelengkap dengan jalan yang dibuka Harrod. Ia merekomendasikan satu model
pembangunan berimbang yang digerakkan oleh penanaman modal pada semua sektor
sehingga terjadi perluasan pasar secara serentak dan menyeluruh. Logikanya, satu sektor
yang memproduksi output tertentu dan bersifat pelengkap (komplementer) dengan output
sektor lain akan bekerja saling mendorong dan menciptakan daya beli.

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
4

Dengan demikian, teori pertumbuhan berimbang (balanced growth) yang


dipromosikan oleh Rosenstein-Rodan, Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar
sektor modern tidak boleh terlalu jauh meninggalkan sektor tradisional. Jika semua kondisi
yang diidealkan Nurkse terjadi, maka apa yang ia sebut sebagai vicious circle of poverty tidak
akan menjadi masalah lagi dalam proses capital formation.
Kita bisa melihat relevansinya bagi Indonesia pada proyek Repelita. Dimana
pembangunan Indonesia dibentuk menjadi sektor industrialisasi dan pro investasi besar-
besaran. Tetapi sektor itu berpijak pada pertanian dimana sektor itu merupakan sektor
unggulan Indonesia kala itu. Dan memang terjadi, ketika sektor pertanian itu tumbuh maka
sektor lainnya akan menjadi terdukung. Seperti pariwisata,dll. Jika kita melihat pada tahun
2013 saat ini. Indonesia tetap berkembang pada sektor pertanian, namun sudah semakin luas.
Dan relevansi yang di bangun oleh teori pertumbuhan berimbang dipromosikan oleh
Rosenstein-Rodan, Nurkse maupun Arthur Lewis menggariskan agar sektor modern tidak
boleh terlalu jauh meninggalkan sektor tradisional untuk beberapa kawasan di Indonesia
sudah terjadi.
Namun belum semua wilayah di Indonesia sudah seimbang, hanya di kota-kota pusat
di Indonesia yang biasanya sudah terjadi. Hal ini dikarenakan investor biasanya akan melihat
potensi wilayah dulu sebelum mereka benar-benar menginvestasikan modal mereka. Dan
memang benar, masih banyak kondisi di desa-desa terpencil yang belum sejahtera dan masih
berkutat dengan lingkaran kemiskinan.
Dan hal yang terjadi di Indonesia saat ini, bisa kita relevansikan terhadap konsep teori
dari Hirchman, dimana pembangunan pada dasarnya adalah rangkaian ketidakseimbangan
(disequilibrium). Secara sederhana, pola pikir perkembangan tidak berimbang ini menolak
keharusan investasi secara besar besaran untuk memompa setiap sektor ekonomi yang
memiliki pola hubungan komplementer. Dengan membuat skala prioritas investasi yang
tepat, perekonomian akan berputar terus dan proyek-proyek baru yang ia sebut sebagai
induced investment akan berjalan memanfaatkan eksternalitas ekonomi maupun social
overhead capital dari proyek sebelumnya. Bisa jadi, proyek yang telah di adakan di Indonesia
dari investor dan ternyata berjalan baik akan terus didukung. Namun tidak bagi wilayah yang
sekiranya tidak memiliki potensi ekonomi yang menguntungkan investor.
Seperti Hirchman, Rostow membuat sebuah idealisasi pembangunan yang bersifat
self-propelling dan bertumpu pada dua sektor; tradisional dan modern. Dan sebagai seorang
ahli sejarah ekonomi, konstruksi teoritik yang dibangunnya menunjukkan bagaimana Rostow

