Você está na página 1de 5

ANALISIS ARTIKEL

POLEMIK PEMBANGUNAN BANDARA DI KULON PROGO

Disusun oleh:

Silvia Nur Tiaswati (15/385529/TP/11398)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
A. Latar Belakang Masalah

Rencana pembangunan bandara di Kulonprogo sekarang sedang menjadi


topic hangat bagi kalangan warga DIY khususnya warga Kulonprogo sendiri. Di
satu sisi, pemerintah sangat menginginkan proyek ini dapat benar-benar berjalan
sesuai apa yang mereka harapkan dan inginkan. Tetapi di sisi lain, banyak warga
yang menolak secara tegas pembangunan bandara yang menurut mereka akan
merugikan mata pencaharian mereka sebagai petani yang menggarap sawah dan
nelayan yang mencari ikan di wilayah pesisir. Hal itu menyebabkan para warga
melakukan aksi demo di depan lokasi pembangunan bandara.

B. Analisis Artikel

Walaupun banyak warga yang menolak secara tegas pembangunan


bandara ini, pihak pemerintah tetap bersikukuh untuk tetap melanjutkan
pembangunan bandara di kulonprogo ini. Hal ini ditunjukkan dengan dorongan
pemerintah yang meminta PT Angkasa Pura I segera membangun proyek bandara
modern Kulon Progo di DI Yogyakarta. Harapan pemerintah, bandara ini akan
menggantikan fungsi dari Adisutjipto International Airport.

Bahkan para warga telah mengajukan kasasi di pengadilan dan


memenangkan kasasi tersebut untuk pembatalan pembangunan bandara dan
disetujui dengan pihak hakim.
Alasan hakim memenangkan gugatan warga Kulon Progo ini adalah Izin
Penempatan Lokasi pembangunan bandara baru itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan tentang RTRW, meliputi Peraturan Pemerintah tentang
RTRW nasional, dan Perpres tentang RTRW Jawa-Bali. Bahkan peraturan yang
bertentangan dengan Izin Penempatan Lokasi adalah Peraturan Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang RTRW.( Syaifullah,2015)

Tetapi pemerintah tetap akan melanjutkan pembangunan bandara tersebut.


Hal ini juga didukung dengan pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Sri Sultan HB X.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X mengatakan


rencana pembangunan bandara di Kabupaten Kulon Progo berlanjut, meskipun
ada putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang memenangkan gugatan
Paguyuban Wahana Tri Tunggal. (Burhani,2015)

Bahkan Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono


telah mengatakan, latar belakang dibangunnya proyek ini karena Bandara
Adisutjipto yang saat ini menjadi satu-satunya bandara komersial di Yogyakarta,
sudah penuh sesak dan memiliki banyak keterbatasan. Menhub ingin melakukan
pengembangan airport baru untuk daerah yang berkembang pesat, seperti halnya
Kertajati di Majalengka, Jawa Barat dibangun mengganti Husein Sastranegara di
Bandung, Jawa Barat, Polonia di Medan digantikan Kualanamu di Deli Serdang
(Suhendra, 2014).

Lain halnya dengan tanggapan sejumlah warga pesisir yang tergabung


dalam WTT (Wahana Tri Tunggal). Mereka memutuskan datang dan mengikuti
kegiatan konsultasi publik ulang di Kantor Camat Temon pada Kamis, 26
Februari 2015. Ketua WTT Martono menyebutkan lahan yang dimilikinya sekitar
2.000 meter persegi dan berlokasi di Pedukuhan Kragon II, Palihan, Temon.
Alasan keberatan, paparnya, tanah tidak dijual karena untuk warisan anak cucu.
Selain itu, terdapat pula beberapa alasan warga lainnya, seperti tanah mengandung
bahan tambang sehingga tidak cocok untuk pembangunan bandara, dan
sebagainya (Sabandar, 2015).
Proyek bandara tersebut sebenarnya cukup menguntungkan bagi wilayah
di Kulonprogo. Sebab dengan konsep yang diusung oleh Angkasa Pura 1 yaitu
metropolis, kemungkinan besar wilayah kabupaten Kulonprogo akan mengalami
perubahan besar dalam sektor ekonomi dan bisnis.

Konsep aetropolis menggabungkan unsur Airport dan Metropolis. Artinya,


dengan membangun bandar udara di wilayah sebuah bandara yang dahulu
dibangun jauh dari kota, lama kelamaan kegiatan kota dan bisnis mengikutinya
dan akhirnya bandara itu mirip sebuah kota dengan semua fasilitas pendukungnya.
Fenomena tersebut dapat dilihat pada Bandara Soekarno-Hatta. Pada waktu
dibangun dulu, rasanya Bandara Soetta sangat jauh dari pusat kota Jakarta. Dan
sekarang, Soetta telah menjadi pusat kegiatan pergantian dari mode darat ke udara
dan sebaliknya menjadi begitu sibuk dan padat sekali. Konsep inilah yang
mendorong pemerintah dalam memajukan Kulonprogo melalui bandar udaranya.

D. Solusi

Menurut saya, pembangunan bandara di kulon progo ini membutuhkan


rencana yang lebih mantang, selain itu perlunya para pemerintah mengerti kondisi
para warga yang telah terbiasa dengan aktivitas mta pencahariannya.

Untuk masalah tersebut, sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi dan


diskusi terbuka kepada para masyarakat tentang kelebihan dan keuntungannya
maupun kekurangannya membangun bandara di wilayah mereka. Dan sebaiknya,
pemerintah membekali para warga sekitar untuk menjadi tenaga ahli yang dapat
menunjang terbangunnya bandara yang lebih baik dari rencana yang diperkirakan.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifullah,Muh.2015. Kisruh Bandara Kulon Progo, Hakim PTUN Menangkan


Warga. Diunduh dari
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/23/063677711/kisruh-bandara-
kulon-progo-hakim-ptun-menangkan-warga pada hari Sabtu, 8 Agustus
2015 pukul 11.45 WIB.

Burhani,Ruslan.2015. Rencana pembangunan Bandara Kulon Progo berlanjut.


Diunduh dari http://www.antaranews.com/berita/509707/rencana-
pembangunan-bandara-kulon-progo-berlanjut pada hari Sabtu, 8 Agustus
2015 pukul 11.50 WIB.

Suhendra, Zulfi. 2014. Bandara Kulon Progo Bakal Gantikan Adisutjipto, Ini
Alasannya. Diunduh dari
http://finance.detik.com/read/2014/07/03/094818/2626395/4/bandara-kulon-
progo-bakal-gantikan-adisutjipto-ini-alasannya pada hari Sabtu, 8 Agustus
2015 pukul 12.00 WIB

Sabandar, Switzy. 2015. Ini Alasan WTT Tolak Pembangunan & Ikuti Konsultasi
Publik. Diunduh dari http://jogja.solopos.com/baca/2015/02/27/bandara-
kulonprogo-ini-alasan-wtt-tolak-pembangunan-ikuti-konsultasi-publik-
580572 pada hari Sabtu,8 Agustus 2015 pukul 12.05 WIB.

Você também pode gostar