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
5

berpikir sangat linear dan percaya bahwa semua negara akan berkembang dalam sebuah
rentetan fase yang sama. Bagian paling penting teori Rostow yang membutuhkan penjelasan
di hampir seluruh bagian bukunya ditambah sejumlah paper karyanya sendiri-- adalah
bahwa ia melihat perkembangan ekonomi berlangsung dalam lima tahap; tahap masyarakat
tradisional, tahap prakondisi menuju lepas landas, tahap lepas landas, tahap dorongan menuju
kematangan dan terakhir adalah tahap konsumsi massa tinggi.
Rostow mengklaim bahwa teorinya tentang lima tahap perkembangan masyarakat
tersebut lebih dari sebuah teori ekonomi tetapi juga sebuah teori mengenai sejarah
masyarakat modern secara keseluruhan. Klaim tersebut berangkat dari argumen Rostow
sendiri mengenai ciri masyarakat pada masing-masing tahap yang meliputi beberapa
indikator ekonomi dan sosial serta budaya. Dan yang terpenting adalah bahwa dia mengklaim
diri telah menyusun sebuah kerangka besar pengganti marxisme seperti tercermin dari judul
bukunya; a noncommunist manifesto, sebagai hal baru pengganti komunis yang ditulis
Marx dan Engels.
Dan jika kita melihat relevansinya dengan Indonesia, bahwa pada saat ini Indonesia
berada pada posisi dimana menuju lepas landas. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi kita
yang masih belum baik dan juga sistem politik yang masih rentan terhadap kasus korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Hal ini merupakan sebuah hambatan bagi ekonomi Indonesia untuk
lebih baik.
Jujur saja, bagi penulis merasa sesungguhnya memang tidak banyak penjelasan yang
masuk akal untuk meyakinkan bahwa masuknya ide-ide pembangunan Barat ke Indonesia
sama sekali tak membawa masalah. Wiarda (1988) menuding bahwa infiltrasi ide-ide
pembangunan ekonomi modern tersebut tak lebih dari strategi untuk menempatkan Dunia
Ketiga ( termasuk Indonesia ) di dalam orbit Barat. Celakanya, di beberapa bagian Dunia
Ketiga teori-teori tersebut justru digunakan untuk diturunkan menjadi formula-formula
kebijakan pembangunan tanpa menimbang variabel-variabel spesifik yang ada di masing-
masing negara Dunia Ketiga.
Karenanya, yang terjadi sesungguhnya bukanlah penyesuaian ide-ide pembangunan
Barat dengan konteks sosial politik Dunia Ketiga melainkan pemaksaan masuknya wilayah-
wilayah berkembang ke dalam bingkai dan parameter-parameter Barat. Satu doktrin yang
disadari atau tidak dari paradigma pemikiran pembangunan Barat adalah bahwa masyarakat
manapun bergerak dalam jalur dan pola-pola perubahan yang sama. Dan perubahan-

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
6

perubahan itu tidaklah memerlukan banyak penyesuaian dan pada dasarnya perubahan itu
tidak pernah menyakitkan.

Jika kita membuka mata sedikit tentang sistem ekonomi kita saat ini, pastilah kita
bertanya kenapa kok ya di Indonesia rawan sekali dengan adanya korupsi. Kenapa kok ya
sudah banyak orang yang membayar pajak, tetapi masih banyak orang mati kelaparan di
pinggiran wilayah terpencil di Indonesia. Dan kenapa hutang kita ( Indonesia ) bukan
semakin sedikit. Malah semakin banyak dan ada beberapa ekonom berpersepsi bahwa hutang
Indonesia tidak akan terbayar mungkin untuk 100 tahun mendatang. Ini merupakan problema
tersendiri bagi bangsa Indonesia tercinta kini.
Kita sudah dihadapkan terhadap banyak sekali teori ekonomi pembangunan modern
dari barat, dan secara signifikan ada yang memberikan kontribusi. Namun satu hal yang kita
kadang tidak sadari. Ketika kita mempraktekan teori yang berasal dari ekonomi
pembangunan modern dari barat, maka kita sudah berada dalam sistem di dalam orbit Barat.
Celakanya, di beberapa bagian Indonesia teori-teori tersebut justru digunakan untuk
diturunkan menjadi formula-formula kebijakan pembangunan tanpa menimbang variabel-
variabel spesifik yang ada di masing-masing wilayah Indonesia.
Akibatnya bisa kita rasakan saat ini, hutang luar negeri yang tidak kunjung hilang
justru bertambah. Tingkat kesejahteraan yang belum merata di seluruh Indonesia. Tingkat
investasi dan penanaman modal yang tidak seimbang yang mengakibatkan perbedaan
perkembangan daerah di Indonesia. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi pekerjaan rumah
bagi pemerintah di Indonesia kedepannya. Untuk tetap mengambil kontribusi pemikir
ekonomi pembangunan modern dan tetap mengambil sesuai dengan kondisi yang paling pas
pada Indonesia. Agar relevansi bagi Indonesia dapat lebih baik dan tidak menjadi
bomerang bagi Indonesia sendiri.

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda
See more Article in rochmataldy.blogspot.com
7

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1990. Ekonomi Pembangunan. Edisi keempat. STIE. YPKN


Easterly, William. 2002. The Elusive Quest for Growth. Cambridge,
Massahusetts, London, Engalnd : MIT Press.
www.google.com/Sejarah Indonesia/html. Diakses pada tanggal 26 Desember
2013 pukul 19.20.

If you want to copy. Do not forget to include this article in your library list.
Apabila ingin merujuk artikel ini, jangan lupa untuk menyertakan artikel ini dalam daftar pustaka
anda

Você também pode gostar